Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Menginjak masa remaja berarti memulai langkah baru pada masa peralihan antara anakanak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun dimana sering menunjukan tingkah
laku tertentu seperti susah diatur, perasaannya mudah terangsang dan sebagainya.
Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sementara menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) atau Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi, batasan usia remaja adalah 10-21 tahun. Dalam
pendampingan oleh

KISARA PKBI Bali, usia 10-24 tahun adalah sasaran utama

program komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi, seksual,


termasuk hak reproduksi, HIV/AIDS dan penyalah gunaan narkoba. Periode masa
remaja terjadi perkembangan yang pesat dalam hal dimensi fisik, biologi, psikologis,
dan sosial.Masalah perkembangan fisik, remaja akan mengalami perubahan fisik yang
akan mendekati orang dewasa pada umumnya. Dari segi biologis, remaja akan
mengalami perubahan regulasi hormon-hormon di dalam tubuhnya terutama hormon
reproduksi yang mana akan mempengaruhi kematangan organ reproduksinya dan
kematangan seksualnya. Secara fisik dan fungsi organ seks, maka organ seks remaja
sudah dapat berfungsi seperti layaknya organ seks pada orang dewasa.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi, pemahaman,
serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Maturitas organ seks secara
fisik tidak diikuti dengan kedewasaan mental dan cara berpikir remaja yang masih labil.
Inilah yang menjadi masalah mental dan psikososial remaja. Perubahan fisik yang pesat
dan perubahan hormonal yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan
remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja
rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan
segala konsekuensinya yaitu hubungan seks pranikah, aborsi, IMS danHIV/AIDS, serta
NAPZA. Remaja dalam masa ini dipengaruhi oleh masyarakat di sekitarnya, teman
sebaya, ataupun media massa.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial
yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Kesehatan reproduksi
ini sebaiknya telah diperkenalkan sejak dini kepada remaja mengingat masalah

kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Namun, akses untuk
mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan memperluas akses
informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur bagi remaja akan
membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku reproduksinya. Dengan
makin banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian informasi,
layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja menjadi sangat penting. Tetapi
informasi yang diterima tidak signifikan, akibatnya remaja kurang pengetahuan akan hal
ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 52,67% responden memiliki pengetahuan yang
tidak memadai tentang kesehatan reproduksi, karena pengetahuan mereka diperoleh
hanya dari teman. Penelitian lain dilakukan oleh sahabat remaja tentang perilaku seksual
di empat kota menunjukan bahwa 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja di kota
Yogyakarta, 3,4% remaja di kota Surabaya serta 31,1% remaja di kota Kupang telah
terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian Mangku (2003) mengenai hubungan
seksual didapatkan data remaja (10-24 tahun) pertama kali melakukan hubungan
seksual umur 19-24 tahun (62%), 13-19 tahun (37%) dan 10-13 tahun (1%). Tempat
hubungan seksual remaja pertama kali meliputi rumah sendiri atau pacar (67%), kost
(21%) dan lainnya (12%). Untuk alasan hubungan seksual pada remaja pertama kali
antara lain sama-sama suka (74%), ingin tahu atau coba-coba (11%) dan lainnya (15%).
Di UPT Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar, kasus pernikahan dan
kehamilan usia dini masih menjadi trend meskipun ada kecenderungan menurun. Pada
tahun 2010 tercatat total kasus kehamilan di bawah usia 20 tahun adalah 38 kasus dan
persalinan usia remaja 21 kasus. Sedangkan pada tahun 2011, total kasus kehamilan di
bawah usia 20 tahun adalah 32 kasus, seks pranikah 4 kasus, dan persalinan remaja
tercatat 5 kasus. Data terbaru dari puskesmas untuk tahun 2012, tercatat kehamilan di
bawah usia 20 tahun dari bulan April sampai Juni adalah 7 kasus dan seks pranikah di
bulan April ada 2 kasus.
Masih tingginya kasus yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I
menunjukkan remaja dalam masa ini seolah berada dalam daerah abu-abu, di mana
mereka harus menentukan sendiri warna yang mereka pilih. Masa ini merupakan masa
yang paling sulit dibandingkan dengan masa-masa lainnya. Masa ini sangat menentukan
bagaimana sikap dan perilaku mereka di saat dewasa nanti. Apabila pada masa ini
2

