Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN

PENGUKURAN SUHU DAN KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN


(A)

NAMA

ANDI NURUL FADILAH


HANDIKA MUHAMMAD PRABU

NIM

15/378990/TK/42932
15/385170/TK/43832

HARI/TANGGAL

SELASA / 15 MARET 2016

ASISTEN

FARIDA ARISA

LABORATORIUM ANALISIS BAHAN


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN


dengan judul mata praktikum :
PENGUKURAN SUHU DAN KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN

Disusun oleh :
Nama Praktikan

NIM

Tanda Tangan

Andi Nurul Fadilah

15/378990/TK/42932

Handika Muhammad Prabu

15/385170/TK/43832

Yogyakarta, 22 Maret 2016

Dosen Pembimbing Praktikum,

Asisten,

Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T.,Ph.D

Farida Arisa

NIP. 197312271999031002

PENGUKURAN SUHU DAN KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui prinsip kerja termometer berisi zat alir dan
thermocouple digital.
2. Mengetahui cara menera alat ukur suhu.
3. Menerapkan hasil peneraan untuk pengukuran kenaikan titik didih
larutan.
4. Menentukan pengaruh konsentrasi zat terlarut elektrolit dan non
elektrolit terhadap kenaikan titik didih air.

II.

DASAR TEORI
Suhu adalah suatu sistem yang dapat diartikan sebagai suatu sifat
yang menentukan bahwa sistem tersebut seimbang termal dengan sistem
yang lainnya atau tidak. Pada dasarnya, suhu berkaitan erat dengan energy
kinetik molekul senyawanya. Setiap atom dalam suatu benda masingmasing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan
benda di tempat berupa getaran. Semakin tinggi energi atom-atom
penyusun benda, semakin tinggi pula suhu benda tersebut. Suhu juga dapat
didefinisikan sebagai tingkat atau derajat kepanasan atau kedinginan
(Whitten dkk, 2010).
Skala suhu digunakan untuk mengukur dan membandingkan suhu
suatu zat dalam kondisi tertentu dengan zat lain atau kondisi lain. Skala
suhu dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Skala suhu mutlak
Skala suhu mutlak adalah skala suhu yang menyatakan nilai 0
satuan temperatur pada materi yang tidak memiliki energi panas,
yang berarti tidak ada gerakan/getaran molekul dalam benda
tersebut. Skala mutlak yang biasa digunakan adalah skala Kelvin
dalam Kelvin (K) dan skala Rankine dalam derajat Rankine (oR).
2. Skala suhu relatif
Perbedaan suhu relatif dengan suhu mutlak adalah pada
titik 0 skala suhu. Titik 0 skala suhu relatif tidak menunjukkan 0

satuan temperatur pada materi yang tidak memiliki energi panas,


melainkan relatif terhadap energi panas dari kesuluruhan atom atau
bisa dikatakan masih memiliki energi panas yang relatif sangat
kecil pada saat titik nol. Skala relatif yang biasa digunakan adalah
Celcius dan Fahrenheit.
Secara kualitatif, suhu dapat diukur dengan cara merasakan sensasi
dingin atau panasnya benda dengan menyentuh benda tersebut. Untuk
mengetahui suhu secara kuantitatif menggunakan alat yang disebut
termometer (Zemansky, 1982). Alat ukur suhu yang digunakan dalam
percobaan ini ada 3 macam yaitu termometer raksa, termometer alkohol,
dan thermocouple.
1. Termometer Raksa
Termometer raksa adalah termometer yang terdiri dari air raksa
dan ditempatkan pada suatu tabung kapiler kaca. Termometer ini
bekerja sesuai dengan sifat pemuaian suatu zat. Raksa yang berada
di dalam kolom raksa ketinggiannya bergantung pada suhu yang
ada di sekitarnya. Raksa akan memuai jika berada di lingkungan
yang lebih panas dan menyebabkan ketinggian raksa di dalam
tabung naik dan apabila suhu turun maka akan terjadi penyusutan
volume raksa. Saat pemuaian dan penyusutan volume zat cair
dalam termometer hanya terlihat naik atau turun karena luas
penampang pipa kapiler sangat kecil sehingga pemuaian volume
zat cair hanya naik dan turun. Termometer raksa memiliki beberapa
kelebihan, antara lain :
1. Peka terhadap suhu. Memiliki respon yang sangat cepat saat
pembacaan suhu.
2. Memiliki range suhu yang cukup besar, bisa digunakan untuk
suhu -40 oC sampai suhu 356,7 oC
3. Mengkilap seperti perak, sehingga pembacaan suhu mudah.

4. Tidak membasahi dinding kaca, sehingga pengukuran dapat


lebih teliti.
5. Pemuaiannya teratur dan linier.
Termometer raksa merupakan termometer yang baku karena
tingkat ketelitian termometer raksa paling akurat dibandingkan
jenis termometer lainnya. Termometer raksa mempunyai kepekaan
yang tinggi terhadap suhu, pemuaiannya linier, dan perubahan
volumenya sebanding dengan perubahan suhu. Disisi lain
teermometer raksa juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu :
1. Harga raksa yang mahal
2. Bila tabung pecah, raksa merupakan zat beracun yang
berbahaya.
3, Raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang
sangat rendah (< - 40 C)
2. Termometer alkohol
Prinsip kerja termometer alkohol sama seperti termometer raksa
yaitu berdasarkan prinsip pemuaian dan penyusutan zat pengisi.
Tetapi, pemuaiannya tidak linier seperti raksa, maka dalam
penggunaannya perlu ditera. Kelebihan yang dimiliki termometer
alkohol adalah :
1. Mempunyai jangkauan pengukuran suhu yang lebar karena
titik beku alkohol mencapai -122 C.
2. Harga lebih murah daripada air raksa.
Disisi lain termometer alkohol juga memiliki kelemahan, yaitu :
1. Tidak bisa mengamati suhu yang terlalu tinggi karena titik
didih alkohol 78 C

2. Alkohol tidak berwarna, sehingga membutuhkan perwarna


tambahan untuk memudahkan pembacaan
3. Membasahi dinding kapiler pada termometer karena sifat
adesif alkohol terhadap dinding termometer lebih kuat
dibandingkan sifat kohesif alkohol itu sendiri.
4. Pemuaiannya tidak teratur dan tidak selinier seperti raksa.

