Judul
II.
III.
Hari, tanggal
Tujuan
:
:
IV.
Dasar teori
A. Genus Hymenolepis
1. Hymenolepis nana
a. Morfologi
Telur Hymenolepis nana berbentuk oval atau bulat dengan ukuran 47 x 37
mikron, memiliki dinding berupa dua lapis membran yang melindungi embrio
heksakan di dalamnya. Pada kedua kutub membran sebelah dalam, terdapat
dua buah penebalan dimana keluar 4-8 filamen halus. Adanya filamen inilah
yang dapat membedakan telur Hymenolepis nana dari Hymenolepis diminuta.
Hymenolepiasis
nana disebabkan
oleh Hymenolepis
nana yang
sangat pendek dan sempit, belum terbentuk organ genital, kearah distal
semakin lebar dan pada ujung distal strobila membulat. Proglotid dewasa
berbentuk trapezium dengan lebar proglotid kira-kira 4 kali panjangnya,
mempunyai ovarium sebuah dan berlobus, mempunyai testis bulat berjumlah 3
buah dengan porus genitalis unilateral. Pada proglotid gravid yang berbentuk
trapezium, mempunyai lebar 4 kali panjangnya serta uterus berbentuk kantung
yang berisi 80 180 butir telur. (Neva A and Brown HW, 1994 ;
Natadisastra D dan Agoes R, 2009). Hymenolepiasis nana merupakan
penyakit cacing pita yang disebabkan oleh Hymenolepis nana stadium dewasa
maupun stadium larva yang menginfeksi saluran usus manusia.
b. Siklus Hidup
Habitat cacing ini adalah pada 2/3 bagian atas dari ileum. Cacing ini
dapat hidup sampai beberapa minggu, sedangkan telur cacing ini hanya dapat
bertahan hidup selama 2 minggu setelah dikeluarkan bersama feses hostnya.
Hospes definitif dari cacing ini adalah manusia, mencit dan tikus. Cacing ini di
dalam
siklus
hidupnya
tidak
memerlukan
hospes
perantara,
kecuali Hymenolepis nana var. fraterna yang hospes alamiahnya adalah tikus
dan menggunakan flea serta kumbang sebagai hospes perantaranya. Proglotid
gravid Hymenolepis
nana akan
pecah
didalam
usus
penderita
dan
penderita. Beberapa hari kemudian larva ini akan kembali ke lumen usus
penderita untuk menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu. (Neva A and Brown
HW, 1994 ; Duerden BI, 1987).
Dalam 30 hari setelah infeksi, dapat ditemukan telur dalam tinja
hospes. Kadang-kadang telur dapat menetas di dalam lumen usus halus
penderita kemudian oncospher akan menembus villi usus dan siklus hidupnya
akan berulang kembali. Cara infeksi yang demikian ini disebut sebagai
autoinfeksi interna yang dapat memperberat infeksi sehingga memungkinkan
terjadi reinfeksi pada individu yang sama. (Neva A and Brown HW, 1994 ;
Joklik WK, 1996).
kemungkinan dapat pula terjadi. Pada anak anak juga sering terjadi
autoinfeksi interna sehingga dimungkinkan terjadi infeksi berat yaitu diare
bercampur
darah,
sakit
perut
dan
gangguan
sistemik
yang
e. Pengobatan
Sebagai obat pilihan dapat diberikan Niclosamide /Yomesan dengan
dosis 2,0 gram, dikunyah, sekali sehari diberikan selama 5-7 hari. Obat lain
yaitu Praziquantel peroral dengan dosis tunggal 15 mg/kg barat badan
diberikan setelah makan pagi. Praziquantel ternyata cukup toleran dan berhasil
lebih baik daripada niclosamide. Obat ini akan menimbulkan pembentukan
vakuola pada leher cacing. (Natadisastra D dan Agoes R, 2009)
Obat lain yang dapat digunakan adalah Paramomysin dan Quinacrine
walaupun dalam hal ini Paramomysin kurang efektif, sedangkan Quinacrine
sedikit bersifat toxic. (Joklik WK,1996; Markell EK et al, 1992).
g. Epidemiologi
Hymenolepis nana tersebar secara kosmopolitan diseluruh dunia
terutama di daerah sub tropis maupun tropis serta lebih banyak terjadi
didaerah panas daripada di daerah dingin. (Maegraith B, 1985).
Daerah penyebaran Hymenolepis nana antara lain adalah
Mesir,
Sudan, Thailand, India, Jepang, Amerika Selatan yaitu Brazilia dan Argentina,
Eropa Selatan yaitu Portugal, Spanyol dan Sicilia. (Manson-Bahr PEC and
Bell DR, 1987).
Kejadian Hymenolepiasis nana sering terjadi pada para imigran yang
berasal dari daerah kering dan biasanya infeksi pada penderitanya bersifat
asymtomatis. (Strickland GT, 1984).
Hymenolepis nana adalah cacing pita kerdil yang merupakan parasit
paling sering dijumpai pada manusia khususnya di Asia. Karena siklus
hidupnya secara langsung, maka memungkinkan penularannya dari manusia
ke manusia dengan cepat dapat terjadi. Parasit ini merupakan cacing pita
terkecil serta satu-satunya cacing pita yang tidak memerlukan induk semang
antara/intermediate host. (Duerden BI et al.,1987 ; Brooks GF et al,1996).