seorang remaja salah dalam pencarian jati diri mereka, salah dalam berbuat dan
melangkah akan sangat merugikan dirinya dan juga keluargannya. Saat ini masalah
remaja merupakan masalah yang kompleks yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

BAB II
PERENCANAAN PKM DI PUSKESMAS

2.1

Identifikasi Masalah

Di Indonesia terdapat hampir 1,5 juta kasus aborsi per tahunnya atau sebanyak sepertiga
dari total kelahiran. Sedangkan di Bali dengan jumlah penduduk kurang lebih 3 juta
jiwa, tercatat 36.000 kasus aborsi per tahun yang hampir 60 % berasal dari pasangan
remaja yang belum menikah. Selain itu kejadian penyakit menular seksual di kalangan
remaja juga cenderung meningkat tanpa diikuti dengan pemahaman yang baik tentang
pengobatannya.
Di Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar, kasus pernikahan dan kehamilan
usia dini masih menjadi trend meskipun ada kecenderungan menurun. Pada tahun 2010
tercatat total kasus kehamilan di bawah usia 20 tahun adalah 38 kasus dan persalinan
usia remaja 21 kasus. Sedangkan pada tahun 2011, total kasus kehamilan di bawah usia
20 tahun adalah 32 kasus, seks pranikah 4 kasus, dan persalinan remaja tercatat 5 kasus.
Data terbaru dari puskesmas untuk tahun 2012, tercatat kehamilan di bawah usia 20
tahun dari bulan April sampai Juni adalah 7 kasus dan seks pranikah di bulan April ada
2 kasus. Program Promosi Kesehatan yang ada pada Puskesmas Tampaksiring I
menargetkan penyuluhan berkala di tingkat SMP yang berada di wilayah kerja
puskesmas. Namun hingga saat ini penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan
dampak negatif seksual remaja pranikah hampir tidak pernah dilaksanakan.
Di SMP Negeri I Tampaksiring merupakan salah satu SMP yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Tamapaksiring I dengan asal siswa yang bervariasi sehingga
memungkinkan cakupan interaksi sosial yang luas di kalangan remaja. Kondisi
lingkungan sekolah, pengaruh teman, dan pengetahuan siswa yang kurang tentang
kesehatan reproduksi dan dampak negatif dari perilaku seksual pranikah sangat
mempengaruhi. Tingkat pendidikan SMP merupakan masa pembelajaran transisi bagi
remaja yang sebelumnya adalah siswa SD dimana masih memiliki keingintahuan yang
besar dan senang bermain-main. Sedangkan pada masa siswa SMP dituntut untuk
memulai pembelajarannya baik dari segi pendidikan dan pergaulan terhadap kehidupan
sosial. Apalagi telah disampaikan pada paragraf di atas bahwa kasus pernikahan dan
4

