Anda di halaman 1dari 56

4.

PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


4.1. Pendahuluan
Konveksi sering kali dikaitkan dengan mekanisme perpindahan panas antara
permukaan padat dengan fluida (cairan atau gas)

Mekanisme
Konduksi dari
permukaan padat
ke partikel fluida
didekatnya

Panas
menaikkan temp. dan energi dalam.
Partikel bertemp. tinggi bergerak ke
arah pertikel yg bertemp. rendah,
energi panas sebagian disimpan dan
sebagian akan berpindah

Sumber dingin
dinding

konveksi

Sumber panas

Timbul aliran fluida dan energi


secara simultan
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


4.2. Laju perpindahan panas ditentukan

q = h A (Td - Tf)

(Watt)

h: koefisien perpindahan panas konveksi


(W/m2 C)
Td: temperatur dinding (C)
Tf : temperatur fluida (C)
A: luas permukaan perpindahan panas (m2)

Tf
h

Td
q

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


4.3. Koefisien Perpindahan Panas, h W/m2oC
h sangat bergantung pada sifat permukaan benda, sifat fluida, kecepatan
fluida dan beda temp. antara permukaan padat dan fluida:

h = h (l, v, k, p, g, Cp,... , ........)


l : geometri dari benda padat (dinding datar, silinder, bola, ...) (m)
v : kecepatan aliran fluida (m/s), Cp: panas jenis fluida (J/kg C)
k : konduktivitas termal fluida (W/m C)
p : tekanan (Pa) dan g : percepatan gravitasi (m/s2)
: massa jenis fluida (kg/m3)
: viskositas dinamis fluida (Ns/m2)
T: beda temperatur permukaan padat dengan fluida (C)
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI

Cara menentukan Koefisien Konveksi, h W/m2oC

Untuk menentukan harga h, ada 4 cara yang umum digunakan:


a). Analisa dimensional digabungkan dengan eksperimental.
b). Penyelesaian matematis yang eksak persamaan lapisan batas
c). Analisa perkiraan terhadap lapisan batas dg metoda integral
d).Analogi antara perpindahan panas, massa dan momentum
Cara pertama lebih sering digunakan, dan dengan cara itu pula dikenal
beberapa bilangan pengenal yang tak berdimensi.

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


4.4. Bilangan-bilangan pengenal:
Bilangan Reynolds, Re = v D /
Bilangan Nusselt,
Nu = h D / k
Bilangan Prandtl,
Pr = Cp / k
Bilangan Grashof, Gr =D3 2 g T / 2
Bilangan Rayleight, Ra = Gr . Pr
dimana: D: geometri dari benda (dinding datar, silinder, bola, ...) (m)
v : kecepatan aliran fluida (m/s) dan Cp: panas jenis fluida (J/kg C)
k : konduktivitas termal fluida (W/m C)
p : tekanan (Pa) dan g : percepatan gravitasi (m/s2)
: massa jenis fluida (kg/m3); : viskositas dinamis fluida (Ns/m2)
T: beda temperatur permukaan padat dengan fluida (C)
: koefisien suhu untuk pemuaian volume (1/K)
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


4.5. Beberpa Korelasi : koefisien konveksi

Konveksi natural (bebas);


Nu = C . Grm. Prn

Konveksi paksa;
Nu = C . Rem . Prn
Konstanta C, m, n, ditentukan dengan
eksperimental

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


4.6. Beberpa Korelasi Koefisien Konveksi Natural

Bidang Datar dan Silinder vertikal dgn tinggi L


Daerah Laminer : (10 < GrL.Pr< 109),
NuL =h L / k = 0,555 (GrL.Pr)1/4
Daerah Turbulen : (GrL.Pr > 109),
NuL =h L / k = 0,13 (GrL.Pr)1/3

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI

Untuk pelat bujur-sangkar, sisi = L, permukaan yang panas


menghadap ke atas, menurut Mc Adams
Daerah Laminer : (105 < GrL.Pr < 2.107)
NuL =h L / k = 0,54 (GrL.Pr)1/4
Daerah Turbulen : (2.107 < GrL.Pr <3.1010),
NuL =h L / k = 0,14 (GrL.Pr)1/3

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


Untuk Silinder horisontal, bola dan kerucut diameter luar D
Pipa horisontal tunggal, oleh Mc Adams berdasarkan eksperimental