3. Thermocouple digital
Thermocouple merupakan sensor yang mengubah besaran suhu
menjadi tegangan, dimana sensor ini dibuat dari sambungan dua
bahan metalik yang berlainan jenis. Prinsip kerja thermocouple
didasari oleh kenaikan aliran arus listrik akibat perbedaan suhu
pada ujung pasangan logam pada thermocouple (Perry,1997).
Adapun kelebihan thermocouple digital adalah :
1. Dapat mengukur suhu dengan ketilitian 0,1 oC.
2. Dapat digunakan pada suhu yang sangat rendah atau sangat
tinggi karena range pengukuran suhunya antara -250 oC
hingga 2000 oC
3. Mudah digunakan karena hasil pengukuran akan ditampilkan
di layar secara digital.
Disisi lain, kekurangan thermocouple yaitu :
1. Membutuhkan tenaga listrik untuk bisa digunakan.
2. Suhu yang ditunjukkan kurang stabil.
3. Harga dari thermocouple yang mahal.
Berdasarkan keterangan ketiga alat ukur di atas, dibutuhkan
peneraan alat ukur suhu yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

keakuratan dari masing-masing alat ukur dan untuk menguji ketepatan


skala dari alat ukur tersebut berdasarkan alat ukur baku yaitu termometer
raksa. Metode regresi linier digunakan untuk mencari hubungan antara
termometer baku dengan alat pengukur suhu yang akan ditera karena
hubungan keduanya cenderung linier. Praktikum ini juga menggunakan
alat ukur suhu untuk menentukan kenaikan titik didih suatu larutan yang
termasuk jenis sifat koligatif larutan. Suhu dimana cairan mendidih
dinamakan titik didih. Titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap
sama dengan tekanan atmosfer. Titik didih cairan tergantung dari besarnya
tekanan atmosfer (Brady, 2003). Semakin besar sutu tekanan atmosfer
maka semakin besar pula titik didih suatu cairan.
Sifat-sifat fisika larutan yang bergantung pada banyaknya jumlah
partikel zat terlarut dan tidak bergantung jenis zat terlarut disebut sifat
koligatif larutan (Chang,2008). Jenis-jenis sifat koligatif larutan adalah
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan
tekanan osmosis larutan. Jenis sifat koligatif larutan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah kenaikan titik didih (Tb).
Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan uap larutan lebih
rendah daripada tekanan uap pelarut murni. Hal ini disebabkan karena
adanya zat terlarut yang tidak mudah menguap dalam larutan sehingga
dapat mengurangi kemampuan zat pelarut untuk menguap dan
mengakibatkan kenaikan titik didih. Kenaikan titik didih adalah selisih
antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut dimana titik didih
larutan lebih besar daripada titik didih pelarut. Hal ini dikarenakan adanya
zat terlarut yang tidak mudah menguap dalam suatu pelarut akan
menurunkan tekanan uap pelarutnya, akibatnya tekanan uap larutan lebih
kecil dibandingkan dengan tekanan uap pelarut murninya. Dengan
demikian semakin banyak energy yang diperlukan untuk mencapai
tekanan uap atmosfer, sehimgga larutan akan memiliki titik didih yang
lebih tinggi daripada titik didih pelarutnya.

Prinsip kenaikan titik didih diaplikasikan dalam skala industri


seperti dalam proses evaporasi dan proses destilasi. Destilasi adalah suatu
metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan
menguap (volatilitas) yang berdasarkan perbedaan titik didih. Destilasi
merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut
didinginkan kembali menjadi cairan. Proses destilasi diawali dengan tahap
pemanasan sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap, dan uap tersebut akan bergerak menuju kondenser (pendingin)
sehingga uap yang dihasilkan akan kembali menjadi cairan.
Menurut Francois M. Van Raoult, besarnya kenaikan titik didih
larutan adalah hasil kali molalitas (m) dengan tetapan kenaikan titik didih
larutan (Kb) yang berdasarkan referensi nilai Kb untuk pelarut murni
aquadest adalah 0,52 C/m (Chang,2008). Sehingga secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut :
Tb=m. Kb
(1)

dengan,

Tb
Kb

= kenaikan titik didih, oC

= tetapan kenaikan titik didih, oC/molal


= molalitas larutan, molal

Persamaan di atas adalah persamaan yang menunjukkan besarnya


kenaikan titik didih larutan non elektrolit. Untuk larutan elektrolit seperti
NaCl, zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena
terurai menjadi ion-ionnya, sehingga kenaikan titik didih larutan elektrolit
lebih besar dibandinkan larutan non elektrolit. Persamaan kenaikan titik
didih untuk larutan elektrolit dapat dinyatakan sebagai berikut :
Tb=i. m. Kb

(2
)
7

dengan, i = faktor Vant Hoff


nilai i dapat dicari dengan menggunakan persamaan
(3

i=1+( n1).

dengan, n = jumlah partikel yang terionisasi


= derajat ionisasi
Dalam percobaan larutan elektrolit yang digunakan adalah NaCl
yang memiliki jumlah partikel yang terionisasi ada dua yaitu Na + dan Cl- .
Sehingga faktor vant hoff NaCl adalah dua. Dengan molalitas yang sama,
maka kenaikan titik didih larutan NaCl dua kali lebih besar daripada
larutan nonelektrolit.
Molalitas (m) adalah besaran konsentrasi zat yang tidak
dipengaruhi oleh suhu (suhu berubah tidak akan menyebabkan besarnya
molalitas berubah). Sedangkan molaritas (M) adalah besaran konsentrasi
zat yang dipengaruhi oleh suhu (suhu berubah menyebabkan harga
molaritas juga ikut berubah). Alasan tidak menggunakan molaritas dalam
menghitung Tb karena volume akan berubah apabila suhu berubah,
sehingga harga molaritas (M) juga ikut berubah. Perhitungan kenaikan titik
didih harus menggunakan konsentrasi zat dalam besaran molalitas (m)
dengan tujuan agar zat terlarutnya tetap meskipun ada perubahan suhunya,
sehingga harga Tb yang dihitung benar-benar akurat sesuai dengan
kenyataan jumlah zat terlarutnya. Definisi molalitas adalah konsentrasi
larutan yang dinyatakan dengan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram
pelarut (Purba, 2012). Berikut ini adalah rumus molalitas :
m=

g 1000
x
Mr
P

(4
)

dengan, m

= molalitas larutan, molal

= massa zat terlarut, gram

Mr = massa molekul relatif, gram/mol


P

= massa zat pelarut, gram

Hukum Raoult berbunyi tekanan uap larutan ideal dipengaruhi


oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat pelarut yang terkandung dalam
larutan tersebut. Dari kalimat tersebut dapat diketahui bahwa larutan ideal
mengikuti hukum Raoult. Larutan ideal adalah larutan yang volumenya
merupakan penjumlahan tepat volume komponen-komponen penyusunnya.
Bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan sama besar
dengan interaksi antar molekul komponen-komponen tersebut pada
keadaan murni juga disebut sebagai larutan ideal. Sebenarnya tidak ada
campuran yang bisa dibilang ideal, tetapi ada beberapa campuran larutan
yang benar-benar mendekati ideal yaitu campuran antara benzene dengan
toluene dan campuran antara hexane dan heptana.
Larutan non ideal adalah larutan yang mengalami penyimpangan
dari hukum Raoult. Terdapat dua macam penyimpangan yaitu larutan non
ideal positif dan negatif. Larutan non ideal positif bisa terjadi apabila
interaksi dalam masing-masing zat lebih kuat daripada interaksi campuran
zat sehingga mengakibatkan terjadinya penambahan volume campuran.
Contoh larutan non ideal positif adalah campuran etanol dengan
sikloheksana. Larutan non ideal negative dapat terjadi apabila interaksi
dalam campuran zat lebih kuat daripada interaksi dalam masing-masing
zat sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan volume campuran.
Contoh larutan non ideal negative adalah campuran aseton dengan air.

