id
digilib.uns.ac.id
Skripsi
Disusun Oleh:
NOVITA ROSYIDA HILMI
I1307047
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skripsi
Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh:
NOVITA ROSYIDA HILMI
I1307047
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................
ii
iii
iv
vi
ABSTRAK ..............................................................................................
ABSTRACT ...........................................................................................
xi
DAFTAR ISI...........................................................
xii
DAFTAR TABEL...................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................
xvii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................
I1
I1
I4
I4
I4
I4
I4
I5
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................
II 1
II 1
BAB II
2.1.1
2.1.2
2.1.3
II 2
II 3
II 8
II 9
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II 10
2.3.1
II 10
2.3.2
II 12
2.3.3
Penyebaran Kuesioner..............................................
II 13
2.3.4
II 15
II 18
II 20
III 1
III 1
III 2
III 3
III 3
III 3
III 3
III 4
III 4
III 5
BAB IV
Bobot...................................................................................
III - 6
III - 6
III - 8
III - 8
III - 8
III - 9
III -10
III -10
IV 1
IV 1
4.1.1
Keluhan Responden.
IV 1
4.1.2
Kebutuhan
Responden
commit
to user (Voice of Customer) /
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Atribut......................................................................
IV 2
BAB V
BAB VI
Harapan.................................................................................
IV 3
IV 3
IV 4
IV 5
IV 6
IV 7
IV10
IV12
IV13
IV15
IV19
IV23
V 1
V 1
5.2 GAP......................................................................................
V 2
V 3
V 4
V 5
V 5
VI1
6.1 Kesimpulan...........................................................................
VI1
6.2 Saran......................................................................................
VI1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Novita Rosyida Hilmi, NIM : I1307047. RANCANGAN JEMBATAN
PENYEBERANGAN ORANG (JPO) DENGAN MENGGUNAKAN
METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT, Skripsi. Surakarta :
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret,
Januari 2012.
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) berfungsi untuk memberikan
fasilitas menyeberang bagi pejalan kaki agar tidak mengganggu aktivitas
kendaraan dalam berkendara. Selain itu, JPO berfungsi menghindarkan konflik
antara penyeberang jalan dengan pengguna kendaraan. JPO yang ada saat ini
kurang dimanfaatkan keberadaannya, hal ini dapat dilihat dari adanya keluhan
pengguna dan minimnya penyeberang yang memanfaatkan. Maka dari itu
diperlukan rancangan ulang agar penyeberang jalan merasa nyaman dalam
menggunakan JPO.
Metode yang digunakan untuk merancang ulang JPO ini adalah metode
Quality Function Deployment (QFD). Dalam
metode ini, perancangan
didasarkan pada suara konsumen (voice of customer) yang diperoleh dari keluhan
pengguna. Kemudian dari suara pengguna dilakukan penilaian tingkat
kepentingan, harapan dan kepuasan. Pembuatan karakteristik teknis dan
pembobotan dilakukan setelahnya dan dibuat House of Quality untuk mengetahui
hubungan what and how nya. Setelah itu pengembangan alternatif dan penilaian
akternatif. Alternatif yang memiliki nilai tertinggi selanjutnya akan dipilih dan
dikembangkan.
Hasil rancangan yang terpilih adalah alternatif keempat dan dijadikan
acuan dalam rancangan visualisasinya. Alternatif keempat memiliki spesifikasi
antara lain bahan lantai adalah baja h-beam, desain anak tangga berbentuk U,
kemiringan anak tangga yang sesuai dengan konsumsi energi minimal yaitu 27 0,
area berjalan, tinggi pegangan, tinggi pagar pembatas yang telah disesuaikan
dengan anthropometri masyarakat Indonesia. Disamping itu, penempatan papan
baliho yang dinaikkan dari penempatan sebelumnya, penambahan penerangan,
atap dan tempat sampah pada usulan rancangan JPO dapat menambah nilai
estetika dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna dalam
memanfaatkan fasilitas penyeberangan JPO yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Novita Rosyida Hilmi, NIM : I1307047. DESIGN OF PEDESTRIAN
CROSSING BRIDGE BY USING QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
METHOD, Thesis. Surakarta : Department of Industrial Engineering,
Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, Januari, 2012.
Pedestrian crossing bridge used to provide crossing facilities for
pedestrians that not to disrupt the activities of vehicle in driving. In addition, the
pedestrian corrsing bridges function is to avoid the conflict between pedestrian
and vehicle. Now, the pedestrian crossing bridge utilization not used optimally, it
can be seen from the users complain and the lack of waders that utilize. So, it is
therefore necessary to redesign that can make the pedestrian feel comportable to
using that facility and the method that used to redesign was Quality Function
Deployment (QFD).
In this method, for the first step the design is developed based on the
consumers voice (voice of customer) that obtained from the user complaints. The
second step assessed users voice level including user expectation level, user
satisfaction level and user interest level. Afterwards, the technical characteristics
and it weights, and the relationship of what and how were develop using House
of Quality. The final step of the study was the designing alternatives of the
pedestrian crossing bridge and selecting the best one.
The selected alternative had specifications are the flooring materials are hbeam steel, strais design shaped U, the slope of the steps that correspond to
minimal energy consumption is 270 , the area running, high grip, high fence which
has been adapted from the anthropometry of Indonesian people. In addition, the
place of advertisement billboard elevated from the previous high. The pedestrian
crossing bridge can give the aesthetic value and improve the safety and
convenience of users in utilizing the pedestrian facilities.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai
batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam permasalahan, dan sistematika
penulisan untuk menyelesaikan penelitian.
1.1
masyarakat kota, sehingga mobilitas jalan raya yang sangat tinggi akan terjadi.
Sejalan dengan hal tersebut, terlihat perilaku pejalan kaki yang bertambah rumit
dalam menyeberang jalan yang dapat mengancam keselamatan pejalan kaki dan
pengendara kendaraan bermotor yang melintasi jalan (Sahid, 2006). Pergerakan
pejalan kaki meliputi pergerakan-pergerakan menyusuri jalan, memotong jalan
dan persimpangan. Sebagaimana yang lazim terjadi di berbagai kota besar, karena
tuntutan perkembangan dunia industri, ekonomi, perdagangan dan kemudahan
jangkauan pelayanan bagi masyarakat, maka fasilitas-fasilitas umum seperti hotel,
pertokoan dan lain sebagainya biasanya mengelompok pada suatu daerah tertentu,
karena letak gedung satu dengan gedung yang lain menyebar ke seluruh kawasan,
maka suatu ketika pajalan kaki harus menyeberangi lalu lintas kendaraan untuk
sampai ke tempat tujuan.
Transportasi merupakan sektor pendukung dalam setiap aktivitas manusia
baik kegiatan pekerjaan rutin, bisnis, pendidikan, sosial dan lain sebagainya.
Sebagai prasarana pendukung, transportasi harus mendapatkan pelayanan yang
baik sehingga diperoleh sistem pergerakan yang efektif dan efisien bagi pengguna
transportasi.
Menurut Malkamah (1995) dalam Nunggraeni (2006) peningkatan sistem
transportasi memerlukan penanganan yang menyeluruh, mengingat bahwa
transportasi
timbul
karena
adanya
perpindahan
manusia
dan
barang.
I- 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesadaran
masyarakat
dalam
menggunakan
sarana
jembatan
itu
kondisi
jembatan
penyeberangan
yang
ada
sangat
memprihatinkan, antara lain papan geladak banyak yang rusak, warna cat yang
memudar dan kusam dan banyak bagian konstruksi yang berkarat karena tidak
dilindungi dengan baik serta keadaan jembatan penyeberangan yang kurang terang
dan tidak dilengkapi dengan kanopi. Hal tersebut menggambarkan bahwa JPOJPO yang ada saat ini akan semakin terancam jika permasalahan ini tidak segera
diatasi. Penyelenggaraan pembangunan fasilitas penyeberangan JPO juga tidak
dapat mengabaikan kepentingan masyarakat, sehingga masyarakat harus
dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengelolaan fasilitas
penyeberangan JPO agar pemanfaatannya dapat optimal.
commit to user
I- 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Permasalahan ergonomi yang banyak disorot saat ini juga dapat dijadikan
sebagai
alasan
keengganan
masyarakat
dalam
memanfaatkan
jembatan
I- 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini akan dapat memberikan masukan mengenai penyediaan JPO yang lebih
diminati oleh penggunanya dan pemanfaatannya dapat dimaksimalkan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana merancang JPO
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan pengguna menggunakan
metode Quality Function Deployment?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan JPO untuk
2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh pihak-pihak yang
terkait untuk melakukan perubahan dalam upaya melakukan perbaikan
pengadaan fasilitas berdasarkan persepsi dan harapan masyarakat.
