Potensi Tambang Sulteng
Potensi Tambang Sulteng
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
BA II
METODE PENDEKATAN
A. Acuan
B. Bahan dan Peralatan
C. Tahap Kegiatan
D. Lingkup Kegiatan
BAB III KONDISI FISIK WILAYAH
A. Kota Palu
B. Kabupaten Donggala
C. Kabupaten Parigi Moutong
D. Kabupaten Poso
E. Kabupaten Morowali
F. Kabupaten Banggai
G. Kabupaten Banggai Kepulauan
H. Kabupaten Tolitoli
I. Kabupaten Buol
BAB IV HASIL INVENTARISASI DATA POTENSI MINERAL
A. Pengertian Potensi Sumberdaya Mineral
B. Potensi Sumberdaya Mineral Kota Palu
C. Potensi Sumberdaya Mineral Kabupaten Donggala
D. Potensi Sumberdaya Mineral Kabupaten Parigi Moutong
E. Potensi Sumberdaya Mineral Kabupaten Poso
F. Potensi Sumberdaya Mineral Kabupaten Morowali
G. Potensi Sumberdaya Mineral Kabupaten Banggai
H. Potensi Sumberdaya Mineral Kabupaten Banggai Kepulauan
I.
Potensi Sumberdaya Mineral Kabupaten Tolitoli
J. Potensi Sumberdaya Mineral Kabupaten Buol
BAB V
i
1
1-1
1-3
1-4
5
2-1
2-1
2-1
2-4
3-1
3-1
3-7
3-15
3-23
3-35
3-45
3-51
3-55
3-60
4-1
4-2
4-2
4-3
4-4
4-5
4-6
4-6
4-7
4-8
5-1
5-1
5-2
P-1
L-1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bagi Propinsi Sulawesi Tengah, sektor pertambangan dinilai akan memegang
peranan penting dalam pembangunan daerah. Hal ini disebabkan karena potensi
sumberdaya bahan tambang yang dimiliki cukup besar.
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan yang sangat berpotensi merusak
lingkungan karena sifat dasar kegiatan ini yang merubah bentang alam dan
memanfaatkan sumberdaya alam yang tidak terbarukan. Karenanya, pengelolaan
potensi ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Namun pengelolaan seperti ini
hanya dapat dilakukan bilamana didukung oleh konsep pengelolaan yang jelas dan
data potensi yang akurat.
Sejalan dengan itu, arah kebijakan dan prioritas Program Pembangunan Daerah
(PROPEDA)
Propinsi
Sulawesi
Tengah
menjelaskan
bahwa
optimalisasi
yang
menyatu
dengan
pembangunan
itu
sendiri
dalam
konteks
Pemanfaatan
sumberdaya
alam
cenderung
lebih
mengutamakan
upaya
B.
Tujuan
Tujuan penyusunan NSASD ini adalah:
1. Untuk mengetahui Perimbangan (Neraca) Potensi Sumberdaya Mineral selama
periode waktu tertentu di Propinsi Sulawesi Tengah.
2. Untuk mengetahui data mutakhir tentang potensi/sebaran dan kondisi minerall di
Propinsi Sulawesi Tengah.
3. Untuk mengetahui terjadinya kecenderungan perubahan potensi sumberdaya
mineral dii Propinsi Sulawesi Tengah.
4. Untuk mengetahui nilai ekonomi (peluang nilai ekonomi) mineral yang ada dii
Propinsi Sulawesi Tengah.
5. Menyajikan cadangan dan pemakaian mineral secara spasial dalam bentuk peta
neraca sumberdaya mineral.
C.
Sasaran
Sasaran penyusunan neraca sumberdaya mineral adalah tersedianya data tentang
informasi sumberdaya mineral Propinsi Sulawesi Tengah spasial dalam bentuk
sistem informasi geografis yang diharapkan dapat menjadi suatu masukan dalam
proses
perencanaan
pembangunan
yang
berkelanjutan
dan
berwawasan
lingkungan.
BAB II
METODE PENDEKATAN
A.
Acuan
Pelaksanaan kegiatan ini mengacu pada petunjuk teknis penyusunan Neraca
Sumberdaya Alam (Mineral) Spasial Propinsi Sulawesi Tengah.
B.
C.
Tahap Kegiatan
Secara garis besar tahapan kegiatan meliputi inventaris data, input data, proses
pengolahan data, analisis data dan penyajian informasi.
1.
Inventarisasi Data
a.
b.
Input Data
a.
Membuat
desain
data
yang
akan
dijadikan
c.
3.
Pengolahan Data
Data yang diperlukan untuk penyusunan Neraca Sumberdaya Mineral terdiri
dari data cadangan (potensi) dan data produksi (eksploitasi). Data yang
diperlukan dalam penyusunan Neraca Sumberdaya Mineral meliputi:
a.
mineral (bahan galian).
b.
mineral (bahan galian).
c.
Analisis Data
Dalam menganalisis data geografi pada softwere Sistem Informasi geografi
(GIS) Arc / Info dilakukan dengan cara tumpang susun (overlay).
5.
a.
b.
peta
dilakukan
dengan menggunakan Softwere Arc View yang dibuat sesuai standar peta
yang telah ada.
Informasi tersebut disajikan
c.
dalam bentuk cetak (paper print) dan di dalam softcopy (dengan media CDROM) serta deskripsi dan hasil analisis yang dikemas dalam bentuk buku
laporan.
D.
Lingkup Kegiatan
BAB III
KONDISI FISIK WILAYAH
Untuk mendapatkan rona wilayah studi yang relatif rinci, maka wilayah studi dibagi atas
9 daerah administrasi yang ada di Propinsi Sulawesi Tengah. Rona wilayah yang akan
ditonjolkan di sini adalah kondisi geologi daerah yang bersangkutan. Karena kondisi ini
terkait erat dengan keterdapatan sumberdaya mineral.
A.
Kota Palu
1. Letak Geografis dan Batas Administrasi
Secara adminstratif, Kota Palu adalah Ibu Kota Propinsi Sulawesi Tenha yang
terbagi atas 4 kecamatan dan 43 kelurahan. Kota Palu dengan wilayah seluas
395,06 km2 berada pada dataran Lembah Palu dan Teluk Palu yang secara
geografis terletak antara 0o 36" - 0o 56" LS dan 119o 45" 121o 1" BT tepat
berada di bawah garis katulistiwa, dengan ketinggian 0 700 meter di atas
permukaan laut.
Secara administrasi dibatasi oleh:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Donggala dan Teluk Palu
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Donggala dan Kecamatan
Parigi di Kabupaten Parigi Moutong
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Donggala
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Donggala.
2. Hubungan ke Wilayah Studi
Dari sisi aksesibilitas, seluruh kelurahan/desa yang terdapat di Kota Palu
sudah dapat diakses dengan kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Posisi
sebagai
ubukota
propinsi
merupakan
salah
satu
penunjang
Kota Palu memiliki 2 musim yakni musim panas yang terjadi antara April
September dan musim hujan pada Oktober Maret. Hasil pencatatan suhu
udara pada 2002, suhu maximum tertinggi terjadi pada Oktober (35,9 oC)
dan suhu udara maximum terendah pada Juni (31,1 oC). Sedangkan suhu
udara minimum tertingggi terjadi pada Oktober yakni 24,3 oC dan suhu
udara minimum terendah pada April dan Mei yang mencapai 22,6 oC.
Kelembaban udara antara 66 82%. Kelembaban udara rata-rata tertinggi
terjadi pada Juni yang mencapai 82%, sedangkan kelelmbaban udara ratarata terendah pada Oktober yakni 66%.
b. Curah Hujan dan Keadaan Angin
Curah hujan tertinggi pada 2002 terjadi pada April yakni 125 mm, dan pada
Nopember 115 mm. Sedangkan curah hujan terendah pada Juli dan
Oktober
4.
Kondisi Geologi
a. Fisiografi
1)
Morfologi
Wilayah Kota Palu dicirikan oleh bentuk utama berupa lembah dimana
pusat Kota terletak di bagian tengah dari lembah tersebut. Letak ini
pula yang berpengaruh terhadap sebaran populasi yang relatif
memusat di bagian tengah lembah.
Orientasi lembah ini mengikuti arah utama jalur pegunungan di kedua
sisinya, yaitu berarah relatif utara selatan. Secara geologis, orientasi
fisiografi ini berhubungan dengan proses struktur yang terjadi serta
jenis batuan yang menyusun Kota Palu, dimana sisi kiri dan kanan
Kota Palu merupakan jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro
oleh
satuan
aluvial
dengan
komposisi
pasir, pasir
10
S. Watusampu
11
umumnya halus. Juga terdapat batuan lain berupa lava, breksi andesit
dan basal. Di sekitar wilayah Kota Palu dan kabupaten Donggala
batuan ini terdapat di Lolioge yang selanjutnya menerus ke wilayah
Kabupaten Donggala. Umur batuan diperkirakan menjemari dengan
Formasi Tinombo, yaitu pada kala Eosen.
