'Dokumen - Tips - Laporan Penyuluhan 55c997ffb1cf0
'Dokumen - Tips - Laporan Penyuluhan 55c997ffb1cf0
PENDAHULUAN
Menginjak masa remaja berarti memulai langkah baru pada masa peralihan antara anakanak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun dimana sering menunjukan tingkah
laku tertentu seperti susah diatur, perasaannya mudah terangsang dan sebagainya.
Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sementara menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) atau Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi, batasan usia remaja adalah 10-21 tahun. Dalam
pendampingan oleh
kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Namun, akses untuk
mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan memperluas akses
informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur bagi remaja akan
membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku reproduksinya. Dengan
makin banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian informasi,
layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja menjadi sangat penting. Tetapi
informasi yang diterima tidak signifikan, akibatnya remaja kurang pengetahuan akan hal
ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 52,67% responden memiliki pengetahuan yang
tidak memadai tentang kesehatan reproduksi, karena pengetahuan mereka diperoleh
hanya dari teman. Penelitian lain dilakukan oleh sahabat remaja tentang perilaku seksual
di empat kota menunjukan bahwa 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja di kota
Yogyakarta, 3,4% remaja di kota Surabaya serta 31,1% remaja di kota Kupang telah
terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian Mangku (2003) mengenai hubungan
seksual didapatkan data remaja (10-24 tahun) pertama kali melakukan hubungan
seksual umur 19-24 tahun (62%), 13-19 tahun (37%) dan 10-13 tahun (1%). Tempat
hubungan seksual remaja pertama kali meliputi rumah sendiri atau pacar (67%), kost
(21%) dan lainnya (12%). Untuk alasan hubungan seksual pada remaja pertama kali
antara lain sama-sama suka (74%), ingin tahu atau coba-coba (11%) dan lainnya (15%).
Di UPT Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar, kasus pernikahan dan
kehamilan usia dini masih menjadi trend meskipun ada kecenderungan menurun. Pada
tahun 2010 tercatat total kasus kehamilan di bawah usia 20 tahun adalah 38 kasus dan
persalinan usia remaja 21 kasus. Sedangkan pada tahun 2011, total kasus kehamilan di
bawah usia 20 tahun adalah 32 kasus, seks pranikah 4 kasus, dan persalinan remaja
tercatat 5 kasus. Data terbaru dari puskesmas untuk tahun 2012, tercatat kehamilan di
bawah usia 20 tahun dari bulan April sampai Juni adalah 7 kasus dan seks pranikah di
bulan April ada 2 kasus.
Masih tingginya kasus yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I
menunjukkan remaja dalam masa ini seolah berada dalam daerah abu-abu, di mana
mereka harus menentukan sendiri warna yang mereka pilih. Masa ini merupakan masa
yang paling sulit dibandingkan dengan masa-masa lainnya. Masa ini sangat menentukan
bagaimana sikap dan perilaku mereka di saat dewasa nanti. Apabila pada masa ini
2
seorang remaja salah dalam pencarian jati diri mereka, salah dalam berbuat dan
melangkah akan sangat merugikan dirinya dan juga keluargannya. Saat ini masalah
remaja merupakan masalah yang kompleks yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
BAB II
PERENCANAAN PKM DI PUSKESMAS
2.1
Identifikasi Masalah
Di Indonesia terdapat hampir 1,5 juta kasus aborsi per tahunnya atau sebanyak sepertiga
dari total kelahiran. Sedangkan di Bali dengan jumlah penduduk kurang lebih 3 juta
jiwa, tercatat 36.000 kasus aborsi per tahun yang hampir 60 % berasal dari pasangan
remaja yang belum menikah. Selain itu kejadian penyakit menular seksual di kalangan
remaja juga cenderung meningkat tanpa diikuti dengan pemahaman yang baik tentang
pengobatannya.
Di Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar, kasus pernikahan dan kehamilan
usia dini masih menjadi trend meskipun ada kecenderungan menurun. Pada tahun 2010
tercatat total kasus kehamilan di bawah usia 20 tahun adalah 38 kasus dan persalinan
usia remaja 21 kasus. Sedangkan pada tahun 2011, total kasus kehamilan di bawah usia
20 tahun adalah 32 kasus, seks pranikah 4 kasus, dan persalinan remaja tercatat 5 kasus.