kehamilan usia dini masih menjadi trend di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I
dan kurangnya penyuluhan mengenai dampak negatif perilaku seksual pranikah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 5 orang siswa SMPN 1
Tampaksiring yang sedang melaksanakan masa orientasi siswa, dimana 4 orang siswa
menyatakan bahwa tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan merupakan kali
pertama mendengarnya. Mengenai gaya pacaran untuk di kalangan siswa tersebut, dari
5 siswa dikatakan ada teman-teman mereka yang sudah memiliki ketertarikan terhadap
lawan jenis, sedangkan tujuan dari pacaran tersebut hanya berdasarkan keinginan dan
bermain-main saja. Dari wawancara tersebut, juga dikatakan bahwa 5 siswa tersebut
tidak mengetahui tentang dampak negatif hubungan seksual pranikah dan gaya pacaran
sehat. Sehingga dengan demikian sudah sewajarnya remaja mendapatkan pengetahuan
yang benar tentang kesehatan reproduksi menyangkut struktur dan fungsi organ
reproduksi yang normal, dampak negatif dari gaya pacaran yang tidak sehat seperti
hubungan seksual pranikah, dan tentu pada akhirnya remaja dapat menggunakan organ
reproduksinya secara sehat dan bertanggung jawab.
2.2

Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran dalam kegiatan PKM ini adalah siswa kelas I SMP Negeri 1
Tampaksiring. Dalam pelaksanaan penyuluhan ini peserta penyuluhan adalah
perwakilan dari masing-masing kelas I dari 9 kelas karena mengingat terbatasnya
kapasitas ruang kelas.
2.3

Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SMP


khususnya SMP Negeri 1 Tampaksiring tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang
meliputi:
a.

Anatomi dan fisiologi alat/organ reproduksi manusia.

b.

Psikoseksual pubertas.

c.

Dampak negatif perilaku seksual pra nikah

d.

Bahaya penyakit menular seksual.

e.

Konsep PACARAN SEHAT

2.4

Strategi Penyuluhan

Pertama-tama Kepala SMP Negeri I Tampaksiring dihubungi untuk pemberitahuan


jadwal kegiatan PKM di SMP tersebut. Masing-masing perwakilan siswa kelas I
diberitahu dan diminta kesediaannya untuk mengikuti penyuluhan di ruang kelas yang
telah disediakan. Persiapan pelaksanaan terdiri dari penguasaan materi penyuluhan,
penguasaan cara-cara penyampaian pesan serta penguasaan dalam hal menggunakan
alat peraga dan membaca kepustakaan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja.
Dalam kegiatan PKM ini dilakukan pre-test kepada para siswa sebelum dilakukan
penyuluhan untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi pada
remaja dan permasalahannya. Pre-test dilakukan dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan seputar materi penyuluhan yang akan dibawakan kepada peserta
penyuluhan. Setelah dilakukan pre-test dilanjutkan dengan penyuluhan yang diberikan
oleh dua orang dokter muda FK UNUD. Setelah penyuluhan dilakukan, acara
dilanjutkan dengan diskusi terbuka dengan para siswa tentang materi yang telah
disampaikan dan juga permasalahan seputar kesehatan reproduksi remaja. Sebagai
bentuk evaluasi tentang pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan
kemudian dilakukan dengan post-test. Post-test dilakukan dengan cara memberikan
beberapa pertanyaan seputar materi penyuluhan yang telah diberikan kepada peserta
penyuluhan.
2.5

Isi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan ini yaitu:


a.

Anatomi dan fisiologi alat/organ reproduksi manusia.

b.

Psikoseksual pubertas.

c.

Dampak negatif perilaku seksual pra nikah

d.

Bahaya penyakit menular seksual.

e.

Konsep PACARAN SEHAT

2.6

Metode dan Media

Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah (slide) dengan LCD komputer disertai
pemberian makalah tentang kesehatan reproduksi dan dampak perilaku seksual pranikah
6

kepada para siswa peserta penyuluhan dan dilakukan sesi tanya jawab dengan para
siswa.
2.7 Rencana Pelaksanaan Penyuluhan
Hari/tanggal

: Sabtu, 14 Juli 2012

Waktu

: 10.30 12.00 WITA

Tempat

: Ruang Kelas SMP Negeri 1 Tampaksiring

Penyuluhan dilaksanakan disalah satu ruang kelas SMP Negeri 1 Tampaksiring dengan
alokasi waktu sebagai berikut :
Waktu