Daerah Laminer :
(Pr >0,5 dan GrD = 103 s/d109)

NuD =h D / k = 0,53 (GrD.Pr)1/4


Daerah Turbulen :
Terjadi pada daerah GrD.Pr /D3 1011),
NuD =h D / k = 0,43 (GrD.Pr)1/3

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


4.7. Beberpa Korelasi Koefisien Konveksi Paksa
Aliran dalam pipa lurus, halus, diameter d, panjang L
Aliran Laminer (Red < 2300) :
Menurut Haussen :

0,0668 Re d Pr
hd
L

Nud =
= 3,66 +
23
k
d

1 + 0,04 Re d Pr
L

Semua sifat fisik fluida ditentukan pada temperatur fluida Tf, dan h
merupakan nilai rata-rata untuk selurah panjang pipa
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

10

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


Aliran Turbulen (Red > 2300) :
Untuk aliran turbulen berkembang penuh, beberapa korelasi yang sering
digunakan dalam perhitungan termal

Menurut Dittus - Boelter : Nud = h d / k = 0,023 Red 0,8 Pr n


- n = 0,4 untuk pemanasan dan n = 0,3 untuk pendinginan
- semua sifat fisik ditebtukan pada temperatur fluida Tf
- berlaku untuk daerah L/d < 60 ; 0,7 Pr 100 ; 104 Red 1,2.105

Menurut Sieder & Tate : Nud = h d / k = 0,027 Red 0,8 Pr 1/3(/w)0,4


- semua sifat fisik ditentukan pada suhu fluida, kecuali w ditentukan
pada temperatur dinding Td
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

11

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


Aliran menyilang diluar pipa dengan diameter luar d:
Menyilang pipa tunggal:
Menurut Katz:

Nu d =

h.d
= C Re nd Pr 1 / 3
k

- semua sifat fisik ditentukan pada temperatur film, Tfilm


- harga C dan n tergantung besarnya Re seperti pada tabel berikut ini.
Red
0,4 - 4
4 - 40
40 - 4000
4000 - 40.000
40.000 - 400.000

C
0,989
0,911
0,683
0,193
0,0266

n
0,33
0,385
0,466
0,618
0,805

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

12

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


Aliran menyilang bundel tube (tube bank):
Menurut Zukauskas:

Pr
h.d
Nud =
= C Rend,max Pr 0.36
k
Prw

1/ 4

Semua sifat fisik fluida ditentukan pada temp.


fluida, Tf kecuali Prw pada temperatur dinding
Td

berlaku untuk 0,7 Pr 500, dan 10 Red,max 106

harga C, n ditentukan menurut Red,max dan geometri


susunan pipa,
.

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

13

4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI


Aliran menyilang bundel tube (tube bank):

Geometri
Segaris

Red,max

10 - 100
100 103
103 - 2.105
>2.105

0,8
kerjakan sbg pipa tunggal
0,27
0,21

0,4

10 - 100
100 103
103 - 2.105
103 - 2.105
>2.105

0,9
kerjakan sbg pipa tunggal
0,35(Sn/Sl)0,2, untuk Sn/Sl < 2
0,4 untuk Sn/Sl >2
0,022

0,4

0,63
0,84

Selang- seling

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

0,6
0,6
0,84

14

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI


5.1. Pendahuluan
Radiasi adalah proses dimana panas berpindah dari benda yang bertemperatur
tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah dan kedua benda tersebut
terpisah oleh ruangan walaupun ruang tersebut hampa

Istilah radiasi pada umumnya dipergunakan untuk segala hal-ikhwal tentang


gelombang elektromagnetik, tetapi dalam perpindahan panas, kita hanya
memperhatikan hal-ikhwal yang diakibatkan oleh temperatur dan yang dapat
mengangkut energi melalui medium yang tembus cahaya atau melalui ruang.
Energi yang berpindah dengan cara ini diistilahkan sebagai Radiasi Termal

Setiap benda memancarkan panas radiasi secara terus menerus dan intensitas
pancarannya tergantung pada temperatur dan sifat permukaan. Energi radiasi
bergerak dengan kecepatan cahaya (3 x 108 m/s) dan gejalanya menyerupai
radiasi cahaya. Yang membedakan radiasi cahaya dan radiasi termal, menurut
teori elektromagnetik, ada pada perbedaan panjang gelombang masing-masing
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

15

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pendahuluan


Hukum - hukum

Hukum Radiasi Planck : Untuk radiasi benda hitam

C1 . 5
Eb . d = C / T
d
1
e

(W/m

: panjang gelombang (m)


T: temperatur
(K)
C1 : 3,743 . 108 (W m4/m2)
C2 : 1,4387 . 104 (m.K)

2)

Dimana :
Eb : daya emisi benda hitam
monokhromatik (persatuan
panjang gelombang) (W/m2 .1/m)

Eb

Eb . d

Eb . d : daya yang dipancarkan tiap m2


permukaan benda hitam, pada
temperatur T, dengan panjang
gelombang radiasi yang terletak
antara dan + d .

