Anda di halaman 1dari 10

1

1.Mistar (penggaris)
Mistar atau penggaris berskala terkecil 1 mm mempunyai ketelitian 0,5
mm. Ketelitian pengukuran menggunakan mistar atau penggaris adalah setengah
nilai skala terkecilnya. Dalam setiap pengukuran dengan menggunakan mistar,
usahakan kedudukan pengamat (mata) tegak lurus dengan skala yang akan diukur.
Hal iniuntuk menghindari kesalahan penglihatan (paralaks). Paralaks yaitu
kesalahan yang terjadi saat membaca skala suatu alat ukur karena kedudukan mata
pengamat tidak tepat.
Sumber : Buku BSE

Penggaris mempunyai skala terkecilnya 1 mm. Jadi ketelitian mistar


adalah 0,05 mm. Ketelitian ini diperoleh dengan cara setengah dari nilai skala
terkecilnya. Fungsi dari penggaris ini sering kita gunakan untuk mengukur
panjang benda dengan panjang kurang dari 30 cm karena penggaris yang tersedia
di pasaran hanya 30 cm. Kalau kita menggunakan rollmeter untuk
mengukurbenda yang panjangnya 10 cm tentu akan susah. Tapi jika kamu
menggunakan mistar untuk mengukur panjang meja 2 meter juga akan susah kan?
Sumber : http://fismath.com
Alat ukur panjang yang sering digunakan adalah mistar/penggaris
memiliki sklala terkecil sebesar 1 mm. Mistar memiliki ketelitian sebesar 0,5 mm
diperoleh dari setengan dari skala terkecil.
Dalam melakukan pengukuran dengan mistar arah pandangan harus tegak lurus
dengan sklala mistar. Hal ini umtuk menghindari kesalahan dalam pengukuran.
Kesalahan paralaks terjadi jika arah pandangan mata tidak tegak lurus maka hasil
pengukuran bisa lebih kecil ataupun bisa lebih besar.
Sumber:http://www.sainsilmu.com
Mistar biasa digunakan oleh pelajar untuk mengukur panjang suatu benda.Mistar
mempunyai ketelitian 1mm. Nilai ketelitian adalah nilai terkecil yang dapat
diamati
Sumber: edu.blogspot.co.id

Pada mistar 30 cm terdapat dua gores/strip pendek berdekatan yang merupakan


skala terkecil dengan jarak 1mm atau 0,1 cm. Ketelitian mistar tersebut adalah
setengah dari skala terkecilnya.
Jadi ketelitian atau ketidakpastian mistar adalah ( x 1 mm ) = 0,5 mm atau 0,05
cm
Sumber: edu.blogspot.co.id

2. Jangka sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal,
kedalaman lubang, dan diameter luar maupun diameter dalam suatu benda dengan
batas ketelitian 0,1 mm. Jangka sorong mempunyai dua rahang, yaitu rahang tetap
dan rahang sorong. Pada rahang tetap dilengkapi dengan skala utama, sedangkan
pada rahang sorong terdapat skala nonius atau skala vernier. Skala nonius
mempunyai panjang 9 mm yang terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat
ketelitian 0,1 mm.Hasil pengukuran menggunakan jangka sorong berdasarkan
angka pada skala utama ditambah angka pada skala nonius yang di hitung dari 0
sampai dengan garis skala nonius yang berimpit dengan garis skala utama.
Sumber : Buku BSE

Jangka sorong memiliki dua bagian utama yaitu rahang utama (tetap) dan
rahang sekunder (geser). Pada rahang tetap terdapat skala besar yang disebut
dengan skala utama, sedangkan pada rahang geser terdapat skala kecil yang
disebut dengan skala nonius. Skala utama memiliki satuan cm, dan pada skalal
nonius memiliki satuan mm. Ketelitian dalam jangka sorong adalah 0,1 mm.
Jangka sorong tepat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar,
kedalaman tabung, dan panjang sebuah benda maksimal 10 cm.
Sumber :
www.sainsilmu.com
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang
yang dapat dipergunakan amok mengukur panjang suatu benda denganketelitian
hingga 0,1 mm.keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan
amok mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung
atau cincin, maupunkedalam sebuah tabung.Kegunaan jangka sorong adalah:
Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;

Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang(pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;
Untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan
caramenancapkan/menusukkan bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat
pada gambar karena berada di sisi pemegang
Sumber:https://devannobali.wordpress.com
jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang
yang dapat dipergunakan amok mengukur panjang suatu benda denganketelitian
hingga 0,1 mm.keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan
amok mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung
atau cincin, maupunkedalam sebuah tabung.Kegunaan jangka sorong adalah:
Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang(pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;
Untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan
caramenancapkan/menusukkan bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat
pada gambar karena berada di sisi pemegang
Sumber: wordpress.com
Jangka sorong terdiri atas dua rahang, yang pertama adalah rahang tetap yang
tertera skala utama dimana 10 skala utama panjangnya 1 cm. Kedua rahang geser
dimana skala nonius berada. 10 skala nonius panjangnya 0,9 cm sehingga beda
panjang skala utama dan nonius adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Jadi skala terkecil pada jangka sorong 0,1 mm atau 0,01 sm sehingga ketelitiannya
adalah ( x 0,1 mm ) = 0,05 mm atau 0,005 cm
Sumber: edu.blogspot.co.id