1.5
BATASAN MASALAH
Agar penelitian ini tidak terlalu luas topik pembahasannya maka diperlukan
adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Responden
adalah
mahasiswa
yang
menyeberang
jalan
baik
yang
ASUMSI PENELITIAN
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user
I- 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi
dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk
menjelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga dapat
memberikan manfaat sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasanbatasan dan asumsi yang digunakan.
Penyeberangan,
Desain
Produk,
Quality
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam
penentuan
perbaikan
pembangunan
agar
commit to user
I- 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar
penelitian.
Landasan
teori
ini
membahas
tentang
faktor-faktor
yang
Fasilitas Penyeberangan
Menurut Fruin (1971) dalam Setyawan (2006) dalam perencanaan fasilitas
(penyeberangan
tanpa
pengaturan),
light-controlled
crossing
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(skywalk) sehingga tidak terjadi konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan dan
tidak menimbulkan tundaan bagi kendaraan (Setyawan, 2006).
TRRL (1991) dan Bruce (1965) menyatakan bahwa meskipun dibutuhkan
biaya investasi yang tinggi, fasilitas penyeberangan tidak sebidang mampu
menjamin keselamatan penyeberang jalan, namun fasilitas tersebut kurang
dimanfaatkan karena pejalan kaki cenderung enggan untuk mengubah level
ketinggian jalur yang dilewatinya (Setyawan, 2006).
Allos (1983) dan Bruce (1965) dalam Setyawan (2006) menyatakan bahwa
jembatan penyeberangan mempunyai lebih banyak keunggulan daripada
penyeberangan bawah tanah. Pembangunannya lebih mudah dan lebih murah.
Selain itu, penyeberangan bawah tanah sering mengalami masalah antara lain:
keamanan, ventilasi, pencahayaan dan drainase. Akan tetapi penyeberangan
bawah tanah lebih mampu melindungi pejalan kaki dari cuaca panas dan hujan
daripada jembatan penyeberangan.
Jembatan penyeberangan juga memiliki kelemahan yaitu ketinggiannya,
dimana semakin tinggi semakin banyak anak tangga, karena ketinggian jembatan
penyeberangan harus disesuaikan dengan tinggi kendaraan yang lewat
dibawahnya.
2.1.1 Jembatan Penyeberang Orang
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) sebagai alat penyeberangan
merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam menyeberang jalur lalu lintas
karena akhir-akhir ini banyak terjadi kecelakaan yang menimpa para penyeberang
jalan. Hal ini disebabkan alur penyeberang jalan dan pengendara kendaraan
menjadi satu serta tidak terpisah secara fisik. Meski telah ada fasilitas zebra cross,
tetapi alur penyeberang jalan dan pengendara kendaraan tetap tidak terpisah
secara fisik sehingga masih ada kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) adalah jembatan yang letaknya
bersilangan dengan jalan raya atau jalur kereta api, letaknya berada di atas kedua
objek tersebut, dan hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki yang melintas
(menyeberang) jalan raya atau jalur kereta api.
Jembatan Penyeberangan Orang juga dapat diartikan sebagai fasilitas
to user
pejalan kaki untuk menyeberang commit
jalan yang
ramai dan lebar, menyeberang jalan
II-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tol, atau jalur kereta api dengan menggunakan jembatan tersebut, sehingga alur
sirkulasi orang dan lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik dan kemungkinan
terjadi kecelakaan dapat dikurangi. Jembatan penyeberangan juga digunakan
untuk menuju tempat pemberhentian bus, seperti busway Transjakarta di
Indonesia. Karena posisinya yang lebih tinggi dari tanah, untuk memberikan akses
kepada penderita cacat yang menggunakan kursi roda, di dekat tangga jembatan
terdapat ramp dengan kelandaian tertentu. Langkah lain yang juga dilakukan
untuk memberikan kemudahan akses bagi penderita cacat adalah dengan
menggunakan tangga berjalan ataupun dengan menggunakan lift, sehingga mereka
dapat dengan dengan mudah menggunakan fasilitas meskipun cacat.
2.1.2 Ketentuan pembangunan jembatan penyeberangan orang (JPO).
Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga (1995) dalam Tata Cara Perencanaan Jembatan
Penyeberangan untuk Pejalan Kaki di Perkotaan, pembangunan jembatan
penyeberangan disarankan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan zebra cross dan Pelikan
Cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada.
2. Pada ruas jalan dimana frekuensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan
pejalan kaki cukup tinggi.
3. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang
tinggi, serta arus kendaraan memiliki kecepatan tinggi.
Perencanaan teknik jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di
perkotaan
harus
dilakukan
berdasarkan
ketentuan
yang
berlaku
serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berfungsi untuk menanam tanaman hias yang bentuk dan dimensinya harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Perencanaan gelagar dan lantai jembatan. Perencanaan bangunan atas
jembatan penyeberangan untuk lalu lintas pejalan kaki harus dilakukan mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
1. Bangunan atas jembatan penyeberangan yang melintas jembatan jalan raya dan
jalan kereta api harus menggunakan elemen beton pracetak.
2. Bentuk dan tipe elemen beton pracetak untuk gelagar harus dipilih salah satu
dari tipe yang tercantum di bawah.
3. Bila digunakan tipe balok tipe I dan T, maka lantai jembatan dapat
direncanakan dengan menggunakan pelat beton pracetak atau pelan beton yang
dicor setempat dan merupakan struktur monolit.
4. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe pelat beton
berongga harus sesuai dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak
Pratarik Tipe Pelat Berongga untuk Gelagar Jembatan bentang 6-16 m,
kapasitas beban BM-70.
5. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe balok T harus
sesuai dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pratarik Tipe
Balok T untuk Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban BM-70.
6. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pasca tarik tipe balok T harus
sesuai dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pasca tarik Tipe
Balok T untuk Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban BM-70.
7. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe balok I harus sesuai
dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pratarik Tipe Balok I
untuk Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban BM-70.
8. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe I harus sesuai
dengan ketentuan : Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Prategang Pratarik tipe
balok I untuk Gelagar Jembatan Bentang 20-35 m, kapasitas beban BM-70.
9. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang tipe lainnya harus direncanakan
sesuai ketentuan yang berlaku.
10. Pada permukaan pelat beton lantai jembatan harus dipasang lapisan jenis
latasir atau lataston tebal maksimum
cmuser
dan miring 3% ke arah tepi.
commit4 to
II-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Tangga tidak boleh menutup alur trotoar, oleh karena itu harus diletakkan di
tepi luar trotoar
b. Pada kaki tangga harus disediakan ruang bebas
c. Tipe tangga berbentuk seperti:
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) Denah JPO berbentuk L (b) Denah JPO berbetuk U
Sumber: DPU (1995)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan panas (easily thermoformed). Material ini banyak digunakan pada industri
kimia modern. Material ini memiliki identifikasi kode plastik 7. Polikarbonat
lebih banyak dikenal sebagai penutup atap, tidak terkecuali untuk JPO (Naftali,
2008).
2.1.3 Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Penggunaan
Jembatan
Penyeberangan
Menurut OFlaherty (1997) dalam Setyawan (2006) faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan fasilitas penyeberangan tidak sebidang, diurutkan
berdasarkan yang terpenting menurut pejalan kaki adalah:
1. Jarak (directness of route)
2. Kemudahan (ease of negotiation)
3. Estetik (interest of specific features)
4. Pertimbangan lingkungan (general environmental appeal)
5. Keselamatan (safety)
Menurut Hartanto (1986) dalam Setyawan (2006), pejalan kaki enggan
menggunakan jembatan karena malas dan capai serta kondisi jembatan yang tidak
menyenangkan semisal, ketinggian jembatan, sempit dan terjalnya tangga, kondisi
kotor dan suram, serta adanya pengemis. Pejalan kaki lebih memilih mengambil
resiko tertabrak kendaraan karena merasa lebih cepat dan praktis karena tidak
perlu naik turun tangga. Hal lain yang mendorong penyeberangan sebidang adalah
adanya median jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai refuge island pada saat
menyeberang.