4) Batuan intrusi
Batuan intrusi yang terbentuk di Kota Palu berkomposisi granitgranodioritik. Penyebaran utama adalah di bagian barat (sisi timur G.
Gawalise), di Watutela dan sekitar perbukitan Paboya. Sifat fisik batuan
telah terkekarkan dan sebagian telah mengalmi pelapukan kuat.
5) Formasi Molase Sarasin dan Sarasin
Formasi ini terdiri dari konglomerat, batupasir, batulanau dan
batulempung. Penyebarannya yang cukup luas adalah dibagian utara,
timur, selatan dan barat. Batuan ini merupakan penyusun utama
material di wilayah pinggiran Kota Palu. Sifat perlapisan pada batuan ini
sangat buruk sampai dengan tidak nampak perlapisannya.
6) Aluvium dan Endapan Pantai
Material ini merupakan penyusun utama wilayah lembah Palu.
Komposisi material penyusun berupa pasir, lanau, kerikil dan kerakal
dengan komposisi/prosentasi ukuran material yang tidak seragam
antara tempat satu dengan lainnya.
Satuan dan litologi batuan wilayah Kota Palu dirangkum dan ditabulasikan
dalam Tabel 3.1 berikut.
Umur
Satuan
Holosen
Aluvium
Pliosen-Pleistosen
Formasi Molase
Sulawesi
Litologi
lumpur, lempung, pasir, kerikil
dan kerakal
konglomerat,
batupasir,
batulanau dan batulempung,
batugamping koral, tufa, serpih
hitam dan napal
12
3
4
5
Pliosen
Eosen
Eosen-Oligosen
Granit
Batuan Vulkanik
Formasi Tinombo
Mesozoikum
Kompleks
Metamorf
c. Struktur Geologi
Kota Palu, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Donggala secara
geologis juga termasuk wilayah yang sangat dipengaruhi oleh kegiatan
tektonik yang menghasilkan struktur-struktur yang diantaranya mengontrol
bentukan-bentukan ataupun timbulan permukaan bumi. Struktur-struktur
baik lokal maupun regional dapat dijumpai, baik dengan mengamati peta
topografi, kenampakan bentang alam, pengaruhnya pada singkapan dan
gejala alam seperti mata air panas. Jalur patahan utama yang terbentuk
dan masih aktif berlangsung adalah sesar Palu Koro.
Di samping struktur-struktur regional, juga terbentuk struktur geologi lokal
berupa lipatan-lipatan kecil serta kekar-kekar yang terbentuk secara
sporadis pada hampir seluruh jenis satuan batuan yang menyusun wilayah
ini.
13
B.
Kabupaten Donggala
1. Letak Geografis dan Batas Administrasi
Kabupaten Donggala dengan wilayah seluas 16.703,56 km2 terletak antara 0o
30" LU 2o 20" LS serta 119o 45 121o 45 BT.
Secara administrasi dibatasi oleh:
a.
b.
c.
d.
14
Kabupaten
Donggala
ditandai
oleh
sebaran
wilayah
15
16
17
Pada
beberapa
tempat
formasi
ini
telah
mengalami
18
selaras. Secara fisik ikatan batuan dalam formasi ini kurang padat
sehingga pada ruas-ruas jalan yang disusun formasi ini kelongsoran
sangat umum dijumpai.
6) Batugamping Koral
Batuan ini menyusun hampir keseluruhan pusat Kabupaten Donggala,
yaitu pusat Kecamatan Banawa. Batuan ini umumnya bersifat sarang,
dan di areal perbukitan dapat dijumpai kondisi fisik batugamping yang
relatif padat.
19
yaitu dari batas wilayah Kabonga Kecil ke utara dan meluas ke timur
sampai ke Boneoge dan Pusat Pantai.
7) Endapan Danau
Penyebaran satuan ini terdapat di kawasan Danau Lindu, terutama
menyebar kearah timur dan selatan danau. Bagian lembah yang
dikenal sebagai lembah/dataran Palolo juga tersusun oleh satuan
ini,yang disusun oleh lempung, pasir dan kerikil.
8) Aluvium dan Endapan Pantai
Penyebaran batuan ini di hampir sepanjang wilayah pantai yang
meliputi Banawa bagian selatan, hampir seluruh bagian utara Lembah
Palu, Kecamatan Tawaili Kecamatan Sirenja, Kecamatan Sirenja,
Kecamatan
Balaesang,
Kecamatan
Dampelas,
sebagian
kecil
Umur
Satuan
Holosen
Aluvium
2
3
4
5
PleistosenHolosen
Pliosen
Eosen
Eosen-Oligosen
Batugamping
Terumbu
Granit
Batuan Vulkanik
Formasi Tinombo
Mesozoikum
Kompleks
Metamorf
Litologi
Lumpur, lempung,
kerikil dan kerakal
Batugamping koral
pasir,
20
c. Struktur Geologi
Wilayah Kabupaten Donggala secara geologis termasuk wilayah yang
sangat dipengaruhi oleh kegiatan tektonik yang menghasilkan strukturstruktur yang diantaranya mengontrol bentukan-bentukan ataupun timbulan
permukaan bumi. Struktur-struktur baik lokal maupun regional dapat
dijumpai, baik dengan mengamati peta topografi, kenampakan bentang
alam, pengaruhnya pada singkapan dan gejala alam seperti mata air
panas. Pada jalur-jalur patahan utama, efek penghancuran sangat jelas,
seperti halnya teramati pada ruas jalan Pakuli Kulawi, dimana kondisi
batuan granit yang secara genetis merupakan batuan masif tetapi efek di
lapangan sangat terpatahkan dan termilonitisasi akibat pergeseran.
Pengamatan lapangan dan studi terhadap peta topografi wilayah bagian
tengah Kabupaten Donggala memperlihatkan pengaruh kuat patahan PaluKoro terhadap bentukan bentang alam. Struktur graben sangat jelas
dengan adanya gawir-gawir di kedua sisi, lembah dan kelurusan topografi.
Di sepanjang jalur patahan ini gejala off-set alur sungai cukup jelas.
Gempabumi yang disertai Tsunami di Tambu tahun 1968 disebabkan oleh
adanya sesar normal di wilayah tersebut. Wilayah yang diterjang tsunami
merupakan blok patahan yang turun. Besarnya pergeseran relatif yang
teramati dari kedua blok yang bergeser tersebut adalah 5 meter
(Soekamto, 1973).
Pada beberapa tempat di ruas jalan Sausu Tambarana dijumpai
kerusakan teknis struktur jalan raya, dimana kejadian retakan pada badan
jalan yang dapat diinterpretasikan sebagai salah satu akibat dari patahan.
21
C.
b.
c.
Sebelah
selatan
berbatasan
dengan
Kabupaten
Donggala
dan
Kabupaten Poso
d.
C).
Sedangkan suhu udara minimum tertingggi terjadi pada Oktober yakni 24,3
o
C dan suhu udara minimum terendah pada April dan Mei yang mencapai
22,6 oC.
22
4. Kondisi Geologi
a. Fisiografi
1) Morfologi
Wilayah Kabupaten Parigi Moutong ditandai oleh sebaran wilayah
pegunungan yang cukup dominan. Areal pegunungan yang cukup
dominan ini terutama di bagian utara dan barat. Pola punggungan
pegunungan di bagian utara berarah timur-barat sedangkan di bagian
selatan berarah utara-selatan. Orientasi pegunungan ini berkaitan
dengan proses tektonik yang membentuk Pulau Sulawesi serta adanya
struktur-struktur geologi yang dalam jangka panjang mengontrol bentuk
alam. Fisiografi wilayah Kabupaten Parigi Moutong juga dikontrol oleh
jenis batuan dan stadia morfologi.
Puncak tertinggi di bagian utara memp[unyai elevasi 2500 m, yaitu G.
Malino di kecamatan Tomini, sedangkan puncak tertinggi di bagian
selatan berelevasi 1786 m, yaitu G. Sinio di kecamatan Ampibabo.
23
24
25
aliran sungai yang melewati formasi aluvial dan batuan molase akan
dicirikan oleh sungai dengan stadium dewasa sampai tua
b. Stratigrafi dan Litologi
Berdasarkan hasil pegamatan lapangan dan studi terhadap laporan-laporan
terdahulu, stratigrafi dan litologi yang meyusun wilayah Kabupaten Parigi
Moutong terdiri dari Kompleks Batuan Metamorf, Perselingan serpih,
batupasir, konglomerat dan batuan volkanik dari Formasi Tinombo, Batuan
Gunung Api, Batuan Molase, Granit dan Granodiorit, Endapan Danau dan
Endapan Sungai dan pantai.
1) Kompleks Batuan Metamorf
Penyebaran batuan metamorf memanjang dari kecamatan Parigi kearah
utara sampai dengan wilayah kecmatan Moutong,dan mendominasi
puncak punggungan/ pematang Sulawesi bangian tengah dimana
kabupaten Parigi Moutong terdapat. Kenampakan fisik batuan metamorf
relatif padat, bersifat genesan dengan penjajaran mineral butiran dominan
sedangkan di bagian barat pematang sangat bersifat sekis dengan
dominasi mineral pipih.
