Anda di halaman 1dari 102

JENIS-JENIS NAPZA

DAN PERMASALAHANNYA

Dr. Yolly Dahlia, Sp.KJ


BNN Prov NTB
Istilah

NAPZA, NAZA, Narkoba,


Narkotika , Madat dan
Obat terlarang
tidak terbatas golongan obat zat atau
subtances
menimbulkan ketergantungan zat adiktif
(kecanduan)
mengubah aktivitas otak zat psikoaktif
NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan zat
adiktif lainnya)
bahan/zat yang bila masuk ke dalam
tubuh akan mempengaruhi tubuh
terutama susunan saraf pusat/otak,
sehingga menyebabkan gangguan
fisik, psikis dan fungsi sosial.
NAPZA
mengacu kepada Narkotika dan
Psikotropika
Undang-undang No.5 tahun 1997
tentang Psikotropika dan
Undang-undang No.22 tahun 1997
tentang Narkotika
Istilah lain
Narkoba: Narkotika dan
Obat/Bahan berbahaya
populer di masyarakat, media dan
aparat hukum
Madat: candu (suatu golongan
opioid)
Jenis NAPZA
dibagi berdasarkan
Undang-Undang
Efeknya terhadap Susunan Syaraf Pusat
Yang terdapat di masyarakat serta akibat
pemakaiannya
Penggunaan dalam Bidang Medik
UU No 22 tahun 1997
tentang Narkotika

Zat atau obat yang berasal dari


tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semisintetis
menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Penggolongan

Golongan I :
digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan,
tidak ditujukan untuk terapi
potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan,
Contoh: heroin/putauw, kokain, ganja
Heroin, putauw
Kokain
Ganja, hashis, kanabis
Golongan II:
berkhasiat pengobatan, sebagai
pilihan terakhir
digunakan dalam terapi atau
pengembangan ilmu pengetahuan
potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan
Contoh: morfin, petidin
Morfin, petidin
Golongan III:
berkhasiat pengobatan
banyak digunakan dalam terapi atau
pengembangan ilmu pengetahuan
potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan
Contoh: kodein
Narkotika yang sering
disalahgunakan:

Opiat: morfin, heroin


(putauw), petidin, candu, dan
lain-lain
Ganja atau kanabis, mariyuana,
hashis
Kokain, yaitu serbuk kokain
UU No. 5 tahun 1997
tentang Psikotropika

Zat atau obat, alamiah maupun


sintetis bukan narkotika
berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Penggolongan:
GOLONGAN I:
digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan
tidak digunakan dalam terapi
potensi amat kuat mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh: ekstasi, shabu, LSD
Halusinogenik:
GOLONGAN II:
tujuan ilmu pengetahuan
berkhasiat pengobatan, dapat digunakan
dalam terapi,
potensi kuat mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh: amfetamin, metilfenidat atau
ritalin
GOLONGAN III :
berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi
tujuan ilmu pengetahuan
potensi sedang mengakibatkan
ketergantungan
Contoh: fenobarbital, flunitrazepam
GOLONGAN IV
berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi
untuk tujuan ilmu pengetahuan
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan
Contoh: diazepam, bromazepam, fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti
pil BK, pil Koplo, Rohipnol, Dumolid, Mogadon
Psikotropika yang sering disalahgunakan

Psikostimulansia: amfetamin, ekstasi,


shabu
Sedatif dan Hipnotika (obat penenang
dan obat tidur): Mogadon (MG), BK,
Dumolid (DUM), Rohypnol (Rohyp),
Lexotan (Lexo), Pil koplo dan lain-lain
Halusinogen: Lysergic Acid
Diethylamide (LSD), Mushroom
ZAT ADIKTIF LAIN
bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif
selain yang disebut Narkotika dan
Psikotropika, meliputi:
Alkohol
Keppres No. 3 tahun 1997 tentang Pengawasan
dan Pengendalian Minuman Beralkohol.
mengandung etanol (etil alkohol), menekan
susunan syaraf pusat.
Merupakan gaya hidup atau bagian dari budaya.
3 golongan minuman beralkohol

