Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

HOME INDUSTRI TEMPE

DI SUSUN OLEH :

1. Ferry Setyo Nugroho [6112030042]


2. Hayy Nur Abdillah [6112030049]
3. Bernadita Suryawati [6112030052]
4. Dea Parbo [6112030062]

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


2012

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw yang telah memberikan
petunjuk kepada kita sehingga kita dapat terlepas dari zaman jahiliyah.

Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik dan lancar
apabila tidak dibantu oleh beberapa pihak, untuk itu ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada:

1. Ibu Dewi Kurniasih, selaku dosen K3 yang telah membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini.
2. Orang tua kami yang telah memberikan dorongan dan bantuan baik itu
berupa materiil maupun non materiil.
3. Teman-teman prodi desain kontruksi B yang selalu mendukung dan
memberikan masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Kami tahu bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna
untuk itu kami mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari pembaca.
Kami juga berharap makalah ini bisa memberikan banyak manfaaat bagi seluruh
kalangan baik siswa, guru maupun masyarakat umum.

Surabaya, 2 Desemberr 2012

Penyusun,

_____________________

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Profil Home Indutri

Home industry adalah sebuah usaha yang dikelola oleh kalangan masyarakat
menengah ke bawah dan biasanya bertempat di rumah-rumah si empunya usaha.
Seperti halnya usaha yang digeluti oleh bapak Nisom ini, berawal dari sebuah
semangat dan keinginan untuk berwirausaha beliau mendirikan sebuah home
industry tempe kecil-kecilan. Sejak pada tahun 2010 lalu usaha yang terletak di
Jalan Gebang Putih, Gang Asempayung BPM 19, Sukolilo-Surabaya ini tidak
mengalami banyak perubvahan, bapak Nisom sendiri hanya memiliki satu orang
pegawai untuk membantu kelangsungan usahanya. Home industry ini setiap
harinya mampu memproduksi hingga kurang lebih 100 buah tempe dengan bahan
baku 1 kwintal kedelai. Karena hasil produksi yang diperoleh tidak dalam jumlah
besar penghasilan yang didapat pun pas-pasan, keuntungan yang dapat diraup
perbulannya adalah 4 juta rupiah dengan gaji karyawan 900 ribu rupiah. Meskipun
penghasilan yang didapat tidak besar namun bapak Nisom selalu bersyukur dan
tetap optimis untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih baik.

1.2 Bahan Baku dan Hasil Produksi

Bahan baku utama yang digunakan dalam produksi tempe ini adalah kedelai
dan ragi. Dalam sehari dengan menggunakan bahan baku 1 kwintal kedelai, bapak
Nisom mampu menghasilkan 100 buah tempe. Perbandingan pemberian ragi yang
digunakan bervariasi tergantung factor cuaca, jika cuaca panas dalam 3 irik
kedelai diberi 2 sendok ragi sedangkan jika cuacanya mendung dalam 3 irik
kedelai diberi lebih banyak ragi yaitu sebanyak 5 sendok.

3
1.3 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan untuk memproduksi tempe tergolong sederhana,


diantaranya yaitu :

 1 buah mesin penggiling

 7 buah tong untuk merebus dan merendam kedelai

 2 buah tampah

4
 5 bak

 3 buah ember

 10 buah irik untuk menakar sebelum diberi ragi

5
 2 buah tungku sebagai alat pemanas

 2 buah pengaduk untuk mengaduk kedelai yang sedang direbus agar


panasnya merata

1.4 Proses Produksi

Proses produksi pembuatan tempe membutuhkan waktu kurang lebih 1 hari,


mulai dari penggodokan, perendaman, penggilingan, hingga pemberian ragi.
Berikut ini adalah proses pembuatan tempe :

 Siapkan alat dan bahan


 Masukkan kedelai ke dalam tong kemudian rebus kedelai hingga kurang
lebih 3 jam di atas tungu api.
 Rebus kedelai hingga airnya mengeluarkan buih
 Setelah itu tiriskan

6
 Pisahkan kedelai dengan kulitnya
 Kemudian keringkan kedelai untuk pemberian ragi
 Setelah kering pindahkan kedelai ke dalam irik
 Tambahkan ragi 2-5 sendok ke dalamnya dan aduh hingga merata
(pemberian ragi tergantung pada cuaca)
 Setelah itu masukkan kedelai ke dalam bungkus plastic
 Tunggu hingga kurang lebih 36 jam sampai kedelai menjadi tempe

