Anda di halaman 1dari 33

PERENCANAAN

PENYULUHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

Oleh:

Sharon Gondodiputro,dr.,MARS

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung
2007

PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN PENCEGAHAN


PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS
Oleh Sharon Gondodiputro,dr.,MARS,
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung

ABSTRAK
Dalam pengembangan program Promosi Kesehatan, dikenal pula istilah
Pendidikan Kesehatan yaitu segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan

yang

kondusif.

Berdasarkan

dimensi

tingkat

pelayanan

kesehatan,

pendidikan/promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencehagan dari


Leavel and Clark yaitu: Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan yang diperlukan adalah
peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan
dll, Perlindungan khusus, seperti imunisasi, Diagnosis segera dan pengobatan segera,
Pembatasan cacat dan Rehabilitasi.
Tahap awal dalam merencanakan promosi kesehatan adalah kegiatan analisis
situasi external maupun internal Puskesmas untuk melihat kelebihan, kekurangan,
peluang dan ancaman/hambatan yang dihadapi oleh sarana tersebut yang disebut dalam
pelaksanakan promosi kesehatan. Analisis tersebut dinamalan analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity and Threats) . Analisis faktor eksternal dilakukan untuk
mendapatkan gambaran Peluang (Opportunity) dan Threats ( Ancaman) atau dengan
perkataan lain melihat faktor-faktor pendukung dan hambatan yang berasal dari luar
PUSKESMAS. Analisis Faktor internal dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) PUSKESMAS itu sendiri, sehingga kita
dapat memperkuat kekuatan kita dan mengurangi kelemahan kita. Selanjutnya analisis ini
diperlukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang dianalisis mempunyai dampak
terhadap

timbulnya

masalah

kesehatan

dan

masalah

pelayanan

kesehatan

Langkah langkah perencanaan promosi kesehatan hipertensi di Puskesmas adalah


sebagai berikut: Analisa Masalah Kesehatan dan Perilaku; Menetapkan Sasaran; Menetapkan
tujuan ; Menetapkan Strategi; Menetapkan Pesan Pokok; Menetapkan Metode dan Alat
Bantu/Media Pendidikan; Menetapkan Kegiatan Operasional; Menetapkan Pemantauan dan
Evaluasi
Kata kunci: Promosi Kesehatan, SWOT, Langkah-langkah perencanaan promosi kesehatan

Distribusi hipertensi berdasarkan umur di Puskesmas X tahun 2006


1400

1200

1286

1000

800

752

600

400

200

0
0-7 hr

300

129
0
8-29 hr

0
1- 12 bln

0
1-4 thn

0
5-14 thn

15 - 44 thn

45-54 thn

Hipertensi
55-64 thn

> 65 thn

1. Kata-kata
2. Tulisan
3. Rekaman,radio
4. Film
5. Telivisi
6. Pameran
7. Field trip
8. Demonstrasi
9. Sandiwara
10. Benda tiruan
11. Benda asli

PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN PENCEGAHAN


PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS
Oleh Sharon Gondodiputro,dr.,MARS,
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung

= Sehat bukan berarti tidak sakit. Dengan perkataan lain, kalau tidak sakit, belum tentu
sehat apalagi bugar. Tapi mengapa kita sering melupakan penyakit tidak menular di
masyarakat ? "Menunggu" sampai timbul kasus ? Bukankah mengobati lebih mahal
daripada mencegah? ,Dokter yang bekerja di sarana kesehatan primer dengan berpikir
analitik dan pencegahan merupakan pilihan. =

Di seluruh dunia derajat kesehatan tidak merata dan cenderung menurun terutama
di negara berkembang. Hal ini terjadi juga di Indonesia. Dari tahun ke tahun Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi sebagai indikator Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) menurun landai dan masih menjadi masalah. Beban ini ditambah dengan adanya
timbulnya penyakit-penyakit menular yang baru dan yang lama (re-emerging dan new
emerging diseases), sementara penyakit tidak menular atau degeneratif mulai meningkat
(non communicable disease) (WHO Report, 2002).
Apa yang salah dengan sistem kesehatan kita? Apakah dengan pembangunan
kesehatan selama ini belum berdampak positif terhadap derajat kesehatan? Kenyataannya
derajat kesehatan meningkat bila dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu. Di setiap
Kecamatan ada PUSKESMAS yang melayani masyarakat secara komprehensif, begitu
pula dengan Rumah Sakit, hampir setiap Kabupaten/Kota mempunyai minimal 1 Rumah
Sakit, tetapi distribusi sumber daya kesehatan belum merata, karena sebagian besar
terdapat di Pulau Jawa. Pada umumnya sumber daya tersebut dialokasikan terutama
untuk pelayanan sophisticated medical institutes di daerah perkotaan ( biaya tinggi).
Keterbatasan dana Pemerintah disertai dengan alokasi yang tidak tepat karena
sebagian besar dana (40%)

difokuskan untuk pelayanan kesehatan mutahir di Rumah

Sakit, dan hanya 15% diperuntukkan bagi pelayanan kesehatan primer yang justru

melayani sebagian besar masyarakat. Di pihak lain PUSKESMAS merupakan sarana


pelayanan kesehatan primer yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk
mendapatkan pengobatan yaitu sebesar 40%.( Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat,
2006)
Deklarasi Alma Ata (International Conference on Primary Health Care, AlmaAta, USSR, 6-12 September 1978 ) telah memberikan solusi terhadap masalah-masalah
tersebut.

Setiap

Negara

diwajibkan menyusun

kebijakan

kesehatannya

dalam

melaksanakan hasil-hasil dari deklarasi tersebut. Beberapa hal penting yang sangat perlu
diperhatikan oleh seluruh negara adalah :
1.

Pelayanan kesehatan primer (Primary health care) adalah pelayanan kesehatan


yang sangat esensial dengan menggunakan ilmu kedokteran dan kesehatan
praktis yang dapat diterima oleh individu, keluarga dan masyarakat, sehingga
mereka dapat memelihara kesehatannya selama siklus hidupnya (every stage
of their development) . Pemeliharaan kesehatan ini dilakukan oleh masyarakat
sendiri berdasarkan 2 prinsip yaitu
reliance)

tergantung dari diri sendiri (self

dan pengambil keputusan sendiri. (self determination). Untuk

melaksanakan prinsip tersebut, maka sebagai dokter, kita harus melibatkan


masyarakat secara aktif dan memberikan informasi kesehatan yang akurat.
2.

