Laporan Kasus Jiwa Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel Dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya Irzal Dirzaar Blogspot Com PDF
Laporan Kasus Jiwa Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel Dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya Irzal Dirzaar Blogspot Com PDF
Oleh :
Irzal Rakhmadhani
NIM I1A009020
Pembimbing
Dr. H. Yulizar Darwis, Sp.KJ, MM
UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unlam-RSUD Ulin
Banjarmasin
Mei, 2013
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Tn. A
Usia
27 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Alamat
II.
Pendidikan
SD (Tidak tamat)
Pekerjaan
Agama
Islam
Suku
Banjar
Bangsa
Indonesia
Status Perkawinan
Menikah
Berobat Tanggal
7 mei 2013
RIWAYAT PSIKIATRIK
Diperoleh dari alloanamnesa dengan ibu Os pada hari Selasa tanggal 7 mei
2013, pukul 09.15 WITA dan autoanamnesa pada hari Selasa tanggal 7 mei
2013, pukul 09.30 WITA. Anamnesa dilakukan di Poli Jiwa RSUD Ulin
Banjarmasin.
A.
KELUHAN UTAMA
Ingin berhenti menggunakan dekstrometorfan (dekstro)
B.
KELUHAN TAMBAHAN
Mual dan muntah bila tidak mengonsumsi dekstro
C.
bercerita
pada
ibunya
jika
dirinya
kemudian diajak
bagi Os. Dua bulan yang lalu (Maret 2013) Os menuruti permintaan
ibunya dan mencoba berhenti mengonsumsi dekstro. Menurut ibu Os,
Os kemudian tampak kesakitan dan tidak dapat makan selama
beberapa hari. Os berkeringat dingin dan tampak gelisah. Ibu Os
menyangkal jika Os berbicara kacau atau mengamuk. Os tidak dapat
bekerja saat itu. Setelah beberapa hari tidak mengonsumsi dekstro Os
mengaku tidak tahan kepada ibunya dan kembali mengonsumsi
dekstro. Durasi abstinen tidak diingat oleh ibu Os.
Jumat 3 mei 2013, Ibu Os kembali mencoba membujuk Os. Os
kemudian mengatakan akan berusaha berhenti mengonsumsi dekstro
Setelah beberapa hari Os kembali tampak gelisah dan tidak dapat
makan. Setiap mencoba makan Os akan merasa mual dan muntah.
Menurut ibu Os, Os tampak berkeringat dingin dan kejang pada malam
harinya. Os berkata pada ibunya jika tubuhnya sakit dan tulangnya
seolah-olah patah. Ibu dan istri Os yang khawatir kemudian membawa
Os ke mantri. Oleh mantri Os disarankan berobat ke Poli Jiwa RSUD
Ulin Banjarmasin.
Autoanamnesa
Os bercerita jika dirinya mengonsumsi dekstro sejak 5 tahun yang
lalu (2008). Awalnya ia diajak oleh teman bekerjanya dan mencoba
beberapa buah saja. Os mengaku menjadi lebih bersemangat dan lebih
mudah dalam bekerja setelah mengonsumsi dektro. Os mengaku tidak
memiki masalah lain sebelumya dan mengonsumsi dekstro sematamata hanya untuk memudahkannya dalam bekerja.
Awalnya Os meminta tolong temannya untuk mendapatkan
dekstro. Namun, Os mengaku saat ini ia dapat meperoleh obat itu
sendiri tanpa bantuan teman-temannya. Os biasa membeli dekstro
kepada seorang pengedar yang berada di sekitar wilayahnya bekerja.
Sebelum bekerja Os akan mengonsumsi 2 - 3 butir dekstro. Awalnya
Os hanya mengonsumsi dekstro 2 - 3 hari sekali. Os juga tidak
mencampurkan dekstro dengan obat-obatan lainnya.
Setelah beberapa bulan Os mengaku sering merasakan keinginan
kuat atau dorongan yang memaksanya untuk menggunakan dekstro
kembali. Os mengaku kesulitan dalam mengendalikan hal tersebut.
Saat ini Os mengonsumsi dekstro setiap hari.
