Anda di halaman 1dari 8

TINGKAT SERANGAN PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (JAP) Rigidoporus

lignosus PADA TANAMAN KARET TRIWULAN 2 TAHUN 2013 WILAYAH KERJA


BBPPTP SURABAYA

Oleh :
Amini Kanthi Rahayu, SP1 dan Dina Ernawati, SP2
POPT Pertama dan Calon POPT

Latar Belakang
Tanaman karet berasal dari bahasa latin Havea brasiliensis yang berasal dari
Negara Brazil, dan tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam
dunia. Tanaman ini merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.
Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan
mempunyai percabangan yang tinggi diatas. Batang karet mengandung getah yang
dinamakan lateks (Siregar, 2009).

Gambar 1. Morfologi Tanaman Karet


Sumber : Purwono, 2010.

Didalam pemeliharaan dan produksi karet tidak menutup kemungkinan adanya


serangan hama dan penyakit. Menurut Ratmonando (2010) Hama tanaman karet
antara lain kutu lak (Laccifer greeni), kutu scale insect, mealy bugs, Nacoleia
(Lamrosena

diemenatis),

tungau

karet

(Tarsonemus

translucens),

uret

tanah

(Helotrichia serrata), belalang (Sexava sp.), Rayap (Captotermus sp., dan Microtermes

sp.) Sedangkan penyakit tanaman karet banyak sekali, salah satunya adalah penyakit
jamur akar putih yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus.
Penyebab penyakit (patogen) ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman.
Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat kedalam.
Kemudian daun gugur dan ranting menjadi mati. Pada perakaran tanaman sakit tampak
benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal. Jamur kadang-kadang
membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal
akar tanaman (Gambar 2). Pada serangan berat akar tanaman membusuk, sehingga
tanaman mudah tumbang dan mati. Penyakit ini sering dijumpai pada tanaman karet
umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa
akar tanaman dan pada tanah gembur dan berpasir (Ratmonando, 2010).

Gambar 2. Tubuh buah R. lignosus.


Sumber : Suprianto, 2013.

Asal mula terjadinya penyakit jamur akar putih ini antara lain lahan dari lahan
yang dipenuhi sisa tanaman hutan/bekas tanaman karet yang tidak dicabut atau dibakar
yang menjadi sarang koloni JAP, tanaman yang terinfeksi tidak diisolasi sehingga akar
yang terkena JAP dapat kontak langsung dengan tanaman karet yang sehat, spora
yang terbawa angin/air hujan, areal yang memang pernah endemic penyakit JAP, dan
klon karet yang tidak toleran terhadap JAP (Suprianto, 2013).

Keadaan Serangan Penyakit JAP pada karet Triwulan I tahun 2013.


Wilayah Kerja Pelayanan Teknis Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya meliputi 8
(delapan) propinsi yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali,
Nusa Tenggara Barat (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Setiap triwulan
perkembangan serangan hama dan penyakit tanaman perkebunan diamati supaya
tindakan pengendalian dapat dilakukan secara maksimal.

Tabel 1. Luas serangan penyakit JAP wilker BBPPTP Surabaya triwulan I 2013.
Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya
No.

Provinsi

1
2
3
4
5
6
7
8

Banten
Jawa Barat
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Total

Colle
Collectotricum
sp.
0.00
1,299.50
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1,299.50

Luas Serangan (ha)


Rigi
Oidi
Cort
Rigidoporus
Oidium
Corticium
lignosus
sp.
salmonicolor
8.50
0.00
0.00
740.23
148.21
0.00
0.00
0.00
7.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
748.73
148.21
7.00

Gambar 3. Peta tingkat serangan penyakit JAP di wilker BBPPTP Surabaya


Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya

OPT Lain
OPT
lainnya
0.00
0.00
5.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
5.00

Tabel 2. Luas areal tanaman karet wilker BBPPTP Surabaya


Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya
No.

Provinsi

1
2
3
4
5
6
7
8

Banten
Jawa Barat
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Total

LA (ha)
14,305.00
6,471.10
77.00
0.00
0.00
490.00
0.00
0.00
21,343.10

Berdasarkan Tabel 2. diatas luas areal tanaman karet di wilker BBPPTP


Surabaya, tidak semua propinsi terdapat tanaman karet. Tanaman karet hanya terdapat
di propinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali. Tetapi pada triwulan II (gambar
3) diatas propinsi Bali tidak melaporkan data luasan dan data serangan hama dan
penyakit karet, sehingga pada triwulan II tidak dapat dilakukan analisis serangan hama
maupun penyakit. Luas areal tertinggi terdapat di propinsi Banten dan diikuti propinsi
Jawa Barat. Triwulan I luas serangan akibat JAP di Jawa Barat tertinggi yaitu mencapai
740. 23 ha dari semua propinsi wilker. Sedangkan pada triwulan II jika dilihat dari peta
tingkat serangan (Gambar 3) akibat JAP wilayah Jawa Barat masih tertinggi dan harus
dilakukan pengendalian sesegera mungkin, hal ini karena tingkat serangan yang
ditimbulkan sudah tinggi. Pada gambar 4. Dibawah penyakit jamur akar putih pada
triwulan II tingkat serangan mencapai 36%, merupakan urutan kedua setelah serangan
penyakit yang disebabkan oleh jamur Collectotricum sp.