Karakteristik pelayanan kesehatan primer adalah :


a. merupakan level pertama/strata pertama kontak dengan individu, keluarga
dan masyarakat
b. merupakan refleksi dan penerapan dari ilmu-ilmu (multidisiplin dan
interdisiplin) sosial, biomedikal dan ilmu-ilmu lain yang terkait
berdasarkan fakta (evidence)
c. menjadikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin tempat tinggal atau
tempat bekerja masyarakat
d. melibatkan partisipasi masyarakat secara total agar mereka dapat
menjalanlan 2 prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya. Ini sangat
memberikan keuntungan bagi kita dimana untuk menyelesaikan masalah
kesehatan, tidak perlu setiap kali masyarakat harus mencari dokter, tetapi
ada masalah-masalah yang mereka dapat pecahkan sendiri. Masyarakat
disini meliputi pula community workers seperti tokoh-tokoh masyarakat
kader ,dukun, pengobat tradisional.

e. Pelayanan kesehatan primer bukan suatu kegiatan yang berdiri sendiri,


tetapi merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional. Pada Sistem
kesehatan nasional ini terdapat pelayanan kesehatan sekunder dan tertier,
dimana ke tiganya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
f. Selalu memperhatikan masalah kesehatan utama yang terjadi di
masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan bukan saja
kuratif dan rehabilitatif, tetapi meliputi pula preventif dan promotif.
Seperti yang telah diketahui bersama, dari seluruh populasi hanya 15 % yang akan
menjadi sakit, sehingga sesuai dengan amanat Deklarasi Alma Ata, maka bentuk-bentuk
pelayanan kesehatan primer utamanya menekankan upaya-upaya pencegahan agar
masyarakat tidak jatuh sakit dan masyarakat yang sehat dapat memelihara kesehatan dan
kebugarannya secara optimal. Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan primer minimal
meliputi:
1. Pendidikan kesehatan untuk agar masyarakat dapat mengatasi masalah kesehatan
berdasarkan 2 prinsip yaitu tergantung dari diri sendiri (self reliance) dan
pengambil keputusan sendiri. (self determination).
2. Metode-metode pencegahan dan pengendalian penyakit
3. Nutrisi/Gizi masyarakat
4. Sanitasi lingkungan dan suplai air bersih yang mencukupi
5. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
6. Imunisasi bagi penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
7. Pencegahan dan pengendalian penyakit-penyakit lokal dan endemis
8. Pengobatan rasional bagi penyakit dan kecelakaan (injuries)
9. Ketersediaan obat-obat esensial
Setiap negara berkewajiban mengembangkan pelayanan kesehatan primernyamasingmasing sesuai dengan kondisi dan situasi di negara tersebut. Sejak tahun 1968 Indonesia
telah mengembangkan pelayanan kesehatan primer yaitu dinamakan Pusat Kesehatan
Masyarakat (PUSKESMAS).
PUSKESMAS Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) telah didirikan hampir di
seluruh pelosok tanah air. Sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik

Indonesia nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar Pusat Kesehatan


Masyarakat, maka :
3

1. PUSKESMAS adalah unit pelaksana teknis pelayanan kesehatan primer/strata


pertama dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya yaitu penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
2. PUSKESMAS mempunyai wilayah kerja, standar wilayah kerja adalah satu
Kecamatan. Hal ini mengandung arti bahwa PUSKESMAS melayani sejumlah
penduduk baik sehat maupun sakit yang menjadi tanggung jawabnya.
3. PUSKESMAS mempunyai misi yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. PUSKESMAS akan
selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya,
tanpa diskriminasi dan mencakup pula aspek lingkungan dari pasien, keluarga dan
masyarakat tersebut.
4. PUSKESMAS harus dikelola dengan baik dengan menggunakan fungsi-fungsi
manajemen

seperti

Perencanaan,

Pengorganisasian,

Penggerakkan

dan

Pamantauan serta Evaluasi.


Upaya-upaya yang ada di PUSKESMAS berupa upaya-upaya preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif di upaya-upaya kesehatan wajib yaitu:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
Dalam pengembangan program Promosi Kesehatan, dikenal pula istilah Pendidikan
Kesehatan yaitu segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh pelaku pendidikan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah
perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusif. Namun demikian WHO pada awal tahun 1980-an menyimpulkan bahwa
4

pendidikan kesehatan tidak mampu mencapai tujuannya, apabila memfokuskan pada


upaya-upaya perubahan perilaku saja. Pendidikan kesehatan harus mencakup pula upaya
perubahan lingkungan. Sejak itu dikenal istilah Promosi Kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan. Promosi
kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya
memfasilitasi perubahan perilaku.
Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan/promosi kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencehagan dari Leavel and Clark yaitu:
1. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan yang diperlukan adalah peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dll
2. Perlindungan khusus, seperti imunisasi
3. Diagnosis segera dan pengobatan segera, secara umum penyakit-penyakit yang terjadi
di masyarakat sering sulit terdeteksi karena informasi tentang hal tersebut minimal.
Oleh sebab itu peran pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini terutama
penyebarluasan informasi kesehatan dan penyakit.
4. Pembatasan cacat, pendidikan kesehatan diperlukan agar masyarakat yang telah sakit
tidak jatuh ke dalam kecacatan, misalnya penyakit Diabetes Mellitus.
5. Rehabilitasi, bila masyarakat telah sembuh dari penyakitnya, kadang-kadang menjadi
cacat.