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisa Faktor Biologi

Faktor biologi merupakan salah satu factor berbahaya yang bisanya kita
temukan di tempat kerja, artinya factor biologi eksternal yang mengancam
kesehatan diri kita pada saat bekerja. Namun demikian factor ini seringkali luput
dari perhatian kita, sehingga bahaya terlambat untuk dikontrol, diantisipasidan
cenderung diabaikan.
Pada kunjungan home industry yang kami laksanakan, kami menemui
adanya pengabaian factor biologis dalam bekerja yaitu mengenai lokasi tempat
usaha yang berdekatan dengan got dan tempat sampah. Kita tahu bahwa got dan
tempat sampah merupakan sarang bagi berbagai macam kuman dan bakteri. Oleh
sebab itu seharusnya tempat usaha ditempatkan jauh dari got maupun tempat
penampungan sampah agar kehegenisan produk terjaga.

Gambar 2.1.1 Lokasi usaha dekat dengan sampah

8
Gambar 2.1.2 Lokasi usaha dekat sengan got

2.2 Analisa Faktor Fisika

Pada factor fisika erat kaitannya dengan lingkungan kerja para pekerja,
dimana pada factor ini akan lebih banyak terkait dengan pengendalian lingkungan
kerja dan segala hal yang terkait dengan kondisi fisik stasiun kerja.
Berdasarkan analisa kami pada home industry tersebut, kita menyimpulkan
bahwa terdapat pengabaian factor fisika yaitu struktur ventilasi ruangan yang
tidak proposional sehingga pengolahan udara dalam ruangan tersebut kurang baik,
lokasi home industry yang berdekatan dengan pembangunan gedung dimana
dalam pembangunan gedung tersebut menghasilkan suara bising dari mesin yang
digunakan, selain itu terdapat mesin penggiling yang juga menghasilkan suara
bising. Adapun factor fisika lain yang berkaitan dengan analisa k3 yaitu tempat
yang pengap sehingga berhawa panas, hal ini dapat mengganggu aktivitas yang
menyebabkan pekerja tidak focus pada pekerjaannya

9
Gambar 2.2.1 Ventilasi ruangan kurang memadai

Gambar 2.2.2 Penggunaan mesin


yang menyebabkan kebisingan

2.3 Analisa Faktor Ergonomi

Pada factor ergonomic erat kaitannya dengan disiplin ilmu yang mempelajari
tentang hubungan manusia dan lingkungan kerja serta menggali informasi
mengenai perilaku, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam perancangan
suatu system kerja yang efektif, nyaman, aman dan sehat.

10
Dalam home industry yang telah kami datangi, kami menganalisa dampak
pengabaian faktor ergonomi dalam home industri tersebut. Kita ketahui bahwa
factor ergonomic merupakan hubungan antara manusia (pekerja) dengan
lingkungan kerja. Dalam pembahasan ini, kami ambil sampel dari home industry
yang kami kunjungi dimana dalam home industri tersebut mengabaikan adanya
factor ergonomic contohnya tidak adanya tempat duduk yang nyaman untuk
pekerja sehingga pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya terus duduk berdiri.
Itu memberikan dampak buruk bagi kesehatan si pekerja. Juga lingkungan pekerja
yang tidak sehat yaitu tidak ada ruang terbuka luas di ruangan dan banyaknya
barang-barang yang berserakan sehingga menganggu konsentrasi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya.

Gambar 2.3.1 Posisi pekerja yang berdiri seharian

Gambar 2.3.2 Lingkungan kerja yang tidak nyaman

11
2.4 Analisa Faktor Psikologi

Kaitannya dengan factor psikologi, umumnya dipengaruhi berbagai


keadaan misalnya suasana kerja yang monoton, hubungan kerja yang kurang baik,
upah yang kurang, tempat kerja yang monoton, hubungan atasan dan bawahan
yang kurang baik, dsb. Hal tersebut dapat menimbulkan stress kerja dengan gejala
psikosomatis.

