Anda di halaman 1dari 11

Mutasi warna lovebird (2): Apa

untungnya mutasi?
Posted by Dudung Abdul Muslim in BURUNG LOVEBIRD, BURUNG LOVEBIRD DAN
PARUH BENGKOK, PENANGKARAN

CARI ARTIKEL KLIK DI SINI


Popularitas lovebird terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Om Kicau bahkan
pernah memprediksi lovebird bakal makin moncer di tahun 2013. Hal ini bukan hanya terjadi
di Indonesia, tetapi juga sebagian besar negara di dunia. Makin moncernya lovebird, selain
burungnya memang cantik, juga karena ragam warna yang sangat luas akibat perencanaan
genetika melalui mutasi warna. Karena itu, jika Anda bisa merencanakan anakan dengan
warna tertentu, makin laris produk breeding Anda, meski mau tak mau harus memahami
mutasi warna pada lovebird.

Untuk memudahkan pemahaman tentang mutasi, saya akan memberi ilustrasi mengenai
beragam jenis ayam yang ada saat ini. Ada ayam kampung, ayam cemani, maupun ayam hias
seperti ayam ketawa, serama, dan sebagainya. Dulu, ribuan atau jutaan tahun lalu, ayamayam ini tidak pernah ada. Yang ada hanya ayam hutan merah (Gallus gallus), ayam hutan
abu-abu (Gallus sonneratii), ayam hutan Ceylon (Gallus layayettii), dan ayam hutan hijau
(Gallus varius).
Faktor iklim, lingkungan, domestifikasi (penjinakan), dan perkawinan silang menjadi
penyebab terjadinya mutasi alam, sehingga muncul beragam jenis ayam seperti disebutkan di
atas. Mutasi alam? Ya, karena memang tidak direncanakan.
Tetapi mutasi juga bisa direncanakan, sebagaimana terjadi pada bekisar, tiktok, blacken,
mozken, dan sebagainya. Bekisar merupakan hasil perkawinan tak lazim (perselingkuhan
gitu, he.. he..) antara ayam hutan jantan dan ayam kampung betina. Tiktok (mule duck) adalah
persilangan antara mentok jantan dan itik jawa betina. Jika dibalik, mentok betina dan itik
jantan, hasilnya adalah itik serati atau di Brebes disebut itik blengong.
Blacken dan mozken, ah pasti Anda sudah tahu, masing-masing hasil persilangan antara
blackthroat dan kenari, serta mozambik dan kenari. Perkawinan antara dua burung yang
berbeda spesies hanya bisa menghasilkan keturunan (dan biasanya berbeda bentuk dari kedua
induknya) jika kedua spesies ini masih satu genus (bisa juga subfamily / subkeluarga),
dengan syarat harus memiliki persamaan jumlah kromosom dalam setiap selnya.
Hal serupa juga dijumpai pada lovebird. Dulu, lovebird hanya terdiri atas 9 spesies murni
(silakan cek Halaman Loverbird). Dalam perkembangannya, setiiap spesies bisa memiliki
varian-varian baru akibat mutasi warna, terutama yang direncanakan.
Sejarah mutasi warna pada lovebird

Sejarah mutasi warna pada lovebird terjadi di Becky Anderson Bird Farm, Michigan, AS,
pada tanggal 18 Januari 1997, ketika anakan menetas dengan warna berbeda dari kedua
induknya yang sama-sama jenis muka salem atau peach-faced lovebird (Agapornis
roceicollis).

GREEN OPALINE DAN MUKA SALEM

Meski warnanya tetap hijau, namun hijaunya jauh lebih terang daripada induknya. Yang
menyolok, anakan ini memiliki tudung / kerudung berwarna merah oranye mulai dari bagian
muka / wajah, kepala, hingga dada. Sedangkan kedua induknya, sesuai dengan namanya,
memiliki warna merah-oranye hanya pada bagian muka dan separo kepalanya.
Anakan inilah yang kemudian disebut green opaline, yang kemudian dikawin silang dengan
berbagai jenis lovebird lainnya sehingga menghasilkan belasan variasi warna baru. Kisah
lengkap mengenai green opaline bisa dibaca kembali pada artikel ini.