Untuk

memulihkan cacatnya

diperlukan

latihan-latihan untuk

tetap

mempertahankan kualitas hidupnya


Tahap awal dalam merencanakan promosi kesehatan adalah kegiatan analisis
situasi external maupun internal Puskesmas untuk melihat kelebihan, kekurangan,
peluang dan ancaman/hambatan yang dihadapi oleh sarana tersebut yang disebut dalam
pelaksanakan promosi kesehatan. Analisis tersebut dinamalan analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity and Threats) . Analisis faktor eksternal dilakukan untuk
mendapatkan gambaran Peluang (Opportunity) dan Threats ( Ancaman) atau dengan
perkataan lain melihat faktor-faktor pendukung dan hambatan yang berasal dari luar
PUSKESMAS. Analisis Faktor internal dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) PUSKESMAS itu sendiri, sehingga kita
dapat memperkuat kekuatan kita dan mengurangi kelemahan kita. Selanjutnya analisis ini
diperlukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang dianalisis mempunyai dampak
terhadap timbulnya masalah kesehatan dan masalah pelayanan kesehatan.
5

1. Analisis faktor eksternal PUSKESMAS.


Analisis faktor eksternal dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebijakankebijakan atau aturan-aturan yang ditetapkan dalam mengelola PUSKESMAS, wilayah
kerja, penduduk dan institusi yang dilayani oleh PUSKESMAS tersebut, adanya sumber
daya baik swasta maupun masyarakat yang dapat dijadikan mitra kerja PUSKESMAS
dalam menjalankan program-program kesehatannya, faktor-faktor lingkungan sosial
ekonomi dan budaya lokal spesifik yang dapat menjadi risiko timbulnya penyakit atau
dapat menghambat aksesitas pelayanan kesehatan di PUSKESMAS dll. Beberapa tabel di
bawah ini dapat menjadi alat bantu proses analisis tersebut.
Hasil analisis ini menjadi sumber informasi yang sangat penting dalam kelancaran
pelaksanaan program- program di PUSKESMAS apakah merupakan pendukung atau
penghambat
Aspek-aspek yang dilakukan analisis faktor eksternal adalah :
a. Analisis kebijakan- kebijakan dalam pengelolaan PUSKESMAS.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada aturan-aturan yang harus dipatuhi
secara aspek legal dalam menjalankan PUSKESMAS. Aturan-aturan ini dapat
berbentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan
daerah dan sebagainya. Selanjutnya aturan aturan tersebut dapat berupa pengelolaan
sumber daya, Standar pelayanan minimal yang harus dilaksanakan, penganggaran dan
sebagainya.
b. Analisis Geografi
Peran analisis data geografi sangat besar dalam menentukan ada tidaknya faktor
geografi untuk timbulnya masalah kesehatan serta aksesibilitas pelayanan kesehatan
PUSKESMAS untuk masyarakat yang dilayaninya
Informasi yang didapat dari analisis ini adalah:
1) Wilayah kerja PUSKESMAS beserta batas-batasnya,

Contoh Gambar/Peta Wilayah Kerja PUSKESMAS . Tahun

2) Jumlah Desa/Kelurahan,
3) Jumlah RW dan RT masing-masing Kelurahan
4) Keadaan geografis wilayah tersebut apakah daerah pantai, pegunungan, daerah
aliran sungai, daerah pertanian, daerah industri, daerah rawan kecelakaan dan
sebagainya ( sangat lokal spesifik)
5) Sarana transportasi

Tabel . Wilayah kerja PUSKESMAS ........................Tahun ...........


No

Nama
Desa/
Kelurahan

1.
2.
3.
dst

Luas
Wilayah

Jarak
Terjauh
Jumlah
RT/RW dari Desa /
Kelurahan
ke Puskesmas

Rata-Rata Waktu Tempuh dari


Desa / Kelurahan ke
PUSKESMAS
Roda 2
Roda 4
Lain-lain

Kondisi Keterjangkauan
Desa *
Roda 2

Roda
4

Lain-lain

Total

Sumber : (.., tahun ..)

6) Adanya daerah rawa , daerah endemis suatu penyakit, daerah rawan bencana, rawan
penyakit menular
7) Sarana air bersih dan Jamban keluarga

8) Sarana yang berpotensi menimbulkan polusi atau pencemaran lingkungan


9) Sarana olahraga yang menunjang kegiatan aktifitas fisik masyarakat

Contoh tabel .Kegiatan yang potensil menimbulkan polusi lingkungan


No.

Kegiatan

Jenis polusi

1.

Industri

2.

Tambang emas
tradisional
Pasar
Rumah potong
hewan
Tempat
pembuangan
sampah sementara
Tempat
pembuangan
sampah akhir
Sarana kesehatan
potensial

3.
4.
5.

6.

7.

Desa/Kel

Desa/Kel

Desa/Kel

Limbah cair
Limbah padat
Bahan beracun
dan berbahaya
(B3)
merkuri
cyanida
Sampah organik
Limbah organik
Sampah organikdll
Sampah organik dll
Limbah klinis dll

c. Analisis Demografi
Analisis

ini

dapat

menggambarkan

kondisi

penduduk

yang

dilayani

oleh

PUSKESMAS, sehingga PUSKESMAS dapat menyiapkan pelayanan yang cocok


dengan kebutuhan masyarakatnya.
Hal-hal yang perlu dianalisis adalah:
1) Jumlah Penduduk, untuk mengetahui jumlah penduduk yang dilayani.
2) Kepadatan penduduk, makin tinggi kepadatan penduduknya, risiko untuk
penyebaran penyakit menular makin tinggi. Juga risiko untuk terjadinya penyakit
tidak menular lebih besar, misalnya gangguan mental seperti depresi, stress dll.
Gangguan mental ini dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler dan pembuluh darah seperti hipertensi.
3) Angka pertambahan penduduk

4) Angka Fertilitas
5) Piramida penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. Piramida ini digunakan
untuk menggambarkan perubahan komposisi umur dan jenis kelamin penduduk dari
waktu ke waktu serta tergantung dari angka kelahiran dan kematian , juga adanya
migrasi penduduk,perang,kelaparan atau bencana.