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

+ d

16

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pendahuluan

Hukum Stefan - Boltzman : Untuk radiasi benda hitam


Dengan mengintegrasikan pernyataan radiasi benda hitam dari planck
meliputi daerah panjang gelombang dari 0 sampai didapat

Eb = Eb . d Eb = . T 4

(W/m2)

dimana :

Eb

: daya emisi benda hitam


: konstanta Stefan Boltzmann
: 5,669 . 10 8 (W/m2.K4)
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

17

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pendahuluan

Hukum Pergeseran Wien (Wien Displacement Law) :

kW/m2.m

350

Puncak kurva pada suhu tinggi


tergeser kearah panjang gelombang
yang lebih pendek

Eb 104 (BTU/hr.ft2.m)

300

12

250

10

200

150

100

50
0

2
0

Titik maksimum dalam kurva radiasi


dihubungkan oleh hukum pergeseran
Wien
Eb
=0

4 5

(m )

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

maks . T = C
C = 2897,6 m.K

18

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pendahuluan

Hukum Kirchhoff :

Dalam praktek, benda / permukaan tidaklah benda hitam mutlak / absolut


Difinisi :
Radiasi datang
: incident radiation
Radiasi diabsorpsi : absorped radiation
absorped radiation
Absorptivitas () = ------------------------incident radiation
reflected radiation
Reflektivitas ( ) = ------------------------incident radiation
transmitted radiation
Transmisivitas ( ) = ------------------------incident radiation

Radiasi ditransmisi : transmitted radiation


Radiasi direfleksi : reflected radiation
+ + =1

bila = 0

+=1

Benda hitam ; =1 , untuk semua


Benda abu2 ; <1 , tidak fungsi
Benda berwarna = f()
b
1
=
=
Hukum Kirchhoff
E E b E b

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

E = . Eb
19

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI


5.2. Sifat sifat Radiasi :
Bila energi radiasi menimpa permukaan bahan, maka sebagian dari radiasi
itu dipantulkan (refleksi), diserap (absorpsi) dan diteruskan (transmisi)
Fraksi yang dipantulkan disebut reflektivitas ( )
Fraksi yang diserap disebut absorptivitas ( )
Fraksi yang diteruskan disebut transmisivitas ( )
Maka : + + =1

radiasi datang

Kebanyakan benda padat tidak


meneruskan induksi termal, untuk
kebanyakan soal-soal terapan = 0 ,
sehingga : + = 1

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

refleksi
absorpsi

transmisi

20

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, sifat radiasi


Ada dua fenomena refleksi :
1

Refleksi spekular :
sudut jatuh = sudut refleksi

Sumber

2
1 = 2

Bayangan cermin sumber

Refleksi baur (diffuse) :

Sumber

Refleksi

bila berkas yang jatuh dipantulkan


tersebar merata kesegala arah

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

21

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, sifat radiasi


Hubungan antara daya emisi suatu benda dengan sifat bahan :
Perhatikan eksperimen berikut (untuk menurunkan hukum Kirchhoff)
Benda hitam

T
E.A

qi.A.

Benda contoh

Umpamakan fluks radiasi yang diterima dalam ruang


= qi (W/m2)
Pada keseimbangan, energi yang diserap benda =
energi yang dipancarkan
qi . A . = E . A ..( 1 )
Bila benda dalam ruang diganti dengan benda hitam,
dalam keseimbangan ;
qi . A . 1 = Eb . A .( 2 )

Pers. (1) dibagi dengan pers. (2) didapat :

E
=
Eb

Perbandingan daya emisi suatu benda dengan daya emisi


benda hitam pada suhu yang sama = absorptivitas benda itu.
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

22

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, sifat radiasi


Catatan :
Emisivitas dan absorptivitas tersebut diatas ialah sifat total benda, artinya
merupakan tingkah laku integral bahan itu untuk keseluruhan panjang gelombang
Benda kelabu (abu-abu) : Benda yang emisivitas monokhromatiknya ( )
tidak tergantung panjang gelombang

E
Eb

Emisivitas monokhromatik = perbandingan antara daya emisi


monokhromatik benda dengan daya emisi monokhromatik benda
hitam pada suhu dan panjang gelombang yang sama.

