Kalender Sanjaya
Meskipun istilah Sanjayawangsa tidak pernah dijumpai
dalam prasasti mana pun, namun istilah Sanjayawarsa
atau Kalender Sanjaya ditemukan dalam prasasti Taji
Gunung dan prasasti Timbangan Wungkal.
Kedua prasasti tersebut dikeluarkan oleh Mpu Daksa
dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah
keturunan asli Sanjaya, sang pendiri kerajaan. Tahun 1
Sanjayawarsa sama dengan tahun 717 Masehi. Tidak
diketahui dengan pasti apakah tahun 717 ini merupakan
tahun kelahiran Sanjaya, ataukah tahun berdirinya
kerajaan.
Sanjaya
Asal usul Kerajaan Mataram Kuno| 3
Rakai
Rakai
Rakai
Rakai
Rakai
Rakai
Rakai
Panangkaran
Panunggalan
Warak
Garung
Pikatan
Kayuwangi
Watuhumalang
Sejarawan
Slamet
Muljana
berpendapat
lain.
Menurutnya, daftar tersebut bukan silsilah Wangsa
Sanjaya, melainkan daftar para raja yang pernah
berkuasa di Kerajaan Medang. Pendapatnya itu
berdasarkan atas julukan Rakai Panangkaran dalam
prasasti Kalasan, yaitu Sailendrawangsatilaka atau
permata Wangsa Sailendra. Jadi menurutnya tidak
mungkin apabila Rakai Panangkaran adalah putra
Sanjaya.
Analisis Slamet Muljana terhadap beberapa prasasti,
misalnya prasasti Kelurak, prasasti Nalanda, ataupun
prasasti Kayumwungan menyimpulkan bahwa Rakai
Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, dan
Rakai Garung adalah anggota Wangsa Sailendra,
sementara sisanya adalah anggota Wangsa Sanjaya,
kecuali Rakai Kayuwangi yang berdarah campuran.
Teori
pertama
dipelopori
oleh
van
Naerssen
menyebutkan bahwa, Rakai Panangkaran adalah putra
Sanjaya yang beragama Hindu. Ia dikalahkan oleh
Wangsa Sailendra yang beragama Buddha. Jadi,
pembangunan Candi Kalasan ialah atas perintah raja
Sailendra terhadap Rakai Panangkaran yang menjadi
bawahannya.
Teori kedua dipelopori oleh Porbatjaraka yang
menyebutkan bahwa, Rakai Panangkaran adalah putra
Sanjaya, dan keduanya merupakan anggota Wangsa
Sailendra. Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya tidak
pernah ada karena tidak pernah tertulis dalam prasasti
apa pun. Menurut teori ini, Rakai Panangkaran pindah
agama atas perintah Sanjaya sebelum meninggal. Tokoh
ini dianggap identik dengan Rahyang Panaraban dalam
Carita Parahyangan. Jadi, yang dimaksud dengan istilah
para guru raja Sailendra dalam prasasti Kalasan tidak
lain adalah para guru Rakai Panangkaran sendiri.
Teori ketiga dipelopori oleh Slamet Muljana bertentangan
dengan kedua teori di atas. Menurutnya, Rakai
Panangkaran bukan putra Sanjaya, melainkan anggota
Wangsa Sailendra yang berhasil merebut takhta Kerajaan
Medang dan mengalahkan Wangsa Sanjaya. Teori ini
didasarkan pada daftar para raja dalam prasasti
Mantyasih di mana hanya Sanjaya yang bergelar Sang
Ratu, sedangkan penggantinya tiba-tiba begelar
Maharaja. Selain itu, Rakai Panangkaran tidak mungkin
berstatus sebagai raja bawahan, karena ia dipuji sebagai
Sailendrawangsatilaka dalam prasasti Kalasan.
Jadi, menurut teori pertama dan kedua, Rakai
Panangkaran adalah putra Sanjaya. Sedangkan menurut
Rakai Panangkaran
Sri Maharaja Rakai Panangkaran Dyah Pancapana adalah
raja kedua Kerajaan Medang periode Jawa Tengah (atau
yang lazim disebut Kerajaan Mataram Kuno). Ia
memerintah sekitar tahun 770-an.
Dharanindra
Dharanindra Sri Sanggrama Dhananjaya, atau kadang
disingkat Indra, adalah seorang raja dari Wangsa
Sailendra yang memerintah sekitar tahun 782. Salah satu
pendapat menganggapnya identik dengan Sri Maharaja
Rakai Panunggalan raja ketiga Kerajaan Medang periode
Jawa Tengah (atau yang lazim disebut Mataram Kuno).
http://riefjournal.blogspot.com/2010/02/asal-usulkerajaan-mataram-kuno.html#ixzz0mmTN7I9d