2.9

Kegiatan

Metode

Fasilitator

Acuan

10.30-10.40

Perkenalan diri dan Pretest

Ceramah

Eva
Ina

Pemberian pertanyaan
Mengacu Materi

10.40-11.10

Penyuluhan

Ceramah

Eva
Ina

Pemeberian Materi
dengan LCD

11.10-11.40

Tanya jawab

Diskusi

Eva
Ina

Pemberian Materi

11.40-11.50

Post-test

Diskusi

Eva
Ina

Pemberian Pertanyaan
Mengacu Materi

11.50-12.20

Penilaian

Diskusi

Eva
Ina

Materi

Rencana Evaluasi

2.9.1 Rencana Evaluasi Proses


1. Indikator penilaian
Proses kegiatan penyuluhan ini dinilai berdasarkan jumlah peserta penyuluhan yang
hadir. Dalam pelaksanaan penyuluhan ini peserta penyuluhan adalah perwakilan dari
masing-masing kelas I dari 9 kelas dengan masing-masing kelas diwakili sebanyak 5
siswa mengingat terbatasnya kapasitas ruang kelas, sehingga total dari perwakilan
kelas I adalah 45 siswa.

2. Cara penilaian
Penilaian dilakukan saat sebelum, selama dan setelah PKM berlangsung dengan
membut daftar hadir sehingga dapat diketahui jumlah peserta penyuluhan yang hadir.
3. Penilai
Penilaian dilaksanakan oleh dokter muda.
2.9.2 Rencana Evaluasi Hasil
1.

Indikator penilaian
a.

Pengetahuan mengenai anatomi anatomi dan fisiologi alat/organ reproduksi


manusia.

2.

b.

Pengetahuan mengenai psikoseksual pubertas.

c.

Pengetahuan mengenai dampak negatif perilaku seksual pranikah

d.

Pengetahuan mengenai bahaya penyakit menular seksual.

e.

Pengetahuan mengenai konsep PACARAN SEHAT.


Waktu penilaian

Sesudah penyuluhan.
3.

Cara penilaian
Melakukan post test dengan cara melihat minat atau ketertarikan peserta penyuluhan
terhadap materi penyuluhan, baik melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peserta penyuluhan. Penilaian post test juga dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan seputar materi penyuluhan pada seluruh siswa-siswi yang mengikuti
penyuluhan dan menunjuk 3 siswa secara acak untuk menjelaskan kembali tentang
materi penyuluhan.

4. Penilai
Penilaian dilaksanakan oleh dokter muda.

BAB III
PELAKSANAAN PKM

3.1

Waktu dan Tempat Kegiatan

Hari/tanggal

: Sabtu, 14 Juli 2012

Waktu

: 10.30 12.00 WITA

Tempat

: Ruang Kelas SMP Negeri 1 Tampaksiring

3.2

Peserta

Peserta yang hadir adalah perwakilan masing-masing kelas I di SMP Negeri 1


Tampaksiring yang berjumlah 36 orang.
3.3

Pelaksana Penyuluhan

Sebagai penceramah adalah kedua mahasiswa Fakultas Kedokteran UNUD yang sedang
melaksanakan kepaniteraan klinik madya di

bagian IKK/IKP dan bertugas di

Puskesmas Tampaksiring I.
3.4

Proses Kegiatan

Sebelum diadakan penyuluhan, SMP Negeri 1 Tampaksiring tersebut sudah dikirimi


surat pemberitahuan yang isinya tentang permintaan izin kepada kepala sekolah agar
dapat mengadakan penyuluhan pada siswa-siswi kelas I yang sedang menjalani masa
orientasi siswa di SMP tersebut.
Pada hari pelaksanaan penyuluhan, kami berdua datang 30 menit sebelumnya ke
SMP Negeri 1 Tampaksiring. Kami diterima dengan baik oleh Kepala Sekolah SMP
Negeri I Tampaksiring serta staf-staf dan guru-guru yang ada di sana. Sambil menunggu
siswa-siswi dikumpulkan ke ruang multimedia yang telah disiapkan, kami berbincangbincang di ruang guru bersama guru-guru mengenai materi penyuluhan yang akan kami
bawakan. Setelah semua siswa-siswi masuk kedalam ruangan yang telah disediakan
maka kami langsung menuju ruangan untuk melakukan persiapan dan melakukan
penyuluhan.

