Transfusi
Transfusi
Disusun oleh :
Aldi Fauzan Lazuardi
1102009019
Pembimbing :
dr. Uus Rustandi, Sp.An
dr . Ruby Satria Nugraha, Sp.An, Mkes
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya
saya dapat menyelesaikan referat berjudul transfusi darah ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW semoga rahmat dan hidayah-Nya selalu
tercurah kepada kita.
Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepanitraan klinik di bagian Anestesi
RSUD Arjawinangun. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dr. Uus Rustandi, Sp.An dan dr. Ruby Satya Nugraha, Sp.An, M Kes selaku
dokter pembimbing dalam kepanitraan klinik Anestesi ini dan rekan-rekan koas yang ikut
membantu memberikan semangat dan dukungan moril.
Saya menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga referat
ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam bidang Anestesi khususnya dan bidang
kedokteran yang lain pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN
Bab II PEMBAHASAN
II.1. DARAH
22
DAFTAR PUSTAKA
23
BAB I
PENDAHULUAN
Transfusi darah mrupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan kesehatan modern.
Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan
derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi
kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi dengan
cara lain.
Transfusi darah secara universal dibutuhkan untuk menangani pasien anemia berat,
pasiendengan kelaian darah bawaan, pasien yang mengalami kecederaan parah, pasien yang
hendak menjalankan tindakan bedah operatif dan pasien yang mengalami penyakit liver
ataupun penyakitlainnya yang mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau
komponen darah.
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi transfusi
darah, macam bentuk sediaan darah serta komponen darah, indikasi pemberian transfusi darah,
dan reaksi transfusi darah.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. DARAH
Darah berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya darah. Dalam darah terkandung
hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein
pengangkut oksigen.
II.1.1. KOMPONEN DARAH
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian
dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah
yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan
kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
1. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap
sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan
oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang
yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Jumlah pada pria dewasa
sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Kadar Hb inilah
yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar
120 hari.
2. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. Normal berkisar
antara 200.000-300.000 keping/mm
3. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus
atau bakteri. Fungsi utama dari leukosit tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit
penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Peningkatan jumlah lekosit
merupakan petunjuk adanya infeksi. Orang yang kelebihan leukosit menderita
penyakit leukimia,
sedangkan
orang
yang
kekurangan
leukosit
menderita
penyakit leukopenia. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc
darah.
Plasma darah adalah bagian yang tidak mengandung sel darah. Komposisi plasma
darah :
1. Air
2. Protein
( 57% )
( 40% )
( 3% )
mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah
sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat
bertahan dalam suhu 42C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah
eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,90,12 g/dl dan Ht meningkat
3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk
mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses
pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui.
Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk
stabilisasi.
Indikasi :
1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume
darah total.
Rumus kebutuhan whole blood
6 x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :
9
1. Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan.
Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap
termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik.
Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan
golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan
resiko penularan penyakit relatif banyak.
2. Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor.
Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan
kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
3. Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari. Keuntungannya mudah
tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang
kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis.
Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena
afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke
jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium,
amonia, dan asam laktat tinggi.
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup
atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung
kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 42C. Lama simpan darah
24 jam dengan sistem terbuka.(3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah
dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak
dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan
anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki
oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g
%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1
unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan
kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Kebutuhan darah (ml) :
3 x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume
darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh
adalah:
1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
11
12
Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang
disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang
dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3)
Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena
trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3
hari.(2)
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah
trombositnya kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada
trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC
13
Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah
(hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin
pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki
jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.(3)
14
4. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor
pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk
menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita
hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak
melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab
komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (2)
Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,
ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam,
alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg
fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII
Indikasi :
-
Hemophilia A
5. Albumin
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari
plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5%
atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma
biasa
Rumus Kebutuhan Albumin
albumin x BB x 0.8
Sistem ABO
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
17
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A atau O.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B hanya dapat menerima darah dari orang
dengan dolongan darah B atau O
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan
golongan darah AB dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO
apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB tidak
dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O hanya dapat menerima
darah dari sesama O
.
Sistem Rhesus
Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah kera
Macacca rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti serum. Anti serum
yang didapat ternyata bereaksi dengan sel-sel darah merah. ,antigen-Rh yang ditemukan
dalam darah kera Macaca rhesus oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga
ditemukan dalam darah manusia.
Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia dibedakan
atas dua kelompok, yaitu :
18
1. Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor Rh pada permukaan
sel darah merahnya
2. Rhesus negatif, bila dalam darah merahnya tidak terdapat faktor Rh pada
permukaan sel darah merahnya
Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+) atau Rh(-).
Sedangkan orang dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah dengan Rh (-) saja. Oleh
karena itu darah Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana tidak ada
waktu lagi untuk melakukan pengecekan golongan darah seseorang.
Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus memenuhi syarat
sebagai berikut:[1]
1. calon donor harus berusia 17-60 tahun,
2. berat badan minimal 50 kg
3. kadar hemoglobin >12,5 gr%
4. tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole).
5. Nadi 30-100x/menit teratur
6. menandatangani formulir pendaftaranan
7. tidak mengalami gangguan pada pembeku darah
8. lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin, golongan darah, dan
pemeriksaan oleh dokter
9. untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak boleh dalam
kondisi atau menderita sakit seperti alkoholik, penyakit hepatitis, diabetes
militus, epilepsi, atau kelompok masyarakat risiko tinggi mendapatkan AIDS
serta mengalami sakit seperti demam atau influensa; baru saja dicabut giginya
19
kurang dari tiga hari; pernah menerima transfusi kurang dari setahun; begitu
juga untuk yang belum setahun menato, menindik, atau akupunktur; hamil;
atau sedang menyusui.
Penyumbang
darah
(donor)
disaring
keadaan
kesehatannya.
Denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya
diperiksa untuk mengetahui adanya anemia.
Ditanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang
menyebabkan darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan.
Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk
tertentu misalnya kanker kulit yang terlokalisasi), asma yang berat, malaria,
kelainan perdarahan, AIDS dan kemungkinan tercemar oleh virus AIDS.
Hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan
darah tinggi yang tidak terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian
obat tertentu; untuk sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat
untuk
menyumbangkan
darah.
Biasanya
donor
tidak
diperbolehkan
unit
pengambilan
darah
hanya
sekitar
0,48
liter.
Darah segar yang diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah
mengandung bahan pengawet dan komponen anti pembekuan.
Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari
adanya penyakit infeksi seperti AIDS, hepatitis virus dan sifilis. Darah yang
didinginkan dapat digunakan dalam waktu selama 42 hari. Pada keadaan tertentu,
(misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang jarang), sel darah merah bisa
dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun.
20
Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya,
maka darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya;
apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai
tindakan pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa
mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien untuk memastikan
keduanya cocok: teknik ini disebut cross-matching.
Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau
tidak sesuainya darah donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum
transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah.
Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:
1. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor)
dengan serum resipien (aglutinin resipien)
2.
Bila
kedua
pemeriksaan
(crossmatch
mayor
dan
minor
tidak
aglutinasi,
maka
darah
donor
21
Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi
sebelumnya dan catatan reaksi ,jika ada.
2.
Minta klien untuk melaporkan gejala berikut: Menggigil, sakit kepala, gatal dan
kemerahan dengan segera.
3.
4.
5.
6.
Gunakan selang infus yang mempunyai filterGantungkan wadah larutan NaCl 0,9%
untuk diberikan setelah menginfuskan/ pemberian transfusi darah.
7.
Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta darah
bila anda telah siap menggunakannya.
8.
Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien :
1.
Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan informasi pada
kantong itu sendiri.
2.
Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan klien.
3.
4.
5.
6.
22
9.
10.
2.
3.
Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan tetap
bersama klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik jalur IV
dengan normal saline secara lambat dan beritahu dokter dan bank darah.
11.
Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusi dan
setiap jam untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi/rumah sakit.
2.
Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea, bintikbintik merah di kulit.
23
24
Selain itu penderita perlu diberi oksigen. Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan
dialysis.
B. REAKSI TRANSFUSI NON HEMILITIK
1. Reaksi transfusi febrile
Tanda-tandanya adalah sebagai berikut : Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual.
2. Reaksi alergi
a. Anafilaksis : Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi.
b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita
sembab.
Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus disetop.
II. REAKASI NON IMUNOLOGI
a. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
b. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi
c. Virus hepatitis, Malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-Barr parasit serta
bakteri.
e. AIDS
Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi, dilakukan
beberapa tindakan pencegahan. Setelah diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan
memang ditujukan untuk resipien yang akan menerima darah tersebut, petugas secara perlahan
memberikan darah kepada resipien, biasanya selama 2 jam atau lebih untuk setiap unit darah.
Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam15 menit pertama, , maka pada
awal prosedur, resipien harus diawasi secara ketat.
25
Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi ketidakcocokan,
maka transfusi harus dihentikan.
BAB III
KESIMPULAN
Transfusi darah adalah tindakan memindahkan darah atau komponennya ke dalam sistim
pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke dalam tubuh
seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih. Transfusi darah adalah
suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang
atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi.
Transfusi dapat timbul reaksi-reaksi yang tidak diinginkan. Reaksi transfuse secara umum
dibagi menjadi reaksi hemolitik dan reaksi non-hemolitik. Untuk mencegah reaksi-reaksi
tersebut dilakukan pemeriksaan golongan darah donor dan resipien, resipien diawasi secara ketat
setelah dilakukan transfuse.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua,
Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI : 2002
2. Sudoyo AW, Setiohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat. Jakarta
: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
3. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.merckmanuals.com/home/blood_disorders/blood_transfusio
n/types_of_transfusions.html
27