III.

METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Gula (C6H12O6.H2O), diperoleh dari Laboratorium Analisis
Bahan Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada.
2. Garam dapur (NaCl), diperoleh dari Laboratorium Analisis
Bahan Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada.
3. Aquadest, diperoleh dari Laboratorium Analisis Bahan
Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada.
4. Air ledeng, diperoleh dari Laboratorium Analisis Bahan
Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada.
B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
Keterangan
1. Panel instrument
2. Blower
3. Water heater
4. Bimetal udara
5. Termometer alkohol 110 C
6. Termometer raksa 110 C
7. Tombol

on/off

temperature

measurement bench
8. Tombol on/off blower
9. Tombol on/off water heater
10. Steker

temperature

measurement bench
11. Sensor thermistor
12. Sensor platinum resistance
13. Sensor thermocouple
14. Display platinum resistance
15. Display thermistor
16. Display thermocouple
10

17. Display tegangan listrik


18. Thermocouple
Gambar 1. Rangkaian Alat Utama Percobaan Peneraan Alat Ukur
Suhu

Keterangan
1. Labu leher tiga
2. Pendingin bola
3. Thermocouple
4. Pemanas mantel
5. Layar penunjuk suhu
6. Statif dan klem
7. Steker
8. Pengatur skala pemanas

Gambar 2. Rangkaian Alat Utama Pengukuran Kenaikan Titik Didih


Larutan

C. Cara Kerja
Percobaan yang dilakukan meliputi peneraan alat ukur suhu dan
pengukuran kenaikan titik didih larutan.
1. Peneraan Alat Ukur Suhu (Menggunakan Termometer Raksa)
a. Pengukuran Suhu Udara
Suhu udara yang ditunjukkan termometer raksa,
termometer alkohol, dan thermocouple pada udara terbuka
dicatat setelah suhu yang ditunjukkan alat ukur konstan.

11

b. Pengukuran Suhu Air Ledeng


Air ledeng diambil secukupnya kemudian dimasukkan
ke dalam gelas beker 250 mL. Termometer raksa dicelupkan ke
dalam air ledeng tersebut, suhunya dicatat setelah nilainya
konstan.

Percobaan

ini

diulangi

dengan

menggunakan

termometer alkohol dan thermocouple.


c. Pengukuran Suhu Air Mendidih
Air ledeng secukupnya dididihkan dalam water heater
(skala water heater=4). Termometer raksa, termometer alkohol,
dan probe thermocouple dicelupkan dalam air pada water
heater yang sedang mendidih. Suhu tiap alat ukur dicatat
setelah suhunya telah konstan.
d. Pengukuran Suhu Es Melebur
Es batu dimasukkan ke dalam vacuum flask sampai
mencair. Termometer raksa, termometer alkohol, dan probe
thermocouple dicelupkan ke dalam leburan es melalui lubang
yang pada tutup vacuum flask. Suhu yang ditunjukkan tiap alat
ukur dicatat setelah nilainya konstan.
e. Pengukuran Suhu Udara Panas
Termometer raksa, termometer alkohol, dan probe
thermocouple dimasukkan pada lubang yang tersedia pada pipa
blower. Blower dihidupkan dengan menekan tombol on. Suhu
tiap alat ukur dicatat setelah nilainya konstan.
f. Pengukuran Suhu Es + Garam
Es batu dimasukkan ke dalam vacuum flask dan garam
dapur ditambahkan secukupnya, lalu es batu dibiarkan mencair.
Termometer

raksa,

termometer

alkohol,

dan

probe

thermocouple dicelupkan ke dalam campuran garam dan


leburan es melalui lubang pada tutup vacuum flask. Suhu tiap
alat ukur dicatat setelah nilainya konstan.

12

2. Pengukuran Kenaikan Titik Didih


a. Pengukuran Titik Didih Aquadest
Aquadest sebanyak 250 mL diambil dengan gelas beker
PYREX 250 mL. Gelas beker PYREX 250 mL berisi aquadest
tersebut dipanaskan di atas kompor hingga mendidih. Suhu
didih aquadest yang ditunjukkan oleh termometer alkohol dan
thermocouple dicatat.
b. Pengukuran Titik Didih Larutan Gula
Gula pasir sebanyak 85,5005 gram ditimbang pada
gelas beker 250 mL menggunakan neraca analitis digital.
Aquadest dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL sampai
tanda batas. Gula pasir sebanyak 85,5005 gram tersebut
dilarutkan dengan aquadest yang berasal dari labu ukur 250 mL
ke dalam gelas ukur 600 mL dengan bantuan magnetic stirrer.
Akan diperoleh larutan gula 1 molal. Sebagian larutan gula
(sekitar 100 mL) dituang ke dalam labu leher tiga 500 mL
dengan bantuan corong gelas. Larutan gula dalam labu leher
tiga dipanaskan di atas mantel pemanas dengan skala 8 dan
dilengkapi dengan pendingin bola.
Sisa larutan gula yang belum dimasukkan ke dalam labu
leher tiga dipanaskan di atas kompor listrik dengan wadah
gelas beker PYREX 600 mL sampai suhunya sekitar 80 C
(suhu dicek sekala berkala menggunakan thermocouple).
Larutan gula dari gelas beker PYREX 600 mL dimasukkan ke
dalam labu leher tiga. Larutan gula dipanaskan hingga
mendidih ditandai dengan suhu yang konstan. Suhu didih yang
ditunjukkan oleh termometer alkohol dan thermocouple dicatat.
Larutan gula dituangkan ke dalam gelas beker PYREX 600 mL
lalu ditambahkan gula pasir sebanyak 171,0029 gram,
kemudian diaduk hingga homogeny dengan bantuan magnetic