Hal tersebut berarti jembatan penyeberangan hanya akan digunakan jika
rutenya lebih singkat daripada melalui penyeberangan sebidang. Hal ini diperkuat
dengan penjelasan dari Bruce (1965), Hartanto (1986), TRRL (1991) dan
OFlaherty
(1997)
dimana
untuk
meningkatkan
penggunaan
jembatan
penyeberangan perlu diaplikasikan pagar pembatas di tepi jalan dan atau di tengah
jalan sehingga jika memilih menggunakan penyeberangan sebidang harus
menempuh rute yang lebih panjang atau malah sama sekali tidak mungkin
dilakukan (Setyawan, 2006).
commit to user
II-8
perpustakaan.uns.ac.id
2.2
digilib.uns.ac.id
Desain Produk
Manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan desain sebagai fasilitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada estetika bentuk, konstruksi, sistem dan mekanismenya. Selain itu, desainer
dapat membuat suatu prediksi untuk masa depan, serta melakukan pengembangan
desain dan teknologi dengan memperhatikan segala kelebihan maupun
keterbatasan manusia dalam hal kepekaan indrawi (sensory), kecepatan,
kemampuan penggunaan sistem gerakan otot, dan dimensi ukuran tubuh, untuk
kemudian menggunakan semua informasi mengenai faktor manusia ini sebagai
acuan dalam perancangan desain yang serasi, selaras dan seimbang dengan
manusia sebagai pemakainya.
2.3
kebutuhan
konsumen merupakan
fase
yang
paling awal dalam mengembangkan produk, karena tahap ini menentukan arah
pengembangan produk (Ulrich dan Eppinger, 2001).
Quality function deployment (QFD) merupakan salah satu kiat manajemen
mutu terpadu (total quality management), yang menerapkan kebutuhan-kebutuhan
para pelanggan pada rancangan produk. Elemen dasar dari kualitas yang terpadu
itu (total quality) adalah keberadaan kualitas yang didefinisikan oleh para
pelanggannya. Di dalam pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk mencapai
perbaikan kualitas yang terus-menerus itu, dibutuhkan keterlibatan konsumen
seawal mungkin dalam proses pengembangan produk sebagai elemen kuncinya.
Keterlibatan konsumen inilah yang menjadi tujuan utama dari metode quality
function deployment. Metode khusus ini menjadikan para pelanggan sebagai
bagian dari siklus pengembangan produk suatu perusahaan.
Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu proses dimana
kebutuhan, keinginan dan nilai-nilai konsumen diterjemahkan ke dalam
ketentuan-ketentuan teknis. QFD pertama kali dikembangkan di perusahaan
Jepang pada tahun 1970an. Salah seorang tokoh penemu metode ini adalah Dr.
Yoji Akao (Marsot, 2004).
commit to user
II-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemudian metode ini diadopsi oleh Toyota. Pada tahun 1986 konsep
metode ini dibawa ke Amerika Serikat oleh Ford Motor Company dan Xerox.
Semenjak itu metode QFD digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Jepang,
Amerika Serikat dan Eropa (Wasserman, 1993).
Berdasarkan definisinya QFD merupakan praktek untuk merancang suatu
proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan atau Voice of Customer
(VOC). QFD menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang
dihasilkan organisasi. Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada
proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah
bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk
yang telah dihasilkan dengan sempurna bila mana memang tidak menginginkan
atau membutuhkannya. QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan
kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan
tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum. QFD
juga merupakan praktek menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan
organisasi untuk melampaui harapan pelanggannya.
Validitas dari metode QFD dapat dikatakan sudah teruji untuk
menggambarkan apa yang menjadi keinginan pengguna terhadap suatu produk.
Selain itu dapat diintegrasikan dalam bidang ergonomi. Dimulai dengan analisis
yang didalamnya terdapat ahli ergonomi yang nantinya akan mengintegrasikan
kebutuhan pengguna dalam VOC (Marsot, 2004).
Berikut ini diagram tahapan pengembangan produk dengan metode QFD
secara lebih jelasnya dalam gambar 2.2.
commit to user
II-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mulai
Membangun Matrik
Perencanaan
Menentukan Hubungan
Antara Consumer Need dan
Technical Response
Menentukan Korelasi
Antar Respon Teknis
Bandmarking
Penentuan Target
Analis Hasil
Pengolahan Data
Usulan Perbaikan
Selesai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelanggan.
Wawancara
biasanya
dilakukan
pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibagikan oleh peneliti untuk diisi oleh responden, yang kemudian akan diubah
dalam bentuk angka, analisa statistik, dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian.
Dalam metode QFD, kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat
kepentingan pengguna, tingkat penilaian kepuasan pengguna dan tingkat harapan
pengguna. Tingkat kepentingan pengguna adalah persepsi pengguna terhadap
atribut-atribut dari suatu produk berdasarkan penting tidaknya atribut tersebut
untuk perancangan. Untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut, digunakan
skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak Penting, artinya atribut suatu produk dianggap tidak penting dalam
perancangan.
2 = Kurang Penting, artinya atribut suatu produk dianggap kurang penting dalam
perancangan.
3 = Cukup Penting, artinya atribut suatu produk dianggap cukup penting dalam
perancangan.
4 = Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam perancangan.
5 = Sangat Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam
perancangan.
Selanjutnya
adalah
kuesioner
tingkat
Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada
commit to user
II-14
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan
digilib.uns.ac.id
kuesioner
tingkat
harapan
pengguna
adalah
harapan
pengguna terhadap JPO. Untuk mengetahui tingkat harapan, digunakan skala 1-5
dengan keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak Diinginkan, artinya suatu atribut tidak diinginkan dalam perancangan
suatu produk.
2 = Kurang Diinginkan, artinya suatu atribut kurang diinginkan dalam
perancangan suatu produk.
3 = Cukup Diinginkan, artinya suatu atribut cukup diinginkan dalam perancangan
suatu produk.
4 = Diinginkan, artinya suatu atribut diinginkan dalam perancangan suatu produk.
5 = Sangat Diinginkan, artinya suatu atribut sangat diinginkan dalam perancangan
suatu produk.
2.3.4 Pengolahan Data House of Quality (HOQ)
Struktur dasar quality function deployment ini meliputi konstruksi dari satu
atau lebih matriks yang kadangkala disebut dengan tabel-tabel kualitas. Bagian
pertama dari matriks-matriks tersebut adalah yang disebut house of quality
(HOQ), yang merupakan alat pokok yang digunakan di dalam quality function
deployment. House of quality adalah sebuah matriks yang menunjukkan hubungan
antara kebutuhan-kebutuhan pengguna dan sifat-sifat rekayasa teknik. Dengan
menggunakan alat ini, perusahaan akan mampu menyesuaikan kebutuhan para
pelanggan dengan desain dan kendala-kendala fabrikasi.
Pengolahan data berupa pembuatan House of Quality (HOQ). Adapun tahap
pembuatan HOQ adalah sebagai berikut:
1. Matriks perencanaan: berisi informasi tingkat kepentingan kebutuhan
pelanggan, customer satisfaction performance, tingkat harapan dan perhitungan
GAP.
a. Tingkat kepentingan
Menyatakan seberapa penting tiap kebutuhan bagi pelanggan. Rumusnya
adalah sebagai berikut:
commit(2.1)
to user
II-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
= jumlah responden
.......(2.2)
DS i = derajat kepuasan responden ke-i
n
= jumlah responden
c. Harapan Pengguna
Merupakan harapan pengguna terhadap produk yang akan dirancang
berdasarkan atribut yang telah dibangun. Tingkat harapan pengguna diperoleh
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
.(2.3)
DH i = derajat Harapan responden ke-i
n
= jumlah responden
GAP =
... (2.4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Simbol
Kosong
Pengertian
Tidak ada hubungan
Hubungan lemah
Hubungan sedang
Hubungan kuat
Nilai Numerik
0
1
3
9
Pengertian
.(2.5)
commit to user
II-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
QFD CHART
6
Correlation Matrix
Degree of
Importance
Requirements
Competitive
Benchmarking
Assessment
4
Customer
Requirements
Relationship Matrix
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
qualified, certified, dan customer need. Ilmu ini akan menjadi suatu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Istilah antropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan
metri yang berarti ukuran. Antropometri adalah studi tentang dimensi tubuh
manusia (Pullat, 1992). Antropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus
mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaanperbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya
(Panero dan Zelnik, 2003). Data antropometri yang ada dibedakan menjadi dua
kategori, antara lain (Pullat, 1992):
a. Dimensi struktural (statis)
Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi
tetap dan standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi
berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala,
tinggi atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan
sebagainya.
b. Dimensi fungsional (dinamis)
Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai
posisi atau sikap. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi
fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan
gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu.