3.mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup merupakan alat ukur ketebalan benda yang relatif tipis,
misalnya kertas, seng, dan karbon. Pada mikrometer sekrup terdapat dua macam
skala , yaitu skal tetap dan skala putar.
1)skala tetap atau skala utama

Skala tetap terbagi dalam satuan milimeter (mm) skal ini trdapat
padalaras dan terbagi menjadidua skal yaitu skala atas dan skala bawah.

2).Skala putar ( skala nonius)

Skala putar terdapat pada besi penutup laras yang dapat berputar
dan dapat bergesr ke depan atau ke belakang . Skala ini terbagi menjadi 50
skala atau bagian ruas yang sama. Satu putaran pada skala ini
menyebabkan skala utama bergeser 0,5 mm. Jadi, satu skala pada skala
putar mempunyai mikrometer
Sumber : Buku BSE

Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur benda-benda yang


tipis, seperti tebal kertas dan diameter rambut. Mikrometer sekrup terdiri atas dua
bagian, yaitu selubung (poros tetap) dan selubung luar (poros ulir). Skala panjang
pada poros tetap merupakan skala utama, sedangkan pada poros ulir merupakan
skala nonius. Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm,
sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala
nonius mempunyai nilai 1/50 0,5 mm atau 0,01 mm.
Sumber:
http://edu.anashir.coms

Mikrometer sekrup mempunyai dua bagian utama yaitu poros tetap dan
poros ulir. sklala panjang yang terdapat pada poros tetap disebut skala utama,
sedangkan skala panjang pada poros ulir disebut skala nonius. skala utama pada
mikrometer sekrup memiliki satuan mm, sedangakan pada skala noniusnya
terbagi menjadi 50 bagian. Setiap bagian memiliki nilai 1/50 x 0,5 mm.
Sehinggga ketelitian dari mikrometer sekrup adalah sebesar 0,01 mm.
Sumber : www.sainsilmu.com

alat ini dapat digunakan untuk mengukur ketebalan benda mulai dari 0,01 mm
sampai dengan batas ukur terbesar 2,54 mm (1 inci)
`

Sumber: edu.blogspot.co.id

Skala utama micrometer sekrup pada selubung kecil dan skala nonius pada
selubung luar yang berputar maju dan mundur. 1 putaran lengkap skala utama
maju/mundur 0,5 mm karena selubung luar terdiri 50 skala maka 1 skala selubung
luar = 0,5 mm/50 = 0,01 mm sebagai skala terkecilnya.
Sumber: .wordpress.com

4)Neraca
Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti neraca lengan gantung,
neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss, dan neraca digital.
a. Neraca Analitis Dua lengan
Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda, misalnya
emas, batu, kristal benda, dan lain-lain. Batas ketelitian neraca
analitis dua lengan yaitu 0,1 gram.
b. Neraca Ohauss
Neraca ini berguna untuk mengukur masa benda atau logam
dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang
dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram. Batas ketelitian
neraca ohauss yaitu 0,1 gram.
c. Neraca Lengan gantung
Neraca ini berguna untuk menentukan massa benda, yang
cara kerjanya dengan menggeser beban pemberat di sepanjang
batang.
d. Neraca Digital
Nearaca digital (nerac elektronik) di dalam penggunaanya
sangat praktis, karena besar massa benda yang diukur langsung
ditunjuk dan terbaca pada layarnya. Ketelitian neraca digital ini
sampai dengan 0,001 gram.
Sumber: Buku BSE
Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terkandung dalam suatu benda.
Satuan benda dalam satuan internasional adalah kilogram (kg). Massa suatu benda
selalu sama dimanapun benda tersebut berada. Alat untuk mengukur massa adalah
neraca. Ada beberapa jenis neraca antara lain neraca ohauss, neraca lengan,neraca
pasar, neraca langkan, dan neraca elektronik dll. Masing-masing memiliki fungsi
berbeda-beda. Neraca yang sering digunakan disekolah adalah neraca tiga lengan.
Dimana lengan paling depan memuat nilai satuan, lengan tengah memuat nilai
puluhan, dan lengan paling belakang memuat nilai ratusan.
Sumber: www.sainsilmu.com

Neraca ohaus ini biasa kita jumpai di lab fisika, lab kimia, dan lab biologi. Neraca
ohaus memiliki skala terkecil 0,5 gram dan bisa digunakan untuk mengukur beban
maksimal 1 kg.
Neraca digital ini sangat mudah menggunakanannya, kita tinggal letakan
benda saja di atasnya dan angka yang tertera pada neraca akan terlihat dan itulah
besar massa benda yang kita timbang
Sumber:http://fismath.com

5.Ketidakpastian pengukuran
Dalam pengukuran suatu besaran selalu ada kesalahan, baik yang
dilakukan oleh anda maupun alat ukur. Dengan kata lain, anda tidak mungkin
memperoleh nilai benar, melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian
disebabkan oleh kesalahan dlam pengukuran. Kesalahan (error) adalah
penyimpangan nilai yng diukur dari nilai benar. Ada tiga macam kesalahan , yaitu
kesalahan umum (keteledoran),kesalahan acak, dan kesalahan sistematis.