13

stirrer. Percobaan diulang kembali dengan menambahkan gula


pasir sebanyak 171, 0009 gram, sehingga diperoleh tiga data
percobaan.
c. Pengukuran Titik Didih Larutan Garam
Garam dapur (NaCl) sebanyak 14,6253 gram ditimbang
pada gelas beker PYREX 250 mL menggunakan neraca analitis
digital. Aquadest dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL
sampai tanda batas. Garam dapur (NaCl) sebanyak 14,6253
gram dilarutkan dengan aquadest dari labu ukur 250 mL
tersebut ke dalam gelas beker 600 mL dengan bantuan
magnetic stirrer. Akan diperoleh larutan garam 1 molal.
Sebagian larutan garam tersebut (sekitar 100 mL) dituangkan
ke dalam labu leher tiga 500 mL dengan bantuan corong gelas.
Larutan garam dalam labu leher tiga dipanaskan di atas mantel
pemanas dengan skala 8 dan telah dilengkapi pendingin bola.
Sisa larutan garam yang belum dimasukkan ke dalam
labu leher tiga dipanaskan di atas kompor listrik dengan wadah
gelas beker PYREX 600 mL sampai suhunya sekitar 80C
(suhu dicek secara berkala menggunakan thermocouple).
Larutan garam tersebut dimasukkan ke dalam labu leher tiga.
Larutan garam dipanaskan sampai mendidih dengan ditandai
suhu yang konstan. Suhu didih larutan garam yang ditunjukkan
termometer alkohol dan thermocouple dicatat. Larutan garam
dituangkan ke dalam gelas beker 600 mL lalu ditambahkan
garam sebanyak 29,2560 gram dan diaduk dengan magnetic
stirrer. Percobaan diulangi kembali dengan menambah garam
sebanyak 29,2508 gram, sehingga diperoleh tiga data
percobaan.
D. Analisis Data
1. Peneraan Alat Ukur Suhu

14

Hubungan antara suhu yang ditunjukkan termometer raksa (T 1,


K) dengan suhu yang ditunjukkan alat ukur yang ditera (T 2, K)
dinyatakan dengan persamaan berikut:
T2 = AT1 + B

(5)

Dengan regresi linier (least square method) diperoleh:


2

A=

T1
n T 21
nT 1 T 2 T 1 T 2

B=

T 2 A T 1
n

(6)

(7)
dengan, T1

= suhu termometer raksa (K)

T2

= suhu termometer yang ditera (K)

A, B

= konstanta

= jumlah data

Kesalahan relatif persamaan terhadap data percobaan dihitung


sebagai berikut:
Kesalahan relatif =

T 2 persamaanT 2 percobaan
100
T 2 persamaan

(8)
Kesalahan relatif rata-rata=

relatif
|Kesalahan
|
n

(9)
2. Pengukuran Kenaikan Titik Didih Larutan
15

Kenaikan titik didih hasil percobaan dihitung menggunakan


persamaan berikut:
Tb = Tlarutan Taquadest
dengan,

Tb
Tlarutan

(10)

= kenaikan titik didih (C)


= titik didih larutan (C)

Taquadest = titik didih aquadest (C)

Kenaikan titik didih untuk larutan non-elektrolit dihitung


menggunakan persamaan berikut:
Tb = m x Kb

(11)

dengan, Tb = kenaikan titik didih (C)


m

= molalitas larutan (molal)

C
Kb = konstanta kenaikan titik didih ( molal )
Kenaikan titik didih untuk larutan elektrolit dihitung
menggunakan persamaan berikut:
Tb = m x Kb [1 + (n - 1)]

(12)

dengan, Tb = kenaikan titik didih (C)


m

= molalitas larutan (molal)

C
Kb = konstanta kenaikan titik didih ( molal )

IV.

= jumlah ion

= derajat ionisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam praktikum yang dilakukan kali ini terdiri dari dua tahap,
yaitu peneraan alat ukur suhu dan pengukuran kenaikan titik didih
larutan.

16

a. Peneraan Alat Ukur Suhu


Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui cara menera alat
ukur suhu dalam mengukur suhu suatu sampel. Tujuan dilakukan
peneraan adalah untuk mengetahui keakuratan alat ukur suhu
dalam mengukur suhu yang sebenarnya. Peneraan dilakukan
dengan perbandingan hasil pengukuran suhu dari sampel yang
terukur dengan alat ukur baku, dalam percobaan ini yang
digunakan sebagai alat ukur baku adalah termometer raksa karena
memiliki tingkat ketelitian yang paling akurat dibandingkan
dengan termometer yang lain. Termometer raksa juga memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap suhu, tidak membasahi dinding,
pemuaiannya linier, dan perubahan volumenya sebanding dengan
perubahan suhu. Sampel yang diukur dalam percobaan ini adalah
udara, air ledeng, es melebur, air mendidih, udara panas blower dan
es yang ditambahkan garam. Alat ukur suhu yang ditera dalam
percobaan ini adalah termometer alkohol dan thermocouple. Dalam
melakukan percobaan ini digunakan beberapa asumsi yaitu :
1. Alat ukur yang digunakan saat percobaan dalam keadaan
baik dan tidak rusak agar diperoleh data yang akurat.
2. Tekanan udara konstan yaitu 1 atm agar mempermudah
perhitungan.
3. Suhu dianggap telah konstan ketika dicatat agar hasil
percobaan benar-benar tepat.
4. Kedalaman sensor ketiga alat ukur pada sampel yang
diukur sama, agar pembacaan suhu oleh masing-masing
alat ukur tidak berbeda-beda.
5. Pada saat pengukuran suhu, sampel yang diukur bebas
dari pengotor karena jika ada pengotor, suhu yang diukur
bukan suhu murni sampel tersebut sehingga hasil
pengukuran menjadi tidak tepat.
Dari keenam sampel yang diukur suhunya oleh ketiga alat
ukur akan diperoleh data yang kemudian diolah menggunakan

17

metode regresi linier. Perhitungan pertama, untuk data perhitungan


regresi linier pada termometer alkohol terdapat pada Daftar I
sehingga diperoleh hubungan antara suhu yang ditunjukkan oleh
termometer raksa (T1) dengan termometer alkohol (T2) adalah
T2=0,9913T1+3,5289. Berdasarkan persamaan tersebut didapatkan
perbedaan antara T2 persamaan dengan suhu percobaan (T 2
percobaan) yang diplot terhadap nilai T1 pada grafik berikut:

Keterangan :
390.0000
370.0000
350.0000

f(x) = 0.99x + 3.53


Suhu (T2) Percobaan

330.0000

Suhu (T2) Persamaan

310.0000
Suhu Termometer Alkohol (T2),
K

Linear (Suhu (T2)


Persamaan)

290.0000
270.0000
250.0000
350.0000
250.0000

Suhu Termometer Raksa (T1), K

Gambar 3. Hubungan Termometer Raksa (T1) dan Termometer Alkohol (T2)


Hasil Percobaan dan Persamaan
Grafik pada Gambar 3 diatas

menunjukkan bahwa T2

persamaan dengan T2 percobaan hampir berhimpit dan memiliki


kurva yang linier. Hal ini dikarenakan kesalahan relatif rata-rata
yang cukup kecil, yaitu sebesar 0,06 %.
Perhitungan kedua, untuk data perhitungan regresi linier pada
thermocouple terdapat pada Daftar III sehingga diperoleh hubungan
antara suhu yang ditunjukkan oleh termometer raksa (T1) dengan
thermocouple

(T2)

adalah

T2=0,9868T1+5,5205.