Emitivitas total benda dapat dihubungkan dengan emisivitas monokhromatik :

E = Eb . d dan Eb = Eb . d = . T 4
0

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

.Eb . d

E 0
=
Eb

T4
23

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI


5.3. Laju perpindahan Panas (benda hitam):

Jumlah energi yg meninggalkan suatu permukaan sebagai radiasi termal


tergantung pada suhu mutlak dan sifat permukaan benda tersebut.
Radiator sempurna atau benda hitam memancarkan energi radiasi dari
permukaannya, menurut Stefan-Boltzmann:

q = A T4

(Watt)

dimana:
: konstanta Stefan-Boltzmann untuk benda hitam: 5,67x10-8 (W/m2 K4)
A : luas permukaan (m2) dan
T : temperatur permukaan (K)

Persamaan tersebut diatas menunjukkan bahwa permukaan benda hitam


di atas temperatur nol mutlak, akan meradiasikan energi dengan laju
perpindahan sebanding dengan temperatur mutlak pangkat empat.
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

24

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI


5.4. Pertukaran Energi antara Dua Permukaan dan Faktor Bentuk :
Energi yang meninggalkan suatu permukaan tidak semuanya sampai
pada permukaan yang lain, hal ini tergantung pada faktor bentuk
radiasi (radiation shape factor)
Faktor bentuk disebut juga faktor pandangan (view factor), faktor
sudut (angle factor) atau faktor konfigurasi (configuration factor)
Definisi :
F1-2 =Fraksi energi yg meniggalkan permukaan 1 yg mencapai
permukaan 2.
F2-1 =Fraksi energi yg meninggalkan permukaan 2 yg mencapai
permukaan 1.
Fm-n = Fraksi energi yg meninggalkan permukaan m yg mencapai
permukaan n.
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

25

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pertukaran Energi


Perhatikan dua permukaan hitam A1 dan A2 yang mempunyai suhu berbeda :
Energi yang meninggalkan permukaan 1 dan
sampai ke permukaan 2 : Eb1 . A1 . F1-2
A2
grs normal
1
r

dA1

2
grs normal

A1

dA2

Energi yang meninggalkan permukaan 2 dan


sampai ke permukaan 1 : Eb2 . A2 . F2-1

Energi netto yang dipertukarkan:


q1-2 = Eb1. A1. F1-2 - Eb2. A2. F2-1
jika kedua permukaan mempunyai suhu yang sama,
Eb1 = Eb2 , sehingga :
q1-2 = 0 ; juga
A1 F1-2 = A2 - F2-1

Hubungan resiprositas

q1-2 = A1. F1-2 (Eb1 - Eb2) = A2 F2-1. (Eb1 - Eb2)


atau

q1-2 = A1. F1-2 . . (T14 T24) = A2 F2-1. . (T14 T24)


Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

26

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pertukaran Energi


Faktor Bentuk

F1 2

1
=
dF 1 2 dA
A1 A

F2 1

1
=
dF 2 1 dA
A2 A

A1

Dimana :

cos 1 cos 2
dA
2
r

dAn

dF 1 2 =

A2

Ib

dA1 .cos 1

dA1

d =sudut padat

cos 1 cos 2
dA 1
dF 2 1 =
2
r
A
1

Harga F1-2 = 1
- dua buah bidang datar yang panjang.
- dua buah silinder konsentris
- dua buah bola konsentris .
- benda kecil dalam ruangan yang besar
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

27

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pertukaran Energi


5.5. Pertukaran Energi antara Dua Permukaan tak Hitam :
Hipotesa :
- semua permukaan baur dengan suhu seragam
- sifat-sifat emisi dan refleksi konstan diseluruh permukaan.
Definisi:
G = iradiasi (irradiation)
= total radiasi yg menimpa permukaan satuan luas
persatuan waktu.
J = radiositas (radiocity)
= total radiasi yg meninggalkan suatu permukaan per
satuan luas persatuan waktu.
=jumlah energi yg diemisikan dan energi yg dipantulkan
bila tidak ada yg diteruskan.

