Anda di halaman 1dari 50

BLOK STOMATOGNASI I

MAKALAH TUTORIAL

PEMBENTUKAN ENAMEL
drg. Izzata Barid, M.Kes.
Anggota Kelompok 3:
1. Ayu Ragil Destrian

(151610101020)

2. Magdaleni Hasna N.

(151610101025)

3. Dani Agam R.

(151610101026)

4. Indah Pratiwi
5. Reza Hesti Augustine

(151610101027)
(151610101029)

6. Retno Dewi Alfiyanti

(151610101031)

7. Anindya Wahyu K.

(151610101032)

8. Risa Bela Selvia A.

(151610101033)

9. Anisa Luthfiyani

(151610101035)

10. Rindang Swandari Subagya

(151610101036)

11. Nindya Shinta Damayanti

(151610101037)

12. Yosefin Maihanani R. S.

(151610101038)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Pembentukan Enamel ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kami berterima kasih pada drg. Izzata Barid, M.Kes selaku tutor
dalam tutorial blok Stomatognasi I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
2016 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai struktur dan komposisi enamel, proses pembentukan
enamel, factor yang mempengaruhi proses pembentukan enamel, serta gangguan
yang terjadi pada proses pembentukan enamel.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca. Kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik serta saran yang membangun dari dokter demi perbaikan makalah
ini di waktu yang akan datang.

Jember, 29 Februari 2016

Penyusun

RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.

Bagaimana struktur dan komposisi dari enamel?


Bagaimana proses pembentukan enamel?
Apa saja faktor yang mempengaruhi pembentukan enamel?
Apa saja gangguan yang terjadi saat proses pembentukan enamel?

TUJUAN
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui struktur dan komposisi dari enamel


Untuk mengetahui proses pembentukan enamel
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pembentukan enamel
Untuk mengetahui gangguan yang terjadi saat proses pembentukan enamel

LEARNING OBJECTIVE 1

PROSES PEMBENTUKAN ENAMEL

Anggota Kelompok Tutorial 3 :

1. Magdaleni Hasna
2. Indah Pratiwi
3. Rindang S. S.

(151610101025)
(151610101027)
(151610101036)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITA JEMBER
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada manusia terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang


berkembang dari interaksi sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim.
Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, tapi dasar proses pertumbuhannya sama
pada semua gigi.
Setiap gigi tumbuh berturut-turut mulai dari tahap bud, cup, dan tahapbell.
Pada tahap bell dibentuk enamel dan dentin. Mahkota terbentuk dan
termineralisasi, akar gigi mulai terbentuk juga. Setelah kalsifikasi akar, jaringan
pendukung gigi, sementum, ligamentum periodontal, serta tulang alveolar
tumbuh. Pertumbuhan ini terjadi pada gigi insisivus dengan akar satu, premolar
dengan beberapa akar atau molar dengan akar multipel. Kemudian mahkota gigi
komplit erupsi ke rongga mulut. Pertumbuhan akar dan sementogenesis yang
lanjut sampai gigi berfungsi dan didukung oleh struktur gigi yang tumbuh
sempurna.
Gigi tumbuh dari 2 tipe sel yaitu epitel oral dari organ enamel dan sel
mesenkim dari papiladental. Perkembangan enamel dari enamel organ dan
perkembangan dentin dari dental papila.
Tahap

perkembangan

gigi

geligi

merupakan

proses

yang

berkesinambungan namun memiliki karakteristik yang dapat dibedakan melalui


tahap-tahapnya yaitu tahap bud, cap, dan bell. Masing-masing tahap menjelaskan
bentuk dari organ epitel enamel yang merupakan bagian dari perkembangan gigi.
Tahap inisial, tahap bud berbentuk bulat,pertumbuhan sel epitel bersifat lokal
dikelilingi oleh sel mesenkim yang mengalami poliferasi. Berangsur-angsur
epitelial bud yang bulat itu membesar, permukaannya semakin konkaf, merupakan
awal dari tahap cap. Saat ini sel dari epitelial menjadi enamel organ dan sisanya
menjadi lamina. Mesenkim membentuk dental papila yang akhirnya menjadi
dental pulpa. Jaringan yang mengelilingi dua struktur ini adalah dental folikel.
Setelah perkembangan lebih lanjut dari papila dan enamel organ, gigi
mengalami tahap morfodiferensiasi dan histodiferensiasi yang dikenal juga
dengan tahap bud. Pada tahap ini sel inner epitelium dapat dikarekteristikkan dari