2) Formasi Tinombo
Formasi
ini
menindih
batuan
metamorf
secara
tidak
selaras.
26
ini
terdiri
dari
konglomerat,
batupasir,
batulanau
dan
Umur
Holosen
Satuan
Aluvium
Litologi
Lumpur,
lempung,
pasir,
27
Pleistosen-Holosen
3
4
5
Pliosen
Eosen
Eosen-Oligosen
Mesozoikum
Batugamping
Terumbu
Granit
Batuan Vulkanik
Formasi Tinombo
Kompleks
Metamorf
c. Struktur Geologi
Wilayah Kabupaten Parigi Moutong secara geologis termasuk wilayah yang
sangat dipengaruhi oleh kegiata tektonik yang menghasilkan struktur-struktur
yang
diantaranya
mengontrol
bentukan-bentukan
ataupun
timbulan
28
teknis struktur jalan raya, di mana kejadian retakan pada badan jalan yang
dapat diinterpretasikan sebagai salah satu akibat dari patahan.
29
D.
Kabupaten Poso
1. Letak Geografis dan Batas Administrasi
Wilayah Kabupaten Poso mempunyai luas wilayah sekitar 14.433,76 km 2 atau
21,22% dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan Peta Rupabumi (skala 1 : 50.000) dan Peta Administrasi Kabupaten, Kabupaten Poso
terletak pada koordinat: 00 06 56 030 32 41 LS dan 1200 5 25 1230 06 17
BT.
Secara administrasi dibatasi oleh:
a.
b.
c.
d.
30
4. Kondisi Geologi
a.
Fisiografi
1) Morfologi
Secara morfologi, wilayah Kabupaten Poso dapat dibagi menjadi 4 satuan
morfologi, yaitu dataran, perbukitan, pegunungan dan daerah karst.
Satuan Morfologi Dataran. Satuan morfologi ini secara dominan meliputi
daerah daerah Poso Pesisir bagian utara, Poso Kota,
Lage bagian
31
32
yang
menerobos
batuan
sedimen
flysch
yang
berumur
Mesozoikum.
Mandala Geologi Sulawesi Timur dicirikan oleh himpunan batuan metamorf,
ultrabasa, basa, dan batuan sedimen laut dalam. Mandala Geologi BanggaiSula dicirikan oleh batuan sedimen pinggiran benua klastik, sedimen yang
berumur Mesozoikum dan Tersier Awal.
Stratigrafi batuan wilayah ini disusun berdasarkan umur dari tua ke muda
sebagaii berikut.
33
1)
Formasi Tokala
Di wilayah Kabupaten Poso satuan ini terdapat di bagian timur, yaitu di
kecamatan-kecamatan Ulubongka dan Amapana Kota, dan merupakan
bagian dari Mandala Geologi Banggai Sula. Litlogi yang menyusun
formasi ini terdiri dari batugamping, napal, batupasir, serpih, argilit, breksi
dan konglomerat. Di Ulubongka, fisik satuan ini sangat padat,
memperlihatkan alu-alur tipis kalsit dalam batuan karbonat berwarna
merah dengan sifat marmeran.
Berdasarkan kandungan fosil koral dan moluska, formasi ini diduga
berumur Trias Akhir. Hubungan dengan formasi diatasnya merupakan
hubungan tidak selaras. Tebal formasi diperkirakan lebih dari 500 m.
2)
Batuan Ultrabasa
Batuan penyusun satuan ini terdiri dari harzburgit, lherzolit, wehrlit, dunit,
piroksenit, websterit dan serpentinit. Gabungan batuan ultrabasa dan
basa dengan sedimen pelagos Mesozoikum Formasi Matano merupakan
tuntunan ofiolit yang secara regional disebut Jalur Ofiolit Sulawesi Timur
(Simanjuntak dkk, 1991).
Di wilayah Kabupaten Poso batuan ini termasuk Mandala Geologi
Sulawesi Timur dan tersingkap secara luas di Kecamatan Tojo,
Ulubongka dan Ampana Kota. Umur Batuan ultra basa ini diduga tidak
lebih tua dari Kapur Awal (Simanjuntak, 1986).
3)
Kompleks Pompangeo
Litologinya adalah berbagai jenis sekis, genes, meta kuarsit, meta
gamping, marmer, filit, batusabak, grafit, serpentinit, basal malih dan
gabro malih; setempat terdapat breksi dan milonit. Umur satuan ini belum
dapat dipastikan, tetapi berdasarkan himpunan batuan diduga berasal
dari batuan sedimen pelagos yang lebih tua dari kapur. Umur pemalihan
juga tak diketahui, namun diduga tidak lebih tua dari Kapur Akhir.
34
Batugamping Marmeran
Litologi satuan ini terdiri dari marmer, batugamping terdaunkan dan
baugamping kristalin dan masih merupakan bagian dari Mandala Geologi
Sulawesi Timur. Satuan ini menyebar cukup luas di sekitar D. Poso dan
umumnya berupa singkapan-singkapan dalam batuan sekis dan genes.
Penyebaran satuan yang disusun oleh marmer secara jelas dapat diamati
di lokasi-lokasi Tentena, Kelei, Sulewana, Sulewana dan Sawidago. Umur
satuan ini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga berasal dari
sedimen pelagos, yaitu kalsilutit yang berumur lebih tua dari Kapur.
5)
Formasi Matano
Formasi ini termasuk bagian dari Mandala Geologi Sulawesi Timur.
Litologinya adalah perselingan batugamping kalsilutit dengan rijang,
bersisipan batulempung napalan dan argilit.
Akibat kegiatan tektonik yang berulang maka semua batuan dalam
satuan ini terlipat kuat, sebagian membentuk struktur antiklin dan sinklin.
Di wilayah Kabupaten Poso formasi ini terdapat di Kec. Pamona Selatan,
yaitu di bagian selatan yang merupakan batas dengan Kabupaten Luwu
35
Formasi Latimojong
Litologinya adalah sedimen ragam flysch, terdiri dari perselingan
batusabak, filit, batupasir wake, kuarsit, batugamping dan argilit dengan
sisipan konglomerat, rijang dan lava; pada umumnya termalihkan lemah.
Formasi ini merupakan bagian dari mandala Geologi Sulawesi Barat.
Satuan ini menempati pegunungan bagian barat, yaitu bagian barat Peg.
Tokorondo, bagian utara Lore Utara dan dan bagian timur Lore Selatan.
Tebal satuan diperkirakan melebihi 1.000 m (Simandjuntak dkk., 1981).
7)
Formasi Salodik
Litologi
formasi
ini
berupa
batugamping
kalkarenit,
kalsirudit,
9)
Formasi Bongka
36
Formasi Poso
Litologi formasi ini terdiri dari batugamping, napal, batupasir tufaan dan
konglomerat, dan merupakan bagian dari Mandala Geologi Sulawesi
Barat. Penyebaran satuan di kabupaten Poso sangat luas mencakup
bagian timur Poso Pesisir, bagian barat Lage sampai dengan bagian
utara Tentena. Tebal satuan diperkirakan sekitar 500 m dengan umur
formasi Pliosen (Budiman, 1981).
11)
Formasi Puna
Litologinya adalah konglomerat, batupasir, lanau, serpih, batulempung
gampingan dan batugamping. Di wilayah Kabupaten Poso Formasi ini
merupakan penyusun utama bagian tengah Kec. Lore Utara seperti
Wuasa dan Watutau. Morfologi satuan ditandai oleh kedataran dan
kelandaian topografi.
Formasi ini tersebar memanjang relatif uatara selatan dan membatasi
batuan metamorf di barat dan aluvial di timur. Tebal satuan diperkirakan
sekitar 800 m. Formasi Puna menindih tak selaras Komplek Pompangeo
dan Batugamping malih, serta tertindih tak selara oleh endapan
37
12)
Granit Kambuno
Litologinya adalah Granit dan granodiorit. Granit, putih berbintik hitam;
berbutir sedang sampai kasar, berhablur penuh, umumnya bertekstur
porfir dan sedikit berbutir. Fenokris terdiri dari plagioklas, ortoklas, kuarsa,
horenblenda dan biotit, tersebar di dalam masa dasar kuarsa, biotit,
horenblenda dan mineral lempung. Batuan ini umumnya masih segar.
Setempat menunjukkan kekar tiang. Ditemukan berbagai jenis granit di
antaranya granit biotit, granit hornblenda-biotit, mikroleukogranit dan
mikro granit hornblenda-biotit.
Granodiorit, putih berbintik hitam; porfir dan sedikit fanerik, berhablur
penuh, hipidiomorf, berbutir sedang. Minieral terdiri dari hablur sulung
plagioklas jenis oligoklas, ortoklas, kuarsa dan horenblenda; di dalam
masa dasar epidot, serisit, magnetik, kuarsa dan mineral lempung.