Dalam home industry yang kami kunjungi kami menganalisa dampak


factor psikologi, diantaranya dengan pekerjaan yang membutuhkan waktu yang
lama dan hanya ditangani oleh 1 karyawan dapat berdampak kejenuhan dan
tingkat stress yang tinggi pada karyawan tersebut. Oleh sebab itu harusnya dalm
sebuah usaha tidak hanya ditangani oleh seorang pekerja saja agar tidak timbul
terjadinya stress dan kejenuhan pada pekerja itu.

Gambar 2.4.1 Home industry yang hanya memiliki 1 karyawan

2.5 Analisa Faktor Kimia

Faktor kimia merupakan hal penting yang perlu diperhatikan pada suatu
industri untuk mencegah terjadinya kelebihan NAB. biasanya factor kimia ini erat
kaitannya dengan bahan-bahan kimia berbahaya yang menyangkut tentang
pembuatan, pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan, dan penggunaannya
berpotensi menimbulkan debu, kabut, uap, gas, serat atau radiasi sehingga dapat

12
menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain
dalam jumlah yang memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan bagi orang
yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut.

Pada home industri yang kami kunjungi terdapat beberapa faktor kimia
baik yang mempengaruhi yaitu zat bau kimia organic yang ditimbulkan oleh zat
sisa pengolahan bahan mentah, selain itu juga terdapat tungku tradisional
berbahan bakar kayu yang menghasilkan asap berlebih sehingga dapat
memberikan dampak buruk bagi pernafasan. Hal ini dapat memberikan dampak
bagi pekerja baik dalam hal kesehatan maupun kinerja dari pekerja itu sendiri, ,
untuk itu dalam home industry tersebut perlu adanya masker penutup.

Gambar 2.5.1 Asap yang ditimbulkan dari pengolahan tempe

Gambar 2.5.2 Limbah tempe menghasilkan bau yang tidak sedap

13
2.6 Antisipasi Kebakaran

Antisipasi kebakaran pada home industry sangatlah penting untuk mencegah


terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Pada usaha yang dimiliki bapak Nisom
ini pengerjaannya menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. Hal ini dapat
berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran mengingat tempat usahanya yang
kecil berukuran 4x4 meter dan banyak material yang terbuat dari kayu. Untuk itu
erlu adanya upaya antisipasi mencegah kebakaran seperti memindahkan barang-
barang yang mudah terbakar dari tungku, menyediakan alat kebakaran jika
sewaktu-waktu timbul hal yang tidak diinginkan, kemudian mengganti material
dari kayu menjadi bahan non kayu.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Menurut pengamatan kelompok kami penerapan prinsip-prinsip kesehatan


dan keselamatan kerja pada home industry tempe ini masih kurang dan perlu
untuk ditingkatkan. Ada banyak faktor-faktor yang tidak memenuhi kesesuaian
terhadap prinsip k3, diantaranya :

 Faktor biologi, yaitu mengenai tempat usaha yang letaknya berdekatan


dengan got dan tempat penampungan sampah sehingga dapat
diindikasikan bahwa hasil dari produksi kurang higenis.
 Faktor Fisika, yaitu mengenai ventilasi ruangan yang tidak proporsional,
letak home industry yang berdekatan dengan pembangunan gedung
sehingga menyebabkan suara bising, mesin yang mengeluarkan suara
bising sehingga mengganggu pada saat bekerja,
 Faktor ergonomic, yaitu mengenai tidak adanya tempat duduk yang
nyaman untuk pekerja sehingga pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya
terus menerus berdiri, selain itu juga banyaknya barang-barang yang
berserakan sehingga menganggu konsentrasi pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya.
 Faktor psikologi, yaitu mengenai jumlah pekerja yang hanya satu orang
saja, tentu hal ini bias mnyebabkan kejenuhan dan stress bagi pekerja.
 Faktor kimia, yaitu mengenai produksi asap berlebih dari pengelolahan
tempe sehingga dapat mengakibatkan ganngguan saluran pernafasan.

` Untuk itu perlu adanya evaluasi untuk meningkatkan kerja, kualitas dan
hasil produksi dengan menerapkan prinsip-prinsip K3.

15
LAMPIRAN

16
17
18
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniasih, Dewi. 2012. “Modul Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.


Politeknik Perkapalan Negeri Su

19

Anda mungkin juga menyukai