pembentukan bentuk gigi. Sel enamel organ juga berdiferensiasi menjadi sel outer
enamel epitelium yang menutupi enamel organ yang akhirnya menjadi ameloblast
yang membentuk enamel dari mahkota gigi. Antara kedua lapisan sel ini terdapat
sel retikulum stelata yang berbentuk star shape dimana prosesusnya melekat
satu sama lain.
Lapisan

keempat

dalam

enamel

organ

dibentuk

sel

stratum

intermedium.Sel ini terletak bersebelahan dengan inner epitelium. Sel-sel ini


membantu ameloblas dalam pembentukan enamel. Fungsi outer enamel epitelium
adalah untuk mengatur jaringan kapiler yang membawa nutrisi ke ameloblas. Dari
outer enamel nutrisi disalurkan melalui retikulum stelata ke ameloblas. Selama
tahap bell, sel yang terletak pada bagian luar dari dental papil menjadi odontoblas.
Sel ini berdiferensiasi menjadi mesenkim. Odontoblas memanjang dan menjadi
kolumnar, mereka membentuk serat-serat matriks kologen yang diidentifikasikan
predentin.
Setelah 24 jam terjadi penambahan kalsifikasi matriks, pembentuk dentin.
Ketika beberapa penambahan dentin telah terbentuk, amebloblas yang
terdiferensiasi memiliki enamel matriks. Dentinogenesis selalu mendahului
amelogenesis, setelah enamel organ berdiferensiasi, dental lamina mulai
berdegenerasi dan mengalami lisis. Dental lamina menghilang di bagian anterior
dari mulut walaupun yang tersisa menjadi aktif di regio posterior selama beberapa
tahun.
Interaksi sel melalui sistem efektor, modulator, double setter disebut
signaling sel. Sebagai contoh dari sistem tersebut adalah interaksi epitel mesenkim
pada pembentukan gigi. Sel prekursor, odontoblas, dan ameloblas membuktikan
relasi posisional dalam arti efektor dan reseptor berada pada permukaan sel.
Pertama

kali

ameloblas

berdiferensiasi,

sehingga

prekursor

odontoblas

berdiferensiasi, membina hubungan dengan membran basal dari ameloblas


kemudian membentuk matriks dentin. Setelah formasi terjadi, ameloblas

membentuk matriks dentin, mengalami substansi yang dapat menyebabkan sel


berganti.
Pembentukan dental papila sel padat merupakan karakteristik dari dental
papil. Hal ini nyata/jelas pada tahap bud, selama sel berpoliferasi mengelilingi
tooth buds yang meluas pada pinggir dari dental lamina. Sel papila sangat cepat
dalam pembentukan enamel organ ke dalam tahap cap dan bell. Sel padat
membantu pertumbuhan enamel organ. Sel pada dental papilauntuk menjadi
fibroblas dan muncul sebagai retikulum yang halus. Pembuluh darah yang muncul
pada dental papila, pada awalnya di regio sentral sepanjang serabut nervus yang
dihubungkan dengan pembuluh ini. Pembuluh ini membawa nutrisi yang berguna
untuk pertumbuhan organ. Misalnya pertumbuhan papila, pembuluh kecil sering
terlihat di area perifer, membawa nutrisi untuk perpanjangan odontoblas.
Pergantian sel berakhir pada pertumbuhan kulit keras yang mengelilingi sentral
papila. Selanjutnya papila akan menjadi dental pulpa.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana proses pembentukan enamel?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan bagaimana proses pembentukan enamel

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan enamel terdiri dari dua fase, yaitu :