Berdasarkan

persamaan tersebut didapatkan perbedaan antara T2 persamaan

18

dengan suhu percobaan (T2 percobaan) yang diplot terhadap nilai T1


pada grafik berikut :

Keterangan :
390.0000
370.0000
350.0000

f(x) = 0.99x + 5.52

330.0000
310.0000
Suhu Thermocouple (T2),
K
290.0000

Suhu (T2) Percobaan


Suhu (T2) Persamaan
Linear (Suhu (T2)
Persamaan)

270.0000
250.0000

450.0000
250.0000

Suhu Termometer Raksa (T1), K

Gambar 4. Hubungan Termometer Raksa (T1) dan Thermocouple (T2) Hasil


Percobaan dan Persamaan
Grafik pada Gambar 4 diatas menunjukkan bahwa T2
persamaan dan T2 percobaan thermocouple lebih renggang daripada
kurva T2 persamaan dan T2 percobaan pada Gambar 3. Hal ini
dikarenakan kesalahan relative rata-rata yang didapat dari Gambar 4
adalah 0,15 %. Kesalahan relatif rata-rata dari thermocouple ini lebih
besar daripada kesalahan relatif rata-rata pada termometer alkohol
yang hanya 0,06 %. Kesalahan relative terbesar terdapat pada
pengukuran suhu es melebur oleh thermocouple yaitu sebesar 0,33
%. Hal ini menyebabkan kesalahan kesalahan relatif rata-rata
thermocouple lebih besar daripada kesalahan relatif rata-rata
termometer alkohol. Suhu yang ditunjukkan oleh thermocouple saat
percobaan kurang stabil dan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk menunjukkan suhu konstan sedangkan termometer alkohol

19

lebih stabil dan cepat dalam menunjukkan suhu, sehingga


termometer alkohol lebih akurat dan stabil daripada thermocouple.
Kesulitan yang dialami saat percobaa peneraan alat ukur suhu
adalah saat pembacaan skala suhu pada alat ukur suhu yang selalu
berubah-ubah dan sangat sensitif terhadap udara luar terutama pada
thermocouple . Kesulitan lain yang dialami yaitu saat pembacaan
skala suhu termometer raksa dan alkohol saat pengukuran suhu es
melebur di vacuum flask yang tidak dapat terlihat jelas karena
dinding vacuum flask yang tertutup oleh embun air.
Berdasarkan besarnya kesalahan relatif rata-rata, dapat
disimpulkan bahwa pengukuran suhu dengan termometer alkohol
lebih akurat dibandingkan pengukuran suhu dengan thermocouple
karena kesalahan relative rata-rata termometer alkohol lebih kecil
daripada kesalahan relatif rata-rata thermocouple.
b. Pengukuran Kenaikan Titik Didih
Percobaan selanjutnya adalah pengukuran kenaikan titik didih
larutan. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan pengaruh
konsentrasi zat terlarut elektrolit dan non-elektrolit terhadap kenaikan
titik didih pelarut. Pelarut yang digunakan adalah aquadest, sedangan
zat elektrolit yang digunakan yaitu garam (NaCl) dan zat nonelektrolitnya adalah gula (C6H12O6.H2O). Pada percobaan ini pelarut
ditambahkan zat terlarut dengan massa yang berbeda, tetapi untuk
mendapatkan molalitas yang sama, yaitu 1 molal, 3 molal, dan 5
molal. Alat ukur yang digunakan yaitu termometer alkohol dan
thermocouple. Titik didih aquadest digunakan sebagai acuan untuk
menghitung kenaikan titik didih larutan garam dan gula. Pada
percobaan, digunakan pula pendingin bola yang berbentuk seperti
pipa yang didalamnya terdapat gelembung-gelembung seperti bola.
Media pendinginnya adalah air yang dialirkan dari kran. Fungsinya

20

untuk mengembunkan senyawa cair yang menguap agar kembali ke


labu leher tiga dengan kuantitas senyawa kimia dijaga agar tidak
hilang. Pemanasan larutan yang diukur pun dilakukan terpisah (dalam
pemanas mantel dan kompor listrik) supaya lebih cepat hingga
menghemat waktu. Pemanasan menggunakan kompor listrik lebih
cepat karena kompor listrik memanaskan focus kepada satu titik yang
merata dengan area lebih kecil disbanding pemanas mantel yang
pemasannya melebar dengan area lebih besar. Beberapa asumsi yang
digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Bahan-bahan yang digunakan baik garam maupun gula ditimbang
dan dilarutkan secara tepat karena berpengaruh pada besarnya
molalitas.
2. Tekanan udara konstan, karena perubahan tekanan akan
menyebabkan perubahan titik didih.
3. Suhu dalam media terukur tersebar merata, sehingga tidak terjadi
kesalahan pengukuran titik didih larutan.
4. Pengukuran volume pelarutnya (aquadest) tepat, karena juga
berpengaruh pada besarnya molalitas larutan.
5. Volume larutan selama proses pendidihan dan pengukuran
konstan, maka dari itu digunakan bola pendingin agar tidak
menyebabkan air menguap.
Kesulitan yang dihadapi selama percobaan ini adalah saat
menimbang berat garam maupun gula secara tepat, karena jika kurang
tepat akan cukup mempengaruhi molalitasnya. Penuangan larutan
garam atau gula ke dalam labu leher tiga cukup menyulitkan karena
pada saat itu larutannya panas. Selain itu, cukup sulit saat melakukan
pengukuran suhu konstan, karena nilai yang ditunjukkan pada layar
thermocouple kerap berubah-ubah.
Pada pengukuran kenaikan titik didih larutan, hasil pembacaan
titik didh yang dihasilkan oleh kedua alat ini berbeda dengan
perhitungan kenaikan titik didih. Maka dari itu, dibuat grafik sebagai
berikut:

21

9.0000
8.0000
7.0000
6.0000

Keterangan:

5.0000

Kenaikan Titik Didih Larutan (Tb), 4.0000

3.0000
2.0000

Tb Persamaan
Tb Percobaan

1.0000
0.0000
10.0000
0.0000

Molalitas, molal

Gambar 5. Grafik Hubungan Molalitas Larutan Gula terhadap


Tb Hasil Percobaan dan Tb Hasil Persamaan
Menggunakan Termometer Alkohol.
10.0000
9.0000
8.0000
7.0000
6.0000
5.0000

Kenaikan Titik Didih Larutan (Tb), 4.0000

Keterangan:

Tb Persamaan

3.0000

Tb Percobaan

2.0000
1.0000
0.0000
10.0000
0.0000

Molalitas, molal

Gambar 6. Grafik Hubungan Molalitas Larutan Gula terhadap


Tb Hasil Percobaan dan Tb Hasil Persamaan
Menggunakan Thermocouple.