Gambar 4. Proporsi serangan JAP di wilker BBPPTP Surabaya


Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya

Perbandingan Luas serangan antara triwulan I dengan Triwulan II

Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas serangan JAP antara triwulan I dengan triwulan II
Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya

Dari Gambar 5. diatas dapat diketahui bahwa luas serangan akibat JAP ini di
Jawa Barat mengalami penurunan yaitu sebesar 51.15 ha. Hal ini dimungkinkan karena
musimnya masih musim kemarau sehingga kelembaban tanah masih rendah,
sedangkan yang lain karena pengendalian yang dilakukan sudah seimbang. Propinsi n

yang lain serangannya masih sama, sehingga pengendalian harus ditingkatkan dan
diwaspadai adanya serangan tinggi pada triwulan III dan IV.

Gambar 6. Perbandingan Luas serangan dengan luas pengendalian JAP triwulan II


Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya.

Berdasarkan Gambar 6. diatas dapat diketahui bahwa di propinsi Jawa Barat


triwulan II antara serangan dengan luas pengendalian masih tidak seimbang, yaitu luas
serangan sebesar 689,08 ha tetapi pengendalian yang dilakukan masih sebesar 45,12
ha. Sehingga jika pengendalian tidak dilakukan dengan seimbang maka serangan akan
tetap tinggi. Akan tetapi tingkat keberhasilan pengendalian penyakit pada tanaman
sangat tergantung pada kejelian petani perkebunan dalam mendeteksi beberapa fase
serangan penyakit ini. Berhubung tingkat kerugian yang disebabkan oleh JAP
berhubungan dengan jumlah tanaman yang mati dalam satu satuan luasan kebun,
maka deteksi dini perlu diketahui untuk tujuan penyelamatan kebun ( Anonim, tt).

Pengelolaan Penyakit Jamur Akar Putih Karet


Pengelolaan yang dapat dilakukan terhadap penyakit ini antara lain :
1. Pembongkaran atau pemusnahan tunggul akar tanaman yang terserang
2. Penanaman bibit sehat. Bibit yang akan ditanam sebaiknya diseleksi dulu, bibit
yang telah tertular dengan dicelupkan bagian perakaran dengan larutan terusi
2%.

3. Pada tanah yang akan ditanami sebaiknya ditaburi belerang 100-200 gr/pohon
selebar 100 cm. dan pemupukan yang rutin supaya tanaman sehat.
4. Membersihkan sumber infeksi, antara lain dengan:
-

Penanaman baru. dengan membongkar tunggul yang besar dan dibakar akan
mengurangi sumber infeksi infeksi baru

Peremajaan

Menggunakan tanaman penutup tanah. Tanaman yang digunakan yaitu


tanaman kacangan yang merayap. Tanaman ini akan melindungi tanah
terhadap erosi dan pencucian

Deteksi sumber infeksi, yaitu dengan penanaman tanaman indikator yang


sangat

rentan

terhadap

patogen

JAP,

misalnya

dengan

Crotalaria

anagyroides, atau dengan menimbunkan seresah atau mulsa pada pangkal


batang tanaman karet muda
5. Mencegah meluasnya penyakit dalam kebun
-

Selokan isolasi, tujuannya untuk mematahkan hubungan antara bagian jala


akar yang sakit dengan yang sehat

Pembukaan leher akar, merupakan simpul pada jala-jala akar dan merupakan
tempat-tempat yang penting bagi penjalaran jamur akar.

6. Pengendalian dengan APH jamur yaitu


-

Tricho-Jap
Merupakan biofungisida berbahan aktif Trichoderma koningii yang bersifat
antagonis terhadap R. lignosus dan jenis patogen jamur lainnya (Suprianto,
2013).

Pemberian natural Glio (Rahmanudin, 2013).

PUSTAKA
Anonim,
tt.
Jamur
Akar
Putih
Tanaman
Karet.
http://agrikencanaperkasa.com/index.php/solusi/22-jamur-akar-putih-taamankaret. diakses tanggal 19 Desember 2013.
Purwono, 2010. Budidaya Kelapa Sawit. http://setyobudipurwono.wordpress.com/.
Diakses tanggal 19 Desember 2013.

Semangun, H. 2000. Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.
Siregar,
R.A.
2009.
Morfologi
Tanaman
Karet.
http://rudisiregar.blogspot.com/2009/01/morfologi-tanaman-karet.html. diakses tanggal 19
Desember 2013.
Suprianto. 2013. Penyakit Jamur Akar Putih dan Solusi Produknya dengan Tricho-Jap.
http://supriantoskomks.blogspot.com/2013/06/penyakit-jamur-akar-putih-padatanaman.html. diakses tanggal 19 Desember 2013.
Rahmanudin, A. 2013. Mengatasi Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) pada Tanaman
Karet
dengan
Natural
Glio.
http://distributor-resminasa.blogspot.com/2013/05/mengatasi-jamur-akar-putih-tanaman-karet.html.
diakses tanggal 19 Desember 2013.
Ratmonando,
2010.
Hama
dan
Penyakit
Tanaman
Karet.
http://nandofiles.blogspot.com/2010/12/hama-dan-penyakit-tanaman-karet.html.
diakses tanggal 19 Desember 2013.

Anda mungkin juga menyukai