1. Fase pembentukan matriks organik enamel (enameloid) yaitu bahan


organik enamel yang sebagian besar berisi air dan protein
2. Fase pematangan atau maturasi enamel yang mengubang enamel yang
belum
1. Fase Pembentukan Matriks Organik Enamel
Fase pembentukan matriks organik enamel dimulai ketika sel sel
ameloblas pembentukan enamel telah mampu mensitesa matriks
organik enamel dan mensekresi matriks organik enamel. Di dalam fase
pembentukan protein enamel ini selain keberadaan organela organela
sitoplasma ameloblas dijumpai organela lisosim yang berperan penting
di dalam pemecahan protein karena lisosim mengandung enzim
hidrolitik (Acid pospatase)
Cara ameloblas dalam mensintesa matriks organik enamel adala
sebagai berikut
1. Organel sel ameloblas yaitu ribosom yang melekat pada
retikulum endoplasma akan mensintesa prtein yang dibutuhkan
dalam pembentukan enamel dalam bentuk proenamelin
2. Vesikel transfer yang berasal dari retikulum endoplasma akan
mentransfer proenamelin ke aparatus golgi. Di dalam sakulus
(kantung) aparatus golgi, proenamelin akan mengalami
glikosilasi(pengikatan protein dengan gugus glukosa)
3. Proenamelin yang telah berikatan dengan gugus glikosil
tersebut akan dikumpulkan di dalam vesikel sekretori (granula
sekretori) yang terdapat pada sel ameloblas
4. Di dalam vesikel sekretori proenamelin di atas akan mengalami
proses fosforilasi (proses memasukkan gugus prospat ke dalam
molekul organik) menjadi bentuk polipeptida (senyawa protein
yang terdiri dari dua atau lebih molekul asam amino)
Vesikel sekretori inilah yang akan mensekresi matriks organik
enamel ke Tomes processus. Tomes processus terdapat pada
ujung sel sel ameloblas yang pada awalnya berlokasi di dekat
bagian dentin yang terkalsifikasi yaitu dentino enamel junction.
Tomes processus ini kemudian mensekresi matriks organik

enamel keluar dari sel ameloblas dalam bentuk yang telah


matang.
2. Fase Maturasi Enamel
Fase pematangan enamel adalah proses ataupun serangkaian proses
yang menghasilkan perubahan dari enamel yang belum matang
menjadi enamel yang matang. Hal ini mengakibatkan matriks
anorganik menggantikan matriks organik dalam jumlah yang hampir
sama. Pada awal pematangan enamel volume matriks anorganik yang
terdapat ada enamel hanya sekitar 27% kemudian jumlah ini akan terus
bertambah hingga mencapai volume matriks organik sekitar 96% pada
saat itulah enamel dikatakan matang.
Pematangan enamel mulai terjadi apabila matriks organik enamel
yang telah dibentuk pada fase pembentukan matriks organik enamel
dan matriks anorganik enamel telah ada, dimana matriks anorganik
ename akan mengendap di dalam matriks organik enamel dengan cara
pelarutan matriks anorganik dengan matriks. Organik enamel langsung
menjadi satu. Hal ini terbukti dengan adanya kalsium dan pospat
dalam bentuk kristal hidroksiapatit pada organel organel sitroplasma
sel sel ameloblas seperti pada granula granula, bagian dasar
mitokondria, retikulum endoplasmik dan aparatus golgi.
Proses pematangan enamel berlangsung dengan cara sebagai berikut :
1. Tomes processus mensekresi matriks yang matang dari disertai juga
dengan keluarnya air dari matriks organik dalam jumlah besar
2. Pada waktu air dan protein keluar dari matriks organik enamel, pada waktu
yang sama pula ion ion anorganik (kalsium dan pospat) akan masuk ke
dalam matriks organik tersebut dan akan membentuk kristal hidroksiapatit.
Keluarnya air dari matriks organik enamel ini disebabkan oleh adanya
pengaruh dari alkalin pospatase yang berasal dari lapisan stratum
intermedium mengakibatkan tekanan osmotik pada lapisan intermedium
lebih tinggi daripada sel sel sekitarnya.