Dalam beberapa dekade terakhir, mutasi warna pada lovebird lebih didominasi oleh mutasi
buatan atau mutasi yang direncanakan, yang sebagian materinya akan dikupas dalam artikel
berseri ini. Keragaman warna dan banyaknya spesies membuat lovebird menjadi salah satu
burung peliharaan yang paling leluasa dieksplorasi dalam hal mutasi warna. Mutasi warna
juga sering dilakukan para penangkar burung paruh bengkok (parrot) lainnya, gelatik jawa,
kenari dan burung finch lainnya seperti gould amadine.
Pemahaman mengenai mutasi
Semoga dua ilustrasi di atas, yaitu mutasi gen pada beberapa jenis unggas serta sejarah
mutasi warna lovebird, mulai membuka pemahaman sobat-sobat kicaumania khususnya para
penangkar lovebird. Tapi apa sih yang dimaksud dengan mutasi?
Mutasi berasal dari kata mutatus yang berarti perubahan. Mutasi bisa diartikan sebagai
perubahan materi genetik (DNA) yang dapat diwariskan secara genetis kepada keturunannya.
Makhluk hidup yang mengalami mutasi disebut mutan.
Mutasi dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan variasi genetik, sehingga bisa diperoleh
organisme yang unggul. Dalam konteks lovebird, mutasi khususnya mutasi warna sangat
penting untuk menghasilkan puluhan varian warna baru, sebagaimana dijumpai saat ini.
Ruang untuk mencetak varian warna baru pada lovebird paling luas dibandingkan dengan
jenis burung lainnya. Sebab ketika semua hasil mutasi warna lovebird disilangkan satu sama
lain, termasuk dengan spesies asli seperti lovebird muka salem, maka dapat dihasilkan sekitar
100.000 varian baru dengan kombinasi warna tertentu. Inilah yang akan membuat lovebird
akan tetap disukai para penggemarnya. Siapa tahu, kelak Anda akan menghasilkan lovebird
dengan kombinasi warna baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Jenis-jenis mutasi pada lovebird
Jika dipetakan lebih rinci, ada empat metode pewarisan gen dalam mutasi lovebird, yaitu:

Mutasi dominan autosomal


Mutasi resesif autosomal

Mutasi dominan sex-linked (rangkai-kelamin)

Mutasi resesif sex-linked

Masalah ini akan saya jelaskan sebagian saja pada Seri 2, sifatnya yang ringan-ringan dulu,
sekadar memudahkan pemahaman dulu. Selebihnya, akan dikupas lebih detail pada seri-seri
berikutnya.
Beberapa istilah genetika terkait mutasi warna
Sekarang kita pahami dulu beberapa istilah genetika yang berkaitan dengan mutasi warna
lovebird, seperti normal, visual, single factor, double factor, fenotip, dan genotip. Karena hal
ini akan sering muncul dalam pembahasan artikel ini.
1. Normal