Os mengaku jika saat ini ia perlu mengonsumsi dektro dalam
jumlah banyak agar dapat merasa bersemangat. Saat ini Os terbiasa
mengonsumsi 20-30 buah dekstro sekaligus. Sejak 5 bulan lalu
(Desember 2012) Os mulai mengonsumsi alkohol. Os mengaku hanya
minum alkohol saat bersama temannya (1-2 kali sebulan), Os biasa
minum 2-3 botol alkohol hingga mabuk. Os tidak ingat jenis atau kadar
alkohol yang diminumnya. Os juga mengaku pernah mengonsumsi
sabu 1 kali namun tidak melanjutkannya. Tidak ada gejala yang
muncul saat Os berhenti mengonsumsi sabu hingga saat ini.
mengonsumsi
dekstro/alkohol
atau
saat
berhenti
menggunakannya.
D.
E.
RIWAYAT KELUARGA
Penderita adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Diketahui terdapat
satu orang sepupu Os yang juga mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Genogram:
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Melakukan penyalahgunaan zat
Catatan
Kakak Os meninggal saat bayi sebelum Os lahir. Tidak diketahui jenis
& frekuensi penyalahgunaan zat yang dilakukan sepupu Os.
G.
DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Os merupakan seorang pria, memakai kaos berwarna hitam, celana
jins hitam dan tampak terawat. Os tampak kurus. Berjalan sedikit
membungkuk. Tampak kurang bertenaga dan dengan wajah terlihat
gelisah.
Os menjabat tangan pemeriksa dengan kuat saat bersalaman. Os
dapat menyebutkan nama dan usianya dengan tepat. Os menyebutkan
dirinya datang bersama ibu. Os dapat menyebutkan alamat rumaya
dengan tepat dan daat meunjukan arah untuk menuju ke sana. Os
dapat mengenali peran pemeriksa dan dapat melakukan perhitungan
pengurangan 100 dengan angka 3 sebanyak 5 kali. Os dapat
menjelaskan
pegertian
ungkapan
tangan
panjang
dan
dapat
Os kurang dapat
10
B.
Hiperthym
2. Ekspresi afektif
Gelisah
3. Keserasian
Serasi
4. Empati
Dapat dirabarasakan.
5. Stabilitas
Stabil
6. Pengendalian
Cukup
7. Arus Emosi
Cukup
8. Sungguh/tidak
Sungguh
9. Skala diferensiasi
Luas
11
C.
FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran
Baik
2. Orientasi
-
Waktu
Baik
Tempat
Baik
Orang
Baik
Situasional
Baik
Baik
Jangka pendek
Baik
Jangka panjang
Baik
Segera
Baik
3. Konsentrasi
4. Daya Ingat
D.
Baik
GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
-
Auditorik
Tidak ada
Visual
Tidak ada
Olfaktorik
Tidak ada
Gustatorik
Tidak ada
2. Ilusi
: Tidak ada
12
E.
PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas
Spontan
b. Kontinuitas
c. Hendaya berbahasa
Tidak ada
Flight of idea
: tidak ada
Circumstantialy
: tidak ada
Inkoherensi
: tidak ada
Asosiasi longgar
: tidak ada
: tidak ada
Retardasi
: tidak ada
Perseverasi
: tidak ada
Verbigerasi
: tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preokupasi
: Tidak ada
b. Gangguan pikiran
: Tidak ada
: tidak ada
Fobia
: tidak ada
Obsesi
: tidak ada
Waham
: tidak ada
Konfabulasi
: tidak ada
Rasa bermusuhan
: tidak ada
13
: tidak ada
Hipokondri
: tidak ada
F.
PENGENDALIAN IMPULS
Terkendali
G.
H.
DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial
: Baik
: Baik
3. Penilaian Realita
: Baik
TILIKAN
Derajat 5,
1. Penyangkalan penuh dirinya sakit
2. Agak menyadari dirinya sakit dan membutuhkan bantuan tapi di
saat yang sama menyangkal penyakitnya.
3. Sadar merasa sakit namun menyalahkan orang lain atau faktor
eksternal
4. Sadar penyakitnya namun tidak mengetahui penyebabnya
5. Mengetahui
penyakitnya
dan
faktor-faktor
yang
14
6. Sadar tentang motif dan perasaan dalam dirinya dan hal yang
perlu dilakukan yang dapat menyebabkan perubahan dasar
perilakunya (tilikan emosional)
I.