Data antropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain
(Wignjosoebroto, 1995) :
a. Perancangan areal kerja
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer
dan lain-lain
d. Perancangan lingkungan kerja fisik
Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah
dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 2004):
a. Keacakan/random
Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas
sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih
akan ada perbedaan yang cukup commit
signifikan
antara berbagai macam masyarakat.
to user
II-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5%
PRIA
X
95%
WANITA
X
95%
SD
5%
153,2
142,5
124,7
93,2
163,2
152
133,8
100,3
173,2
161,5
142,9
107,4
6,1
5,8
5,5
4,3
146,6
135
118,4
88,6
156,3
144,6
127,2
95,7
166,2
154,2
136,1
102,8
6
5,8
5,4
4,3
65,5
80,9
69,4
52,3
18,1
11,7
50
40,5
44,8
36,1
38,2
29,1
17,4
17,4
40,5
14
16,1
7,1
71,8
86,4
74,9
57,2
23,1
14
54,5
45
49,6
40,3
42,4
33
21,2
22,8
43,9
15
17,6
7,9
78,2
91,9
80,4
62,1
28,2
16,3
59
49,5
54,4
44,5
46,6
37,1
25
28,2
47,3
16
19,1
8,7
3,9
3,3
3,3
3
3,1
1,4
2,7
2,7
2,9
2,6
2,6
2,4
2,3
2,3
2,1
0,6
0,9
0,5
64,6
77,5
66,6
50,1
17,5
11,5
48,8
48,8
42,8
33,7
34,2
29,8
17,8
17,5
37,4
13,5
15,3
6,4
70,8
83,4
72,1
55
22,9
14
53,7
53,7
47,2
38,2
38,5
34,5
22,8
23,1
40,9
14,6
16,8
7,1
77,1
89,3
77,6
59,9
28,3
16,5
58,6
58,6
51,6
42,8
42,8
39,2
27,8
28,7
28,7
15,7
18,3
7,8
3,8
3,6
3,3
3
3,3
1,5
3
3
2,7
2,8
2,6
2,9
3
3,4
3,4
0,7
0,9
0,4
152
166,3
180,6
8,7
140
152,3
164,6
7,5
179,5
192,3
205,1
7,8
171,3
184,1
196,9
7,9
106,5
116,9
127,3
6,3
94,5
103
111,5
5,2
64,9
70,8
76,7
3,7
61
66,1
71,2
3,1
commit to user
II-24
SD
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2t + l = 60-65 cm
......................(2.6)
commit to user
II-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Min
20
24
12,5
120
200
84
3
5
Max
30
30
20
94
7,5
-
konsum si en
a . L illie f o r s S
C o r r e c t io n
* . T h is is a lo
s ig n if ic a n c e .
commit to user
II-26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang
dilakukan
dalam
penelitian
tentang
usulan
perancangan
JPO
dengan
menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Adapun langkahlangkah yang dilakukan dalam penelitian ditunjukkan pada Gambar. 3.1
3.1
Identifikasi Awal
Perumusan Masalah
Manfaat Penelitian
commit to user
Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian
III-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengembangan Alternatif
Identifikasi Awal
Identifikasi awal bertujuan untuk memperoleh gambaran permasalahan
III-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan, pasar, pusat perbelanjaan, perkantoran dan lain sebagainya. Selain itu,
melalui tahap ini, dapat diketahui bahwa pemanfaatan JPO belum optimal hal ini
didukung dengan adanya minimnya penyeberang jalan yang menggunakan JPO
dan alasan-alasan penyeberang jalan yang tidak mau memanfaatkan JPO. Selain
pemanfaatannya yang belum optimal, JPO yang ada saat ini juga kondisinya tidak
memenuhi standar pembangunan.
3.3
Perumusan Masalah
Langkah ini bertujuan untuk merumuskan masalah yang akan dibahas dalam
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat
untuk
memenuhi
kebutuhan
sesuai
dengan
keinginan
pengguna
Manfaat Penelitian
Penelitian tidak hanya berhenti pada tahap memberikan solusi terhadap
masalah, tetapi harus dapat memberikan manfaat. Manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai tingkat penggunaan JPO,
atribut-atribut dari masyarakat mengenai JPO dan memperoleh usulan rancangan
JPO yang ergonomis sesuai dengan keinginan masyarakat.
3.6
ini, sehingga lebih fokus dan terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Batasan
masalah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pengambilan data berupa
wawancara, diskusi dan penyebaran kuesioner terbatas hanya pada mahasiswa
commit to user
III-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengguna jalan yang menyeberang dengan dan tanpa menggunakan fasilitas JPO,
JPO yang diteliti adalah JPO depan Kampus UNS dan JPO depan Kampus UNSA.
Asumsi digunakan sebagai acuan untuk mempermudah dalam pengolahan
data. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang
dinyatakan responden (berupa jawaban yang diberikan saat wawancara dan
diskusi) merupakan cerminan pendapat mereka yang sesungguhnya tanpa ada
maksud tertentu dan dimensi tubuh pengguna JPO sesuai dengan dimensi
antropometri masyarakat Indonesia mengacu pada Nurmianto (2004).
3.7
JPO berdasar keluhan dan kebutuhan responden. Penentuan atribut ini dilakukan
dengan cara wawancara dan diskusi kepada responden.
Wawancara dan diskusi dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
persepsi, keluhan dan keinginan responden terhadap JPO yang akan dirancang.
Wawancara dan diskusi dilakukan langsung kepada penyeberang yang
menggunakan maupun yang tidak menggunakan JPO. Diskusi dan wawancara
dilakukan dengan tanya jawab yang berlangsung sewajarnya dan pengambilan
foto. Wawancara akan dilakukan selama kurang lebih 30 menit mengingat
banyaknya mahasiswa yang menyeberang jalan. Dari hasil wawancara nantinya
akan diperoleh informasi tentang persepsi dan keluhan responden mengenai JPO
yang ada saat ini dan informasi tentang keinginan dan kebutuhan responden
commit to user
terhadap desain JPO yang akan dirancang.
III-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil wawancara dan diskusi yang berupa data mentah dicatat dan
dirangkum yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam merinci kebutuhan
responden terhadap alat bantu penyeberangan berupa JPO. Penentuan atribut ini
dilakukan oleh peneliti dengan mengacu pada data hasil wawancara dan diskusi
sebelumnya.
3.9
III-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau
tidak
ada
III-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HOQ juga menunjukkan bobot karakteristik teknis dan GAP atau selisih
tingkat penilaian pengguna dengan harapan pengguna. Penghitungan bobot ini
dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.5.
3. Pemilihan rancangan
Rancangan diprioritaskan pada karakteristik teknis yang memiliki bobot
tinggi dan nilai GAP yang paling negatif.
3.12 Pengembangan Alternatif
Pengembangan konsep rancangan bertujuan untuk memberikan alternatif
model produk yang akan dirancang. Pengembangan konsep produk dilakukan
berdasar informasi yang ada pada HOQ dan diskusi dengan ahli bangunan dan tata
kota. Pengembangan konsep rancangan mengacu pada karakteristik teknis yang
memiliki bobot tertinggi dan yang dapat divariasikan.
3.13 Penilaian dan Pemilihan Alternatif
Dari beberapa alternatif konsep rancangan produk, akan dipilih satu yang
paling mengakomodasi keluhan dan kebutuhan pengguna. Pemilihan alternatifalternatif tersebut dilakukan dengan cara memberikan penilaian masing-masing
alternatif berdasar karakteristik teknisnya melalui kuesioner. Sebelum pengisian
kuesioner, diberikan penjelasan terlebih dahulu kepada responden bahwa
kuesioner pemilihan tersebut digunakan untuk memilih alternatif produk yang
sesuai dengan keinginan pengguna untuk mengatasai keluhan yang diperoleh pada
tahap wawancara sebelumnya. Kuesioner yang digunakan berisi daftar
karakteristik teknis dan skala 1-5 untuk memberi skor apakah karakteristik teknis
sudah terealisasi pada usulan rancangan produk yang baru.