Batuan ini umumnya segar, setempat memperlihatkan kekar tiang. Granit
Kambuno diduga berumur Pliosen. Satuan ini tersingkap dalam areal
yang relatif kecil di pegunungan di bagian barat pehunungan Tineba
yang juga merupakan batas dengan Kecamatan Lore Utara.
13)
Batugamping Terumbu
Batugamping koral, warna dominan putih kelabu, putih kekuningan dan
kecoklatan, umumnya berongga, setempat padat dan keras dan tidak
berlapis. Batuan ini menjemari dengan batuan sedimen molase,
diantaranya Formasi Bongka, Formasi Poso dan Formasi Puna.
Penyebaran satuan di antaranya bagian utara Poso Kota, bagian barat
Tokorondo dan bagian timur Ulubongka serta bagian utara Ampana Kota.
Tebal satuan diperkirakan mencapai 100 m, dengan kandungan fosil yang
menunjukkan umur Pliosen Holosen.
38
14)
Endapan Danau
Aluvium
Umur
Satuan
Holosen
Aluvium
2
3
PleistosenHolosen
Pliosen-Holosen
4
5
Pliosen
Pliosen-Plistosen
Endapan Danau
Batugamping
Terumbu
Granit Kambuno
Formasi Napu
Pliosen
Formasi Poso
Miosen Atas-Pliosen
Formasi Bongka
Miosen
BawahPlio-sen
Eosen-Oligosen
Batuan Vulkanik
Tineba
Formasi Salodik
Litologi
Lumpur, lempung, pasir, kerikil dan
kerakal
Lempung, lanau, pasir, kerikil
Batugamping Koral
Granit dan granodiorit
Konglomerat, batupasir, lempung
dan gambut
batugamping,
napal,
batupasir
tufaan dan konglomerat
konglomerat, batupasir, serpih,
napal, batugamping, tufa dan
batubara
Lava andesit-hornblenda, basal, latit
kuarsa dan breksi
batugamping kalkarenit, kalsirudit,
batugamping
terumbu,
dan
bersisipan napal.i dari marmer,
batugamping
terdaunkan
dan
baugamping kristalin
39
Kapur-Eosen
Formasi
Latimojong
11
Kapur
Formasi Matano
12
Kapur-Paleosen
13
Kapur-Paleosen
Batugamping
marmeran
Komplek
Pompangeo
14
Kapur-Oligosen
15
Trias
Batuan
Ultrabasa
Formasi Tokala
Perselingan
batusabak,
filit,
grewake,
batugamping,
argilit,
batulanau
dengan
sisipan
konglomerat, rijang dan batuan
gunungapi
perselingan batugamping kalsilutit
dengan
rijang,
bersisipan
batulempung napalan dan argilit
Pualam, batugamping terdaunkan
dan batugamping hablur
Sekis, genes, meta kuarsit, filit,
batusabak, grafit, serpentinit, basal
malih dan gabro malih, setempat
breksi dan milonit
Harzburgit, lherzolit, wherlit, dunit,
piroksenit, websterit dan serpentinit.
Batugamping, napal, batupasir,
serpih dan argilit.
c. Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di wilayah ini adalah, lipatan, kekar dan sesar.
Jenis sesar yang dapat dikenali
sesar mendatar. Adapun sesar yang dapat dikenal adalah sesar Poso (sesar
sungkup) yang berarah timurlaut baratdaya, sesar Uekuli (sesar sungkup)
yang berarah tenggara-baratlaut, Juga terlihat beberapa sesar dengan
dimensi yang lebih kecil, dengan arah relatif
sesar sungkup, yaitu timurlaut-baratdaya di bagian barat dan tenggarabaratlaut di bagian timur.
Lipatan yang terbentuk di daerah ini terdiri dari tiga jenis, yaitu lipatan lemah
dan terbuka, lipatan tertutup dan lipatan tumpang-tindih. Struktur geologi
lainnya yang sangat umum dan terdapat pada hampir semua batuan adalah
struktur kekar. Arah pengkekaran umumnya umumnya tidak beraturan,
kecuali pada zone-zone yang dekat dengan struktur utama.
40
E.
Kabupaten Morowali
5. Letak Geografis dan Batas Administrasi
Kabupaten Morowali mempunyai luas daratan sekitar 15.490,12 km2 atau sekitar
22,77% luas Propinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan Peta Rupabumi (skala 1 :
50.000) dan Peta Administrasi Kabupaten, Kabupaten Morowali terletak pada
koordinat: 010 31 12 030 46 48 LS dan 1210 02 24 1230 15 36 BT.
Secara administrasi dibatasi oleh:
e.
f.
41
bulan sejak lima tahun terakhir berkisar antara 40 98%. Data pada tahun
2001 kelembaban terendah sekitar 40% terjadi pada bulan Pebruari dan
kelembaban tertnggi sekitar 94% terjadi pada Oktober.
b.
8. Kondisi Geologi
d. Fisiografi
1) Morfologi
Secara morfologi, wilayah Kabupaten Morowali dapat dibagi menjadi 5
satuan morfologi, yaitu dataran, bergelombang, perbukitan, pegunungan
dan wilayah karst.
Satuan Morfologi Dataran. Satuan morfologi ini secara dominan meliputi
daerah pesisir pantai Bungku Barat dari Emea sampai Wosu yang secara
umum merupakan areal hunian dan persawahan/perkebunan. Sebagian
satuan morfologi dataran juga terdapat di Kecamatan Mori Atas, yaitu di
sekitar Tomata. Termasuk pula dalam morfologi dataran ini adalah dua
kawasan di kabupaten Morowali, yaitu bagian selatan Baturube dan
bagian timur Kolonodale. Di bagian timur Kolonodale, yaitu wilayah
lembah luas di sekitar D. Tiu, morfologi dataran dengan fisik berupa
rawa/genangan yang cukup luas. Sedangkan di selatan Baturube,
wilayah dataran diselingi rawa mecakup wilayah yang luas yang sebagian
merupakan kawasan hutan mangrove.
42
Morfologi
Pegunungan.
Satuan
morfologi
pegunungan
43
Wilayah karstt ini dicirikan oleh permukaan yang kasar dan terpisahpisah, berlereng tajam dan menunjukkan sifat-sifat batuan karbonat yang
berongga.
2) Pola Aliran dan Karakteristik Sungai
Sungai-sungai di Kabupaten Morowali bermuara di teluk-teluk yang
secara regional termasuk wilayah Teluk Tolo. Sungai-sungai terbesar
adalah S. Laa, S. Tiu, S. Tirogan, S. Karaopa, S. Lanona, S. Sumara dan
S. Ipi.
mandala
Formasi Tokala
Di Kabupaten Morowali satuan ini terdapat di timur sampai dengan
tenggara, yaitu di sebelah barat Wosu yang memanjang ke arah tenggara
44
Formasi Tetambahu
Di Kabupaten Morowali satuan ini terdapat di sekitar Kolonodale, yaitu di
Giliana, Koya, P. Tokodimba dan pegunungan Towi.
Formasi ini
Formasi Nanaka
Litologi satuan ini terdiri dari perselingan batupasir kuarsa dengan
dengan batupasir lempungan serta konglomerat pada bagian bawahnya.
Formasi Nanaka merupakan bagian dari Mandala Geologi Banggai Sula.
Di Kabupaten Morowali
Formasi Masiku
Batuan penyusun formasi ini terdiri dari batusabak, serpih, filit, batupasir,
batugamping dengan buncah gamping rijangan. Di Kabupaten Morowali
satuan ini terdapat di daerah Bahombelu, Tinompo, Korowalelo dann
Korompeli. Formasi Masiku merupakan bagian dari Mandala Geologi
Banggai-Sula. Fosil penunjuk untuk Formasi ini tidak ditemukan. Diduga
umur formasi adalah Jura Akhir dan mempunyai ketebalan sekitar 500 m.
45
20)
Batuan Ultrabasa
Batuan penyusun satuan ini terdiri dari harzburgit, lherzolit, wehrlit, dunit,
piroksenit, websterit dan serpentinit. Gabungan batuan ultrabasa dan
basa dengan sedimen pelagos Mesozoikum Formasi Matano merupakan
tuntunan ofiolit yang secara regional disebut Jalur Ofiolit Sulawesi Timur
(Simanjuntak dkk, 1991).
Di kabupaten Morowali batuan ini termasuk kedalam Mandala Geologi
Sulawesi Timur dan merupakan penyusun dominan litologi di wilayah
kabupaten. Batuan tersingkap secara luas dan dapat dijumpai di semua
kecamatan yang ada di Kabupaten Morowali. Umur Batuan ultra basa ini
diduga tidak lebih tua dari Kapur Awal (Simanjuntak, 1986).
21)
Kompleks Pompangeo
Litologinya adalah berbagai jenis sekis, genes, meta kuarsit, meta
gamping, marmer, filit, batusabak, grafit, serpentinit, basal malih dan
gabro malih; setempat terdapat breksi dan milonit.