Data terbaru dari puskesmas untuk tahun 2012, tercatat kehamilan di bawah usia 20
tahun dari bulan April sampai Juni adalah 7 kasus dan seks pranikah di bulan April ada
2 kasus. Program Promosi Kesehatan yang ada pada Puskesmas Tampaksiring I
menargetkan penyuluhan berkala di tingkat SMP yang berada di wilayah kerja
puskesmas. Namun hingga saat ini penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan
dampak negatif seksual remaja pranikah hampir tidak pernah dilaksanakan.
Di SMP Negeri I Tampaksiring merupakan salah satu SMP yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Tamapaksiring I dengan asal siswa yang bervariasi sehingga
memungkinkan cakupan interaksi sosial yang luas di kalangan remaja. Kondisi
lingkungan sekolah, pengaruh teman, dan pengetahuan siswa yang kurang tentang
kesehatan reproduksi dan dampak negatif dari perilaku seksual pranikah sangat
mempengaruhi. Tingkat pendidikan SMP merupakan masa pembelajaran transisi bagi
remaja yang sebelumnya adalah siswa SD dimana masih memiliki keingintahuan yang
besar dan senang bermain-main. Sedangkan pada masa siswa SMP dituntut untuk
memulai pembelajarannya baik dari segi pendidikan dan pergaulan terhadap kehidupan
sosial. Apalagi telah disampaikan pada paragraf di atas bahwa kasus pernikahan dan
4
kehamilan usia dini masih menjadi trend di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I
dan kurangnya penyuluhan mengenai dampak negatif perilaku seksual pranikah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 5 orang siswa SMPN 1
Tampaksiring yang sedang melaksanakan masa orientasi siswa, dimana 4 orang siswa
menyatakan bahwa tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan merupakan kali
pertama mendengarnya. Mengenai gaya pacaran untuk di kalangan siswa tersebut, dari
5 siswa dikatakan ada teman-teman mereka yang sudah memiliki ketertarikan terhadap
lawan jenis, sedangkan tujuan dari pacaran tersebut hanya berdasarkan keinginan dan
bermain-main saja. Dari wawancara tersebut, juga dikatakan bahwa 5 siswa tersebut
tidak mengetahui tentang dampak negatif hubungan seksual pranikah dan gaya pacaran
sehat. Sehingga dengan demikian sudah sewajarnya remaja mendapatkan pengetahuan
yang benar tentang kesehatan reproduksi menyangkut struktur dan fungsi organ
reproduksi yang normal, dampak negatif dari gaya pacaran yang tidak sehat seperti
hubungan seksual pranikah, dan tentu pada akhirnya remaja dapat menggunakan organ
reproduksinya secara sehat dan bertanggung jawab.
2.2
Kelompok Sasaran
Kelompok sasaran dalam kegiatan PKM ini adalah siswa kelas I SMP Negeri 1
Tampaksiring. Dalam pelaksanaan penyuluhan ini peserta penyuluhan adalah
perwakilan dari masing-masing kelas I dari 9 kelas karena mengingat terbatasnya
kapasitas ruang kelas.
2.3
Tujuan Penyuluhan
b.
Psikoseksual pubertas.
c.
d.
e.
2.4
Strategi Penyuluhan
Isi Penyuluhan
b.
Psikoseksual pubertas.
c.
d.
e.
2.6
Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah (slide) dengan LCD komputer disertai
pemberian makalah tentang kesehatan reproduksi dan dampak perilaku seksual pranikah
6
kepada para siswa peserta penyuluhan dan dilakukan sesi tanya jawab dengan para
siswa.
2.7 Rencana Pelaksanaan Penyuluhan
Hari/tanggal
Waktu
Tempat
Penyuluhan dilaksanakan disalah satu ruang kelas SMP Negeri 1 Tampaksiring dengan
alokasi waktu sebagai berikut :
Waktu
2.9
Kegiatan
Metode
Fasilitator
Acuan
10.30-10.40
Ceramah
Eva
Ina
Pemberian pertanyaan
Mengacu Materi
10.40-11.10
Penyuluhan
Ceramah
Eva
Ina
Pemeberian Materi
dengan LCD
11.10-11.40
Tanya jawab
Diskusi
Eva
Ina
Pemberian Materi
11.40-11.50
Post-test
Diskusi
Eva
Ina
Pemberian Pertanyaan
Mengacu Materi
11.50-12.20
Penilaian
Diskusi
Eva
Ina
Materi
Rencana Evaluasi
2. Cara penilaian
Penilaian dilakukan saat sebelum, selama dan setelah PKM berlangsung dengan
membut daftar hadir sehingga dapat diketahui jumlah peserta penyuluhan yang hadir.