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

.G
.Eb

28

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pertukaran Energi


G

.G

J = .Eb + .G
.Eb

karena + = 1
=

=1-=1-

sehingga

J = .Eb + (1-)G

Energi netto yang meninggalkan permukaan itu ialah = selisih antara radiositas
dan iradiasi.

q
= J G = .Eb + (1 )G G
A

Analogi listrik :
q

kita nyatakan G dengan J

.A
q=
(Eb J )
1

Atau :

Eb J
q=
1
.A

Eb

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

1
.A

29

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pertukaran Energi


Tinjau pertukaran energi radiasi antara dua permukaan A1 dan A2:
Dari seluruh radiasi yang meninggalkan permukaan 1, jumlah yang mencapai
permukaan 2 :
J1. A1. F1-2
Dari seluruh energi yang meninggalkan permukaan 2, jumlah yang mencapai
permukaan 1 ialah :
J2. A2. F2-1
Pertukaran netto antara kedua permukaan
q1-2 = J1. A1. F1-2 - J2. A2. F2-1

Karena:

A1. F1-2 = A2. F2-1


q1-2

Maka :
q1-2 = (J1 J2) . A1 F1-2

J1 J2
1
A1F1 2

J1

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

J2

1
A1F1 2
30

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pertukaran Energi


Analogi listrik

Eb1

J1

1 1
1 A 1

q net

J2

1
A1F1 2

Eb2

1 2
2A 2

Eb 1 Eb 2
=
1 1
1
1 2
+
+
1A 1
A 1F1 2
2A 2
( T1 T 2 )
=
1 1
1
1 2
+
+
1A 1
A 1F1 2
2A 2
4

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

31

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, Pertukaran Energi


Bila 1 adalah benda benda yang mempunyai hubungan dengan
F1-2 = 1

A 1 ( T1 T2 )
=
1 1
+1
1
4

qnet

Harga F1-2 = 1
- dua buah bidang datar yang panjang.
- dua buah silinder konsentris
- dua buah bola konsentris .
- benda kecil dalam ruangan yang besar

Atau :

qnet = 1 . A 1 . ( T1 T2 )
4

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

32

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, RESUME


Benda hitam memancarkan energi radiasi dari permukaannya, menurut StefanBoltzmann:

q = A T4

(Watt)

dimana:
: konstanta Stefan-Boltzmann untuk benda hitam: 5,67x10-8 (W/m2 K4)
A : luas permukaan (m2) dan T : temperatur permukaan (K)
Radiasi antara dua benda hitam.
Jika sebuah benda hitam beradiasi ke sebuah penutup yg mengurung sepenuhnya
dan permukaannya juga hitam, maka laju perpindahan panas netto adalah:

q 1-2 = A1 (T14 - T24)


dimana:

(Watt)

q 1-2 : laju perpindahan panas netto (W)


A1 : luas permukaan benda 1 (m2)
T1 : temperatur permukaan benda 1 (K)
T2 : temperatur paermukaan benda 2 (K)
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

33

5. PERPINDAHAN PANAS RADIASI, RESUME


Radiasi antara dua benda sembarang
Panas Netto:

q1 2

T14 T24
=
(1 1 ) + 1 + (1 2 )
1A 1
A 1F1 2
2A 2

dimana : q 1-2 : laju perpindahan panas netto (W)

: emisivitas permukaan benda


A : luas permukaan benda (m2)
F 1-2 : faktor hubungan geometri benda 1 dan benda 2
T : temperatur permukaan benda (K)

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

34

6. BOILING
Dua tipe yang utama dalam perancangan: Pool boiling & Convective boiling

6.1. Pool Boiling (Pendidihan Kolam)


Nama untuk nucleate boiling di dalam kolam (pool) cairan; contoh di dalam Kettletype Reboiler atau Jacketed vessel , atau Fire tube Boiler.