Umur satuan ini belum dapat dipastikan, tetapi berdasarkan himpunan
batuan diduga berasal dari batuan sedimen pelagos yang lebih tua dari
kapur. Umur pemalihan juga tak diketahui, namun diduga tidak lebih tua
dari Kapur Akhir. Satuan ini tersebar luas di utara Kecamatan Mori Atas
dan Kecamatan Lembo. Tebal satuan sulit dipastikan, diduga ribuan
meter.
Komplek Pompangeo yang terdapat di Mandala Geologi Sulawesi Timur
ini diperkirakan tertindih tak selaras oleh Formasi Matano, serta
bersentuhan tektonik dengan Formasi Tetambahu dan Formasi Lamusa;
dan berupa sesar naik dengan batuan granit, gunungapi Tersier dan
Formasi Latimojong di bagian barat, serta merupakan alas sedimen
molasa Formasi Puna, Formasi Napu, Formasi Morowali dan Formasi
Tomata. Komplek ini disebut Metamorphic Rocks oleh De Roever (1934)
dan Sekis oleh Sukamto (1975).
46
22)
Batugamping Marmeran
Litologi satuan ini terdiri dari marmer, batugamping terdaunkan dan
baugamping kristalin dan masih merupakan bagian dari Mandala Geologi
Sulawesi Timur.
Satuan ini menyebar cukup luas di daerah Mori Atas seperti di Ensa,
Tomata dan Peleru. Umumnya terdapat berupa singkapan-singkapan
dalam batuan sekis dan genes. Penyebaran satuan yang disusun oleh
marmer secara jelas dapat diamati di lokasi-lokasi selatan Tomata dan
utara Peleru.
Umur satuan ini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga berasal dari
sedimen pelagos, yaitu kalsilutit yang berumur lebih tua dari Kapur.
23)
Formasi Matano
Formasi ini termasuk bagian dari Mandala Geologi Sulawesi Timur,
dengan litologi satuan terdiri perselingan batugamping kalsilutit dengan
rijang, bersisipan batulempung napalan dan argilit. Akibat kegiatan
tektonik yang berulang maka semua batuan dalam satuan ini terlipat kuat,
sebagian membentuk struktur antiklin dan sinklin.
Di Kabupaten Morowali formasi tersebar sangat luas, hampir di semua
kecamatan. Penyebarannya antara lain daerah Tomata, Beteleme,
Kolonodale dan jalur pegunungan di sebelah barat Bungku Barat serta
pegunungan di bagian barat Bungku Selatan. Berdasarkan kandungan
fosil dalam rijang dan batugamping, diperkirakan umur formasi ini adalah
Kapur Atas (Budiman, 1980).
24)
Formasi Salodik
Litologi
formasi
ini
berupa
batugamping
kalkarenit,
kalsirudit,
47
Formasi Bongka
Gugusan batuan dalam formasi ini merupakan batuan sedimen klastika
yang diendapkan setelah tubrukan antara Mandala Banggai Sula dan
Mandala Sulawesi Timur yang terjadi pada kala Miosen Tengah dan
dikelompokkan kedalam Kelompok Molase Sulawesi, dimana Formasi
Bongka termasuk salah satu diantaranya.
Formasi Bongka terdiri dari konglomerat, batupasir, serpih, napal,
batugamping, tufa dan batubara yang terdapat di beberapa tempat
berupa lensa di bagian atas. Ciri utama satuan ini terhadap morfologi
adalah bentuk morfologi bergelombang. Di Kabupaten Morowali formasi
ini menyebar luas di sebelah barat wilayah Kecamatan Bungku Utara.
Tebal satuan diperkirakan sekitar 750 m, dengan umur Formasi Miosen
Atas Pliosen.
26)
Formasi Tomata
Litologi formasi ini terdiri dari batugamping, napal, batupasir tufaan dan
konglomerat, dan merupakan bagian dari Mandala Geologi Sulawesi
Barat.
Penyebaran satuan di kabupaten Morowali sangat luas mencakup bagian
barat Morowali di Kecamatan Mori Atas sampai dengan daerah selatan
Beteleme. Penyebaran yang cukup luas juga terdapat di Bungku Barat
dan Bungku Selatan. Tebal satuan diperkirakan sekitar 500 m dengan
umur formasi Pliosen (Budiman, 1981).
27)
Formasi Larona
48
Aluvium
Litologinya adalah lumpur, lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal;
berupa endapan sungai, rawa dan pantai. Sebaran utama adalah daerah
pesisir pantai yang memanjang dari Solonsa sampai Bungku dan di
pesisir daerah Labota. Tebal satuan beberapa meter sampai puluhan
meter.
Umur
Satuan
Holosen
Aluvium
Pliosen
Formasi Larona
Miosen
BawahPlio-sen
Miosen Atas-Pliosen
Formasi Tomata
Eosen-Oligosen
Formasi Salodik
Kapur
Formasi Matano
Kapur-Paleosen
Kapur-Paleosen
Batuan
Marmeran
Kompleks
Pompangeo
Formasi Bongka
Litologi
Lumpur, lempung, pasir, kerikil dan
kerakal
konglomerat,
batupasir,
batulempung dengan sisipan tufa
batugamping,
napal,
batupasir
tufaan dan konglomerat
konglomerat, batupasir, serpih,
napal, batugamping, tufa dan
batubara
batugamping kalkarenit, kalsirudit,
batugamping
terumbu,
dan
bersisipan napal.i dari marmer,
batugamping
terdaunkan
dan
baugamping kristalin
perselingan batugamping kalsilutit
dengan
rijang,
bersisipan
batulempung napalan dan argilit
marmer, batugamping terdaunkan
dan baugamping kristalin
sekis, genes, meta kuarsit, meta
gamping, marmer, filit, batusabak,
49
Kapur-Oligosen
Batuan Ultrabasa
10
Jura Akhir
Formasi Masiku
11
Jura Akhir
Formasi Nanaka
12
Jura Akhir
Formasi
Tetambahu
13
Trias
Formasi Tokala
f.
Struktur Geologi
Struktur geologi wilayah penelitian sangat erat kaitannya dengan kerangka
tektonik Pulau Sulawesi yang merupakan persentuhan 3 mandala geologi,
yakni Mendala Geologi Sulawesi Timur, Mendala Geologi Sulawesi Barat
dan Mandala Geologi Banggai Sula.
Struktur geologi yang terdapat di wilayah ini adalah lipatan, kekar dan sesar.
Jenis sesar yang dapat dikenali
sesar mendatar. Adapun sesar yang dapat dikenal adalah sesar Morowali,
dan sesar Uekuli dan zone sesar sejajar di Bungku Barat. Sesar-sesar
tersebut berarah tenggara-baratlaut. Di Bungku juga terlihat beberapa sesar
dengan dimensi yang lebih kecil, dengan arah relatif sejajar dengan arah
kedua sesar sungkup, yaitu timurlaut baratdaya di bagian barat dan
tenggara-baratlaut di bagian timur.
Lipatan yang terbentuk di daerah ini terdiri dari tiga jenis, yaitu lipatan lemah
dan terbuka, lipatan tertutup dan lipatan tumpang-tindih. Struktur geologi
lainnya yang sangat umum dan terdapat pada hampir semua batuan adalah
struktur kekar. Arah pengkekaran umumnya umumnya tidak beraturan,
kecuali pada zone-zone yang dekat dengan struktur utama.
50
F.
Kabupaten Banggai
1.
2.
3.
Iklim
a.
b.
51
Kondisi Geologi
a. Fisiografi
Secara morfologi, wilayah Kabupaten Banggai dapat dibagi menjadi 4 satuan
morfologi, yaitu dataran, perbukitan, pegunungan dan karst.
Satuan Morfologi Dataran. Satuan morfologi ini secara dominan meliputi
daerah selatan Kabupaten Banggai yaitu dari Nambo - Toili dengan luasan
terbesar di sekitar Toili. Wilayah lain dengan dataran cukup signifikan adalah
Bunta, Bantayan sampai dengan Bonebubakal, wilayah di utara yaitu
Mayayap sampai Samaku.
Satuan Morfologi Perbukitan. Satuan morfologi ini terdapat di Bunta yang
memanjang ke timur yaitu Siuna, bagian selatan daerah-daerah Samaku,
Boalemo sampai dengan balantak dan Bonebubakal..
Satuan Morfologi Pegunungan. Satuan ini mencakup bagian terbesar
Kabupaten Banggai, di antaranya Pegunungan Batui dan , Pegunungan
Balantak. Elevasi tertinggi di Pegunungan Batui adalah 2.255 m dpl.