3. Penilai
Penilaian dilaksanakan oleh dokter muda.
2.9.2 Rencana Evaluasi Hasil
1.
Indikator penilaian
a.
2.
b.
c.
d.
e.
Sesudah penyuluhan.
3.
Cara penilaian
Melakukan post test dengan cara melihat minat atau ketertarikan peserta penyuluhan
terhadap materi penyuluhan, baik melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peserta penyuluhan. Penilaian post test juga dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan seputar materi penyuluhan pada seluruh siswa-siswi yang mengikuti
penyuluhan dan menunjuk 3 siswa secara acak untuk menjelaskan kembali tentang
materi penyuluhan.
4. Penilai
Penilaian dilaksanakan oleh dokter muda.
BAB III
PELAKSANAAN PKM
3.1
Hari/tanggal
Waktu
Tempat
3.2
Peserta
Pelaksana Penyuluhan
Sebagai penceramah adalah kedua mahasiswa Fakultas Kedokteran UNUD yang sedang
melaksanakan kepaniteraan klinik madya di
Puskesmas Tampaksiring I.
3.4
Proses Kegiatan
Pada awalnya kami memperkenalkan diri, lalu melakukan pretest pada seluruh
siswa-siswi. Pada pre test, kami mengajukan 5 pertanyaan sesuai dengan materi
penyuluhan yang akan kami bawakan. Siswa hanya mampu menjawab satu pertanyaan
dari kami dengan benar. Setelah melakukan pretest, kami melakukan penyuluhan
mengenai materi kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku hubungan seksual
pranikah pada remaja dengan metode ceramah selama kurang lebih 45menit. Kemudian
diteruskan dengan diskusi dan Tanya jawab selama 30 menit. Banyak siswa-siswi yang
antusias dalam bertanya mengenai materi kesehatan reproduksi dan dampak perilaku
seksual pranikah yang sudah kami berikan. Dan ketika kami mencoba untuk bertanya
kembali, para siswa-siswi juga sangat bersemangat dalam menjawab pertanyaan yang
kami ajukan apalagi setelah kami menjanjikan beberapa buah coklat jika ada yang bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. Setelah itu kami melakukan
evaluasi dengan menunjuk secara acak 3 orang siswa untuk menceritakan kembali
materi penyuluhan kesehatan reproduksi dan dampak negatif perilaku seksual pranikah.
Para siswa yang kami tunjuk mampu menceritakan kembali dan memahami pentingnya
kesehatan reproduksi dengan baik. Kemudian setelah kami rasa cukup dan para siswasiswi sudah mampu memahami pentingnya kesehatan reproduksi mereka, maka acara
penyuluhan kami sudahi dan kemudian acara selanjutnya kami serahkan pada guru
mereka.
10
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN
4.1
Evaluasi Kegiatan
Hambatan PKM
Seharusnya yang menjadi sasaran penyuluhan kami adalah seluruh siswa-siswi SMP
Negeri I Tampaksiring kelas I, hanya saja dalam pelaksaan penyuluhan tersebut ternyata
tidak terdapatnya aula di sekolah tersebut sehingga tidak memungkinkan kami untuk
memberikan penyuluhan kepada seluruh siswa-siswi kelas I yang berjumlah kurang
lebih 300 orang. Sehingga kami memutuskan untuk mengambil perwakilan masingmasing kelas I yang berjumlah 45 orang yang dilakukan di salah satu ruang kelas yang
kosong. Namun dikarenakan ruang kelas dipergunakan untuk masa orientasi siswa dan
pembelajaran, maka ruangan yang dipilh adalah ruang multimedia dengan kapasitas
lebih kecil dari ruang kelas. Sehingga peserta penyuluhan yang dapat hadir sebanyak 36
orang. Selebihnya dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut secara umum kami
merasakan tidak ada hambatan lain karena acara berlangsung dengan lancar
sebagaimana yang telah dirancang dan direncanakan sebelumnya.
4.3
Manfaat PKM
Beberapa manfaat yang kami rasakan sebagai penyuluh dari pelaksanaan kegiatan PKM
ini adalah sebagai latihan untuk menjadi penyuluh yang baik di masyarakat, mulai dari
perencanaan, persiapan materi (pengumpulan materi dan penguasaan materi), persiapan
alat dan sarana penunjang, dan keterampilan berkomunikasi di depan orang banyak agar
menarik dan dapat dimengerti oleh pendengar.
12
13
LAMPIRAN
14
15