Pada awalnya kami memperkenalkan diri, lalu melakukan pretest pada seluruh
siswa-siswi. Pada pre test, kami mengajukan 5 pertanyaan sesuai dengan materi
penyuluhan yang akan kami bawakan. Siswa hanya mampu menjawab satu pertanyaan
dari kami dengan benar. Setelah melakukan pretest, kami melakukan penyuluhan
mengenai materi kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual
pranikah pada remaja dengan metode ceramah selama kurang lebih 45menit. Kemudian
diteruskan dengan diskusi dan Tanya jawab selama 30 menit. Banyak siswa-siswi yang
antusias dalam bertanya mengenai materi kesehatan reproduksi dan dampak perilaku
seksual pranikah yang sudah kami berikan. Dan ketika kami mencoba untuk bertanya
kembali, para siswa-siswi juga sangat bersemangat dalam menjawab pertanyaan yang
kami ajukan apalagi setelah kami menjanjikan beberapa buah coklat jika ada yang bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. Setelah itu kami melakukan
evaluasi dengan menunjuk secara acak 3 orang siswa untuk menceritakan kembali
materi penyuluhan kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku seksual pranikah.
Para siswa yang kami tunjuk mampu menceritakan kembali dan memahami pentingnya
kesehatan reproduksi dengan baik. Kemudian setelah kami rasa cukup dan para siswasiswi sudah mampu memahami pentingnya kesehatan reproduksi mereka, maka acara
penyuluhan kami sudahi dan kemudian acara selanjutnya kami serahkan pada guru
mereka.

10

BAB IV
EVALUASI KEGIATAN

4.1

Evaluasi Kegiatan

Evaluasi terhadap pemahaman tentang pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan


dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja pada kegiatanini
dilakukan berdasarkan beberapa aspek yakni dari segi proses dan dari segi hasil
penilaian pre test dan post test.
Dari segi proses kegiatan, dilihat dari kehadiran perwakilan siswa-siswi dari
masing-masing kelas I, jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan tidak sesuai dengan
jumlah yang diharapkan yakni 36 orang karena ruangan yang dipergunakan memiliki
kapasitas yang lebih sedikit dari ruang kelas.Perhatian dan respon peserta penyuluhan
secara umum juga sangat baik dilihat dari tiga siswa yang kami pilih secara acak secara
umum hampir ketiganya dapat menjelaskan kembali dengan benar materi kesehatan
reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah. Serta proses
diskusi yang telah berlangsung dapat dilaporkan bahwa diskusi telah berlangsung secara
dua arah, meskipun awalnya siswa malu dan ragu untuk mengemukakan pertanyaan.
Namun setelah dipancing dengan hadiah mereka mau mengajukan beberapa pertanyaan
dan menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga terdapat komunikasi timbal balik
antara peserta dan pembicara.
Pada kegiatan ini, dilakukan pre test sebelum dilakukannya penyuluhan dan post
test di akhir kegiatan sebagai penilaian dari segi hasil penyuluhan. Evaluasi
dilaksanakan secara lisan ditujukan kepada seluruh peserta penyuluhan yaitu sebanyak
36 orang siswa. Pre test dan post test berisi 5 pertanyaan yang diajukan mencakup
kesulruhan materi penyuluhan. Tingkat pemahaman peserta dikategorikan baik apabila
mampu menjawab dan menjelaskan secara benar sebesar 4 dari total 5 pertanyaan yang
diajukan. Gambaran awal tingkat pemahaman peserta terhadap materi kesehatan
reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah, yaitu dari 5
pertanyaan yang diajukan kepada siswa yang hadir, hanya 1 pertanyaan yang dapat
dijawab dengan benar oleh 2 peserta penyuluhan yang hadir, sedangkan peserta
penyuluhan yang lain mengaku tidak mengetahui. Dari Evaluasi ini dapatditarik suatu
11