3.14 Penetapan Dimensi Rancangan JPO
Penetapan dimensi bertujuan untuk menentukan ukuran desain JPO yang
akan dirancang berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan. Penetapan dimensi
mengacu pada standar pembuatan JPO berdasarkan aturan yang ditentukan oleh
Dirjen Bina Marga dengan SK.43/AJ.007/DRJD/1997, berdasarkan kebutuhan
konsumsi energi minimal yang didapat pada tangga dengan sudut 250-300 (sesuai
dengan kriteria Lehman), MIL-HDBK 759B and MIL-STD-1472F.
commit to user
III-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
III-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan disajikan pengumpulan dan pengolahan data. Data yang
dikumpulkan adalah data mengenai hasil wawancara dan observasi kepada
pengguna maupun non pengguna JPO yang diolah menjadi Voice of Customer.
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan House of Quality, pengembangan dan
pemilihan alternatif, penetapan dimensi dan feature-feature JPO yang akan
dirancang dan pembuatan usulan rancangan JPO. Tahapan-tahapan tersebut akan
dijelaskan pada subbab berikut.
4.1
yang ada saat ini. Wawancara dilakukan selama 30 menit setiap kali wawancara
dengan kuesioner pendamping yang terdapat di lampiran. Jumlah responden yang
berhasil diwawancara adalah 10 orang dengan proporsi 4 orang responden untuk
JPO depan kampus UNSA dan 6 orang responden untuk JPO depan kampus UNS.
Akan tetapi meskipun JPO sangat berguna untuk mengurangi tingkat
kemacetan dan menghindarkan konflik antara penyeberang jalan dan kendaraan
yang lewat, masih banyak kekurangan dari JPO itu sendiri yang menyebabkan
responden malas untuk menggunakan JPO. Kekurangan-kekurangan tersebut
adalah, kondisi JPO yang sudah lapuk, licin dan berlubang-lubang, anak tangga
yang terlalu curam maupun terlalu landai, pegangan tangan yang tidak nyaman,
tidak terdapat pelindung kepala sehingga saat panas akan merasa kepanasan dan
saat hujan akan kehujanan, kondisi JPO yang kotor dan papan baliho iklan yang
terlalu besar sehingga menutupi pandangan penyeberang ke bawah jembatan.
4.1.1 Keluhan Responden
Keluhan responden diperoleh berdasarkan wawancara langsung kepada
pengguna maupun non pengguna JPO. Wawancara berlangsung selama kurang
lebih 30 menit setiap kali wawancara. Berdasarkan wawancara didapatkan
keluhan-keluhan berkaitan dengan JPO. Adapun keluhan-keluhan responden
commit to user
terkait dengan JPO yang ada saat ini ditabelkan dalam tabel 4.1.
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keluhan-Keluhan Responden
Pegangan tangan terlalu tinggi, besar dan karatan
Anak tangga terlalu landai dan curam, sehingga terlalu banyak anak tangga
Pagar pembatas kurang rapat dan kurang tinggi
Papan iklan terlalu besar, menutupi seluruh badan jembatan
Lantai JPO yang licin, lapuk dan berlubang-lubang
Getaran di atas JPO terasa saat kendaraan melaju kencang
Lebar area berjalan kurang
Merasa panas saat kemarau dan kehujanan saat musim penghujan
Kotor, banyak sampah
Jembatan penyeberangan gelap saat malam
Sepi, jarang ada yang memanfaatkan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
commit to user
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepentingannya.
Untuk
Atribut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
commit to user
IV-3
4,08
4,33
3,83
4,03
4,22
3,97
3,36
3,89
4,17
3,72
2,56
2,67
4
1
8
5
2
6
10
7
3
9
12
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Contoh perhitungan:
1. Atribut ke 1 :
5 + 4+ 5+ + 4 + 4 + 5
= 4,08
36
2. Atribut ke 2:
5 + 5 + 5 .5 + 3 + 3
= 4,33
36
Atribut
Tingkat Penilaian
Peringkat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2,97
2,75
3,08
3,06
2,25
3,94
3,17
3,28
4,03
3,25
2,81
2,31
8
10
6
7
12
2
5
3
1
4
9
11
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Contoh perhitungan:
1. Atribut ke 1 :
4 + 3+ 3+ + 5 + 3 + 4
= 2.97
36
2. Atribut ke 2:
3 + 2 + 1 + + 3 + 2 + 2
= 2.75
36
Dari hasil perhitungan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa atribut
yang memiliki tingkat penilaian kepuasan paling tinggi adalah atribut kesembilan
yaitu memungkinkan agar terhindar dari panas dan hujan dengan nilai tingkat
kepentingan sebesar 4,03. Artinya kebutuhan tersebut mendapat penilaian paling
baik dari responden dibandingkan kebutuhan yang lain pada usulan rancangan
JPO.
4.2.3 Tingkat Harapan Responden
Data ini merupakan harapan responden terhadap usulan rancangan JPO.
Tingkat
harapan
responden
menunjukkan
seberapa
besar
responden
mengharapkan suatu atribut ada pada usulan JPO yang akan dirancang, sehingga
nantinya dapat dipertimbangkan untuk dikembangkan. Penghitungan rata-rata
tingkat harapan responden dapat dilihat pada tabel lampiran III, sedangkan untuk
tingkat harapan dan peringkatnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Tingkat Harapan Responden Terhadap Atribut
No.
Atribut
Tingkat Harapan
Peringkat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
3,92
4,11
3,44
3,86
4,31
4,06
3,47
3,83
4,14
4,03
2,83
2,47
6
3
9
7
1
4
10
8
2
5
11
12
commit to user
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Contoh perhitungan:
1. Atribut ke 1 :
3 + 3+ 4+ + 4 + 4 + 5
= 3.92
36
2. Atribut ke 2:
5 + 5 + 5 + + 4 + 4 + 4
= 4.11
36
Dari hasil perhitungan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa atribut
yang memiliki tingkat harapan paling tinggi adalah atribut kelima yaitu lantai
JPO yang mengurangi tingkat kelicinan, kelapukan dan tidak mudah berlubang
dengan nilai tingkat harapan sebesar 4,31. Artinya responden mengharapkan
atribut tersebut ada pada usulan JPO yang akan dirancang.
4.2.4 Perhitungan GAP
GAP merupakan selisih antara tingkat penilaian kepuasan dan harapan
responden. Nilai yang semakin negatif menunjukkan bahwa kebutuhan responden
belum terpenuhi pada atribut tersebut. Adapun untuk lebih jelasnya, nilai GAP
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.6 GAP
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Atribut
Penilaian Harapan
2,97
2,75
3,08
3,06
2,25
3,94
3,17
3,28
4,03
3,25
2,81
2,31
3,92
4,11
3,44
3,86
4,31
4,06
3,47
3,83
4,14
4,03
2,83
2,47
GAP
-0,94
-1,36
-0,36
-0,81
-2,06
-0,11
-0,31
-0,56
-0,11
-0,78
-0,03
-0,17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.00
4.00
3.00
2.00
Penilaian
1.00
Harapan
0.00
GAP
-1.00
-2.00
-3.00
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam kategori primer, sekunder dan tersier. Atribut yang tidak memilki
karakteristik teknis tersebut adalah perlu ada penjaga JPO. Karena merupakan
kebutuhan yang tersier dan tidak terdapat dalam tata cara pelaksaan JPO, maka
untuk atribut perlu ada penjaga JPO tidak dipertimbangan karakteristik
teknisnya.