Informasi ini penting untuk

mengembangkan program-program kesehatan sesuai dengan jenis kelamin dan


umur.Piramida penduduk ini sebaiknya berasal dari data 3 tahun terakhir. Hal ini
sangat penting untuk melihat perubahan jumlah penduduk spesifik di wilayah kerja
PUSKESMAS tersebut, misalnya dalam 3 tahun terakhir ini terjadi peningkatan
jumlah penduduk usia lanjut yang sangat signifikan. Untuk itu PUSKESMAS harus
menyusun program spesifik bagi penduduk tersebut agar kesehatannya terjaga
dengan baik.
Bentuk piramida penduduk terdapat 3 bentuk yaitu:
1. Bentuk Ekspansif, jika sebagian besar penduduk terdapat pada kelompok umur
muda. Umumnya terdapat pada negara-negara dengan angka kelahiran dan
kematiannya tinggi. Keadaan ini membuktikan bahwa belum berhasilnya
program Keluarga Berencana dan program

Pencegahan terhadap kematian

terutama di usia dewasa dan usia lanjut. Juga melihat jumlah bayi dan balitanya
tinggi, maka program-program Kesehatan Bayi dan Balita perlu ditingkatkan.
Bentuk ekspansif ini juga menggambarkan bahwa beban tanggungan keluarga
sangat tinggi, karena banyak anggota keluarga yang belum masuk ke dalam
angkatan kerja.

2. Bentuk Konstruktif, jika sebagian kecil penduduk terdapat pada kelompok


umur muda. Bentuk ini terdapat di negara- negara yang tingkat kelahirannya
menurun dengan cepat dan angka kelahirannya rendah.

10

3. Bentuk Stationer, jika jumlah penduduk dalam tiap kelompok umur hampir
sama. Bentuk ini terdapat di negara-negara yang angka kelahiran dan
kematiannya rendah. Pada umumnya di negara-negara yang sudah berkembang
dengan standar hidup yang tinggi, umur harapan hidup yang panjang dan
rendahnya angka pertumbuhan penduduk.Dampak terhadap program kesehatan
adalah pengembangan Program Pencegahan Penyakit tidak menular , Program
usia lanjut dll.

6) Pendidikan
Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan sangat penting dalam penyampaian
informasi kesehatan.

11

Tabel . Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Puskesmas x Tahun 2005
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis Pendidikan
Tidak / Belum Sekolah
Tidak Tamat SD
Belum Tamat SD
Tamat SD
SLTP
SLTA
Akademi / Sarjana
Sarjana
Jumlah

Tahun 2005
Jumlah
3486
1078
4527
4918
3250
4457
362
126
22204

Dari contoh tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar penduduk di wilayah
kerja Puskemas berpendidikan SMP ke bawah. Dalam kegiatan promosi kesehatan,
maka bahasa dan cara yang digunakan harus memperhatikan tingkat pendidikan
masyarakat tersebut seperti bahasa yang digunakan sedikit mungkin menggunakan
bahasa-bahasa ilmiah, tetapi lebih banyak menggunakan bahasa-bahasa populer.

7) Pekerjaan dan mata pencaharian, untuk menganalisis kemungkinan adanya risiko


timbulnya penyakit akibat kerja dan risiko ini harus diminimalisasi dengan
menyusun program-program pencegahan penyakit. Analisis ini mungkin dapat juga
memberikan gambaran tentang status penghasilan penduduk tersebut.
Selanjutnya pekerjaan dapat menggambarkan waktu yang tepat dalam melakukan
kegiatan pendidikan/promosi kesehatan.
Tabel . Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Puskesmas x Tahun 2005 dan 2006
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Mata Pencaharian
PNS
TNI / POLRI
Pegawai Swasta
Petani
Pedagang
Pensiunan
Buruh
Ibu Rumah Tangga
Tidak / Belum Bekerja

Jumlah
2005
3912
168
95
42
195
139
9809
Tak terdata
Tak terdata

2006
1511
103
4316
6
734
985
1024
3550
1272

12

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2005, sebagian besar penduduk
bermata pencaharian sebagai buruh. Artinya bila sasaran kita adalah buruh, maka
waktu melakukan pendidikan/promosi kesehatan tidak dapat dilakukan pada pagi
hari, kecuali hari libur. Juga hal ini berlaku pada kelompok PNS, TNI dan pegawai.
Bila sasaran pendidikan/promosi kesehatan adalah ibu rumah tangga (2006),
maka pendidikan/promosi kesehatan dapat dilakukan pada pagi hari.
8) Distribusi penduduk berdasarkan sasaran program ( bayi, balita, ibu hamil dll) dan
sasaran spesifik misalnya anak jalanan, PSK, TKW/TKI, penduduk musiman dll.
Selain distribusi penduduk berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan, maka pembagian penduduk juga berdasarkan sasaran program kesehatan
yang ada di Puskesmas
Tabel . Jumlah sasaran program
Puskesmas x Tahun 2005 dan 2006
Tahun
2005
2006

Jumlah
Penduduk
22204
22275

BUMIL

BULIN

917
488

462
443

NEO
NATUS
428
410

BAYI

BALITA

360
470

1711
1516

Anak
Sekolah
4070
3972

USILA
4870
5166

Dari tabel tersebut, terlihat distribusi penduduk berdasarkan sasaran program


yaitu ibu hamil, ibu bersalin, neonatus, bayi, balita, anak sekolah dan usia lanjut.
Dalam perencanaan program pendidikan kesehatan/promosi kesehatan, sasaransasaran ini menjadi penting, misalnya untuk kelompok usia lanjut, kita harus
melakukan program pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit degeneratif
seperti penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah, keganasan, Diabetes mellitus
dll. Jika diperhatikan kelompok usia lanjut merupakan kelompok dengan jumlah
terbesar dibandingkan kelompok lain pada sasaran program.
9) Keadaan sosial budaya penduduk, meliputi kalau ada tentang pandangan tentang
sehat sakit, gaya hidup, perilaku hidup sehat dan bersih, perilaku pencarian
pengobatan, kebiasaan-kebiasaan, larangan dan anjuran- anjuran. Ke semuanya ini
dapat menjadi pendukung atau penghambat kelancaran program-program
pendidikan/promosi kesehatan