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

35

6. BOILING, Pool Boiling


Pool Boiling (Pendidihan Kolam)

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

36

6. BOILING, Pool Boiling


Zona I: Pada (Tw - Ts) yg rendah, dan cairan berada < titik didih, panas dipindahkan
dengan cara konveksi natural.
Zona II: Jika temp. permukaan dinaikkan sampai ttk. didih, gelembung uap terjadi
dan akan meniggalkan permukaan. Olakan akibat naikknya gelembung, dan
pembentukan gelembung pada permukaan, menghasilkan kenaikan laju
perpindahan panas yg besar. Fenomena ini disebut dengan Nucleate Boiling.
I

IV

VI

II

Interface
evaporation

bubbles

film

Log h

Zona III: Jika temp. dinaikkan lebih


lanjut, laju perpindahan panas
bertambah sampai fluk kalor
mencapai harga kritis. Pada titik ini,
laju pembentukan uap terjadi secara
spontan di seluruh permukaan.
Zona IV: Jika temp. dinaikkan lebih
lanjut perpindahan panas akan turun
secara cepat.

III

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

(Tw Ts)
37

6. BOILING, Pool Boiling


Zona V dan VI: Pada (Tw - Ts) lebih tinggi, seluruh permukaan ditutupi dengan uap
dan mekanisme perpindahan adalah dengan cara konduksi melalui lapisan uap
tersebut. Konduksi dinaikkan pada beda temperatur yang tinggi oleh radiasi.
Fluk kalor maksimum yg dicapai dengan Nucleate
Boiling disebut sebagai fluk kalor kritis.
Di dalam sistem dimana temperatur permukaan
tidak dibatasi, seperti elemen bahan bakar reaktor
nuklir, operasi di atas fluk krirtis akan
menghasilkan kenaikan yg cepat pada temperatur
permukaan, dan dalam situasi yg ekstrim
permukaan akan yg meleleh. Fenomena ini
disebut sebagai Burn Out.
Temperatur permukaan harus dibatasi agar tidak
terjadi Burn Out.
Fluk Kritis, secara tak diduga dicapai pada beda
temperatur yg rendah sekitar 20 - 30oC untuk air
dan 20 - 50oC untuk organik yg ringan.
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

VI

38

6. BOILING
Koefisien Perpindahan Panas
Fenomena yg komplek, sulit diprediksi dgn cara yg pasti

Nucleate Boiling, koef. tergantung sifat dan kondisi dari permukaan.


Korelasi Forster dan Zuber untuk daerah Nucleate Boiling:

h nb

k L0 ,79 Cp L0 , 45 L0 , 49
0 , 24
0 , 75
= 0,00122 0 , 45 0 , 29 0 , 24 0 , 24 (Tw Ts ) (p w p s )
L v

dimana :hnb: koefisien perpindahan nucleate, pool boiling (W/m2 C)


kL: konduktivitas termal cairan (W/m C); L: massa jenis cairan (kg/m3)
CpL: panas jenis cairan (J/kg C); L: viskositas dinamis cairan (Ns/m2)
L: panas laten cairan (J/kg); V: massa jenis uap (kg/m3)
Tw: temperatur permukaan dinding (C); : tegangan permukaan (N/m)
Ts: temperatur jenuh dari cairan yang mendidih (C)
pw: tekanan jenuh cairan pada temperatur dinding (N/m2)
ps: tekanan jenuh cairan pada temperatur jenuhnya (N/m2)
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

39

6. BOILING, Nucleate Boiling


Koefisien Perpindahan Panas
Korelasi Mostinski (1963):

hnb

1,2
10
P 0,17
P
P
0,69 0,7
= 0,104Pc q 1,8 + 4 + 10
Pc
Pc
Pc

dimana :
P : tekanan operasi, (bar)
Pc: tekanan kritis cairan, (bar)
q : fluk kalor = hnb (Tw - Ts)

Pers. Motinski baik bila data-data sifat fisik fluida tak tersedia.
Kedua pers. di atas untuk fluida tinggal, untuk fluida campuran, koef. biasanya
lebih rendah. dari yg diprediksi dari pers. di atas.
Pers. di atas dapat digunakan untuk campuran yg titik didihnya mendekati 5oC.
Dan untuk perbedaan yg lebih besar, sebaikknya diberikan faktor keamanan.
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

40

6. BOILING, Nucleate Boiling


Fluk Kritis
Sangat penting untuk mengecek bahwa rancangan, dan operasi, fluk panas
benar-benar lebih rendah terhadap fluk panas kritis.
Pers. Zuber dkk. (1961) dlm SI Units, cukup teliti digunakan dalam perancangan
reboiler dan vaporiser :

q c = 0,131 g ( L V )

2 1/ 4
V

dimana : qc: fluk panas maksimumkan, kritis (Wm2)


g : percepatan gravitasi; 9,81 m/s2
Mostinski, memprediksi fluk kritis:

q c = 3 , 67 x 10 4 Pc
Pc

0 , 35

0 ,9

P

1

P c

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

41

6. BOILING, Film Boiling


Film Boiling

Perpindahan panas dikontrol oleh konduksi melalui film uap.