Dalam merumuskan karakteristik teknis ini, dibagi dalam 3 kriteria yaitu
dimensi JPO, kondisi JPO dan feature tambahan. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan dalam menggolongkan karakteristik teknisnya. Adapun karakteristik
teknis yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabel 4.7.
commit to user
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hubungan
Karakteristik Teknis
Simbol
Keterangan
Pegangan tangan menggunakan bahan pelat logam dan ukurannya disesuaikan dengan
anthropometri orang Indonesia mempunyai pengaruh positif sangat kuat artinya dengan
terpenuhinya karakteristik teknis tersebut akan mampu memenuhi keinginan responden untuk
menggunakan JPO agar nyaman dan aman
Ukuran pegangan tangan dan ukuran tinggi pagar pembatas yang disesuaikan dengan
anthropometri orang Indonesia dan kerapan yang sesuai dengan standar pembangunan JPO
mempunyai pengaruh positif kuat antara satu sama lain artinya apabila kedua karakteristik
teknis tersebut terpenuhi akan membuat responden nyaman dan sesuai dengan keinginan
responden dalam usulan rancangan sehingga nantinya pengguna dapat menjangkau pegangan
tangan dan merasa aman karena pagar pembatas sesuai dengan kebutuhan
Ukuran pegangan tangan mempunyai pengaruh positif yang sangat kuat dengan diperlebar
dengan menyesuaikan anthropometri masyarakat Indonesia artinya larakteristik teknis ini
sangat berhubungan dan penyesuaian pegangan tangan harus disesuaikan dengan
anthropometri orang Indonesia agar nyaman untuk digunakan nantinya
Pembuatan anak tangga berdasarkan kriteria Lehman mempunyai pengaruh positif sangat
kuat dengan diperlebar dengan menyesuaikan anthropometri masyarakat Indonesia artinya
karakteristik pembuatan anak tangga sangat kuat pengaruhnya apabila diperlebar dengan
menyesuaikan anthropometri Indonesia agar sesuai dengan penggunanya agar tidak mudah
capek saat menaiki tangga
Baliho papan iklan yang diperkecil mempunyai pengaruh positif kuat dengan ukuran tinggi
pagar pembatas yang disesuaikan dengan athropometri orang Indonesia, dikarenakan nantinya
pemasangan baliho iklan di atas pagar pembatas, maka hubungannya dengan ukuran pagar
pembatas yang sesuai anthropometri Indonesia sangat kuat agar nyaman dalam pemakaiannya
dan tidak menghalangi pandangan pengguna ke bawah jembatan
Ukuran tinggi pagar pembatas mempunyai pengaruh positif yang sangat kuat dengan
diperlebar menyesuaikan anthropometri orang Indonesia dimana apabila keduanya terpenuhi
akan menghasilkan suatu kebutuhan yang sesuai dengan keinginan pengguna, nyaman untuk
digunakan karena ukurannya sesuai
commit to user
IV-11
perpustakaan.uns.ac.id
4.5
digilib.uns.ac.id
point tertinggi hingga terendah. Tujuan menentukan bobot teknis yaitu agar tim
pengembang dapat lebih memfokuskan pada karakteristik teknis yang memiliki
respon tinggi dalam memenuhi kebutuhan konsumen (customer requirement).
Penghitungan bobot teknis diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :
Bti= (Kti x Hi)
Dimana:
Bti = Bobot karakteristik teknis i.
Kti = Tingkat kepentingan teknis yang memiliki korelasi dengan karakteristik
teknis i.
Hi = Nilai numerik korelasi antara kebutuhan konsumen (what) dengan
karakteristik teknis i (how).
Tabel 4.9 Bobot Karakteristik Teknis
No.
Karakteristik Teknis
Bobot
Pegangan tangan menggunakan bahan pelat logam (untuk menghindari pengkaratan bahan, dilakukan
pengecetan secara rutin)
40,78
8,59%
40,78
8,59%
39,00
8,22%
Baliho papan iklan diperkecil dengan ukuran tertentu dan penempatannya di atas pagar pembatas
45,67
9,62%
Ukuran tinggi pagar pembatas disesuaikan dengan anthropometri Indonesia dan kerapatan
disesuaikan dengan standar pembangunan JPO
40,08
8,45%
Pemilihan bahan lantai dapat dari baja berkualitas tinggi atau beton
92,33
19,45%
43,25
9,11%
35,00
7,37%
37,50
7,90%
33,50
7,06%
26,72
5,63%
Contoh perhitungan:
1. Atribut ke-1:
commit to100%
user = 8,59%
(4,08*9) + (4,03*1) = (40,78 / 474,61)*
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Atribut ke-4:
(3,83*9) + (3,72*3) = (45,67 / 474.61)* 100% = 9,62%
Berdasarkan perhitungan bobot karakteristik teknis secara keseluruhan,
dapat diketahui bahwa karakteristik teknis yang memiliki bobot paling tinggi
adalah karakteristik teknis keenam, keempat dan ketujuh yaitu pemilihan bahan
lantai dapat dari baja berkualitas tinggi atau beton, baliho papan iklan diperkecil
dan diletakkan di atas pagar pembatas dan diperlebar dengan ukuran yang sesuai
anthropometri masyarakat Indonesia, dengan nilai bobot 19,45%, 9,62% dan
9,11%. Artinya karakteristik teknis tersebut perlu mendapatkan perhatian atau
fokus yang lebih dibandingkan karakteristik yang lain.
4.6
Pengembangan Alternatif
Pengembangan konsep usulan rancangan JPO dilakukan oleh peneliti
berdasar informasi yang ada pada HOQ dan berdasar literatur. Pemilihan alternatif
selain berdasarkan bobot karakteristik teknis tertinggi saja, akan tetapi juga
berdasarkan karakteristik teknis yang dapat divariasikan. Proses pengembangan
konsep rancangan didasarkan pada karakteristik teknis yang memiliki bobot tinggi
dan atribut dengan nilai GAP yang negatif yaitu lantai JPO yang dapat
mengurangi tingkat kelicinan, kelapukan dan tidak mudah berlubang, dimensi
anak tangga yang nyaman untuk dinaiki dan pegangan tangan yang mampu
dijangkau pengguna dan tidak karatan. Sedangkan karakteristik teknis dengan
bobot tertinggi adalah pemilihan bahan lantai dapat dengan menggunakan baja
berkualitas tinggi atau beton, diperlebar dengan menyesuaikan anthropometri
masyarakat Indonesia dan dapat ditambahkan pelindung JPO dengan bahan
polycharbonate atau fiberglass. Dalam pengembangan alternatif, dikarenakan JPO
merupakan produk yang berstandar dengan aturan pemerintah pusat, maka
pengembangan yang dapat dilakukan dalam usulan perancangan ini adalah
pengembangan perbaikan terhadap JPO yang telah ada serta penambahan feature
sesuai dengan yang diinginkan oleh responden. Kriteria teknis telah menjawab
keluhan dan keinginan responden, sehingga hanya diperlukan gambaran umum
konsep perancangan dengan penetapan dimensi, feature-feature tambahan dan
bahan-bahan yang dipilih. Adapun
untuk
memudahkan dalam pengembangan,
commit
to user
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Baja WF
Baja H-Beam
Beton Pracetak
Polycharbonate
Fiberglass
Desain "L"
Desain "U"
Tempat Sampah
Penerangan
Warna
Biru Tua
Hijau
Desain
JPO I
JPO II
Bahan Atap
Baja WF
Polycharbonate
Desain "L"
Baja WF
Fiberglass
Desain "U"
Baja H-Beam
Fiberglass
Desain "L"
Baja H-Beam
Polycharbonate
Desain "U"
Beton Pracetak
Polycharbonate
Desain "L"
Beton Pracetak
Fiberglass
Desain "U"
Tempat Sampah
IV-14
Penerangan
Sepanjang Jembatan,
per-2 meter
Sepanjang Jembatan,
per-2 meter
Sepanjang Jembatan,
per-2 meter
Sepanjang Jembatan,
per-2 meter
Sepanjang Jembatan,
per-2 meter
Sepanjang Jembatan,
per-2 meter
Warna
Desain JPO
Biru Tua
JPO I
Hijau
JPO II
Biru Tua
JPO I
Biru Tua
JPO II
Hijau
JPO I
Hijau
JPO II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rancangan JPO yang akan dirancang. Penilaian kriteria ini dilakukan berdasarkan
Ulrich (2001) dengan sistem perangkingan bobot kepentingan. Skor nilai yang
digunakan adalah 1-5 dengan ketentuan sebagai berikut:
1= Tidak penting, artinya kriteria seleksi tersebut tidak penting untuk mencapai
tujuan.
2= Kurang penting, artinya kriteria seleksi tersebut kurang penting untuk
mencapai tujuan.
3= Cukup penting, artinya kriteria seleksi tersebut cukup penting untuk mencapai
tujuan.
4= Penting, artinya kriteria seleksi tersebut penting dalam pencapaian tujuan.