Satuan Morfologi Karst. Satuan morfologi krast, pembentuk utamanya
adalah batuan karbonat terdapat di sekitar Salodik, Pagimana, Lamala dan
Balantak. Dearah-daerah karst ini dicirikan oleh permukaan yang kasar dan
terpisah-pisah, berlereng tajam dan menunjukkan sifat-sifat batuan karbonat
yang berongga.
b. Stratigrafi dan Litologi
52
dalam
53
sampai Batui. Satua ini membentuk morfologi kasar. Umur formasi Umur
formasi Jura Tengah-Jura Akhir, dengan ketebalan diperkirakan > 300 m.
5) Formasi Nambo
Litologi satuan ini berupa napal dan serpih. Di Kabupaten Banggai
formasi ini tersingkap dengan baik di sepanjang S. Nambo dan di hulu S.
Kanohan di selatan Luwuk. Umur formasi Jura Tengah-Jura Akhir,
dengan ketebalan diperkirakan melebihi 300 m.
6) Formasi Matano
Terdiri dari kalsilutit, argilit dan sisipan rijang. Sebarannya meliputi daerah
Baloa dan Asaan serta sebelah utara Balantak. Tebal formasi diduga
melebihi 1500 m. Umur formasi Kapur Akhir.
7) Formasi Salodik
Litologi berupa batugamping kalkarenit, kalsirudit, batugamping terumbu,
dan bersisipan napal.i dari marmer, batugamping terdaunkan dan
batugamping kristalin.
Di Kabupaten Banggai, satuan ini tersebar mulai dari Balantak ke arah
baratdaya, hulu S. Matindok dan memanjang ke timurlaut. Tebal formasi
diperkirakan sampai melebihi 1000 m, dengan umur formasi adalah
Eosen-Miosen Tengah.
8) Formasi Poh
Litologi formasi ini berupa napal, putih kecoklatan-putih kelabu, padat dan
agak keras. Di Kabupaten Banggai satuan ini terdapat di hulu S.
Matindok, hulu S. Batui, hulu S. Bantayan yang memanjang sampai Poh
dan Pagimana. Tebal formasi lebih kuranf 1300 m adalah OligosenMiosen Akhir.
9) Formasi Lonsio
Terdiri dari perselingan antara lava basal, breksi vulkanik, konglomerat
dan batupasir vulkanik klastik, bersisipan batulanau gampingan dan tufa.
Penyebaran antara lain di Tanjung Lonsio, S. Bombon dan Binsil. Tebal
54
timurlaut-baratdaya
mulai hulu S.
55
Umur
Satuan
Holosen
Aluvium
Pliosen-Pleistosen
Miosen
AkhirPliosen
Miosen
AkhirPliosen
Miosen Tengah
Batugamping
Terumbu
Formasi Kintom
4
5
Oligosen - Miosen
Akhir
Formasi Bongka
Formasi Lonsio
Formasi Poh
Litologi
Lumpur, lempung, pasir, kerikil dan
kerakal
Batugamping koral
Konglomerat, batupasir dan sisipan
napal
batugamping,
napal,
batupasir
tufaan dan konglomerat
Perselingan lava basal, breksi
vulkanik, konglomerat dan batupasir
vulkanik
klastika,
bersisipan
batulanau gampingan dan tufa.
Perselingan
napal
dan
batugamping, dengan batupasir di
bagian bawah.
Eosen-Oligosen
Formasi Salodik
8
9
Formasi Matano
Formasi Nambo
10
Kapur Akhir
Jura Tengah-Jura
Akhir
Jura
11
Kapur-Oligosen
Batuan Ultrabasa
12
Trias
Formasi Tokala
13
Trias
Formasi Meluhu
Formasi Nanaka
c. Struktur Geologi
Struktur geologi Kabupaten Banggai di sebagian lokasi termasuk kompleks,
dimana dicirikan oleh tektonika berulang pada beberapa satuan batuan,
terutama batuan Pra Tersier. Struktur paling penting adalah sesar, lipatan,
kekar dan pendaunan. Diantara sesar-sesar yang dapat dikenali adalah
sesar Toili, sesar Batui, sesar Poh dan sesar Lobu.
56
G.
2.
sendiri
prasarana
transportasi
darat
belum
berkembang
Iklim
a.
b.
Kecepatan
57
angin pada musim hujan relatif kecil daripada musim panas, dan
sebaliknya. Demikian pula arah angin terbanyak menunjukkan angka yang
hampir sama sehingga sulit dibedakan antara musim panas dan musim
hujan.
4.
Kondisi Geologi
a.
Fisiografi
Secara morfologi, wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan dapat dibagi
menjadi 4 satuan morfologi, yaitu dataran, perbukitan dan karst.
Satuan Morfologi Dataran. Satuan morfologi ini meliputi wilayah pesisir
terutama di Salakan, Liang, dan Banggai. Luasan dataran ini relatif lebih
kecil dibanding morfologi perbukitan.
Satuan Morfologi Perbukitan. Satuan morfologi ini merupakan satuan
morfologi dominan yang terdapat di Kabupaten Bangkep. Adanya pulaupulau yang saling terpisah serta gundukan-gundukan baik akibat sesar
ataupun variasi litologi menyebabkan luasnya penyebaran morfologi bukit
ini. Litologi batuan karbonat terutama di bagian pinggiran pulau-pulau
menyebabkan morfologi ini tersebar di sekitar pinggiran pulau.
Satuan Morfologi Pegunungan. Satuan morfologi ini hanya signifikan di
bagian tengah P. Peleng.
Satuan Morfologi Karst. Pada satuan morfologi krast, faktor utama
pembentuknya adalah batuan karbonat terdapat di hampir sebagaian besar
P. Peling dan P. Banggai. Wilayah karstt ini dicirikan oleh permukaan yang
kasar dan terpisah-pisah, berlereng tajam dan menunjukkan sifat-sifat
batuan karbonat yang berongga.
b.
58
dan
S. Kembani, Adean,
berupa
batugamping
kalkarenit,
kalsirudit,
batugamping
koral
dengan
sisipan
napal.
Sebaran
umumnya
59
c.
Umur
Satuan
Holosen
Aluvium
Pliosen-Pleistosen
Eosen-Oligosen
Batugamping
Terumbu
Formasi Salodik
4
5
Trias
Perm-Trias
Batuan Vulkanik
Granit
Perm-Trias
Batuan Malihan
Paleozoikum
Litologi
Lumpur,
lempung,
kerikil dan kerakal
Batugamping koral
pasir,
batugamping
kalkarenit,
kalsirudit,
batugamping
terumbu,
dan
bersisipan
napal.i
dari
marmer,
batugamping terdaunkan dan
batugamping kristalin
Granit, granit muskovit dan
granit turmalin
Sekis mika dan genes
Struktur Geologi
Wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan secara regional dipengaruhi
oleh jalur sesar Sorong yang berarah timur-barat. Sesar ini termasuk
jenis sesar geser dan tergolong aktif. Struktur lain berupa sesarsesar vertikal serta lipatan, kekar dan pendaunan.
60
H.
Kabupaten Tolitoli
1.
2.
3.
Iklim
a.
61
b.
4.
Kondisi Geologi
a.
Fisiografi
1)
Morfologi
Secara morfologi, wilayah Kabupaten Tolitoli dapat dibagi menjadi 4
satuan
morfologi,
yaitu
dataran,
bergelombang,
perbukitan,
62
Pada
beberapa
tempat
formasi
ini
telah
mengalami
63
6. Batugamping Terumbu
Terdiri dari batugamping koral, sebagian batugamping lempungan
dengan kepadatan yang rendah-sedang. Penyebaran setempatsetempat umumnya di daerah tanjung dan pulau-pulau kecil, yaitu di
Tg. Bambangala, P. Tengelanga, dan P. Lurungan. Umur formasi
Pleistosen-Holosen.
7. Aluvium
Terdiri dari material pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil dan kerakal.
Daerah-daerah pesisir pantai dan sekitar daerah aliran sungai umumnya
disusun oleh material ini, dengan penyebaran terluas terdapat di Lais,
Bangkir, Kota Tolitoli dan Lalos. Tebal satuan beberapa meter sampai
puluhan meter.
64
Umur
Satuan
Litologi
Holosen
Aluvium
Pleistosen-Holosen
Miosen
TengahMiosen Atas
Miosen
TengahMiosen Atas
Batugamping
Terumbu
Batuan
Beku
Granit
Batuan
Sedimen Laut
b. Struktur Geologi
Secara regional, wilayah Tolitoli termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi
Barat. Dari sisi kompleksitas struktur geologi wilayah Tolitoli relatif tidak
terlalu kompleks dibanding kabupaten lain di Sulawesi Tengah. Struktur
yang dijumpai berupa
patahan
baratdaya berupa patahan-patahan vertikal. Di beberapa tempat patahanpatahan ini saling berpotongan dengan patahan lain yang relatif kecil.
Wilayah-wilayah yang dipengaruhi oleh patahan antara lain Tinabogan dan
Lais bagian timur. Struktur lainnya berupa kekar pada batuan sedimen dan
vulkanik dan kekar primer maupun sekunder pada batuan granit. Pada
batuan sedimen juga dijumpai struktur lipatan antiklin.
65
I.