A : etanol 1-5%,
(Bir)
B : etanol 5-20%,
(Jenis-jenis
minuman anggur)
C : etanol 20-45%,
(Wiski, Vodka, TKW,
Manson House,
Johny Walker,
Kamput)
Jenis alkohol lain
metanol:
spiritus desinfektan, zat pelarut atau
pembersih
disalahgunakan berakibat fatal meskipun
dalam konsentrasi rendah.
Inhalansia (gas yang dihirup) Solven (zat
pelarut)
mudah menguap
senyawa organik (benzil alkohol),
terdapat pada:
barang keperluan rumah tangga,
kantor
pelumas mesin,
sering disalah gunakan
Contoh: Lem, tiner, penghapus cat kuku,
bensin.
Tembakau
Pemakaian sangat luas di masyarakat.
Kadar nikotin yang bisa diserap oleh tubuh per
batangnya 1-3 mg.
Dosis letal: 60 mg nikotin sekali pakai.
Pemakaian ROKOK dan ALKOHOL
terutama pada remaja, pintu
masuk penyalahgunaan NAPZA
Kafein
zat stimulansia
dapat menimbulkan ketergantungan jika
dikonsumsi melebihi 100 mg /hari atau
lebih dari dua cangkir kopi
ketergantungan psikologis.
Minuman energi sering kali
menambahkan kafein dalam
komposisinya.
Klasifikasi lain:
Sama sekali dilarang
narkotika golongan I dan psikotropika
golongan I
Penggunaan dengan resep dokter
amfetamin, sedatif hipnotika
Diperjual belikan secara bebas
lem, tinner, rokok dan lain-lain
BERDASARKAN EFEKNYA TERHADAP
SUSUNAN SYARAF PUSAT

Golongan Depresan
mengurangi aktifitas fungsional tubuh
merasa tenang, pendiam dan bahkan
membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri.
Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein),
Sedatif (penenang),
hipnotik (obat tidur),
tranquilizer (anti cemas),
alkohol dalam dosis rendah,
dan lain-lain.
Golongan Stimulan
merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja.
menjadi aktif, segar dan bersemangat .
Golongan ini
Kokain, Amfetamin (shabu, ekstasi), Kafein.
Golongan Halusinogen
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan dan pikiran dan seringkali
menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
Golongan ini termasuk
Kanabis (ganja),
LSD,
Mescalin,
Pensiklidin (PCP),
berbagai jenis jamur,
tanaman kecubung
NAPZA YANG TERDAPAT DI MASYARAKAT
SERTA AKIBAT PEMAKAIANNYA

OPIOIDA

Opioida dibagi 3 golongan besar yaitu:


Opioida alamiah (opiat ): morfin, opium, kodein
Opioida semi sintetik: heroin/ putauw,
hidromorfin
Opioida sintetik: meperidin, propoksipen,
metadon
Nama jalanannya: putauw, ptw, black
heroin, brown sugar
Heroin murni: bubuk putih
Heroin yang tidak murni: putih keabuan
Getah opium poppy yang diolah menjadi
morfin proses putauw > 10 morfin.
Opioid sintetik: > 400 kali dari morfin.
Guna: analgetik kuat, berupa pethidin,
methadon, Talwin, kodein dan lain-lain
Cara penyalahgunaan:
disuntik (ngipe, nyipet, ive, cucau)
dihisap (ngedrag, dragon)
Reaksi: sangat cepat rasa ingin
menyendiri
taraf kecanduan
hilang rasa percaya diri,
tidak ingin bersosialisasi, membentuk dunia
mereka sendiri.
Lingkungan musuh
Berbohong
penipuan/pencurian atau tindak kriminal lainnya.
KOKAIN
bentuk:
kokain hidroklorid
berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih
mudah larut dari free base.
free base.
tidak berwarna/ putih, tidak berbau dan rasanya
pahit
Nama jalanan : koka, coke, happy dust,
charlie, srepet, snow/salju, putih.
Biasanya dalam bentuk bubuk putih
Cara penyalahgunaan:
cara menghirup bubuk dengan penyedot
atau gulungan kertas,
di bakar bersama tembakau yang sering
disebut cocopuff.
bentuk padat : dihirup asapnya
(freebasing).
Penggunaan dengan menghirup akan
berisiko luka pada sekitar lubang
hidung bagian dalam.
Efek dari pemakaian kokain ini
membuat pemakai merasa segar,
hilang nafsu makan, menambah
rasa percaya diri, juga dapat
menghilangkan rasa sakit dan
lelah.
KANABIS
Nama jalanan: grass, cimeng,
ganja, gelek, hasish, marijuana,
bhang
Ganja berasal dari tanaman
kanabis sativa dan kanabis indica.
Terkandung 3 zat utama yaitu
tetrahidro kanabinol, kanabinol
dan kanabidiol
Cara penyalahgunaan: dihisap dengan
cara dipadatkan menyerupai rokok atau
dengan menggunakan pipa rokok.
Efek:
cenderung merasa lebih santai
rasa gembira berlebih (euforia),
sering berfantasi,
aktif berkomunikasi,
selera makan tinggi,
sensitif,
kering pada mulut dan tenggorokan.
AMFETAMIN
Nama generik: D-pseudo epinefrin
yang disintesa tahun 1887, dan
dipasarkan tahun 1932 sebagai
dekongestan
Nama jalanan: speed, meth,
crystal, uppers, whizz dan sulphate
Bentuk: bubuk warna putih dan
keabu-abuan
Ada dua jenis amfetamin:
MDMA (methylene dioxy methamphetamin)
mulai dikenal sekitar tahun 1980 dengan nama
Ectacy atau Ekstasi.
Nama lain: xtc, fantacy pils, inex, cece, cein, e.
tidak selalu berisi MDMA karena merupakan
designer drugs campur zat lain (disain) untuk
mendapatkan efek yang diharapkan/dikehendaki:
white doft, pink heart, snow white, petir yang
dikemas dalam bentuk pil atau kapsul.
Methamfetamin
lama kerja lebih panjang dibanding MDMA (dapat
mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih
kuat.
Nama lainnya shabu-shabu, SS, ice, crystal,
crank.
Cara penggunaan :
Dalam bentuk pil di minum peroral
Dalam bentuk kristal, dibakar dengan menggunakan kertas
aluminium foil dan asapnya dihisap (intra nasal) atau
dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang
khusus (bong).
Dalam bentuk kristal yang dilarutkan, dapat juga melalui
intra vena.
LSD (Lysergic acid)
Termasuk dalam golongan halusinogen
Nama jalanan : acid, trips, tabs
Bentuk: seperti kertas berukuran kotak
seperempat perangko dalam banyak warna
dan gambar; berbentuk pil, kapsul
Cara: meletakkan permukaan lidah dan
bereaksi setelah 30-60 menit sejak
pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam.
Efek: tripping, yang biasa digambarkan
seperti halusinasi terhadap tempat, warna
dan waktu.
SEDATIF-HIPNOTIK
(BENZODIAZEPIN)