5= Sangat penting, artinya kriteria seleksi tersebut sangat penting untuk
mencapai tujuan.
Kriteria seleksi penilaian memberikan gambaran dan penjelasan mengenai
alternatif yang disediakan telah mampu menjawab kebutuhan yang dibutuhkan
oleh pengguna. Berdasarkan pengembangan, literatur dan tanya jawab terdapat 4
kriteria seleksi yang digunakan sebagai acuan dalam penilaian alternatif. Berikut
ini dijelaskan beberapa kriteria seleksi penilaian alternatif:
1. Keamanan
Kriteria seleksi keamanan berdasarkan kebutuhan pengguna dalam
pemanfaatan JPO yaitu seberapa amankah JPO tersebut nantinya dalam
memenuhi keinginan dan kebutuhan pengguna dimana nantinya tidak mudah
terpeleset saat menggunakan JPO, tidak takut akan tindak kejahatan karena
jalur berjalan tertutup oleh papan baliho iklan, tidak mudah jatuh ke bawah saat
melintasi JPO, dan bangunan yang aman untuk dilintasi banyak orang.
2. Kenyamanan
Kriteria seleksi kenyamanan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
akan usulan rancangan JPO yaitu kenyamanan pengguna untuk dapat
menggunakan JPO dengan nyaman, semisal tidak cepat lelah saat menaiki
tangga, merasa nyaman karena terhindar dari panas dan hujan, merasa nyaman
karena tersedia penerangan sehingga tidak merasa takut saat melintas pada
waktu malam hari dan pengguna merasa nyaman saat melintasi JPO karena
tidak takut untuk terpeleset ataupun
jatuh.
commit
to user
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kemudahan
Kriteria seleksi JPO ini dimaksudkan untuk memberikan keterangan
mengenai kemudahan dalam penggunaan JPO, antara lain JPO memudahkan
orang dalam menyeberang, pembangunan JPO tidak menganggu keadaan
lingkungan disekitarnya dan kemudahan dalam memanfaatkan fasilitas JPO.
4. Desain
Kriteria seleksi penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah desain
yang ada sudah memenuhi atau sesuai dengan keinginan responden.
Kuesioner penilaian kriteria seleksi dan penentuan alternatif dijadikan satu
dalam satu kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam memberikan penjelasan
kepada responden. Setelah penilaian krietria seleksi untuk selanjutnya adalah
penilaian alternatif. Penentuan alternatif terpilih berdasarkan pada bobot
karakteristik teknis pada HOQ dan berdasarkan pada kriteria yang dapat
divariasikan, kemudian alternatif-alternatif tersebut dinilai dengan menggunakan
skor nilai oleh responden. Skor nilai yang digunakan adalah 1-5 dengan
keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak bagus, artinya solusi tersebut tidak bagus untuk mencapai tujuan.
2 = Kurang bagus, artinya solusi tersebut kurang bagus untuk mencapai tujuan.
3 = Cukup bagus, artinya solusi tersebut cukup bagus untuk mencapai tujuan.
5 = Sangat bagus, artinya solusi tersebut sangat bagus untuk mencapai
tujuan
tertentu.
Hasil pembobotan kriteria seleksi berdasarkan kuesioner yang diisi oleh
responden selanjutnya digunakan sebagai pengali dalam penentuan alternatif yang
terpilih. Untuk memudahkan, berikut adalah tabel bobot untuk masing kriteria
seleksi:
Tabel 4.12 Hasil Perangkingan Reponden terhadap Kriteria Seleksi
Kriteria Seleksi
Keamanan
Kenyamanan
Kemudahan
Desain
R1
R2
2
4
5
3
3
5
4
2
5
4
3
2
5
4
3
2
3
5
4
2
2
3
5
4
commit to user
IV-17
3
4
2
1
2
3
1
4
3
4
2
5
4
2
3
2
2
5
2
4
5
4
1
2
44
51
38
35
0,26
0,30
0,23
0,21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alternatif
1
41
38
36
39
2
47
42
44
41
3
41
36
40
40
4
46
55
43
45
5
45
43
31
30
6
50
39
36
33
Penilaian Tiap
Alternatif
Bobot
1
2
3
4
5
6
Keamanan
Kenyamanan
Kemudahan
Desain
Total Bobot
Peringkat Lanjutkan?
Tiap
Alternatif
0,26 Nilai x Bobot 0,30 Nilai x Bobot 0,23 Nilai x Bobot 0,21 Nilai x Bobot
41
10,74
38
11,54
36
8,14
39
8,13
38,54
5
Tidak
47
12,31
42
12,75
44
9,95
41
8,54
43,55
2
Tidak
41
10,74
36
10,93
40
9,05
40
8,33
39,05
4
Tidak
46
12,05
55
16,70
43
9,73
45
9,38
47,85
1
Ya
45
11,79
43
13,05
31
7,01
30
6,25
38,10
6
Tidak
50
13,10
39
11,84
36
8,14
33
6,88
39,95
3
Tidak
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa yang mempunyai total
nilai tertinggi berdasarkan penilaian responden adalah alternatif ke-4. Alternatif
commit to user
ke-4 ini mempunyai spesifikasi jembatan dengan bahan lantai adalah baja h-beam,
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
standar
yang
ditentukan
oleh
Dirjen
Bina
Marga
dengan
MIL-STD-1472F serta
berdasar suara responden, maka data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Kedalaman anak tangga (Lebar injakan anak tangga)
Kedalaman anak tangga diambil dari MIL-HDBK 759B and MIL-STD1472F dalam Karl (2003) dimana kedalaman minimum untuk anak tangga
adalah 24 cm dan kedalaman maksimum untuk anak tangga adalah 30 cm.
Diambil ukuran yang terbesar yaitu 30 cm.
2. Tinggi anak tangga
Berdasarkan standar yang ditentukan oleh Dirjen Bina Marga dengan
SK.43/AJ.007/DRJD/1997 maka tinggi anak tangga maksimum adalah 15 cm.
3. Kemiringan anak tangga
Kemiringan anak tangga yang ergonomis ini didasarkan pada kriteria
Lehman yaitu konsumsi energi minimal yang terdapat pada tangga yang
memiliki sudut kemiringan 250 - 300. Akan tetapi, harus disesuaikan terlebih
dahulu dengan perhitungan untuk tinggi anak tangga dan lebar injakan anak
tangga yang sesuai dengan anthropometri orang Indonesia. Setelah kedua
ukuran ditetapkan, baru ukuran kemiringan anak tangga yang sesuai untuk
orang Indonesia dihitung.
Tinggi anak tangga: 15 cm
Lebar injakan anak tangga: 30 cm
Jadi sudut kemiringan anak tangga yang ditetapkan adalah: 270
commit to user
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah anak tangga dibulatkan ke atas menjadi 33 buah. Selisih beda anak
tangga dibagi merata:
500 / 15-1 = 34 t= 32,333 cm
Karena selisih tinggi kurang dari 1 cm, maka tidak akan terasa, sehingga
beda tinggi anak tangga diletakkan pada satu anak tangga yang paling
bawah atau yang paling atas.
commit to user
IV-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi jumlah anak tangga yang dirancang adalah sebanyak 33 buah, dengan
tinggi anak tangga yang pertama adalah 32,333 cm.
8. Penentuan luas area istirahat
Dengan mengacu pada standar yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga
dengan SK.43/AJ.007/DRJD/1997, maka lebar tempat istirahat adalah 2 m dan
panjangnya adalah 1,3 m.
9. Penentuan tinggi pagar pembatas jembatan
Tinggi pagar pembatas jembatan dapat ditentukan dengan menggunakan
tinggi bahu manusia Indonesia, yakni dengan mengambil persentil 95 dimana
tinggi pagar pembatas jembatan = tinggi bahu (P95) = 142.9 cm. Tinggi bahu
(P95) yang dipakai adalah tinggi bahu laki-laki. Hal ini dikarenakan tinggi lakilaki lebih tinggi daripada wanita dan bertujuan agar rancangan dapat digunakan
oleh semua populasi pengguna. Agar pagar pembatas yang dibuat dapat
memenuhi kebutuhan responden yang rapat, maka pembuatan pagar pembatas
dibuat dari pipa logam dengan bentuk 3 batang sandaran, untuk lalu lintas yang
mempunyai arus yang lebih tinggi dapat ditambahkan atau dilapisi kawat kasa
12 x 12 mm.