STATUS INTERNUS
Keadaan umum
Tampak baik
Gizi
Baik
Tanda vital :
TD = 110/80 mmHg
N
= 84 kali/menit
RR = 18 kali/menit
T
= 36,3 oC
Kepala :
Mata
Telinga
Hidung
15
Mulut
Leher :
Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak meningkat,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
-
Pulmo
Sonor
Cor
Auskultasi
-
Pulmo
Cor
S1~ S2 tunggal
Abdomen
Inspeksi
: cembung
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
16
2.
V.
STATUS NEUROLOGIKUS
N I XII
Tidak ada
Tidak ada
Refleks fisiologis
Normal
Refleks patologis
Tidak ada
IKHTISAR
PENEMUAN
BERMAKNA
(FORMULASI
DIAGNOSTIK)
Anamnesis :
17
Jenis Zat
Awal Penggunaan
dekstrometorphan
5 tahun lalu
(pertengahan 2008)
5 bulan lalu
(desember 2012)
5 bulan lalu
(desember 2012)
Sabu
Alkohol
Cara
Penggunaan
Ditelan
Dihisap
Diminum
Frekuensi
Setiap
hari
1x
1-2x
bulan
Jumlah
konsumsi
20-30
butir
-
/ 2-3 botol
Terakhir
menggunakan
3 mei 2013
3 mei 2013
Pemeriksaan Psikiatri :
Pembicaraan
: koheren
Afek
: euthym
Ekspresi afektif
: gelisah
Penilaian realita
: baik
Tilikan
:5
: dapat dipercaya
18
Selain itu timbul gejala-gejala fisik (mual, muntah, sesak nafas, nyeri badan,
berkeringat dingin dan kejang) yang menghilang saat konsumsi zat
dilanjutkan. Hal ini menandakan diagnosis keadaan putus zat dapat
ditegakkan. F19.2 + F 19.31 (Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Zat, Sindrom Ketergantungan + Keadaan Putus Zat dengan
Konvulsi)
Aksis II : Berdasarkan anamnesis diketahui jika Os berhenti bersekolah
saat duduk di kelas 6 SD. Os tidak mau menuruti perintah orang tua untuk
melanjutkan sekolah atau melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Hal
ini menunjukkan jika Os kurang memperdulikan perasaan orang lain dan
cenderung tidak perduli terhadap kewajiban sosialnya sebagai anak.
Penggunaan obat-obat terlarang juga menandakan ketidak pedulian Os
terhadap norma sosial. Hal ini mengarah kepada tipe kepribadian disosial.
Tipe Kepribadian Disosial
19
ORGANOBIOLOGIK
-
20
2.
PSIKOLOGIK
dapat
melawan
keinginan
kuat
untuk
kembali
mengonsumsi dekstro.
3.
SOSIAL/KELUARGA
VIII. PROGNOSIS
Diagnosa penyakit
Bonam
Perjalanan penyakit
Malam
Ciri kepribadian
Malam
Stressor psikososial
Bonam
Malam
Pola keluarga
Dubia at malam
Aktivitas pekerjaan
Malam
Perkawinan
Bonam
Ekonomi
Malam
Lingkungan sosial
Malam
21
Organobiologik
Bonam
Pengobatan psikiatrik
Bonam
Ketaatan berobat
Bonam
Kesimpulan
Dubia ad bonam
22
X.
DISKUSI
Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan
merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini
dapat didiagnosa sebagai gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
zat dengan sindrom ketergantungan + keadaan putus zat dengan konvulsi
(F19.2 + F19.31).
Penyalahgunaan
zat
adalah
suatu
perilaku
mengonsumsi
atau
23
terletak pada obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obatobatan tersebut.
Bahan-bahan yang digunakan dapat disalahgunakan atau menyebabkan
ketergantungan, jika bahan tersebut menjadi masalah dalam hidupnya.