Kabupaten Buol
1.
2.
3.
Iklim
a.
66
tertingggi terjadi pada Maret yakni 24,2 0C dan suhu udara minimum
terendah terjadi pada Juli yakni 22,700C.
Kelembaban udara antara 82 - 87%, dimana kelembaban udara rata-rata
tertinggi terjadi pada Januari yang mencapai 87%, sedangkan kelelmbaban
udara rata-rata terendah terjadi pada Agustus dan Oktober yakni 78%.
b.
Curah Hujan
Curah hujan tertinggi pada tahun 2002 terjadi pada bulan Januari yakni 367
mm, dan pada Juni 306 mm. Sedangkan curah hujan terendah pada
Agustus yakni 7 mm.
4.
Kondisi Geologi
a.
Fisiografi
1)
Morfologi
Secara morfologi, wilayah Kabupaten Buol dapat dibagi menjadi 3
satuan morfologi, yaitu dataran, perbukitan dan pegunungan.
Satuan Morfologi Dataran. Satuan morfologi ini secara dominan
meliputi wilayah pesisir Buol Utara - Tengah dari Busak Buol - Bokat,
dataran Buol - Momunu dan dataran yang relatif sempit di Bunobogu
dan Bila. Secara umum morfologi ini merupakan permukiman yang
sudah lama dibuka.
Satuan Morfologi Perbukitan. Satuan morfologi ini, dengan ketinggian
terdapat di bagian utara, yaitu di Momunu bagian utara, Leok barat,
Bokat dan perbukitan yang memanjang dari barat ke timur, yaitu dari
Bongo sampai Molanggato di batas timur.
Satuan Morfologi Pegunungan. Satuan ini merupakan bagian
terbesar morfologi yang terdapat di wilayah Kabupaten Buol. Ketinggian
satuan ini berkisar antara 600 2.500 m dpl (G. Malino). Wilayah-
67
V dan U. Di
samping pola aliran sungai dominan yang berpola dendritik, juga polapola aliran sungai paralel, rektangular dan trelis dapat dianalisis
berdasarkan pola morfologi pada rupabumi.
a. Stratigrafi dan Litologi
Secara regional di wilayah Kabupaten Buol terdapat terdapat pada
Mandala Geologi Sulawesi Barat. Stratigrafi batuan wilayah ini disusun
berdasarkan umur dari tua ke muda sebagaii berikut.
1) Formasi Tinombo
Litologi penyusun formasi ini berupa lava basal, basal spilitan, lava
andesit, breksi gunung api, batupasir wake, batulanau, patupasir hijau,
batugamping merah, batugamping kelabu dan batuan termetamorfosa
lemah.
Di Kabupaten Buol satuan ini terdapat di bagian selatan dengan arah
memanjang relatif timur-barat relatif pada wilayah batas dengan
kabupaten lain. Umur formasi ini diduga Eosen-Oligosen, dengan tebal
formasi lebih dari 500 m.
2) Batuan Vulkanik
Batuan gunung api umumnya bersifat andesitik, tersebar di banyak
tempat namun tidak meluas. Ukuran kristal batuannnya umumnya
halus. Juga terdapat batuan lain berupa lava, breksi andesit dan basal.
Sebarannya antara lain Momunu bagian barat dan selatan, sebelah
68
barat Leok dan sebelah selatan Bokat yang merupakan batas dengan
kabupaten/propinsi lain.
Sebaran batuan ini masih meluas ke arah barat (Tolitoli) dan menyebar
luas di selatan (Parigi Moutong). Satuan ini diperkirakan menjemari
dengan Formasi Tinombo. Berumur Eosen Oligosen.
3) Diorit Bone
Merupakan batuan beku menengah, terdiri dari diorit, diorit kwarsa,
granodiorit dan andesit. Penyebaran batuan ini relatif sempit setempatsetempat. Penyebaran terluas di Kabupaten Buol kurang dari 600 ha.
Umur batuan diperkirakan Miosen Awal sampai Miosen Tengah.
4) Diorit Boliohuto
Terdiri dari diorit dan granodiorit dan tergolong dalam jenis batuan beku
dalam yang bersifat menengah sampai asam. Di Kabupaten Buol
batuan ini hanya terdapat di sekitar G. Tentolomatinan sebelah selatan
Lokodako. Umur batuan adalah Miosen Tengah sampai Miosen Atas.
5) Formasi Dolokapa
Litologi terdiri dari batupasir wake, batulanau, batulumpur, konglomerat,
tufa, tufa lapili, aglomerat, breksi vulkanik dan lava yang bersifat andesit
serta basal.
Penyebaran formasi ini relatif luas, relatif memanjang dari sebelah
selatan Momunu dan Mopu ke arah ke arah timur laut sampai mencapai
daerah Paleleh. Umur formasi adalah Miosen Tengah Miosen Atas.
6) Breksi Wobudu
Merupakan batuan vulkanik, terdiri dari breksi vulkanik, aglomerat, tufa,
tufa lapili dan lava yang bersifat andesit sampai basal. Penyebarannya
di bagian selatan Bunobogu dan wilayah yang luas sepanjang
pegunungan Peleleh ke arah timurlaut, yaitu G. Tentolomatinan dan G.
Boondalo. Umur batuan diperkirakan Pliosen.
69
70
Umur
Holosen
Satuan
Aluvium
PleistosenHolosen
PliosenPleistosen
PliosenPleistosen
Batugamping
Terumbu
Batuan
Vulkanik
Formasi
Molase
Sulawesi
Breksi Wobudu
3
4
5
Pliosen
Miosen
Tengah-Miosen
Atas
Formasi
Dolokapa
Miosen
Tengah-Miosen
Atas
Miosen AwalMiosen Tengah
EosenOligosen
EosenOligosen
Diorit Boliohuto
8
9
10
Diorit Bone
Batuan
Vulkanik
Formasi
Tinombo
Litologi
Lumpur, lempung, pasir, kerikil dan
kerakal
Batugamping koral
aglomerat, tufa dan lava yang bersifat
andesit-basal
konglomerat, batupasir, batulanau dan
batulempung, batugamping koral, tufa,
serpih hitam dan napal
breksi vulkanik, aglomerat, tufa, tufa
lapili dan lava yang bersifat andesit
sampai basal
batupasir wake, batulanau, batulumpur,
konglomerat, tufa, tufa lapili, aglomerat,
breksi vulkanik dan lava yang bersifat
andesit serta basal
diorit dan granodiorit
diorit, diorit kwarsa, granodiorit dan
andesit
Tufa, breksi, lava andesit dan basal
b. Struktur Geologi
Secara regional, wilayah Buol termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi
Barat. Dari sisi kompleksitas struktur geologi, wilayah Buol bagian timur
relatif lebih terpengaruh secara tektonik dibanding bagian baratnya. Di
bagian timur, sesar-sesar vertikal dengan 2 arah utama yaitu tenggarabaratlaut dan timurlaut-baratdaya.
Di samping itu juga terdapat sesar geser dextral di Pegunungan Paleleh
dan G.Tentolomatinan. Adapun bagian timur Buol gejala struktur relatif tidak
71
72
BAB IV
HASIL INVENTARISASI POTENSI SUMBERDAYA MINERAL
A.
73
B.
No.
Kegunaan
Sirtukil
Bahan bangunan
2
3
Emas
Gipsum
4
5
6
Lempung
Granit
Andesit
Asesoris
Plaster Paris (untuk
bangunan, semen Portland,
dekorasi ninterior, tembikar
Batubata, tembikar
Bahan bangunan
Bahan bangunan
C.
No.
1
Kecamatan/Lokasi
Palu Barat / S. Watusampu
Palu Barat / S. Sombe-Lewara
Palu Barat / S. Palu
Palu Timur / S. Pondo
Palu Utara / S. Tawaeli
Palu Utara / S. Lambagu
Palu Selatan / S. Palu
Palu Timur / Kel. Poboya
Palu Timur / Kel. Tondo, Layana
Indah dan Mamboro
Palu Selatan
Palu Barat
Palu Barat
Kegunaan
Sirtukil
Bahan bangunan
Granit
Kecamatan/Lokasi
Kec. Tawaili / S. Labuan, S. Kaili,
S. Tawaili, S. Taipa/S. Bale
Kec. Banawa / S. Lolioge, S.
Pongo, S. Tanamea, S. Powelua
Kec. Sindue / S. Tibo, S. Toaya,
S. Alindau
Kec. Sirenja / S. Dampal
Kec. Balaesang / S. Labean
Kec. Dampelas dan Kec. Sojol /
Ds. Lembah Mukti, Ogoamas,
Balukang, Siboang, Salang,
Malonas
Kec. Balaesang / Ds. Sibayu,
Sibualong, Tambu Lambean,
Walaudano - Ponololu
Kec. Kulawi
Kec. Palolo
Kec. Sirenja
Kec. Dolo / Ds. Mantikole
Kec. Marawola
Kec. Banawa / G. Gawalise
74
Marmer
Kec. Palolo
Lanjutan C
4
Pasir kuarsa/
feldspar
5
6
Pasir silika
Mika
Batugamping
Lempung
Semen, tembikar
Andesit
10
11
12
Diorit
Kaolin
Fospat
13
14
15
Tembaga
Timah dan seng
16
17
Besi
Galena
Industri logam
D.