Pers. Bromley (1950): koef. Perpindahan panas film boiling di tube

h fb

k ( L v ) v g
= 0 . 62

(
)

d
T

T
v o
w
s

3
v

1/ 4

dimana: do: diameter luar tube (m), indeks v untuk fasa uap

Di dalam proses reboiler dan vaporiser dirancang untuk beroperasi pada


daerah nucleate boiling
Media pemanas akan diseleksi, temperaturnya akan dikontrol, untuk
menjamin bahwa di dalam operasinya beda temperatur
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

42

6. BOILING, Convective Boiling


Convective Boiling
Perhatikan tube vertikal yg dipanaskan dengan
fluk kalor rendah secara merata sepanjang tube,
dan dialirkan dari bawah fluida pada kondisi
dibawah titik didih (subcooled)
Daerah I, Single phase flow region
Koefesien perpindahan panas konveksi paksa
dapat digunakan.
Daerah II, Subcooled Nucleate Boiling,
cairan yg dekat dinding telah mencapai titik didih,
tapi tidak pada cairan di lingkungannya (bulk).
pendidihan lokal terjadi pada dinding, laju
perpindahan panas naik dibanding konveksi
paksa.
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

43

6. BOILING, Convective Boiling


Convective Boiling
Daerah III, Saturated Boiling:
Pendidihan sebagian besar terjadi dgn cara
simalar dgn nucleate pool boiling
Volume uap bertambah, berbagai bentuk aliran
dapat terjadi
Bentuk aliran akhirnya menjadi anular: fase cairan
tersebar ke seluruh dinding, aliran uap pada inti.
Mekanisme prinsipal yg diminati dlm perancangan
reboiler dan vaporiser.
Daerah IV, Dry wall region,
fraksi terbesar aliran teruapkan, dinding menjadi
kering, cairan tersisa dlm bentuk kabut
perpindahan panas dgn cara konveksi dan radiasi
kepada uap
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

44

6. BOILING, Convective Boiling


Koefisien Perpindahan Panas
Korelasi Chen (1966):
Daerah Forced-Convective Boiling, dibentuk oleh komponen forced
convective hfc dan nucleate boiling hnb :
hcb = hfc + hnb
dimana :

hfc = hfc x fc dan

hnb = hnb x fs

hfc = koef konveksi paksa fasa tunggal


hnb = koef nucleate pool boiling
fc = faktor koreksi dua fasa, dari gambar 6.1 (ada 1/Xtt)
1/Xtt= parameter aliran dua fasa Lockhart-Martinelli dengan aliran
turbulen pada ke dua fasa, dengan x adalah fraksi massa uap
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

45

6. BOILING, Convective Boiling


Koefisien Perpindahan Panas
1/Xtt = parameter aliran dua fasa Lockhart-Martinelli dengan aliran
turbulen pada ke dua fasa, dengan x adalah fraksi massa uap:

1
x
=
X tt 1 x

0,9

L

v

0,5

v

L

0,1

Fs
= faktor koreksi, diperoleh dari gambar 6.2 (ada ReL)
ReL = bilangan Reynolds cairan
dimana G massa total laju aliran per satuan penampang

ReL

(
1 x)
=
Gd
L

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

46

6. BOILING, Convective Boiling

Gambar 6.1. Convective Boiling Enhanchement Factor


Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

47

6. BOILING, Convective Boiling

Gambar 6.2. Nucleate Boiling Supression Factor

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

48

7. CONDENSATION
Perpindahan panas disertai perubahan fasa dari gas/uap menjadi cairan

Dropwise
Filmwise

Fog formation
akibat pressure drop
Kondensasi kontak langsung
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

49

7. CONDENSATION

Filmwise condensation: mekanisme yg lazim digunakan dlm


kondensor
Dropwise condensation: koef perpindahan panas lebih baik, susah
diprediksi