Seseorang dapat dikategorikan mengalami substance dependence /
ketergantungan obat-obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut
ini (2):
Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau
penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih halhal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan:
1. Toleransi yang didefinisikan sebagai berikut:
a. peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek yang
didamba atau mencapai intoksikasi.
b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan kontinyu jumlah yang
sama dari zat.
2. Withdrawal, bermanifestasi sebagai salah satu dari:
a.
b.
3. Zat yang dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau melewati
batas pemakaiannya.
4. Adanya
hasrat
menetap
atau
ketidakberhasilan
mengurangi
atau
24
ditandai
membanyangkan,
25
Aktif
konsumsi DXM
+ konsumsi sabu
+konsumsi alkohol
Abstinen
Gejala
Withdrawal
abstinen
Mulai konsumsi
DXM (2-3
butir)
2008
12-2012
3-2013
5-2013
26
parasetamol
untuk
menghilangkan
nyeri
dan
mencegah
semakin meningkat disertai halusinasi. Pada dosis tinggi (600 mg) penurunan
kesadaran dapat muncul disertai gejala psikotik sementara dan penurunan respon
sensoris (11,12).
William E White dalam The DXM FAQ menglasifikasikan efek dosis
tinggi dektrometorfan ke dalam 4 atau 5 plateu. Setiap plateu memiliki kisaran
dosis (mg/kgbb) tertentu. Pembagian efeknya adalah sebagai berikut (13):
Plateu pertama : 1,5-2,5 mg/kgBB menimbulkan efek tidak mudah capek,
meningkatnya detak jantung, suhu tubuh, emosi, euforia dan hilangnya
keseimbangan tubuh.
Plateu kedua : 2,5-7,5 mg/kgBB menimbulkan efek yang sama dengan plateu
pertama namun disertai intoksikasi, penurunan kesadaran, perasaan terlepas dari
dunia dan halusinasi.
Plateu ketiga : 7,5-15,0 mg/kgBB menimbulkan penurunan fungsi sensoris,
kesulitan mengenali orang atau objek, kebutaan sementara, kesulitan memahami
bahasa, halusinasi abstrak, penurunan waktu reaksi, kehilangan koordinasi
motorik, gangguan memori jangka pendek dan perasaan terlahir kembali.
Plateu keempat : 15,0 mg/kgBB atau lebih menimbulkan hilangnya kontrol
terhadap tubuh, delusi, peningkatan denyut jantung, kebutaan total dan gejala
plateu ketiga yang lebih berat
28
Plateau Sigma: 2.5-7.5 mg/kgBB setiap 3 jam selama 9-12 jam. Gejala psikotik
disertai halusinasi visual dan akustik. Halusinasi biasanya bersifat tidak
menyenangkan dan memaksa pecandu mengikuti perintah halusinasi tersebut.
Penyalahgunaan alkohol merupakan gangguan terkait zat yang paling
umum terjadi (14). Penyalahgunaan alkohol (alkoholisme) mengakibatkan
berbagai manifestasi klinis, psikiatrik dan sosial. Manifestasi psikiatrik yang
biasa timbul adalah (15):
Depresi : semua bentuk depresi dapat dicetuskan oleh alkohol. Sebaliknya
depresi juga dapat memicu seseorang untuk mengonsumsi alkohol untuk
mengurangi gejala-gejala depresi.
Ansietas : ansietas merupakan gejala mengonsumsi alkohol berlebihan
sebagai usaha mengurangi gejala.
Perubahan kepribadian : penurunan standar kepekaan sosial dan perawatan
diri.
Disfungsi seksual : impotensi dan masalah ejakulasi.
Halusinasi : dapat berupa auditorik maupun visual, umumnya terjadi pada
keadaaan putus zat.
Menurut Jellinek progresifitas alkoholisme terbagi dalam 3 fase (16):
1. Fase dini ditandai dengan bertambahnya toleransi terhadap alkohol, amnesia,
timbulnya rasa bersalah karena mengonsumsi alkohol dan terhadap perilaku
yang diakibatkannya.
29
30
perawatan inap dengan periode perawatan dari dua belas sampai delapan
belas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek.