13

d. Analisis derajat kesehatan


Dalam mencapai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), maka indikator-indikator
kesehatan yang merupakan komponen dalam IPM tersebut adalah Angka Kematian
Ibu, Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup.
Di Tingkat Kecamatan atau tingkat administrasi di bawahnya, kita tidak mungkin
menghitung angka-angka tersebut karena denominatornya terlalu kecil, sehingga yang
digunakan adalah nilai atau jumlah absolut kematian ibu dan kematian bayi.
Hal yang sangat penting adalah mengapa kematian tersebut terjadi (penyebabnya),
periode waktunya adalah 3 tahun terakhir dan dimana kematian tersebut terjadi.Sebagai
penanggung jawab kesehatan di wilayahnya, PUSKESMAS wajib mengetahui tentang
hal-hal tersebut.
Untuk Angka Harapan Hidup biasanya yang digunakan adalah angka Harapan Hidup
tingkat Kabupaten/Kota atau tingkat Propinsi.
Selain indikator kesehatan dalam IPM, maka angka kematian kasar dan angka kesakitan
di wilayah kerja PUSKESMAS wajib diketahui. Namun demikian karena kita tidak
dapat menghitung Prevalensi dan Insidensi, maka yang digunakan adalah nilai/jumlah
absolut.
Status gizi balita merupakan salah satu indikator derajat kesehatan, sehingga sebagai
dokter di pelayanan kesehatan primer, informasi ini juga sangat dibutuhkan.
Informasi informasi yang dibutuhkan sebagai hasil analisis derajat kesehatan adalah:
1) Jumlah kematian ibu hamil, bersalin dan nifas, penyebabnya selama 3 tahun
terakhir
2) Jumlah kematian bayi beserta penyebabnya selama 3 tahun terkhir
3) Jumlah kematian balita beserta penyebabnya selama 3 tahun terakhir
4) Jumlah kematian kasar beserta penyebabnya selama 3 tahun terakhir
5) Angka Harapan hidup selama 3 tahun terakhir
6) Jumlah kesakitan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
7) Jumlah kesakitan penyakit menular yang cenderung dapat menimbulkan Kejadian
Luar Biasa dan diamati secara cermat dengan kegiatan surveillance misalnya
demam berdarah, Avian Flu, Malaria dan penyakit menular lokal spesifik seperti
TBC, Filariasis, Lepra, Anthrax dsb.

14

8) Jumlah kesakitan terbanyak (10 terbanyak) berdasarkan umur baik penyakit


menular maupun tidak menular yang didapat dari data kunjungan pasien (LB1)
PUSKESMAS 3 tahun terakhir.
9) Status gizi balita: gizi baik, gizi kurang, gizi buruk dan gizi lebih selama 3 tahun
terakhir.
e. Analisis Kelembagaan bersumber daya masyarakat: peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan misalnya UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Masyarakat), antara
lain yaitu : pos yandu, polindes, posbindu, pengobatan tradisional/Batra, Wahana
Pelayanan Kesehatan dasar, dana sehat, JPKM, Poskestren, pengobatan alternatif
(institusi penyelenggara pengobatan Reiki, Tetada Kalimasada, Sinar Putih, Mahatma,
bengkel patah tulang dll), pesantren maupun institusi tradisional lain pengelola
pengobatan Narkoba. Dalam analisis perlu dibahas mengenai kepesertaan, pemanfaatan
oleh peserta (utilisasi), unit UKBM mana yang paling diminati oleh masyarakat, serta
kendala yang dihadapi dalam pengelolaannya. Kelembagaan bersumber daya
masyarakat dibuat dalam bentuk tabel seperti di bawah ini, kolom diisi dengan jumlah
sarana, jumlah kader/ pengurus/kelompok aktif untuk melihat tingkat peran serta
masyarakat dalam sarana tersebut. Kolom keterangan diisi dengan hal-hal yang perlu
disampaikan dan tidak tercantum pada kolom yang ada. Tabel dapat dimodifikasi tiap
kolom dibagi dua yaitu kolom jumlah sarana dan jumlah kader/pengurus/kelompok
aktif.
f. Analisis sarana kesehatan swasta dan pemerintah yang ada.
Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui potensi sarana kesehatan yang dapat
dijadikan mitra untuk ikut serta aktif dalam pelaksanaan program-program yang telah
ditetapkan oleh PUSKESMAS. Sarana kesehatan ini dapat berupa sarana kesehatan
primer, sekunder maupun tertier

Contoh Tabel Sarana kesehatan di Wilayah Kerja PUSKESMAS Tahun ..


No.

Jenis sarana kesehatan

1. Rumah Sakit Umum


2. Rumah Sakit Khusus

Pemilik

Jumlah
Total

Desa/Kel

Desa/Kel

Desa/Kel

Desa/Kel

Pemr
Swasta

15

a. RS Jiwa
b. RS Bersalin
c. Lainnya (uraikan)
3. Balai Kesehatan
Masyarakat
a. BP4
b. BKMM
c. BKOM
d. BKTK
e. KKP
4. PUSKESMAS
a.Pusk. Tanpa
perawatan
b. Pusk. DTP
c. Pusk. Pembantu
5. Praktek perorangan
a. Dr. Umum
b. Dr. Spesialis
C. Drg.
d. Drg. Spesialis
e. bidan
6. Praktek Berkelompok
a. Dokter Umum
b. Dr. Spesialis
C. Dokter gigi
d. Drg. Spesialis
7. Balai Pengobatan (BP)
8. Rumah Bersalin
9. Balai Kesehatan
a. Balai Kes. Ibu &
Anak
b. Balai Kes.Gigi
c. Balai KB
d. lainnya (sebutkan)
10. Laboratorium
11. Sarana Rehab narkoba
12. Sarana lain (sebutkan)
Sumber : (.., tahun ..).

Pemr
Swasta
Pemr
Swasta

Pemr
Pemr
Pemr
Pemr
Pemr
Pemr
Pemr
Pemr
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta

Pemr
Swasta

g. Analisis institusi-institusi yang menjadi sasaran program PUSKESMAS.


Institusi-institusi ini meliputi sekolah-sekolah, pesantren, pabrik-pabrik, home industry
dan sebagainya.