Digolongkan zat sedatif (obat


penenang) dan hipnotika (obat tidur),
Nama jalanan dari Benzodiazepin : BK,
Dum, Lexo, MG, Rohyp.
Cara: oral, intra vena dan rectal.
Di bidang medis:
pengobatan kecemasan (ansietas),
panik
hipnotik (obat tidur)
SOLVENT / INHALANSIA
Uap dari bahan mudah menguap
yang dihirup.
Contohnya: aerosol, aica aibon, isi
korek api gas, cairan untuk dry
cleaning, tinner, uap bensin.
Biasanya digunakan secara coba-coba
oleh anak dibawah umur golongan
kurang mampu/anak jalanan
Efek:
pusing,
kepala terasa berputar,
halusinasi ringan,
mual,
muntah,
gangguan fungsi paru, liver dan jantung.
Kronis kerusakan fungsi intelektual.
ALKOHOL
sering digunakan
proses fermentasi madu, gula, sari buah
atau umbi-umbian.
proses penyulingan kadar alkohol tinggi
mencapai 100%.
Nama jalanan alkohol: booze, drink
Kadar dalam darah maksimum
dicapai 30-90 menit
eufori kadar menurun: depresi
PENGGUNAAN NAPZA DALAM
BIDANG MEDIK

terapi medik pasien lebih baik


atau bila mungkin sembuh dari
penyakit atau gangguannya.
Psikofarmaka
Antipsikotik, Antiansietas,
Antidepresan, Antiinsomnia,
Antimanik
tergolong Psikotropika dan sebagian
kecilnya tergolong narkotika.
Narkotika
Morfin, Petidin
digunakan untuk mengatasi nyeri yang di
derita pasien kanker stadium terminal,
nyeri kepala atau nyeri lainnya yang sukar
dihentikan dengan analgetika lainnya, nyeri
akibat pembedahan.
Kodein: simptom batuk.
Psikotropika
secara luas digunakan oleh dokter
untuk mengatasi gangguan mental
dan perilaku. Untuk mengatasi
nyeri lambung, nyeri haid, nyeri
dada atau proses psikosomatik
lainnya (golongan benzodiazepine)
Anti psikotik
Chlorpromazin, haloperidol,
trifluoperazin,

tidak menimbulkan ketergantungan


dan sangat jarang disalahgunakan
pasien.
Antidepresan
Amitriptilin, Imipramin, Fluoxetin,
Sertralin, dll

tidak menimbulkan
ketergantungan dan sangat jarang
disalahgunakan.
Golongan benzodiazepin
efek sedasi seperti: diazepam,
clobazam, lorazepam, alprozolam
efek hipnotik (tidur) seperti:
midazolam, triazolam, estazolam,
nitrazepam

sering disalahgunakan.
Golongan Barbiturat
fenobarbital untuk menginduksi
tidur yang bersifat long acting,

juga dapat disalahgunakan.


Methylphenydate (Ritalin)
derivat amphetamin
stimulansia susunan saraf pusat
obat pilihan bagi anak dengan
gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas

sering disalahgunakan.
Sekian dan terimakasih
GANGGUAN MENTAL dan
PERILAKU AKIBAT
PENGGUNAAN ZAT

dr. Yolly Dahlia, Sp. KJ


Gangguan yg bervariasi luas dan berbeda
keparahannya (dari intoksikasi tanpa komplikasi
dan penggunaan yg merugikan sampai gangguan
psikotik yg jelas dan demensia, tetapi semua itu
diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau
lebih zat psikoaktif (dg atau tanpa resep dokter)

Identifikasi dari zat psikoaktif yg digunakan dapat


dilakukan berdasarkan:
- data laporan individu
- analisis objektif dari spesimen urin, darah dsb.
- bukti lain (adanya sampel obat yg ditemukan
pada pasien, tanda dan gejala klinis atau dari
laporan pihak ketiga
F1x.0 Intoksikasi Akut
Pedoman dignostik
Intoksikasi akut sering dikaitkan dg: tingkat
dosis zat yg digunakan (dose-dependent),
individu dg kondisi organik tertentu yg
mendasarinya (misalnya insufisiensi ginjal
atau hati) yg dalam dosis kecil dapat
menyebabkan efek intoksikasi berat yg
tidak proporsional.
Disinhibisi yg ada hubungannya dg konteks
sosial perlu dipertimbangkan (misalnya
disinhibisi perilaku pada pesta atau
upacara keagamaan)
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi
peralihan yg timbul akibat penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga
terjadi :
gangguan kesadaran, fungsi kognitif,
persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan
respons psikofisiologis lainnya.
intensitas intoksikasi berkurang dg
berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya
menghilang bila tidak terjadi penggunaan
zat lagi. Dg demikian orang tersebut akan
kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada
jaringan yg rusak atau terjadi komplikasi
lainnya.
Kode lima karakter berikut digunakan untuk menunjukkan apakah
intoksikasi akut itu disertai dg suatu komplikasi:

F1x00 tanpa komplikasi


F1x01 dg trauma atau cedera tubuh lainnya
F1x02 dg komplikasi medis lainnya
F1x03 dg delirium
F1x04 dg distorsi persepsi
F1x05 dg koma
F1x06 dg konvulsi
F1x07 intoksikasi patologis
- hanya pada penggunaan alkohol
- onset secara tiba-tiba dg agresi dan sering
berupa perilaku tindak kekerasan yg tidak khas
bagi individu tersebut saat ia bebas alkohol
- biasanya timbul segera setelah minum sejumlah
alkohol yg pada kebanyakan orang tidak akan
menimbulkan intoksikasi
F1x1 Penggunaan yg merugikan

Pedoman diagnostik
Adanya pola penggunaan zat psikoaktif yg merusak
kesehatan, yg dapat berupa fisik seperti pada
kasus hepatitis karena menggunakan obat melalui
suntikan diri sendiri) atau mental (misalnya episode
gangguan depresi sekunder karena konsumsi berat
alkohol)
Pola penggunaan yg sering merugikan sering
dikecam oleh pihak lain dan seringkali disertai
berbagai konsekuensi sosial yg tidak diinginkan
Tidak ada sindrom ketergantungan (F1x.2),
gangguan psikotik (F1x.5) atau bentuk spesifik lain
dari gangguan yg berkaitan dg penggunaan obat
atau alkohol
F1x.2 Sindrom ketergantungan

Pedoman Diagnostik
Diagnosis ketergantungan yg pasti ditegakkan jika
ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah ini dialami
dalam masa 1 tahun sebelumnya:

a. Adanya keinginan yg kuat atau dorongan yg


memaksa (kompulsi) untuk menggunakan zat
psikoaktif
b. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku
menggunakan zat, termasuk sejak mulainya,
usaha penghentian atau pada tingkat sedang
menggunakan
c.
c. Keadaan putus zat secara fisiologis (lihat F1x.3 atau
F1x.4) ketika penghentian penggunaan zat atau
pengurangan, terbukti dg adanya gejala putus zat yg
khas atau orang tersebut menggunakan zat atau
golongan zat yg sejenis dg tujuan untuk
menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala
putus zat.
d. Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis
zat psikoaktif yg diperlukan guna memperoleh efek
yg sama yg biasanya diperoleh dg dosis lebih
rendah (contoh yg jelas dapat ditemukan pada
individu dg ketergantungan alkohol dan opiat yang
dosis hariannya dapat mencapai taraf yg dapat
membuat tak berdaya atau mematikan bagi
pengguna pemula
e.
e. Secara progresif mengabaikan menikmati
kesenangan atau minat lain disebabkan
penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah
waktu yg diperlukan untuk mendapatkan atau
mengggunakan zat atau untuk pullih dari akibatnya.
f. Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari
adanya akibat yg merugikan kesehatannya, seperti
gangguan fungsi hati karena minum alkohol
berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari
suatu periode penggunaan zat yg berat atau
hendaya fungsi kognitif berkaitan dg penggunaan
zat; upaya perlu diadakan untuk memastikan
bahwa pengguna zat sungguh-sungguh atau dapat
diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya
bahaya
Diagnosis sindrom ketergantungan dapat ditentukan lebih lanjut dg
kode lima karakter berikut:

F1x.20 kini abstinen


F1x.21 kini abstinen, tetapi dalam suatu lingkungan yg
terlindung (seperti dalam rumah sakit, komuniti
terapeutik, LP dll)
F1x.22 kini dalam pengawasan klinis dg terapi
pemeliharaan atau dg pengobatan zat pengganti
[ketergantungan terkendali] (misalnya dg
methadone, penggunaan nicotine gum atau
nicotine patch)
F1x.23 kini amstinen, tetapi sedang dalam terapi obat
aversif atau penyekat (mislnya naltrexone atau
disulfiram)
F1x.24 kini sedang menggunakan zat [ketergantungan
aktif]
F1x.25 penggunaan berkelanjutan
F1x.26 penggunaan episodik [dipsomania]
F1x.3 Keadaan putus zat
Pedoman diagnostik
Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator
dari sindrom ketergantungan (lihat F1x.2) dan
diagnosis sindrom ketergantungan zat harus turut
dipertimbangkan

Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai


diagnosis utama, bila hal ini merupakan alasan
rujukan dan cukup parah sampai memerlukan
perhatian medis secara khusus

Gejala fisik bervariasi sesuai dg zat yg digunakan.


Gangguan psikologis (misalnya anxietas, depresi
dan gangguan tidur) merupakan gambaran umum
dari keadaan putus zat ini. Yg khas ialah pasien
akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan
mereda dg meneruskan penggunaan zat
Diagnosis keadaan putus zat dapat
ditentukan lebih lanjut dg menggunakan kode
lima karakter berikut:
F1x.30 tanpa komplikasi
F1x.31 tanpa konvulsi
F1x.4 Keadaan putus zat dg Delirium
Pedoman diagnostik
Suatu keadaan putus zat (F1x.3) disertai
komplikasi delirium
Termasuk: Delirium Tremens, yg merupakan
akibat dari putus alkohol secara absolut atau
relatif pada pengguna yg ketergantungan berat
dg riwayat penggunaan yg lama. Onset
biasanya terjadi sesudah putus alkohol.
Keadaan gaduh gelisah toksik (toxic
confusional state) yg berlangsung singkat
tetapi adakalanya dapat membahayakan jiwa,
yg disertai gangguan somatik.

Gejala prodromal khas berupa: insomnia,
gemetar dan ketakutan. Onset dapat
didahului oleh kejang setelah putus zat.
Trias yg klasik dari gejalanya adalah:
- kesadaran berkabut dan kebingungan
- halusinasi dan ilusi yg hidup (vivid) yg
mengenai salah satu panca indera
(sensory modality)
- tremor berat
Biasanya ditemukan juga waham, agitasi,
insomnia atau siklus tidur yg terbalik dan
aktivitas otonomik yg berlebihan.
Diagnosis keadaan putus zat dg delirium
dapat ditentukan lebih lanjut dg menggunakan
kode lima karakter berikut:
F1x.40 tanpa konvulsi
F1x.41 dg konvulsi
F1x.5 Gangguan Psikotik
Pedoman diagnostik
Gangguan psikotik yg terjadi selama atau
segera sesudah penggunaan zat psiaktif
(biasanya dalam waktu 48 jam), bukan
merupakan manifestasi dari keadaan putus
zat dg delirium (lihat F1x.4) atau onset
lambat. Gangguan psikotik onset lambat
(dg onset lebih dari 2 minggu setelah
penggunaan zat) dimasukkan dalam
F1x.75.

Gangguan psikotik yg disebabkan oleh zat
psikoaktif dapat tampil dg pola gejala yg bervariasi.
Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yg
digunakan dan kepribadian pengguna zat.

Pada penggunaan obat stimulan, seperti kokain


dan amfetamin, gangguan psikotik yg diinduksi oleh
obat umumnya berhubungan erat dg tingginya
dosis dan atau penggunaan zat yg
berkepanjangan.

Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya


ditegakkan berdasarkan distorsi persepsi atau
pengalaman halusinasi, bila zat yg digunakan ialah
halusinogenika primer (misalnya Lisergide [LSD],
meskalin, kanabis dosis tinggi). Perlu
dipertimbangkan kemungkinan diagnosis
intoksikasi akut (F1x.0)
Diagnosis keadaan psikotik dapat ditentukan
lebih lanjut dg kode lima karakter berikut:
F1x.50 Lir-skizofrenia (Schizophrenic-like)
F1x.51 Predominan waham
F1x.52 Predominan halusinasi (termasuk
halusinasi alkoholik)
F1x.53 Predominan polimorfik
F1x.54 Predominan gejala depresi
F1x.55 Predominan gejala manik
F1x.56 Campuran
F1x.6 Sindrom Amnesik

Pedoman diagnostik
Sindrom amnesik yg disebabkan oleh zat psikoaktif
harus memenuhi kriteria umum untuk sindrom amnesik
organik (F04)
Syarat utama untuk menentukan diagnosis:
a. gangguan daya ingat jangka pendek (recent
memory, dalam mempelajari hal baru);
gangguan sensasi waktu (time sense,
menyusun kembali urutan kronologis,
meninjau kejadian yg berulang menjadi satu
peristiwa ,dll)
b. tidak ada gangguan daya ingat segera
(immediate recall), tidak ada gangguan
kesadaran dan tidak ada gangguan kognitif secara
umum
c. adanya riwayat atau bukti yg objektif dari
penggunaan alkohol atau zat yg kronis
(terutama dg dosis tinggi)
F1x.7 Gangguan psikotik residual atau onset
lambat

Pedoman diagnostik
Onset dari gangguan harus secara langsung
berkaitan dg penggunaan alkohol atau zat
psikoaktif.
Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian atau
perilaku yg disebabkan oleh alkohol atau zat
psikoaktif yg berlangsung melampaui jangka waktu
khasiat psikoaktifnya (efek residual zat tersebutu
terbukti secara jelas). Gangguan tersebut harus
memperlihatkan suatu perubahan atau kelebihan
yg jelas dari fungsi sebelumnya yg normal.
Gangguan ini harus dibedakan dari kondisi yg
berhubungan dg peristiwa putus zat . Pada kondisi
tertentu dan untuk zat tertentu, fenomena putus zat
dapat terjadi beberapa hari atau minggu sesudah
zat dihentikan penggunaannya.
Kelompok diagnostik ini dapat dibagi lebih lanjut dg
menggunakan kode lima karakter berikut:

F1x.70 Kilas balik (flashback)


dapat dibedakan dari gangguan psikotik,
sebagian karena sifat episodiknya, sering
berlangsung dalam waktu sangat singkat
(dalam hitungan detik sampai menit) dan
oleh gambaran duplikasi dari pengalaman
sebelumnya yg berhubungan dg
penggunaan zat

F1x.71 Gangguan kepribadian atau perilaku


memenuhi kriteria untuk gangguan
kepribadian organik (F07.0)
F1x.72 Gangguan afektif residual
Memenuhi kriteria untuk gangguan afektif
organik (F06.3)

F1x.73 Demensia
Memenuhi kriteria umum untuk demensia
(F00-F09)

F1x.74 Hendaya kognitif menetap lainnya


Suatu kategori residual untuk gangguan dg
hendaya kognitif menetap, tetapi tidak
memenuhi kriteria untuk sindrom amnesik yg
disebabkan oleh zat psikoaktif (F1x.6) atau
demensia (F1x.73)

F1x.75 Gangguan psikotik onset lambat


F1x.8 Gangguan mental dan perilaku
lainnya
kategori untuk semua gangguan
sebagai akibat penggunaan zat
psikoaktif yg dapat diidentifikasikan
berperan langsung pada gangguan
tersebut, tetapi yg tidak memenuhi
kriteria untuk dimasukkan dalam
salah satu gangguan yg telah
disebutkan diatas
F1x.9 Gangguan mental dan perilaku YTT
Kategori untuk yg tidak tergolongkan
Fakta

Tidak ada penyebab tunggal dalam


masalah adiksi Napza
Perlu mengetahui:
Faktor Risiko
Faktor Pelindung

82
NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif)

Zat yang jika masuk ke dalam tubuh


akan mempengaruhi fungsi sistem
tubuh, terutama susunan saraf
pusat, sehingga menyebabkan
gangguan fisik, psikis, dan fungsi
sosial.