No.
1
Kec. Banawa
Kec. Sirenja
Kec. Sindue
Kec. Banawa / Ds. Maleni,
Tanamea, Pulege
Kec Kulawi
Kec. Dampelas / Ds. Budi Mukti,
Karya Mukti
Kec. Sirenja / Ds. Sibado,
Kec. Banawa / Ds. Loli Oge & Loli
Tasiburi
Kec. Banawa / Ds. Kalora
Kec. Sirenja / Ds. Tompe
Kec. Banawa / Ds. Kabonga
Besar, Kabinga Kecil, Tg. Batu
Kec. Palolo
Kec. Kulawi
Kec. Tawaili / Ds. Labuan
Kec. Banawa
Kec. Sindue
Kec. Kulawi
Kec. Marawola/Hulu S. Lewara
Kegunaan
Kecamatan/Lokasi
Sirtukil
Bahan bangunan
Kec. Parigi
Marmer
Kec. Ampibabo
Pasir kuarsa/
feldspar
75
Kaolin
Industri keramik
Kec. Parigi
Lanjutan D
5
Tembaga
Kec. Moutong
Kaslin
E.
No.
1
Kec. Parigi
Kegunaan
Sirtukil
Bahan bangunan
Marmer
Batugamping
Lempung
Semen/semen Portland,
tembikar/keramik, genteng,
gerabah
5
6
7
Kaolin
Asbes
Pumice
(Batuapung)
Kecamatan/Lokasi
Hampir semua sungai di Kab.
Poso
Kec. Ampana Kota
Kec. Ampana Tete
Kec. Ulubongka
Kec. Poso Pesisir: Ds. Kilo,
Maranda
Kec. Tojo: Ds. Uekuli, Malewa
Kec. Pamona Utara / Ds.
Sawidago, Kelei, Didiri, Kelei,
Sulewana, Ratolene, Tonusu
Kec. Lore Utara / Ds. Maholo
Kec. Pamona Utara
Kec. Lage
Kec. Poso Pesisir
Kec. Ampana Kota
Kec. Tojo
Kec. Lage: Ds. Watuawu
Kec. Poso Pesisir: Ds. Kilo
Kec. Pamona Utara
Kec. Ampana Kota
Kec. Ampana Tete
Kec. Ulu Bongka
Kec. Tojo:
76
Fospat
Emas
Industri kimia/farmasi,
pemurni gula, alam pupuk,
korek api, bahan fotografi
Asesoris, industri elektronika
Lanjutan E
10
11
Perak
Tembaga
12
13
Belerang
Talk
14
Asesoris
15
16
Batubara
Gas alam
Bahan bakar
Bahan bakar
F.
No.
Jenis
Kegunaan
Marmer
Batugamping
Lempung
4
5
6
Emas
Besi
Nikel
Krom
Batubara
Bahan bakar
Kecamatan/Lokasi
Kec. Lembo / Ds. Tinompo,
Korowalelo, Beteleme
Kec. Petasia
Kec. Mori Atas
Kec. Bungku Utara
Kec. Petasia
Kec. Petasia / Kolonedale
Kec. Mori Atas / Ds. Taende
Kec. Bungku Selatan
Kec. Petasia
Kec. Petasia/Kolonedale
Kec. Bungku Utara
Kec. Bungku Barat
Kec. Bungku Tengah
Kec. Bungku Selatan
Kec. Petasia/Kolonedale
Kec. Bungku Barat
Kec. Bungku Tengah
Kec. Mori Atas
Kec. Bungku Utara / Ds. Kolo
77
G.
No.
1
Bahan bakar
Jenis
Kegunaan
Sirtukil
Bahan bangunan
Marmer
3
4
5
6
Pasir kuarsa
Besi
Mika
Gips
Granit
Batugamping
Napal
Semen, tembikar
10
Bahan bakar
H.
No.
1
Atas
Kec. Bungku Utara / Ds. Kolo
Atas
Kecamatan/Lokasi
Kec. Bunta
Kec. Luwuk
Kec. Pagimana
Kec. Batui
Kec. Toili
Kec. Luwuk / Ds. Salodik
Kec. Luwuk / Ds. Minangandola
Kec. Luwuk / Ds. Bantayan
Kec. Bunta
Kec. Batui
Kec. Luwuk
Kec. Banggai / Ds. Kendek
Kec. Banggai / Ds. Poidumosani,
Ds. Lambaka
Kec. Luwuk / Ds. Brak
Kec. Batui
Kec. Bunta
Kec. Pagimana
Kec. Lamala
Kec. Balantak
Kec. Luwuk
Kec. Pagimana
Kec. Batui
Kec. Toili
Kegunaan
Bahan bangunan, ornamen
Kecamatan/Lokasi
Kec. Banggai / Ds. Lambako dan
Taisumosini
Kec. Buko / Ds. Lelengan dan
Pelinglolomo
Kec. L. Bangkurung / P. Taliakan
78
Gips
Mika
(dekat Maluku)
Kec. Liang
Kec. Banggai / Ds. Kendek
Kec. Loo Bangkurung
Kec. Liang
Kec. Buko
Kec. Bulagi / Ds. Tataranda
Kec. Banggai / Ds. Adean
Lanjutan H
4
5
Pasir kuarsa/
feldspar
Batugamping
Napal/Lempung
7
8
Batu apung
Batukaca
Emas
Asesoris, ornamen
I.
Kec. Banggai
Ds. Lambaku
Meliputi separuh wilayah Kab.
Bangkep
Kec. Banggai
Kec. Buko / Ds. Lelengan
Kec. Bulagi / Ds. Bulagi
Kec. Buko / Ds. Seano dan
Batangunu
Kec. Buko / Ds. Lumbi-lumbia
No.
1
Jenis
Kegunaan
Sirtukil
Bahan bangunan
Granit
Molibdenum
Pasir kuarsa/
feldspar
Pembuatancampuran logam
khusus, pelumas tahan
panas
Industri keramik dan gelas
Kecamatan/Lokasi
Kec. Tolitoli Utara / Ds.
Galumpang
Kec. Baolan / Ds. Kalangkang
Kec. Dondo / Ds. Dondo, Ds.
Ogowele
Kec. Tolitoli Utara / Ds.
Galumpang
Kec. Dampal Utara / Ds. Agama,
Ds. Kabinuang
Kec. Dampal Selatan
Kec. Baolan
Kec. Galang / Ds. Tende, Tg.
Sangir, Malangga, Kinapadang
Kec. Dondo / Ds. Malala
Kec. Dampal Selatan / S. Silumba
Kec. Dondo / Pantai Lais, Malala,
Salumbia
Kec. Dampal Utara / Pantai
Ogutua
79
Batugamping
Diorit
Lanjutan I
7
Emas
8
9
Tembaga
Timah dan seng
J.
No.
Kec. Baolan
Kec. Dondo
Kec. Tolitoli Utara
S. Bukal
Kec. Baolan / Ds. Panasakan
Bukal
Kegunaan
Granit
2
3
4
Andesit
Diorit
Gips
Marmer
6
7
Pasir kuarsa
Batugamping
8
9
10
11
12
Seng
Nikel
Batubara
Kecamatan/Lokasi
S. Bukal
Kec. Biau
Kec. Bokat
Kec. Bonobogu
Kec. Momunu
Kec. Biau / Ds. Leok
Kec. Paleleh / Ds. Lintendu
Kec. Bokat
Kec. Paleleh
Kec. Paleleh
Kec. Paleleh
Kec. Momunu
Industri logam
Industri logam
Bahan bakar
BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
80
A.
Pembahasan
a.
b.
81
B.
Kesimpulan
Provinsi Sulawesi Tengah selain menghasilkan berbagai macam komoditas
pertanian, perkebunan, kehutanan serta perikanan dan kelautan, juga memiliki
beraneka ragam sumberdaya mineral dan energi (bahan tambang) dengan
deposit dan ekonomi yang cukup besar. Hasil inventarisasi dan eksplorasi bahan
tambang di daerah ini telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah
maupun swasta, yang hasilnya ditunjukkan dalam Bab III dan Lampiran. Berbagai
macam potensi tersebut dipilah-pilah berdasarkan daerah kabupaten/kota di
Propinsi Sulawesi Tengah, sebagai berikut:
82
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
83
DAFTAR PUSTAKA
Bachri, S., Sukido dan N. Ratman, 1994, Peta Geologi Lembar Tilamuta (skala 1 :
250.000), PPPG, Bandung.
BAKOSURTANAL, 1991, 1991a dan 1992, Peta Rupabumi
Tengah (skala 1 : 50.000), Bogor.
se-Propinsi Sulawesi
84
85
86