10. Penentuan tinggi atap jembatan
Tinggi atap jembatan dapat ditentukan dengan menggunakan 2 kali tinggi
tubuh posisi berdiri pada laki-laki Indonesia. Dengan mengambil persetil 95
dimana tinggi atap jembatan = 2 x tinggi tubuh posisi berdiri (P95) = 2 x 173.2
= 346.4 cm.
Pemilihan bahan untuk atap JPO berdasarkan penilaian responden yang
paling baik adalah polycharbonate, disamping bahannya yang mudah untuk
dibongkar pasang juga sifatnya yang tahan angin dan tahan lama, sehingga
sangat cocok untuk digunakan dalam pembuatan atap JPO.
11. Lebar jalur berjalan
Lebar jalur berjalan disesuaikan dengan asumsi banyaknya orang yang
berjalan dalam waktu bersamaan dan tidak sedang berjalan sendiri adalah 2
orang, untuk mengantisipasi adanya pejalan dari dua arah, maka diasumsikan
banyaknya orang yang melintas dalam waktu bersamaan adalah 4 orang.
commit to user
IV-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yaitu
dengan
menggunakan
lebar
bahu.
Sesuai
dengan
IV-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV-24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini membahas tentang analisis dari hasil penelitian dan output
yang didapatkan. Analisis yang akan dibahas adalah bab ini adalah analisis
house of quality, analisis GAP, analisis karakteristik teknis, ergonomi, pemilihan
alternatif dan analisis hasil usulan rancangan JPO. Analisis dan interpretasi hasil
dalam penelitian ini diuraikan pada sub bab berikut.
5.1 House of Quality
Pembuatan HOQ pada usulan rancangan JPO ini dilakukan sampai pada
tahap pembobotan karakteristik teknis saja. Hal ini dikarenakan kajian utama
dalam penelitian ini lebih ditekankan pada ergonomi. Metode quality function
deployment digunakan untuk mendapatkan suara konsumen atau pengguna dan
karakteristik teknis untuk menyikapi suara konsumen tersebut.
Dengan pengolahan data metode quality function deployment sampai
pada pembobotan karateristik teknis, informasi tentang kebutuhan responden dan
respon teknis yang akan dilakukan pengembang produk sudah dapat terpenuhi.
Dengan kata lain data yang akan diambil dari metode quality function deployment
dirasa sudah cukup. Maka dari itu pemakaian metode quality function deployment
dilakukan sampai pada tahap pembobotan karakteristik teknis saja. Setelah
diperoleh suara konsumen yang kemudian diteruskan dengan pembuatan
karakteristik teknis, dibuat diagam HOQ yang berisi tentang what and how. What
berisi suara-suara konsumen (VOC) yang kemudian dijawab atau dihubungkan
dengan How yang berisikan karakteristik teknis. Dilakukan pembobotan untuk
mengetahui hubungan antar what and how-nya. Selain itu, terdapat hubungan
antar karakteristik teknis yang menjelaskan hubungan sedang, kuat dan lemah.
Penelitian dengan cara ini, sebelumnya pernah dilakukan oleh Indah K
(2006) dan Hastanti (2011), dimana pada saat pembuatan HOQ hanya sampai
pada tahap karakteristik teknis, dikarenakan suara dan respon teknis dari
responden sudah dapat terpenuhi.
Tahap perancangan selanjutnya didasarkan pada kajian ergonomi dengan
commit to user
mengacu pada teori anthropometri pengguna agar diperoleh hasil konsep
V-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
0.00
1
10
11
12
2
3
-0.50
4
5
6
-1.00
7
8
-1.50
9
10
11
-2.00
12
-2.50
kuesioner
berbeda-beda
jumlah
respondennya,
akan
tetapi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hubungan antar karakteristik teknis yang mempunyai tingkat hubungan berbedabeda dan bobot dari masing-masing tingkat hubungan. Kemudian dikalikan
dengan tingkat kepentingan yang sudah diolah sebelumnya. Berdasarkan diagram,
karakteristik teknis yang mempunyai bobot terkecil adalah pemilihan warna
kontras yang agak mencolok dengan bobot sebesar 26,72 atau 5,63% dari total
pembobotan karakteristik teknis. Sedangkan, karakteristik teknis yang mempunyai
bobot tertinggi adalah pemilihan bahan lantai dapat dari baja berkualitas tinggi
atau beton dengan bobot sebesar 92,33 atau 19,45%. Sehingga dapat diartikan
bahwa karakteristik teknis yang memiliki nilai bobot tertinggi perlu mendapatkan
perhatian yang lebih untuk perancangan selanjutnya dibandingkan dengan
karakteristik teknis yang lain.
5.4 Ergonomi
Dalam usulan rancangan JPO ini mengacu pada prinsip ergonomi. Untuk
mendapatkan sudut kemiringan tangga yang sesuai dengan pengeluaran energi
minimal orang naik tangga, maka digunakan kriteria Lehmann dimana energi
minimal didapatkan dengan tangga yang mempunyai kemiringan antara 250 300.
Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa sudut yang sesuai untuk usulan
rancangan JPO adalah sebesar 270.
Penggunaan data anthropometri dalam usulan rancangan JPO juga
diperlukan, antara lain untuk penetapan diameter pegangan menggunakan data
anthropometri lebar tangan, untuk penentuan tinggi pagar pembatas jembatan
dengan menggunakan tinggi bahu, penentuan lebar area berjalan dengan
menggunakan lebar bahu dan untuk penentuan tinggi atap JPO dengan
menggunakan tinggi tubuh posisi berdiri. Dengan pemakaian data anthropometri,
kebutuhan pengguna dapat terpenuhi dan diharapkan dapat memberikan
kenyamanan kepada pengguna.
Karena populasi jumlah pengguna dan non pengguna JPO banyak, maka
untuk menentukan dimensi anthropometrinya dengan menggunakan data
interpolasi orang Indonesia yang ada pada Nurmianto (2004).
commit to user
V-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atribut, maka dengan adanya usulan rancangan JPO, keluhan dan keinginan
responden dapat terjawab.
Dihasilkan enam alternatif pemilihan usulan rancangan JPO yang
mempunyai bentuk tangga berbeda, hal ini dikarenakan penyesuaian penempatan
JPO dengan tempat yang akan dibangunnya. Apabila lahan untuk pembangunan
JPO cukup luas dapat menggunakan bentuk tangga L, akan tetapi untuk area
penempatan yang tidak begitu luas dapat menggunakan bentuk tangga JPO U.
Berdasarkan penilaian responden, alternatif keempat yang terpilih dan
dijadikan acuan dalam rancangan visualisasinya. Alternatif keempat memiliki
spesifikasi antara lain bahan lantai adalah baja h-beam, bahan atap berupa
polycarbonate, desain anak tangga berbentuk U, penempatan tempat sampah
yang berjumlah 5 buah pada tangga naik dan turun, bordes dan sepanjang area
berjalan, penerangan dipasang sepanjang jembatan setiap 2 meter, warna JPO
yang terpilih adalah biru tua dan desain JPO yang terpilih adalah desain JPO II.
Usulan rancangan ini mempunyai perbedaan dengan JPO yang ada saat ini,
dimana kebutuhan pengguna yang diperoleh berdasarkan keluhan dapat terpenuhi.
Hal ini dapat dilihat dengan besarnya sudut yang dihasilkan yang telah
disesuaikan dengan konsumsi energi minimal menurut kriteria Lehmann (dalam
Grandjean), area berjalan, tinggi pegangan, tinggi pagar pembatas yang telah
disesuaikan dengan anthropometri masyarakat Indonesia. Disamping itu, dengan
adanya penempatan papan baliho yang dinaikkan dari penempatan sebelumnya,
penambahan penerangan, atap dan tempat sampah pada usulan rancangan JPO
dapat menambah nilai estetika dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan
pengguna dalam memanfaatkan fasilitas penyeberangan JPO yang ada.
Kelemahan dari usulan rancangan ini adalah, tidak dilakukan perhitungan
untuk mengetahui besarnya gelagar, tumpuan, pilar, pondasi, sarana pembuangan
arus hujan dan besarnya volume arus kendaraan yang melintas.
commit to user
V-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Saran
Saran penelitian ini adalah diperlukannya perhatian dari pemerintah
commit to user
VI-1