84
Alasan Menggunakan Napza

Diperlukan untuk mengatasi keluhan


fisik dan psikologis (penyakit)
Menghilangkan perasaan-perasaan
yang tidak nyaman (gelisah, cemas,
krn berbagai sebab, termasuk
kehidupan yg sulit)
Keinginan untuk memperoleh sensasi
baru
Agar bisa diterima secara sosial
Wujud dari perilaku mengambil risiko
85
hanya ada
senang-senang masalah
tetapi saja
masalah
senang-senang mulai muncul

USER ABUSER ADDICT


Pikiran
obsesif

Coba-coba menyalahgunaka
kecanduan
n

Perilaku
Kompulsif
yang
Bermasala
h
Perbedaan Adiksi &
Ketergantungan
Adiksi biasanya merujuk pada kondisi
kehilangan kontrol, melibatkan perilaku
dan perasaan
Ketergantungan (dependence) biasanya
merujuk pada adaptasi fisiologis terhadap
Napza yang harus digunakan untuk
menghindari gejala putus zat atau karena
berbagai sebab membutuhkan Napza
tersebut
Penggunaan kedua terminologi ini silih
berganti
88
Kriteria Adiksi (DSM IV)
Terdapat setidaknya tiga gejala berikut ini
yang timbul dalam 12 bulan terakhir :
Adanya toleransi, peningkatan dosis zat untuk
dapat efek yang sama atau lebih
Adanya gejala putus zat
Penggunaan yang meningkat baik dari jumlah
maupun lama penggunaan
Keinginan untuk menggunakan secara terus-
menerus
Menghabiskan waktu yang cukup signifikan untuk
penggunaan zat
Dampak negatif yang bermakna dalam bidang
sosial, pekerjaan, atau aktivitas rekreasional
Tetap menggunakan zat meskipun telah
mengetahui dampak buruknya
89
Bagamana Napza Bekerja

Napza Sel Reseptor

OT
AK
Neurotransmitter

Pola Pikir
Psikologis
Perilaku

90
91

Source: NIDA
Neuroadaptasi
Toleransi
Meningkatnya dosis
Meningkatnya frekuensi
Putus zat
Simtom fisik negatif dan dysphoria
Sensitisasi
Respons terhadap Napza tersebut meningkat
akibat penggunaan yang berulang

93
Jenis-jenis Napza
1. Menurut Undang-undang
2. Efek terhadap susunan saraf
pusat
3. Ketersediaan di masyarakat dan
akibat yang ditimbulkan
4. Penggunaan di bidang medis

95
Ad.1. Menurut undang-undang

UU no 2 tahun 1997 tentang


narkotika

UU no 5 tahun 1997 tentang


psikotropika

Direvisi dg UU no 35 th 2009

96
Narkotika Golongan I :
Digunakan utk tujuan ilmu pengetahuan
Tidak digunakan utk terapi
Potensi sangat tinggi utk menimbulkan
ketergantungan
Contoh : Tanaman/daun/buah/biji dari :
papaver somniferum, opium, koka,
ganja, mekatinon,
metamfetamin,MDMA,dll
97
Opium

98
Koka

99
Ganja

100
Narkotika Golongan II :
berkhasiat pengobatan, sebagai pilihan
terakhir
digunakan dalam terapi atau
pengembangan ilmu pengetahuan
potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan
Contoh: fentanil, metadon,morfin,
petidin
101
Morfin dan Petidin

102
Metadon

103
Narkotika Golongan III :
berkhasiat pengobatan
banyak digunakan dalam terapi atau
pengembangan ilmu pengetahuan
potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan
Contoh : kodein,
buprenorfina,norkodeina, dll

104
Buprenorfin

105

Anda mungkin juga menyukai