Keteledoran , umumnya disebabkan oleh keterbatasan


pengamat, diantaranya kekurang terampilan dalam memakai alat
ukur, terutama untuk alat ukur canggih yang melibatkan banyak
komponen yang harus diatur, atau kekeliuran dalam melakukan
pembacaan skala yang kecil.
Kesalahan acak, merupakan kesalahan yang tidak disengaja
dan tidak dapat segera kita ketahui. Kesalahan ini disebabkan
adanya fluktuasi-fluktuasi yang halus pada kondisi-kondisi
pengukuran. Fluktuasi-fluktuasi halus ini dapat disebabkan oleh:
A. Gerak brown molekul udara
B. Fluktuasi tagangan listrik PLN atau baterai
C. Landasan yang bergetar
D. Bising
E. Radiasi latar belakang
F. Gangguan lain yang tidak terduga sebelumnya
Kesalahan sistematis , menyebabkan kumpulan acak bacaan
hasil ukur didistribusi secara konsisten di sekitar nilai rata-rata
yang cangkup berbeda dengan nilai sebenarnya. Kesalahan
sistematis dapat di peridiksi dan dihilangkan.

Suatu kesalahan pengukuran dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.

1. Kesalahan kalibrasi, yaitu penyesuaian pembubuhan nilai pada garis skala


pada saat pembuatan alat ukurnya. Ini mengakibatkan pembacaan terlalu
2.

besar atau terlalu kecil sepanjang seluruh skala. Kesalahan tersebut diatasi
dengan mengkalibrasi ulang instrumen terhadap instrumen standar.
3. Kesalahan titik nol, seperti titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol
jarum penunjuk atau kegagalan mengambilkan jarum penunjuk ke nol
sebelum melakukan pengukuran.
4. Kesalahan komponen lain, seperti melemahnya pegas yang digunakan atau
terjadi gesekan antara jarum dengan bidang skala.
5. Kesalahan arah pandang membaca nilai skala bila ada jarak antara jarum
dan garis-garis skala.
Sumber: Modul Fisika
1. Kesalahan Umum

Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan pada


pengamat saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena
kesalahan membaca skala kecil, dan kekurangterampilan dalam menyusun dan
memakai alat, terutama untuk alat yang melibatkan banyak komponen.
2. Kesalahan Sistematik

Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat


yang digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja
alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponen alat
atau kerusakan alat, kesalahan paralaks, perubahan suhu, dan kelembaban.
a. Kesalahan Kalibrasi

Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat


pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini mengakibatkan
pembacaan hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai
sebenarnya. Kesalahan ini dapat diatasi dengan mengkalibrasi ulang alat
menggunakan alat yang telah terstandarisasi.
b. Kesalahan Titik Nol

Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak
tepat berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa
kembali tepat pada skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran dapat mengalami
penambahan atau pengurangan sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya.
Kesalahan titik nol dapat diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil
pengukuran

c. Kesalahan Komponen Alat

Kerusakan pada alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur.
Misalnya, pada neraca pegas. Jika pegas yang digunakan sudah lama dan aus,
maka akan berpengaruh pada pengurangan konstanta pegas. Hal ini menjadikan
jarum atau skala penunjuk tidak tepat pada angka nol yang membuat skala
berikutnya bergeser.
d. Kesalahan Paralaks

Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis
skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum.
Sumber:http://fisikazone.com
Kesalahan Acak

Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasifluktuasi


halus pada saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena
adanya gerak brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik, lkitasan bergetar,
bising, dan radiasi.
a. Gerak Brown Molekul Udara

Molekul udara seperti kita ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak teratur
atau rambang. Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan
menyebabkan jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada mikrogalvanometer
terganggu karena tumbukan dengan molekul udara.
b. Fluktuasi Tegangan Listrik

Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti aki dan baterai selalu
mengalami perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan
data pengukuran besaran listrik yang tidak konsisten.
c. Lkitasan yang Bergetar

Getaran pada lkitasan tempat alat berada dapat berakibat pembacaan skala yang
berbeda, terutama alat yang sensitif terhadap gerak.
Sumber: http://edu.anashir.coms

10

Daftar pustaka
Sumber : Buku BSE
Sumber : http://fismath.com
Sumber:http://www.sainsilmu.com
Sumber:https://devannobali.wordpress.com
Sumber: http://edu.anashir.coms
Sumber: Modul Fisika
Sumber:http://fisikazone.com
Sumber: .wordpress.com
Sumber: http://edu.anashir.com

Anda mungkin juga menyukai