16

3. Analisis faktor internal PUSKESMAS.


Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness) sumber daya yang ada di PUSKESMAS. Dengan mengetahui halhal tersebut, maka dapat dilakukan upaya-upaya untuk memperkuat kekuatan dan
mengurangi kelemahan PUSKESMAS tersebut.
Adapun faktor-faktor yang dianalisis adalah:
a. Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan di PUSKESMAS yang bersangkutan
Sebagai seorang dokter yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan primer, maka
seharusnyalah sebelum memulai pekerjaan tersebut, yang bersangkutan terlebih dahulu
mengetahui upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan di PUSKESMAS yang
bersangkutan tersebut. ( upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan)
b. Sumber daya manusia
Untuk melaksanakan upaya-upaya kesehatan tersebut, dibutuhkan sumber daya
manusia baik kuantitas maupun kualitas. Sebagai bahan analisis dapat digunakan
Pedoman

Penyusunan

Perencanaan

SDM

Kesehatan

Di

tingkat

Propinsi,

Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI no


81/Menkes/SK/I/2004 ( terlampir)

Contoh Tabel . Keadaan tenaga di Tahun.


No

Jenis
Tenaga

Yang Ada

Standar

Kurang

Total

Total

Total

Keterangan

1.
2.
3.
4.
5.
dst
Sumber : (.., tahun ..).

c. Organisasi PUSKESMAS
d. Sarana dan Prasarana

17

Obat dan bahan habis pakai serta Alat kesehatan (jenis, jumlah, sumber, lokasi), yang
perlu diuraikan disini bukan jumlah dalam artian kuantitatif tetapi jumlah riil yang ada
dibandingkan dengan kebutuhan, terutama jenis obat esensial yang tersedia dikaitkan
dengan pola penyakit yang ada, lokasi penempatan/penyebaran dikaitkan dengan
institusi kesehatan serta kunjungan pasien.
e. Pendanaan PUSKESMAS
Dana sangat dibutuhkan untuk pengelolaan PUSKESMAS, oleh sebab itu sangat perlu
mengetahui sumber-sumber dan besaran pendanaan untuk PUSKESMAS yang
bersangkutan, meliputi :
1)

Jumlah dana Retribusi Kesehatan ,

2)

APBN (uraikan sumber dan atau nama proyek)

3)

APBD Kabupaten/Kota dari tahun ke tahun (usulan & realisasi, serta sumber
dana untuk kesehatan) baik Rutin (Belanja Administrasi Umum) maupun
Pembangunan (belanja operasi, pemeliharaan dan modal)

4)

Asuransi kesehatan/JPKM/JKN,

5)

Sumber dana lainnya

Jelaskan juga masalah-masalah yang ada dalam pembiayaan kesehatan ini baik segi
kualitas maupun kuantitas pembiayaan kesehatan (agar diupayakan data 5 tahun
terakhir), seperti yang tercantum dalam contoh Tabel berikut.
Contoh Tabel . Pembiayaan Kesehatan Tahun.
No

Jenis Sumber Biaya

2.

Retribusi
JPS-BK/PPDSPE/PKPS-BBM

3.

Askes

4.

Biaya dari APBD Kab/Kota

5.

Biaya dari APBD Prop

6.

Biaya dari APBN

7.

Sumber lain

1.

Tahun
1998 1999 2000 2001 2002

Jumlah seluruhnya

18

f. Manajemen PUSKESMAS
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan masyarakat, maka
sangat perlu ditunjang oleh manajemen yang baik. Manajemen adalah rangkaian
kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran (output) yang
efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan yang sistematik tersebut dilakukan dengan
menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Secara singkat terdapat 3 fungsi manajemen di
PUSKESMAS

yaitu

Perencanaan,

Pelaksanaan

dan

Pengendalian

termasuk

Pengawasan dan Pertanggung jawaban.Semua fungsi manajemen tersebut harus


dilaksanakan secara kontinu, terkait dan berkesinambungan.
Dalam menganalisis manajemen PUSKESMAS yang bersangkutan, maka hal-hal yang
perlu dipertanyakan adalah:
1) Perencanaan
a) Apakah PUSKESMAS melakukan pertemuan-pertemuan untuk menyusun
perencanaan tahunan?
b) Apakah PUSKESMAS mempunyai dokumen usulan kegiatan tahunan yang
diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota?
c) Apakah PUSKESMAS mempunyai Perencanaan Tahunan yang telah disahkan
oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten? dibuktikan dengan adanya dokumen
d) Apakah PUSKESMAS mempunyai Perencanaan pelaksanaan kegiatan bulanan
? dibuktikan dengan adanya dokumen.
1) Pelaksanaan
a) Apakah PUSKESMAS melakukan pengorganisasian pelaksanaan kegiatan
seperti penentuan penanggung jawab dan pelaksana kegiatan ( pembagian tugas
seluruh pegawai) baik untuk kegiatan dalam maupun luar gedung
3) Pemantauan, Pengendalian, Pengawasan dan Pertanggungjawaban
a) Apakah dilakukan telaahan berkala misalnya bulanan, triwulanan, semesteran
dll terhadap hasil kegiatan PUSKESMAS baik di dalam gedung maupun luar
gedung yang meliputi misalnya cakupan, mutu pelayanan, masalah dan
hambatan yang dihadapi ?
b) Apakah dilakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja pegawai secara
berkala ?
c) Apakah

PUSKESMAS

melakukan

evaluasi

tahunan

dan

membuat

pertanggungjawaban tahunan terhadap seluruh kegiatan?

19

g. Hasil kegiatan PUSKESMAS, meliputi:


1.

Utilisasi pelayanan kesehatan di PUSKESMAS (persentase kunjungan baru dan


lama,frekeunsi kunjungan,

persentase kunjungan dan contact rate orang

miskin, persentase kunjungan PT ASKES dan asuransi kesehatan lain, dll).


2.

Cakupan program kesehatan (upayakan data 3 tahun terakhir),sesuai dengan


Standar pelayanan minimal seperti:
b)

KIA (pertolongan Nakes, kunjungan neonatal/N2,dll)

c)

GIZI (cakupan Fe3 Bumil, D/S,GAKI,Vit.A, BBLR,dll)

d)

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2M


dan PL), misalnya cakupan imunisasi, P2ML, P2B2, dan hasil
pengobatan, cakupan penyakit spesifik daerah (misalnya kusta,
fillariasis, anthrax, malaria), cakupan air bersih dan sarana jaga.

e)

Keluarga Berencana (akseptor CU/PUS)

f)

Promosi kesehatan mencakup bentuk, sasaran dan jenis kegiatan

g)

Kesehatan khusus (misalnya: Kesehatan gigi & mulut, Penyakit jiwa,


Penyakit mata, kesehatan kerja)

Data kesakitan masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas dikompilasi ke dalam


Laporan Bulanan dan didistribusi berdasarkan umur. Sebagai contoh yang akan dibicarakan
adalah distribusi penyakit tidak menular.
Distribusi hipertensi berdasarkan umur di Puskesmas X tahun 2006
1400

1200

1286

1000

800

752

600

400

200

0
0-7 hr

300

129
0
8-29 hr

0
1- 12 bln

0
1-4 thn

0
5-14 thn

15 - 44 thn

45-54 thn

Hipertensi
55-64 thn

> 65 thn

Gambar. Distribusi hipertensi berdasarkan umur di Puskesmas X tahun 2006.