Istilah normal akan sering muncul ketika kita menyebutkan tipe induk jantan atau betina yang
akan dijodohkan dalam rangka memperoleh anakan hasil mutasi warna dengan tipe yang
diinginkan.
Apa artinya normal? Normal adalah tipe asli, original, atau tipe burung ketika masih di alam
liar. Sebagai contoh, untuk lovebird muka salem atau peach-faced (Agapornis roseicollis),
yang disebut normal adalah warna hijau (green). Setiap jenis lovebird memiliki tipe normal
yang berbeda-beda.
Tipe normal pada umumnya bersifat dominan. Jadi, jika induk jantan tipe normal dikawinkan
dengan induk betina bukan normal (misalnya lutino, albino, opaline, dll), maka gen induk
jantan bersifat dominan. Sehingga gen induk betina akan tertutupi (resesif) oleh gen normal
yang dominan. Ada beberapa kasus tertentu di mana gen normal tidak bersifat dominan (tapi
akan dijelaskan pada seri yang lain, biar nggak bingung).
2. Visual
Istilah ini kalau diterjemahkan agak rumit. Visual adalah tipe individu lovebird yang secara
fenotip (terlihat mata kita) seperti tipe normal. Tetapi secara genetik (melalui pemeriksaan
DNA), sebenarnya mengandung dua gen: normal dan gen resesif. Hal ini biasa terjadi pada
perkawinan induk A tipe normal dan induk B resesif. Karena normal bersifat dominan, dia
menutupi gen resesif.
Visual juga bisa terjadi antara dua induk yang semuanya bukan tipe normal. Misal induk
jantan dengan gen A yang bersifat dominan dikawinkan dengan induk betina dengan gen B
yang resesif. Anaknya secara visual terlihat sebagai gen A, meski dalam darahnya terdapat
juga gen B.
Dalam ilmu genetika, visual adalah individu carrier atau (pembawa sifat / gen tertentu, tapi
tak muncul dalam penglihatan manusia. Dalam perkawinan silang lovebird atau burung parrot
lainnya, istilah visual biasanya diikuti dengan kata split atau split to. Misalnya normal
split blue . Itu berarti anakan memiliki warna normal, tetapi sebenarnya secara genetik juga
mengandung gen tipe biru.
3. Factor
Factor adalah istilah untuk gen atau pasangan gen (alel) yang membawa sifat-sifat tertentu.
Ada dua jenis factor di sini, yaitu single factor dan double factor.
Jika alel terdiri atas dua gen yang berbeda (heterozigot), maka yang muncul adalah single
factor. Misalnya 50% normal dan 50% biru. Maka normal termasuk dalam single factor. Jika
alel terdiri atas dua gen yang sama, atau homozigot, maka akan muncul double factor. Single
factor dan double factor ini nantinya juga banyak digunakan dalam mutasi dominan.
4. Fenotip dan Genotip
Dalam bahasa Inggris, kedua istilah ini ditulis dengan phenotype dan genotype. Gen yang
diwariskan induk jantan dan induk betina kepada anaknya bisa muncul dalam dua bentuk:
fenotip dan genotip.

Fenotip adalah penampilan lovebird seperti yang terlihat oleh mata kita (sama seperti
penjelasan visual). Peach-faced lovebird tipe normal ketika dikawinkan dengan lutino,
misalnya, menghasilkan anakan yang terlihat hijau alias normal. Jadi, apa yang terlihat itu
adalah fenotip.
Tetapi tidak semua anakan yang terlihat hijau itu hanya mewarisi gen hijau. Sebagian juga
mewarisi gen lutino, hanya saja tidak terlihat (karena bersifat resesif terhadap normal yang
dominan). Keberadaan gen lutino baru bisa diketahui melalui pemeriksaan DNA. Ini yang
disebut genotip. Tetapi, dengan ilmu genetika terapan seperti yang sedang kita pelajari, kita
bisa memastikan kalau sebagian anaknya ada yang mengandung gen lutino.
Sekilas mengenai dominan dan resesif
Seperti dijanjikan, pada Seri 2 akan saya jelaskan masalah mutasi dominan dan resesif yang
bersifat ringan-ringan dulu, untuk membangkitkan minat belajar Anda. Kita ambil beberapa
contoh kasus dalam bentuk pertanyaan.
Sebagian materi saya ambil dari artikel David Britton, Parrot Genetics in Color Mutations
for Novice Pet Bird Breeders (birdpets.onenessbecomesus.com). Tetapi karena ada beberapa
hal yang agak rancu, dan dikhawatirkan membingungkan pembaca, sebagian materi
mengalami editing yang mungkin berbeda dari materi sebenarnya.
Berikut ini beberapa kasus yang diangkat dalam bentuk pertanyaan untuk menggambarkan
metode pewarisan gen dominan dan resesif.
Pertanyaan 1:
Saya memiliki sepasang lovebird hijau, kok anaknya bisa biru?
Jawab:
Meski kedua orangtuanya terlihat hijau, sebenarnya secara genetik tidak murni hijau.
Anaknya bisa menjadi biru, karena dia menerima gen biru dari bapak dan ibunya. Itu berarti
bapak dan ibunya tidak hijau murni, tetapi hijau split biru. Dalam pandangan manusia, hijau
split biru terlihat hijau. Tapi secara genetik mewarisi 50% hijau dan 50% biru. Silakan lihat
gambar di bawah ini :