: Hymenolepiasis diminuta
Hospes
: a. Definitif
b. Perantara
: Manusia, tikus
: Pinjal, kumbang tepung
a. Morfologi
1) Telur
Ukuran 60 x 79 mikron
2) Dewasa
b. Siklus Hidup
Cacing dewasa berada di usus halus manusia akan mengalami
perkembangbiakan dari proglotid immature menjadi mature selanjutnya
menjadi proglotid gravid yang mengandung banyak telur cacing pada
uterusnya. Proglotid gravid akan melepaskan diri dan bila pecah maka
keluarlah telur cacing yang bisa dikeluarkan bersama feses manusia. Telur
yang berisi embrio tersebut memerlukan hospes perantara, yaitu pinjal. Dalam
usus pinjal, telur menetas menjadi larva dan berkembang menjadi sistiserkoid
dalam rongga tubuh. Apabila pinjal secara kebetulan termakan oleh manusia
atau tikus selanjutnya di usus halus sistiserkoid pecah dan keluarlah skolek
yang selanjutnya akan melekat pada mukosa usus. Skolek akan berkembang
lebih lanjut menghasilkan proglotid immature, mature dan gravid. Proglotid
gravid akan terlepas dari strobila dan bila pecah akan mengeluarkan telur yang
dikeluarkan bersama feses.
e. Diagnosa Laboratorium
Diagnosa laboratorium dapat ditegakkan apabila ditemukan telur atau
bagian dari cacing dewasa dalam feses. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
langsung atau dengan cara tak langsung (konsentrasi).
B. ORDO PSEUDOPHYLLIDEA
Diphyllobothrium latum.
1. Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Platyhelminthes
Class
: Cestoda
Ordo
: Pseudophyllidea
Family
: Diphyllobothriidae
Genus
: Diphyllobothrium
Species
: Diphyllobotrium latum
Hospes
definitif:
manusia,
anjing,
kucing,
serigala,anjing
Hospes perantara I
3. Morfologi
a. Telur
1) Mempunyai overkulum
2) Sel-sel telur
3) Menetas dalam air korasidium
4) Memerlukan 2 hospes perantara
5) Hospes perantara I : Cyclops dan Diaptomus (golongan udang)
6) Berisi larva PROCERCOID
7) Hospes Perantara II : ikan air tawar
8) Berisi larva PLEROCERCOID atau SPARGANUM
b. Cacing dewasa
Panjang sampai 10 mm, 3000-4000 proglotid.
Skolek : seperti sendok, mempunyai dua lekuk isap
Proglotid :
Lebar lebih panjang dari panjangnya
4. Siklus Hidup
Telur berkembang untuk beberapa minggu, coracidium (onchosphere
berkait 6 dilengkapi embriophore yang bercilia) berada di air, kemudian
9
VI.
Cara Kerja
:
10
Ket gambar
Skolex H.diminuta
Ket gambar
GAMBAR
Proglotid H.nana
Ket gambar
Proglotid H.diminuta
Ket gambar
GAMBAR
Telur H.nana
Telur H.diminuta
11
Ket gambar
Ket gambar
GAMBAR
Proglotid D.latum
Ket gambar
Scolex D.latum
Ket gambar
VIII. Pembahasan
Cestoda atau cacing pita adalah cacing yang hidup sebagai parasit yang
termasuk kelas CESTODA, phylum PLATHYHELMINTHES. Cacing dewasa hidup
di dalam tractur digestivus vertebrata dan larvanya hidup di dalam jaringan
vertebrata dan invertebrata. Cestoda usus mempunyai spesies penting yang dapat
menimbulkan kelainan pada manusia umunya adalah: Diphyllobothrium latum,
Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Taenia saginata, Taenia solium.
Hospes definitifnya yaitu manusiam anjing, kucing, dan kadang-kadang paling
sedikit 22 macam mamalia lainnya, termasuk cerpelai, anjing laut, singa laut,
serigala, babi. (Harlod, 1979).
Ciri-ciri cestoda usus yaitu:
1) Bentuk tubuh pipih, terdiri dari kepala (scolex) dilengkapi dengan sucker dan
tubuh (proglotid).
2) Panjang antara 2-3m
12
3) Bersifat hermafrodit.
4) Hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
5) Sistem saraf sama seperti planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang.
Pada cestoda usus kerugian yang ditimbulkan oleh cacing ini berlainan pada
berbagai spesies. Ukuran dan jumlah cacing menentukan efek sistemik dan luasnya
iritasi pada usus. Bermacam-macam gejala gastrointestinal dan gejala syaraf yang
tidak nyata dapat ditimbulkan. Berkurangnya gairah hidup dan anemi telah
dihubungkan dengan infeksi cacing pita, tetapi biasanya gejala nyata tidak ada.
Gejala-gejala dianggap bertalian dengan iritasi mekanik, pengambilan makanan,
hospes dengan absorbs zat protein, vitamin, dan mungkin juga hormone-hormone dari
mukosa usus.
IX.
Kesimpulan
Ordo Psedophyllidea, bentuk diagnostiknya telur tidak berembrio yang ada
dalam tinja, bentuk infektifnya Pleroserkoid
Daftar pustaka
Sutanto, inge. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Empat. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Supriatin, yati. 2014. Petunjuk Praktikum Parasitologi I edisi Revisi. Sekolah Tinggi Analis
Bakti Asih. Bandung
13
14