20

Dari gambar tersebut, terlihat bahwa kejadian hipertensi sudah dimulai pada rentang
umur 15-44thn dan melonjak tajam pada rentang usia > 45 tahun. Pada masyarakat dengan usia
lanjut, kasus hipertenis merupakan kasus yang terbanyak.

PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS


Langkah langkah perencanaan promosi kesehatan hipertensi di Puskesmas adalah
sebagai berikut:
I.

Analisa Masalah Kesehatan dan Perilaku.


Sebagai contoh, berdasarkan analisis situasi , didapatkan informasi-informasi
yang sangat mendukung dalam pelaksanaan promosi kesehatan melalui penyuluhan
tentang hipertensi, sebagai contoh:
1. Geografi, Wilayah kerja Puskesmas X ternyata mempunyai kepadatan penduduk yang
cukup tinggi. Kenyataan ini berdampak terhadap peningkatan risiko terjadinya
penyakit tidak menular seperti hipertensi akibat stress
2. Usia penduduk terbanyak adalah usia produktif, dimana terjadi peningkatan yang
cukup bermakna terhadap jumlah penduduk usia lanjut dari tahun ke tahun
3. Sebagian besar penduduk mempunyai pendidikan rata-rata SMP ke bawah, sehingga
bahasa, alat bantu dan metode penyuluhan harus disesuaikan dengan keadaan ini
4. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh, PNS, TNI/Polri dan Pegawai swasta,
sehingga bila akan dilakukan penyuluhan pada hari kerja, sebaiknya dilakukan pada
siang atau sore atau malam hari.
Dari distribusi hipertensi berdasarkan umur,terlihat bahwa kejadian hipertensi sudah
dimulai pada rentang umur 15-44 thn dan melonjak tajam pada rentang usia > 45 tahun.
Pada masyarakat dengan usia lanjut, kasus hipertensi merupakan kasus yang terbanyak.

II.

Menetapkan Sasaran
Dalam pemilihan sasaran pendidikan/promosi kesehatan, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu:
a. Perjalanan alami penyakit
Masing-masing penyakit memiliki perjalanan alaminya sendiri jika tidak diganggu
dengan intervensi medis atau jika penyakit dibiarkan sampai melengkapi
21

perjalanannya.Perjalanan penyakit dimulai dari pajanan seseorang rentan pada suatu


keadaan/zat kimia/kuman. Setiap orang akan memiliki perbedaan dalam hal respons
pada penyakit dan pengaruh penyakit pada tubuh. Tubuh pertama kali akan
merespons perubahan yang tidak terdeteksi dan tidak dirasakan. Begitu reaksi tubuh
bertambah, tubuh akan mulai merasakan perubahan, yang ditandai dengan adanya
gejala-gejala penyakit, misalnya sakit kepala, malaise dll. Selanjutnya penyakit ini
akan berlanjut dan tubuh akan meresponsnya dengan 2 alternatif yaitu sembuh atau
semakin sakit. Jika sakit memburuk, pada akhirnya penyakit akan menguasai tubuh
dan terjadi komplikasi . Penyakitnya akan bertambah parah, sehingga dapat
menimbulkan kecacatan atau bahkan kematian. Dari keterangan ini, maka
pendidikan/promosi kesehatan dapat digunakan untuk melakukan pencegahan primer,
sekunder dan tertier.
Pencegahan primer adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau
mengurangi faktor risiko kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi.
Misalnya pada kasus hipertensi, yang dapat dilakukan adalah penyuluhan tentang
hidup sehat, kurangi makanan yang banyak mengandung garam, beraktifitas fisik,
tidak merokok dll
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining dan deteksi untuk
menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan dini
agar penyakit tersebut tidak menjadi parah. Kegiatan yang dapat dilakukan :
pemeriksaan kesehatan setiap tahun agar dideteksi hipertensi atau tidak, pengobatan
dini hipertensi, penyuluhan hidup sehat agar mengurangi faktor risiko hipertensi.
Pencegahan tertier adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan
kualitas hidup penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat yaitu
dengan cara rehabilitasi.
Penentuan sasaran sangat ditentukan pencegahan mana yang akan dilakukan apakah
primer, sekunder atau tertier. Bila kita ingin melakukan pencegahan primer, maka
sasarannya adalah usia 15 -44 thn. Bila kita ingin melakukan pencegahan sekunder,
maka sasarannya adalah usia > 45 thn.
b. Tujuan pendidikan/promosi kesehatan
Tujuan pendidikan/promosi kesehatan sangat menentukan sasaran yang akan
dipilih pada kegiatan pendidikan/promosi kesehatan, apakah untuk mengubah
perilaku masyarakat atau mendapatkan dukungan sosial atau melakukan advokasi
22

kepada pembuat keputusan. Untuk itu sasaran dibagi menjadi 3 yaitu: sasaran primer,
sekunder dan tertier.
Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang berisiko terkena atau sudah
terkena suatu masalah kesehatan. Tujuan pendidikan/promosi kesehatan untuk
sasaran ini antara lain meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan
sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi.
Sasaran sekunder adalah para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dengan
harapan kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di
sekitarnya. Di samping itu, para tokoh masyarakat diharapkan akan memberikan
contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya (dukungan sosial).
Sasaran tertier adalah para pembuat keputusan atau penentu kebijakan dalam
menentukan dukungan pelaksanaan suatu program kesehatan , sehingga metode yang
digunakan adalah menggunakan strategi advokasi.
III.