2. Model Medik, model ini berbasis pada biologik dan genetik atau fisiologik
sebagai penyebab adiksi yang membutuhkan pengobatan dokter dan
memerlukan farmakoterapi untuk menurunkan gejala-gejala serta perubahan
perilaku. Program ini dirancang berbasis rumah sakit dengan program rawat
inap sampai kondisi bebas dari rawat inap atau kembali ke fasilitas di
masyarakat.
3. Model Minnesota, model ini dikembangkan dari Hazelden Foundation dan
Johnson Institute. Model ini fokus pada abstinen atau bebas NAPZA sebagai
tujuan utama pengobatan. Model Minessota menggunakan program spesifik
yang berlangsung selama tiga sampai enam minggu rawat inap dengan
lanjutan aftercare, termasuk mengikuti program self help group (Alcohol
Anonymous atau Narcotics Anonymous) serta layanan lain sesuai dengan
kebutuhan pasien secara individu. Fase perawatan rawat inap termasuk ;
terapi kelompok, terapi keluarga untuk kebaikan pasien dan anggota
keluarga lain, pendidikan adiksi, pemulihan dan program 12 langkah.
Diperlukan pula staf profesional seperti dokter, psikolog, pekerja sosial,
mantan pengguna sebagai addict counselor
4. Model Eklektik, model ini menerapkan pendekatan secara holistik dalam
program rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melalui penerapan
program 12 langkah merupakan pelengkap program TC yang menggunakan
31
pendekatan perilaku, hal ini sesuai dengan jumlah dan variasi masalah yang
ada pada setiap pasien adiksi.
5. Model Multi Disiplin, program ini merupakan pendekatan yang lebih
komprehensif dengan menggunakan komponen disiplin yang terkait
termasuk reintegrasi dan kolaborasi dengan keluarga dan pasien
6. Model Tradisional, tergantung pada kondisi setempat dan terinpirasi dari
hal-hal praktis dan keyakinan yang selama ini sudah dijalankan. Program
bersifat jangka pendek dengan aftercare singkat atau tidak sama sekali.
Komponen dasar terdiri dari : medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan
keyakinan yang dimiliki oleh sistem lokal contoh : pondok pesantren,
pengobatan tradisional atau herbal.
7. Faith Based Model, sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak
menggunakan farmakoterapi
diberikan terapi suportif pada pasien hingga keadaanya stabil. Untuk intoksikasi
NAPZA lain seperti dekstrometorfan, fase gawat darurat NAPZA bertujuan
untuk menangani kondisi akut termasuk gaduh gelisah.
Pasien yang telah menunjukkan perbaikan setelah ditangani di unit gawat
darurat dapat dilanjutkan dengan parawatan rawat inap atau detoksifikasi untuk
kasus putus NAPZA atau berobat
33
34
DAFTAR PUSTAKA
2013,
at
http://www.deadiversion.usdoj.gov/drugs_concern/
dextro_m/summary.htm
5. Cigna, acetaminophen and dextromethorphan. Retrieved May 9, 2013 at
http://www.cigna.com/individualandfamilies/health-and-well-being/hw/
medications/acetaminophen-and-dextromethorphan-d03378a1.html
6. Anonymous.
Dextromethorphan.
Retrieved
May
9,
2013.
At
http://www.deadiversion.usdoj.gov/drugs_concern/dextro_m/dextro_m.ht
m
7. Wrigley, H. 2006. Former Minot Man And Internet Chemical Company
Sentenced For Selling Designer And Misbranded Drugs And Violating
Federal Customs Laws. Dakota : US Attorney
8. Erowld.
DXM
Effect.
Retrieved
May
9,
2013.
At
http://www.erowid.org/chemicals/dxm/dxm_effects.shtml
9. Anonymous. DXM addiction, abuse and treatment. Retrieved May 9,
2013. At http://www.drugabusehelp.com/drugs/dxm/
10. Anonymous. DXM abuse and addiction. Retrieved may 9, 2013. At
http://www.info-drug-rehab.com/dxm.html
11. Bornstein, S; Czermak, M; Postel, J., (1968). "Apropos of a case of
voluntary medicinal intoxication with dextromethorphan hydrobromide".
Annales Medico-Psychologiques 1 (3): 447451. PMID 5670018.
35
36