Peluang untuk mendapatkan anakan yang berwarna biru adalah 25%. Pada gambar di atas,
anakan berwarna biru diberi kode 2-4. Yang 25% normal (1-3). Selebihnya normal split biru,
yaitu 1-4 dan 2-3. Karena tidak terkait dengan jenis kelamin, maka warna biru bisa terjadi
pada anaknya yang jantan maupun betina.
Pertanyaan 2 :
Saya menjodohkan lovebird biru dan normal hijau. Mengapa anaknya tidak ada yang biru?
Jawab:
Hijau bersifat dominan terhadap biru. Jadi, sebagian anaknya normal split biru, namun secara
visual terlihat hijau. Syarat agar anakan berwarna biru, ia harus memiliki satu set dari dua gen
biru, masing-masing dari kedua orangtuanya.
Jika induk yang normal hijau bersifat visual (normal split biru), pasti anaknya ada yang
berwarna biru. Lihat gambar di bawah ini :

Pada gambar di atas, terlihat bahwa 50% anaknya berwarna biru, dan 50% lagi normal split
biru (secara visual terlihat normal alias hijau). Hal ini juga berlaku untuk induk jantan biru
ketika dikawinkan dengan induk betina normal.
Sebaliknya, jika induk yang normal itu murni (100% normal), semua anaknya tidak ada yang
berwarna biru, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.


Ketentuan mutasi dominan dan resesif
Berikut ini beberapa ketentuan mengenai mutasi dominan dan resesif:
1. Sifat dominan selalu menutupi resesif. Jika burung yang memiliki gen dominan
dijodohkan dengan burung dengan gen resesif, maka semua anaknya terlihat dengan
warna gen dominan. Meski demikian, sebagian anaknya mewarisi gen resesif, namun
secara visual tidak muncul. Biasanya ditulis dengan A split B. A adalah gen dominan,
B adalah gen resesif.
2. Untuk bisa memunculkan sifat resesif, sehingga terlihat oleh mata manusia, maka
induk jantan dan induk betina yang mau dikawinkan harus memiliki sifat resesif. Jadi
kedua induk harus memiliki gen A split B. Contoh sudah dijelaskan pada gambar
normal spit biru.
Telur yang sudah dibuahi sel sperma akan menerima 1 kromosom dari bapak dan 1
kromosom dari ibu (lihat kembali Seri 1). Agar mutasi resesif bisa muncul dan terlihat mata
manusia, maka telur itu harus mewarisi 2 gen resesif. Jika hanya menerima 1 gen resesif,
maka akan tertutupi gen dominan sehingga yang terlihat mata kita tetap gen dominan.

Sekilas mengenai sex-linked (rangkai kelamin)

Mutasi dominan sex-linked dan mutasi resesif sex-linked hanya terjadi pada jenis kelamin
tertentu (jantan saja, atau betina saja). Setiap jenis gen mutasi sex-linked memiliki sasaran
pada jenis kelamin yang berbeda-beda. Misalnya, loverbird jenis pearl adalah mutasi resesif
yang hanya muncul pada burung betina.
Saya tidak akan menjelaskan lebih detail dulu, tetapi langsung mengarah ke beberapa
aplikasi, untuk membangun pemahaman awal mengenai mutasi yang berkaitan dengan jenis
kelamin.
Pertanyaan 1:
Seorang penangkar ingin menjodohkan lovebird normal jantan dan pearl betina. Apakah
perkawinan itu bisa menghasilkan anakan pearl?
Jawab:
Mungkin saja, tetapi itu tergantung apakah induk jantan merupakan carrier (membawa sifat
pearl).
Jika induk jantan merupakan carrier pearl, misalnya darahnya 50% normal dan 50% pearl
(secara visual terlihat normal), maka semua anaknya akan pearl. Tetapi kalau darahnya 100%
normal, maka anaknya 50% normal dan 50% pearl.
Pertanyaan 2:
Saya memiliki sepasang lovebird muka salem normal. Tetapi mengapa anaknya ada yang
lutino?
Jawab:
Sederhana saja. Induk yang jantan terlihat normal, tetapi itu hanya secara visual. Secara
genetis, dia juga memiliki gen lutino (50% normal dan 50% lutino). Karena gen lutino
bersifat mutasi resesif sex-linked, dan hanya bisa muncul pada betina, maka burung jantan
hanya terlihat normal.
Nah, ketika burung jantan yang memiliki gen 50% normal dan 50% lutino dikawinkan
dengan induk betina yang memiliki gen 100% normal, silakan lihat gambar di bawah ini :