Menetapkan Tujuan
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan program pendidikan kesehatan yaitu perilaku yang
diharapkan agar tingkat kesehatan yang diinginkan dapat tercapai.
1. Tujuan umum
Tujuan umum pendidikan kesehatan tergantung dari sasaran yang akan dilakukan
pendidikan/promosi kesehatan apakah sasaran primer, sekunder atau tertier dan juga
tingkat pencegahan mana yang akan dilakukan, apakah primer, sekunder atau tertier.
Sebagai contoh tujuan umum untuk pencegahan primer adalah meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pencegahan hipertensi.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang hal-hal yang
dikemukakan dalam tujuan umum. Tujuan khusus haruslah dikembangkan untuk
kelompok sasaran atau segmen sasaran tertentu. Tujuan khusus harus menjawab
pertanyaan siapa, apa dan seberapa jauh harapan suatu kondisi ingin dicapai, kapan
dan dimana. Contohnya : meningkatkan pengetahuan tentang definisi hipertensi,
gejala hipertensi, faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi dan pencegahan hipertensi.
Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan itu harus realistis, jelas dan dapat
diukur, sehingga diharapkan akan mempermudah penilaian terhadap pencapaian tujuan.

23

IV. Menetapkan Strategi


Strategi yang ditempuh sangat tergantung dari sasaran. :
1. Strategi sasaran primer adalah Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
2. Strategi sasaran sekunder adalah Dukungan sosial (social support)
3. Strategi sasaran tertier adalah Pendekatan pada pimpinan atau pengambil keputusan
(advokasi)
V.

Menetapkan Pesan Pokok


Dalam mengembangkan pesan, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan, yaitu:
1. perilaku yang diharapkan
2. manfaat dari perubahan perilaku
3. alasannya mengapa perubahan perilaku tersebut dapat memberikan manfaat
4. nada/sifat pesan : umum, khusus, serius, moderen, dan sebagainya
5. sumber informasi
Untuk menyusun unsur-unsur tersebut di atas menjadi suatu pesan pokok, diperlukan data
yang diperoleh dari hasil analisis masalah kesehatan dan perilaku, setelah itu dilanjutkan
dengan :
1. tetapkan perilaku yang diharapkan
2. sebutkan keuntungannya dan alasannya jika menerapkan perilaku tersebut
3. tetapkan nada/sifat pesan
4. tetapkan siapa yang akan muncul sebagai tokoh idola dalam pesan tersebut sebagai
sumber informasi

VI. Menetapkan Metode dan Alat Bantu/Media Pendidikan


Kriteria pemilihan :
1. pergunakan data penelitian
2. kemampuan mengantar suatu pesan
3. pertimbangkan tingkat kesulitan dan besar biaya produksi
4. analisis jangkauan dan frekuensi
5. buatlah daftar perincian tentang upaya logistik yang diperlukan
Kombinasi metode dan alat bantu/media pendidikan adalah mencampur berbagai metode
dan alat bantu/media pendidikan dengan maksud menghasilkan sebuah paket komunikasi
yang akan jauh lebih efektif dalam pencapaian tujuan, dengan cara :
1. tetapkan apa yang ingin dicapai dengan pesan tersebut
24

2. jajagi semua metode dan alat bantu/media pendidikan yang tersedia


3. pelajari mana yang mungkin bisa dikombinasikan/dicampur
4. pilih kombinasi berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan frekuensi tersering
5. pelajari apakah kombinasi tersebut terjangkau dan disenangi sasaran
6. pertimbangkan juga sumberdaya yang dimiliki
Menurut Elgar Dale alat bantu pendidikan/promosi kesehatan dibagi dalam 11
tingkatan/macam. Setiap tingkatan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap
alat bantu dan digambarkan dalam sebuah segitiga.

1. Kata-kata
2. Tulisan
3. Rekaman,radio
4. Film
5. Telivisi
6. Pameran
7. Field trip
8. Demonstrasi
9. Sandiwara
10. Benda tiruan
11. Benda asli

25

Dari segitiga tersebut terlihat bahwa tingkat paling atas adalah kata-kata dan tingkat
paling bawah adalah benda asli. Ini berarti bahwa dalam proses pendidikan/promosi
kesehatan, kata-kata mempunyai intensitas paling rendah untuk mempersepsikan bahan
pendidikan/promosi, sedangkan benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi
dalam mempersepsikan bahan pendidikan/promosi.
VII. Menetapkan Kegiatan Operasional
Meliputi :
1. jenis kegiatan
2. tempat
3. waktu
4. penanggung jawab
5. jadwal kegiatan
VIII. Menetapkan Pemantauan dan Evaluasi
1. Komponen
- materi/isi pesan
- input (sasaran, tenaga pendidik, alat bantu)
- hasil :

apakah sasaran menerima/terpapar dan mendapatkan manfaat dengan isi pesan


dan bahan-bahan yang didistribusikan

apakah sasaran mempraktekkan dengan benar perilaku yang disarankan dalan


proses pendidikan

2. Indikator
- kesesuaian isi pesan dengan masalah yang dihadapi
- penggunaan alat bantu/media yang mendukung
- jangkauan sasaran
- jumlah yang hadir
- jumlah sasaran yang mengingat pesan pokok
- jumlah sasaran yang berperilaku sesuai isi pesan
- lain-lain
3. Cara
- analisis laporan/data sekunder (pre-test/post test)

26

- wawancara
- observasi
- diskusi
- lain-lain
4. Pelaksana/Penanggung jawab
5. Waktu

DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, Perencanaan Penganggaran Kesehatan
Terpadu,2004
2. World Health Organization, Primary Health Care, Alma-Ata, 1978
3. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. Djamhoer Martaadisoebrata, Sulaiman Sastrawinata dan Abdul Bari Saifuddin (ed).
Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2005
5. Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan , Rineka Cipta,2003
6. Timmreck, Thomas,An Introduction to Epidemiology, Jones and Bartlett Publ Inc,
Boston, 1998.
7. Ardini Raksanagara, Sharon Gondodiputro etal, Bahan Ajar Program Kepaniteraan di
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNPAD, ed 4, 2007.

27

28

28

Anda mungkin juga menyukai