kesimpulan bahwa pemahaman dari 36 orang siswa-siswi SMP Negeri 1 Tampaksiring


mengenai kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual pranikah
yang dijadikan materi penyuluhan masih tergolong kurang.
Di akhir kegiatan, setelah dilakukan post test dengan mengajukan 5 pertanyaan
yang sama, didapatkan peserta penyuluhan mampu secara aktif dan benar menjawab
kelima pertanyaan tersebut. Kemudian, tiga peserta yang dipilih secara acak juga
mampu menceritakan kembali materi penyuluhan yang telah disampaikan secara baik.
Pendapat peserta secara lisan tentang kegiatan penyuluhan ini sangat baik dan
mereka berharap di kemudian hari akan ada penyuluhan seperti ini dengan tema yang
berbeda dan tentunya lebih menarik. Peserta penyuluhan juga dengan senang hati akan
menyampaikan informasi yang telah didapat selama penyuluhan kepada siswa-siswi
yang tidak dapat mengikuti penyuluhan.
4.2

Hambatan PKM

Seharusnya yang menjadi sasaran penyuluhan kami adalah seluruh siswa-siswi SMP
Negeri I Tampaksiring kelas I, hanya saja dalam pelaksaan penyuluhan tersebut ternyata
tidak terdapatnya aula di sekolah tersebut sehingga tidak memungkinkan kami untuk
memberikan penyuluhan kepada seluruh siswa-siswi kelas I yang berjumlah kurang
lebih 300 orang. Sehingga kami memutuskan untuk mengambil perwakilan masingmasing kelas I yang berjumlah 45 orang yang dilakukan di salah satu ruang kelas yang
kosong. Namun dikarenakan ruang kelas dipergunakan untuk masa orientasi siswa dan
pembelajaran, maka ruangan yang dipilh adalah ruang multimedia dengan kapasitas
lebih kecil dari ruang kelas. Sehingga peserta penyuluhan yang dapat hadir sebanyak 36
orang. Selebihnya dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut secara umum kami
merasakan tidak ada hambatan lain karena acara berlangsung dengan lancar
sebagaimana yang telah dirancang dan direncanakan sebelumnya.
4.3

Manfaat PKM

Beberapa manfaat yang kami rasakan sebagai penyuluh dari pelaksanaan kegiatan PKM
ini adalah sebagai latihan untuk menjadi penyuluh yang baik di masyarakat, mulai dari
perencanaan, persiapan materi (pengumpulan materi dan penguasaan materi), persiapan
alat dan sarana penunjang, dan keterampilan berkomunikasi di depan orang banyak agar
menarik dan dapat dimengerti oleh pendengar.
12

Sedangkan manfaat bagi peserta adalah diharapkan dapat meningkatkan


pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku
hubungan seksual pranikah sehingga pada akhirnya mereka mampu menjaga kesehatan
reproduksi mereka sendiri dan dapat mengurangi angka kejadian kehamilan pranikah,
serta agar mereka dapat mensosialisasikan pengetahuan yang mereka dapat kepada
orang lain.

13

LAMPIRAN

Gambar 1. Pemberian Materi


Penyuluhan

Gambar 2 Peserta Penyuluhan

Gambar 3. Pemberian Materi


Penyuluhan

Gambar 4. Pre test

14

Gambar 5. Siswa yang mengajukan


pertanyaan

Gambar 6. Suasana selama


penyuluhan

Gambar 7. Post test

15

Anda mungkin juga menyukai