Jadi, hasil perkawinan di atas akan menghasilkan anakan dengan kriteria berikut ini :

25% anak jantan memiliki gen 100% normal (pada gambar saya tulis dengan
angka 1-3)
25% anak betina memiliki gen 100% normal (1-4)

25% anak jantan memiliki gen 50% normal dan 50% lutino (2-3). INGAT:
secara visual tetap terlihat normal, karena gen lutino merupakan mutasi resesif
sex-linked yang hanya muncul pada betina.

25% anak betina memiliki gen 50% normal dan 50% lutino (2-4). INGAT:
anakan ini lutino, karena lutino merupakan mutasi resesif sex-linked yang
hanya muncul pada betina.

Jadi, menjawab pertanyaan di atas, meski induk jantan dan betina sama-sama lovebird muka
salem normal, tetapi jika induk jantan membawa sifat (carrier) lutino, ada kemungkinan
anaknya lutino (kemungkinan 25%, dan hanya terjadi pada anakan yang berjenis kelamin
betina).
Ketentuan mengenai mutasi sex-linked
Berikut ini beberapa ketentuan yang berkaitan dengan sex-linked:
1. Burung betina tidak dapat split to atau carrier (pembawa sifat) dari gen yang
bersifat sex-linked. Jadi pilihannya hanya ada dua. Pertama, gen itu muncul (terlihat
oleh mata manusia). Kedua, betina secara genetik sama sekali tidak mewarisi gen
yang bersifat sex-linked.

2. Semua burung betina mewarisi gen sex-linked dari bapaknya. Burung jantan yang
bersifat visual memiliki 2 alel, adapun burung betina hanya memiliki 1 alel. Karena
itu, anakan betina hanya akan menerima 1 alel pada kromosom seks tunggal dari
bapaknya. Jika anakan mendapatkan 2 alel, masing-masing satu dari bapak dan
ibunya, dipastikan jenis kelaminnya jantan.
Dapat disimpulkan, burung jantan secara visual memiliki double factor (dalam contoh
gambar di atas adalah normal dan lutino). Jika dipasangkan dengan betina normal,
maka anaknya yang betina dan menerima gen lutino akan mengalami mutasi menjadi
lutino. Hal ini tidak akan pernah terjadi pada anakan jantan. Anakan jantan hanya
bersifat carrier alias normal split lutino, namun secara visual terlihat normal.
Hal ini sekaligus bisa digunakan untuk membedakan jenis kelamin (sexing) anakan
lovebird hasil mutasi warna yang bersifat sex-linked, dari perkawinan antara jantan
visual dan betina normal.
3. Burung jantan bisa bersifat visual atau split. Ingat, sifat visual atau split hanya berlaku
untuk burung jantan.
Ok, sementara itu dulu.Seri 2, sekali lagi, langsung masuk ke aplikasi ringan untuk
membangkitkan gairah Anda. Dalam seri berikutnya, kita mulai mengarah ke pembahasan
lebih serius. Ini sekaligus untuk menyeleksi mana penangkar yang berminat belajar mutasi
warna lovebird, dan mana yang sudah pusing pada Seri 2 ini (he.. he.. he).
Referensi Utama:

agapornis.be
agapornis.info

mutavi.info

africanlovebirdsociety.com

artikel David Britton: Parrot Genetics in Color Mutations for Novice Pet Bird
Breeders (birdpets.onenessbecomesus.com)

Anda mungkin juga menyukai