PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang ahli genetika adalah manusia biasa yang memiliki jangka waktu tertentu
untuk hidup sehingga sangat tidak praktis untuk menunggu sampai tiga generasi atau lebih
untuk mempelajari sifat menurun tertentu. Bila kita tidak dapat menunggu untuk melihat
generasi selanjutnya dengan jalan mengumpulkan informasi tentang seluruh anggota keluarga
yang masih hidup dan mendapatkan sebanyak mungkin informasi tentang generasi terdahulu.
Kemudian meng- gambarkannya dalam suatu bagan atau silsilah keluarga, hal ini disebut
analisa pedigree. Dengan semakin banyaknya informasi yang diperoleh dan dengan
melakukan lebih banyak pemeriksaan akan lebih memungkinkan untuk membuat kesimpulan
tentang mekanisme pewarisan gen atau gen-gen yang sesuai dengan sifat yang sedang
dipelajari (Arsal, 1995; Russel,1986).
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hereditas adalah penurunan sifat dari induk kepada keturunannya. Dimana keturunan
yang dihasilkan dari perkawinan antar individu mempunyai perbandingan fenotip maupun
genotip yang mengikuti aturan tertentu. Aturan-aturan dalam pewarisan sifat ini disebut pola-
pola hereditas.
3
Gen dikatakan dominan apabila gen tersebut bersama dengan gen lain (gen pasangannya),
akan menutup peran/sifat gen pasangannya tersebut. Dalam persilangan gen, dominan ditulis
dengan huruf besar.
5. Sifat Resesif
Gen dikatakan resesif apabila berpasangan dengan gen lain yang dominan ia akan tertutup
sifatnya (tidak muncul) tetapi jika ia bersama gen resesif lainnya (alelanya) sifatnya akan
muncul. Dalam genetika gen resesif ditulis dengan huruf kecil.
6. Intermediet
Intermediet adalah sifat suatu individu yang merupakan gabungan dari sifat kedua induknya.
Hal ini dapat terjadi karena sifat kedua induk yang muncul sama kuat (kodominan). Misalnya
bunga warna merah disilangkan dengan bunga warna putih, menghasilkan keturunan
berwarna merah muda.
7. Hibrid
Hibrid adalah hasil perkawinan antara dua individu yang memiliki sifat beda. Bila individu
tersebut memiliki satu sifat beda disebut monohibrid, dua sifat beda disebut dihibrid, tiga
sifat beda trihibrid, dan sebagainya.
8. Homozigot
Adalah pasangan gen yang sama. Homozigot dibedakan menjadi dua, yaitu homozigot
dominan (Misal AA) dan homozigot resesif (Misal aa).
9. Heterozigot
Adalah pasangan gen yang berlainan. Contoh Aa dan Mm.
10. Alel
Adalah gen yang merupakan pasangan dari bentuk alternatif terhadap sesamanya dan terletak
pada lokus yang bersesuaian pada kromosom homolog. Contoh : Bb, B adalah alel dari b, dan
b adalah alel dari B.
11. Parental
Adalah individu yang merupakan induk, biasanya diberi notasi P.
12. Filial
Adalah keturunan yang dihasilkan dari persilangan dua induk dan biasanya diberi notasi F.
pedigree adalah bagan yang menunjukkan pewarisan suatu sifat selama beberapa
generasi. Sebuah pedigree umumnya dibuat untuk keluarga, dan menguraikan pola warisan
dari gangguan genetik. Digambarkan di bawah ini adalah silsilah yang menampilkan warisan
4
gangguan resesif melalui tiga generasi (Gambar di bawah). Dari mempelajari silsilah, para
ilmuwan dapat menentukan hal-hal berikut:
Dalam pedigree, kotak melambangkan laki-laki, dan lingkaran mewakili perempuan. Sebuah
garis horizontal yang menggabungkan laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa
pasangan memiliki keturunan. Garis vertikal menunjukkan keturunan yang tercantum kiri ke
kanan, dalam urutan lahir. Bayangan lingkaran atau persegi menunjukkan seorang individu
yang memiliki sifat sedang ditelusuri. Dalam silsilah ini, pewarisan sifat resesif sedang
ditelusuri. A adalah alel dominan, dan merupakan alel resesif.
Kosa kata
5
sex-linked: kromosom X atau Y.
6
syndrome, selain menyebabkan intelegensinya rata-rata minus, tonus otot lidahnya
pun lemah sehingga menyebabkan cadel (Sidabutar, 1994)
7
2.4 Hasil
Simbol Keterangan:
Laki-laki cadel
o Perempuan tidak cadel
Perempuan cadel
Laki-laki tidak cadel
Simbol Keterangan:
Laki-laki cadel
o Perempuan tidak cadel
Perempuan cadel
Laki-laki tidak cadel
8
Probandus
Perkawinan Keluarga
Simbol Keterangan:
Laki-laki cadel
o Perempuan tidak cadel
Perempuan cadel
Laki-laki tidak cadel
Probandus
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melalui diagram silsilah keluarga dari suatu individu yang mengalami cadel, sudah
dapat dipastikan/diperkirakan bahwa cadel yang dialaminya disebabkan oleh
faktor keturunan serta dapat membedakannya dari cadel yang disebabkan oleh faktor lain.
Melalui diagram silsilah dapat dilihat bagaimana sejarah keluarganya mengenai sifat /
karakter tersebut.Kemudian langkah selanjutnya menentukan pola penurunannya dari silsilah-
silsilah keluarga tersebut. Dalam menentukan pola yang digunakan untuk mewariskan atau
meneruskan suatu karakter, dibuat suatu asumsi misalnya “karakter A diturunkan menurut
pola b”. Kemudian melalui pola fenotip yang ada ditentukan apakah asumsi tersebut sesuai
atau tidak. Beberapa pola pewarisan sifat yang ditentukan oleh gen dan umum ditemukan
pada manusia adalah sebagai berikut : 163 Andi Faridah Arsal (2012)
1. Y – linkage
2. X – linkage dominan
3. X – linkage resesif
4. Dominan autosomal
5. Resesif autosomal
6. Karakter yang ekspresinya terbatas pada jenis kelamin tertentu
7. Karakter yang ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin yang dapat dibagi
menjadi :
a. Karakter yang bersifat dominan pada laki-laki dan resesif pada perempuan
b. Karakter yang bersifat dominan pada
perempuan dan resesif pada laki-laki
3.2 Saran
Sebaiknya untuk penulisan makalah selanjutnya diharapkan tidak ada atau
meminimalisir plagiasi didalam makalah. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca,
khususnya bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, untuk menambah
wawasan mengenai kasus cadel.
10
DAFTAR RUJUKAN
Arsal, A. F. (2012). Analisis Pedigree Cadel (Studi Kasus Beberapa Kabupaten di Sulawesi
Arsal AF. 1995. Analisis Pedigree Cadel laporan kuliah kerja lapang Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
Lewis R. 2008. Human Genetics, Mc GrawHill.New York.
Sidabutar T. 1994. Kesehatan: Menangani Anak Cadel. Nova No. 339/VII-21 Agustus 1994.
Jakarta.hal 25.
Martinet. 1987. Ilmu Bahasa:Pengantar, Kanisius. Yogyakarta. Hal 22, 49, 5052.
11