22

Berdasarkan grafik di atas, hubungan antara molalitas dengam


kenaikan titik didih berbanding lurus. Dari kedua grafik, tampak
adanya perbedaan antara kenaikan titik didih larutan gula yang diukur
saat percobaan, baik menggunakan termometer alkohol maupun
thermocouple dengan kenaikan titik didih yang dihitung dari
persamaan. Hal ini disebabkan karena larutan gula 5 molal ini adalah
larutan non-elektrolit yang sangat pekat. Dapat dilihat saat percobaan,
larutan gula berwarna kuning dan sangat kental. Maka, larutan gula
adalah larutan non-ideal, menyimpang dari hukum Raoult. Hukum
Raoult hanya berlaku untuk larutan ideal dan larutan yang memiliki
volume yang sama dengan penjumlahan volume komponennya
sehingga dapat dicari fraksi mol dai komponen senyawa tersebut.
Dengan dapat dicarinya fraksi mol maka hukum Raoult dapat belaku.
Sebenanya tidak ada campuran yang bisa dibilang ideal, tetapi ada
beberapa campuran larutan yang benar-benar mendekati ideal yaitu
cmampuran hexane dan heptane, campuran benzene dan toluena. Dari
grafik juga dapat disimpulkan bahwa kenaikan titik didih tertinggi
terdapat pada molalitas larutan sebesar 5,0001 molal pada larutan
gula. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menyatakan bahwa
kenaikan titik didih larutan tidak bergantung pada jenis larutan, namun
bergantung pada besarnya molalitas zat (jika sesama larutan nonelektrolit).
Semakin tinggi molalitas untuk zat yang sama, kenaikan titik
didih akan semakin tinggi. Untuk konsentrasi yang sama, larutan
elektrolit memiliki kenaikan titik didih yang lebih besar dibandingkan
dengan larutan non-elektrolit. Hal ini karena larutan elektrolit
memiliki jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan nonelektrolit akibat terurainya larutan elektrolit menjadi ion-ion. Untuk
melihat perbedaan kenaikan titik didih antara larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit tersebut maka dilakukan percobaan terhadap

23

garam (NaCl) yang diukur kenaikan titik didihnya menggunakan


termometer alkohol dan thermocouple, sehingga dari hasil percobaan
dan

perhitungan

diperoleh

12.0000
10.0000
8.0000
6.0000

Kenaikan Titik Didih Larutan (Tb),

Tb Persamaan

4.0000

Tb Percobaan

2.0000
0.0000
10.0000
0.0000

Molalitas, molal

Gambar 7 dan Gambar 8.

Keterangan:

24

Gambar 7. Grafik Hubungan Molalitas Larutan Garam terhadap


Tb Hasil Percobaan dan Tb Hasil Persamaan
Menggunakan Termometer Alkohol.
14.0000
12.0000
10.0000
8.0000

Kenaikan Titik Didih Larutan (Tb), 6.0000

Keterangan:

Tb Persamaan

4.0000

Tb Percobaan

2.0000
0.0000
10.0000
0.0000

Molalitas, molal

Gambar 8. Grafik Hubungan Molalitas Larutan Garam terhadap


Tb Hasil Percobaan dan Tb Hasil Persamaan
Menggunakan Thermocouple.

Sama halnya dengan larutan gula, dapat disimpulkan bahwa


semakin tinggi molalitas larutan garam, maka kenaikan titik didih
larutan garamnya juga meningkat, baik diukur dengan termometer
alkohol maupun thermocouple. Dapat dilihat dari Gambar 7 dan
Gambar

8,

kenaikan

titik

didih

larutan

garam

percobaan

menyimpang dari garis persamaan kenaikan titik didih larutan


garam. Hal ini menunjukkan bahwa larutan garam tidak mengikuti
hukum Raoult, karena larutan garam merupakan larutan non-ideal
(larutannya pekat).

V.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Hasil peneraan alat ukur suhu terhadap termometer raksa :
a. Termometer alkohol

25

Persamaan : T2 = 0,9913 T1 + 3,5289


Kesalahan relatif rata-rata = 0,06 %
b. Thermocouple
Persamaan : T2 = 0,9868 T1 + 5,5205
Kesalahan relatif rata-rata = 0,15 %
2. Larutan elektrolit memiliki kenaikan titik didih yang lebih besar
dibandingkan larutan non elektrolit dengan konsentrasi zat terlarut
yang sama.
3. Berdasarkan hasil percobaan peneraan alat ukur suhu menunjukkan
bahwa termometer alkohol lebih akurat daripada thermocouple karena
memiliki kesalahan relatif yang lebih kecil yaitu 0,08%.
4. Hubungan kenaikan titik didih dengan molalitas adalah berbanding
lurus. Semakin besar molalitas suatu larutan maka semakin besar pula
kenaikan titik didihnya.
5. Penyimpangan yang terjadi pada pengukuran kenaikan titik didih
disebabkan larutan yang digunakan untuk percobaan bukanlah
merupakan larutan yang ideal sehingga terjadi penyimpangan terhadap
Hukum Raoult.
6. Tujuan peneraan alat ukur untuk mengetahui tingkat ketelitian dari
setiap alat ukur serta menguji ketepatan skala pengukuran dari tiap alat
ukur berdasarkan alat ukur baku.

26

VI.

DAFTAR PUSTAKA
Brady, J.E., and Sanese, F., 2003, Chemistry : Matter and Its
Change, 4ed. , pp.618-624, John Willey and Sons.Inc, USA.
Chang, R., 2008, General Chemistry, 5ed. , pp.435-446, Mc
Graw Hill, New York.
Perry ,R.H. and Green, D.W., 1997, Perrys Chemical Engineers
Handbook , 7ed. , pp.8-46 , Mc Graw Hill, New York.
Purba, M. , 2012, Kimia 3 untuk SMA kelas XII , hal 4-21,
Erlangga, Jakarta.
Whitten, K.W. , et.al, 2010, Chemistry , 9ed. , pp.516 , Brooks
Cole, Belmont.
Zemansky and Sears, F.W. , 1982, Fisika untuk Universitas ,
edisi ke-4, hal.345-349, Bina Cipta, Jakarta.

VII.

LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
1. Proses

27

Alat-alat yang digunakan mudah pecah, sehingga apabila


terjadi alat yang pecah, serpihan kaca dapat melukai praktikan.
Praktikan dapat terkena luka bakar ketika bersentuhan dengan
alat panas, seperti water heater, kompor listrik, gelas beker
wadah pemanasan, dan labu leher tiga wadah pemanasan. Air
dan larutan panas dapat melukai praktikan saat menuang larutan.
Dalam memasang alat dan membawanya, praktikan harus hatihati karena banyak yang mudah pecah.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan banyak yang menghasilkan panas,
seperti water heater, mantel pemanas, dan kompor listrik
sehingga praktikan harus hati-hati supaya tidak terkena langsung
yang dapat menyebabkan luka bakar. Alat lainnya terbuat dari
kaca sehingga harus hati-hati supaya tidak pecah yang
pecahannya dapat menyebabkan luka-luka.
3. Bahan
Pada percobaan ini, digunakan bahan-bahan yaitu aquadest,
es batu, gula pasir, garam dapur, dan ada juga cairan pengisi
termometer yaitu alkohol dan raksa. Aquadest bersifat aman dan
tidak berbahaya, begitu juga dengan es batu. Gula pasir
(C6H12O6) adalah bahan yang bersifat irritant terhadap kontak
kulit dan mata, dan dapat terbakar pada suhu tinggi. Garam
dapur (NaCl) bersifat irritant terhadap kontak mata dan kulit.
Alkohol sebagai cairan pengisi termometer bersifat irritant
terhadap kontak mata dan kulit, flammable, dan membahayakan
apabila terhirup. Raksa sebagai cairan pengisi termometer
bersifat toxic dan oxidizing.
4. Penanganan Hazard
Hazard yang terdapat pada percobaan suhu ini adalah luka
bakar dan terpercik bahan di dalam termometer, yaitu alkohol
atau raksa. Pencegahannya sebagai berikut:
28

a. Praktikan mengetahui hazard yang dapat terjadi sebelum


melakukan praktikum.
b. Praktikum memahami MSDS dari seluruh bahan yang akan
digunakan dalam praktikum ini, contohnya seperti garam
dan gula yang bersifat irritant.
c. Praktikan memakai APD (alat perlindungan diri) secara
benar dan lengkap.
d. Praktikan mempersiapkan kain lap untuk mencegah kontak
langsung dengan benda panas.
e. Praktikan melakukan praktikum dengan benar sesuai
prosedur.
Bila hazard telah terjadi, maka tindakan yang harus segera
dilakukan adalah:
a. Jika terjadi kontak dengan benda panas lalu luka bakar,
bilas dengan air mengalir atau rendam yang terbakar air.
Jangan mengoleskan pasta gigi ke luka bakar. Jika luka
bakar akut maka segera hubungi pihak medis.
b. Jika garam atau gula terkontak dengan kulit segera bilas
dengan air, jika terkontak dengan mata bilas mata dengan air
mengalir selama 15 menit.
c. Jika termometer alkohol pecah, alkohol yang tercecer harus
ditangani dengan bahan inert, setelah ditimbun lalu
dipindahkan ke tempat yang aman.
d. Jika termometer raksa pecah, maka praktikan dalam ruangan
tersebut harus keluar dari laboratorium. Segera melapor pada
asisten atau laboran, agar mereka melakukan tindakan untuk
menangani raksa yang tercecer. Dengan menimbun raksa
menggunakan bahan inert seperti pasir, kemudiuan dipindah
pada tempat yang aman. Setelah mendapat instruksi maka
dapat

kembali

ke

laboratorium

untuk

melanjutkan

praktikum.
B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri

29

1. Jas Laboratorium Lengan Panjang


Penghalang kontak langsung dengan alat-alat panas,
percikan larutan mendidih, uap panas, atau cairan pengisi
termometer.
2. Masker
Pelindung dari penghirupan gas-gas berbahaya di dalam
Laboratorium Analisis Bahan.
3. Sarung tangan
Pelindung dari kontak langsung dengan bahan-bahan yang
bersuhu tinggi, atau bersifat irritant. Melindungi dari alat-alat
panas.
4. Sepatu tertutup
Melindungi kaki dari percikan bahan kimia yang tumpah
agar tidak terjadi kontak langsung dengan kontak kulit.
5. Goggles
Melindungi mata dari percikan bahan kimia yang dapat
masuk ke mata.
C. Manajemen Limbah
1. Masker, sarung tangan, dan tissue dibuang ke tempat sampah.
2. Larutan garam yang sudah dingin dibuang ke limbah
halogenik.
3. Larutan gua yang sudah dingin dibuang ke limbah nonhalogenik.
4. Es batu yang tercampur garam dibuang ke wastafel.
5. Es batu yang tersisa dapat disimpan kembali.
6. Garam dan gula yang tidak terpakai dapat disimpan kembali.
D. Perhitungan
1. Peneraan Alat Ukur Suhu
a. Peneraan Alat Ukur Termometer Alkohol 110C dengan
Termometer Raksa 110C
Hubungan antara

suhu

yang

ditunjukkan

termometer raksa (T1, K) dengan suhu yang ditunjukkan


oleh alat ukur yang ditera, yaitu termometer alkohol T2, K)
dinyatakan dengan persamaan (5) dan nilai A serta B
ditentukan dengan regresi linier pada persamaan (6) dan (7).

30

Data percobaan disajikan hasil perhitungan berupa tabel


berikut:

Daftar I.

Data untuk Perhitungan Regresi Linier


Antara Termometer Raksa (T1, K) dengan
Termometer Alkohol (T2, K)

No

Media

1.

Terukur
Air

2.

Mendidih
Udara

3.
4.
5.

blower
Udara
Air
Es

6.

Melebur
Air es +
garam

T1, K

T2, K

T12

T1.T2

373.1500

373.1500

139240.9225

139240.9225

332.1500

333.1500

110323.6225

110655.7725

300.1500
300.1500

301.1500
301.1500

90090.0225
90090.0225

90390.1725
90390.1725

275.1500

276.1500

75707.5225

75982.6725

271.1500

272.1500

73522.3225

73793.4725

1851.9000 1856.9000
578974.4350
580453.1850
Nilai A diperoleh dengan menggunakan persamaan (6):

31

580453.1850
()(1851.9000)(1856.9000)
A=
= 0.9913

2
1851.9000

Nilai B diperoleh dengan menggunakan persamaan (7):


B=

1856.9000(0.9913)(1851.9000)
6

= 3.5289

Sehingga didapatkan persamaan:


T2 = 0.9913T1 + 3.5289

(13)

Contoh perhitungan diambil dari data nomor 1 pada daftar I:


T2persamaan = 0.9913T1 + 3.5289
= 0.9913 (373.1500) + 3.5289
= 373.4325 K
Kesalahan

relatif

pada

percobaan

dihitung

dengan

persamaan (8):

Kesalahan relatif =

|373.4325373.1500
| 100%
373.4325

0.08 %
Dengan cara yang sama, diperoleh data pada Daftar II.
Daftar II. Data Hasil Perhitungan Kesalahan Relatif
Termometer

Alkohol

110C

terhadap

Termometer Raksa
No

T1, K

T2 percobaan,

T2persamaan,

Kesalahan
32

.
1
2.
3.
4.
5.
6.