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

50

7. CONDENSATION, Film Wise


FILMWISE CONDENSATION

Pers Nusselt (1916):


kondensasi aliran laminer di dalam film, perpindahan
panas terjadi secara konduksi melalui film
terbatas pada aliran cairan dan uap yg rendah, dimana
aliran kondensat tidak terganggu.
sifat-sifat fisik kondensat dievaluasi pada temp rat-rata
film kondensat (rata-rata Tkondensasi dan Tdinding tube)
Kondensasi di permukaan luar tube
horisontal (tunggal) :

(hc )L

L (L v )g
= 0.95k L

1/ 3

(hC)L : koef rata-rata film kondensasi, tabung tunggal (W/m2oC)


kL : konduktivitas termal kondensat (W/moC) , : massa jenis kondensat (kg/m3)
L : viskositas dinamis kondensat (N.s/m2) , v : massa jenis uap (kg/m3)
g : percepatan gravitasi (m/s2) , : aliran kondensat per satuan panjang tube (kg/m s)
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

51

7. CONDENSATION, Film Wise


Kondensasi di permukaan luar tube horisontal (tube bundle)

metoda Kern, koefisien rata-rata untuk bundel tube adalah:

(hc )b

L (L v )g
1/ 6
Nr
= 0,95k L

L h

dimana:

1/ 3

We
h =
LNt

-L

: panjang tube
- We : total aliran kondensat
- Nt : jumlah total tube di dalam bundel
- Nr : jumlah rata-rata tube dalam sebuah jajaran vertikal dari tube.
Nr dapat diambil 2/3 dari jumlah tube yang berada di jajaran vertikal di pusat
bundel
Untuk kondensat dengan viskositas rendah, faktor koreksi untuk jumlah jajaran
tube vertikal biasanya dihindari.
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

52

7. CONDENSATION, Film Wise


Kondensasi di dalam dan di luar tube vertikal
model Nusselt adalah:

(hc )v

L (L v )g
= 0,926k L

L v

1/ 3

(hc)v : koefisien rata-rata kondensasi (W/m2 C)

v =

: laju aliran kondensat per satuan keliling, (kg/m s)

We
Nt do

atau

We
v =
Nt di

Rec =

4v
= 30
L

Pers. Nusselt cocok untuk bil. Reynolds 30, diatas harga ini akan ada gelombang
film kondensat.
Gelombang akan meningkatkan koef. perpindahan panas, penggunaan pers.
Nusselt diatas Re30 memberikan perhitungan yg aman.
Pengaruh gelombang pada film kondensat didiskusikan oleh Kutateladze (1963).
Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

53

7. CONDENSATION, Film Wise


Kondensasi di dalam dan di luar tube vertikal
Di atas Re 2000, film kondensat menjadi turbulen.
Pengaruh turbulensi pada film kondensat telah ditemukan oleh Colburn (1934) dan hasil
penemuan Colburn biasanya digunakan untuk rancangan kondensor (gb. 7.1)
Persamaan Nusselt juga ditunjukkan pada gb. 7.1
Gb. 7.1 dapat digunakan untuk mengestimasi koefisien film kondensat dalam hal tidak
adanya gesekan uap.
Aliran horisontal dan aliran vertikal turun dari uap akan menaikkan laju perpindahan panas,
dan penggunaan gb.di bawah akan memberikan harga konservatif untuk kebanyakan praktek
rancangan kondensor.

Pr c =

CpL
kL

Gambar 7.1 Koef. Kondensasi untuk tube vertikal


Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,
FTI, USAKTI

54

7. CONDENSATION, Film Wise


Kondensasi di dalam tube horisontal
Model aliran :
Stratified flow : terbatas untuk
kondisi laju aliran kondensat dan uap
rendah
Annular flow : untuk kondisi laju
aliran uap tinggi, dan laju aliran
kondensat rendah

Stratified flow

Annular flow

Koefisien perpindahan panas :

L (L v )g

L h

- Model strtified flow , Nusselt : (hc )s = 0,76k L


- Model Annular flow,
Boyko-Kruzhlin:

(hc )s

1/ 3

k L 0,8 0,43
= 0,021 Re Pr
di

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

Dlm
perancangan
kondensor,
dipilih harga
tertinggi dari
kedua
model
55

8. PERPINDAHAN PANAS GABUNGAN


Overall Heat Transfer Coefficient ( U ), di dalam pipa

Q=U1 A1 T

Q=U2 A2 T

Bambang Teguh P - Prog. Magister T. Mesin,


FTI, USAKTI

56

Anda mungkin juga menyukai