K
373.1500
333.1500
301.1500
301.1500
276.1500
272.1500

373.1500
332.1500
300.1500
300.1500
275.1500
271.1500

K
373.4325
332.7892
301.0676
301.0676
276.2851
272.3199

relatif, %
0.08
0.11
0.03
0.03
0.05
0.06
0.35

Kesalahan relatif rata-rata dihitung dengan persamaan (9):


Kesalahan relatif rata-rata =

0.35
6

= 0.06%

b. Peneraan Alat Ukur Thermocouple Digital


Daftar III. Data untuk Perhitungan Regresi Linier
Antara Termometer Raksa (T1, K) dengan
Thermocouple (T2, K)
No

Media

1.

Terukur
Air

2.

Mendidih
Udara

3.
4.
5.

blower
Udara
Air
Es

6.

Melebur
Air es +
garam

T1, K

T2, K

T12

T1 . T2

373.1500

373.5500

139240.9225

139390.1825

332.1500

333.6500

110323.6225

110821.8475

300.1500
300.1500

301.6500
301.4500

90090.0225
90090.0225

90540.2475
90480.2175

275.1500

277.9500

75707.5225

76477.9425

271.1500

272.2500

73522.3225

73820.5875

1851.9000

1860.5000

578974.4350

581531.0250

Nilai A diperoleh dengan menggunakan persamaan (5):

33

581531.0250
()(1851.9000)(1860.5000)
A=
= 0.9868

2
1851.9000

Nilai B diperoleh dengan menggunakan persamaan (7):


(1860.5000)( 0.9868)(1851.9000)
6

B=

= 5.5205

Sehingga didapatkan persamaan:


T2 = 0.9868T1 + 5.5205

(14)

Contoh perhitungan diambil dari data nomor 1 pada Daftar


VII:
T2persamaan = 0.9868T1 + 5.5205
= 0.9868 (373.1500) + 5.5205
= 373.7449
Kesalahan relatif pada percobaan dihitung dengan persamaan
(8):

Kesalahan relatif =

|373.7449373.5500
|
373.5500

100% =0.05

%
Dengan cara yang sama, diperoleh data pada Daftar IV.
Daftar IV. Data Hasil Perhitungan Kesalahan Relatif
Thermocouple terhadap Termometer Raksa
No

T1, K

T2 percobaan,

T2 persamaan,

Kesalahan
34

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

373.1500
332.1500
300.1500
300.1500
275.1500
271.1500

K
373.5500
333.6500
301.6500
301.4500
277.9500
272.2500

K
373.7449
333.2861
301.7085
301.7085
277.0385
273.0913

relatif, %
0.05
0.11
0.02
0.09
0.33
0.31
0.90

Kesalahan relatif rata-rata dihitung dengan persamaan (9):


Kesalahan relatif rata-rata =

0.90
6

= 0.15%

2. Pengukuran Kenaikan Titik Didih Larutan


Suhu yang didapat dari percobaan kenaikan titik didih
larutan dimasukkan ke dalam persamaan (13) dan (14) yang
didapatkan dari perhitungan peneraan alat ukur suhu.
Hasil perhitungan peneraan alat ukur suhu disajikan dalam
Daftar V:
Daftar V. Data Hasil Perhitungan Peneraan Alat Ukur Suhu

No.

Larutan

Suhu terukur dari percobaan

Suhu hasil peneraan terhadap

(T2)

termometer raksa (T1)

Termomete

Thermocouple

Termometer

Thermocouple

(K)

alkohol (K)

(K)

366.1500

368.4500

365.8036

367.7843

370.1500
372.1500
374.1500
371.1500
374.1500

372.8500
374.3500
377.3500
373.9500
377.3500

369.8387
371.8562
373.8738
370.8475
373.8738

372.2431
373.7632
376.8033
373.3578
376.8033

r alkohol
(K)
1.

Aquades
t

3.

Gula

4.

Garam

35

377.1500

379.9500

376.9001

379.4381

a. Perhitungan kenaikan titik didih larutan elektrolit dan nonelektrolithasil persamaan


Untuk

menghitung

besarnya

molalitas

larutan

digunakan persamaan (4). Kenaikan titik didih larutan nonelektrolit dapat dicari dengan persamaan (11) dan kenaikan
titik didih larutan elektrolit dengan persamaan (12).
Contoh perhitungan untuk data pertama larutan nonelektrolit, gula:
Tb = 1.0000 molal 0.52C/molal = 0.5200C
Contoh perhitungan untuk data pertama larutan elektrolit,
garam:
Tb = (1.0000 molal) 0.52C/molal [ 1 + (2 1)(1)]
= 1.0400C
Contoh perhitungan molalitas untuk data gula nomor 1:
85.5005 gram
1000
m=
x
= 1.0000 molal
341
250 gram
Dengan cara yang sama, diperoleh data pada Daftar VI.

36

Daftar VI. Data Perhitungan Kenaikan Titik Didih


Larutan dengan Persamaan

No

Larutan

1.

Gula

2.

Garam

Konsentrasi
(molal)
1.0000
3.0000
5.0001
1.0000
3.0004
5.0005

Tb persamaan (K)
0.5200
1.5600
2.6000
1.0400
3.1204
5.2005

b. Perhitungan kenaikan titik didih larutan elektrolit dan nonelektrolit hasil percobaan
Kenaikan titik didih

hasil

percobaan

dihitung

menggunakan persamaan (10) dengan:


Titik didih aquadest (pelarut) hasil peneraan;
thermocouple
= 365.8036 K
termometer alkohol = 367.7843 K
Contoh perhitungan untuk data nomor 2 pada Daftar V
menggunakan termometer alkohol:
Tb
= 369.8387 365.8036
= 4.0351 K
= 4.0351 C
Contoh perhitungan untuk data nomor 2 pada Daftar V
menggunakan thermocouple:
Tb
= 372.2431 367.7843
= 4.4589 K
= 4.4589 C
Contoh perhitungan molalitas untuk data gula nomor 1:
85.5005 gram
1000
m=
x
= 1.0000 molal
341
250 gram

37

Dengan cara yang sama, diperoleh data kenaikan titik didih


larutan hasil percobaan pada Daftar VII.
Daftar VII. Data Kenaikan Titik Didih Larutan Hasil
Percobaan
No

Laruta

Konsentra

si (molal)

1.

Gula

2.

Garam

1.0000
3.0000
5.0001
1.0000
3.0004
5.0005

Tb(C)
Termomete Thermocoup
r alkohol
4.0351
6.0527
8.0702
5.0439
8.0702
11.0965

le
4.4589
5.9789
9.0191
5.5736
9.0191
11.6538

38

Anda mungkin juga menyukai