3. Selanjutnya konsisten kristal hidroksiapatit akan berubah dari yang lunak


menjadi lebih keras. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan dalam kadar
ion ion anorganiknya.
Kristal hidroksiapatit yang telah mengendap pada matriks organik
enamel disebut dengan enamel rod. Enamel rod adalah satuan morfologik
yang paling utama pembentukan enamel yang dibentuk oleh ameloblas.
Enamel rod yang tersusun di dalam enamel pada satu mahkota gigi bisa
mencapai kira kira 5 12 juta. Enamel rod, yang satu dengan enamel rod
yang lain akan disatukan oleh enamel interrod (enamel antar batang).
Komposisi enamel rod dan enamel interrod adalah sama, yaitu
hidroksiapatit dan matriks organik enamel, perbedaan hanya pada kadar
ion anorganiknya.
Proses pematangan enamel ini dimulai pada ujung kuspid atau tepi
insisal ke regio servikal gigi. Pematangan enamel akan tetap bejalan meskipun
erupsi gigi desidui telah tejadi. Pematangan enamel ini dapat juga terjadi akibat
pengaruh dari faktor faktor luar gigi itu sendiri, antara lain ion pospat dan ion
ion flourida serta elemen elemen langka (trace) yang lain yang terdapat pada
saliva.

BAB III
PEMBAHASAN
Pembentukan enamel di awali dengan pembentukan dentin terlebih
dahulu.

Matriks

dentin

menginduksi

inner

epitel

epithelium

menjadi

preameloblast, kemudian pre ameloblast akan membentuk ameloblast. Perubahan


intrasel preameloblas membentuk ameloblas ditandai sebagai berikut bentuk sel
kolumner pendek menjadi panjang, sitoplasma terpolarisasi, dan inti sel ke arah
basal, retikulum endoplasma kasar, apparatus Golgi, mitokhondria ke arah apikal,
sitoplasma mengandung sitoskeleton yang terdiri dari mikrotubulus, mikroelemen,
serabut kontraktil untuk sekresi sel. Pembentukan ameloblas dan odontoblast
hampir bersamaan. Kekhasan ameloblas, sitoplasma bagian apikal (proc.
Thome's), letaknya dekat dentino enamel junction dan tidak ada perpanjangannya.
.Sel ameloblast inilah yang akan membentuk enamel. Pembentukan
enamel terjadi selapis demi selapis, lapis pertama terbentuk di atas dentin.
Perbendaan waktu pembentukan lapis pertama dengan lapis selanjutkan
menyebabkan terjadinya suatu bentukan garis yaitu garis retzius.

gambar 1. Pembentukan enamel

Perkembangan enamel terdiri dari dua fase, yaitu :


1. Fase pembentukan matriks organik enamel (enameloid) yaitu bahan
organik enamel yang sebagian besar berisi air dan protein
2. Fase pematangan atau maturasi enamel yang mengubang enamel yang
belum

Fase pembentukan matriks enamel


Setelah selapis dentin terbentuk, ameloblas akan mengeluarkan cairan di
sepanjang dentin sehingga terbentuk enamel matriks yang pertama yang disebut
dentino enamel membrane. Kemudian ameloblas akan mengeluarkan tonjolan
sitoplasma yaitu Procesus Tomes yang mengandung banyak granula. Tomes
processes terdapat pada ujung sel sel ameloblas yang pada awalnya berlokasi di
dekat bagian dentin yang terkalsifikasi yaitu dentino enamel junction. Tomes
processes ini kemudian mensekresi matriks organik ename keluar dari sel
ameloblas dalam bentuk yang telah matang.
Fase Maturasi Enamel
Proses ini mengakibatkan matriks anorganik menggantikan matriks
organik dalma jumlah yang hampir sama jumlahnya. Selama proses maturasi
Tomes processus akan menghilang dan meninggalkan striated border disertai
dengan keluarnya air dari matriks organik dalam jumlah besar.
Pada waktu air dan protein keluar dari matriks organik enamel, diikuti ion
ion anorganik (kalsium dan pospat) yang akan masuk ke dalam matriks organik
tersebut dan akan membentuk kristal hidroksiapatit, kristal hidroksiapatit akan
berubah dari yang lunak menjadi lebih keras. Kemudian kristal hidroksiapatit
yang telah mengendap pada matriks organik enamel disebut dengan enamel rod.
Enamel rod, yang satu dengan enamel rod yang lain akan disatukan oleh enamel
interrod (enamel antar batang). Pematangan enamel akan tetap bejalan meskipun
erupsi gigi desidui telah tejadi.

KESIMPULAN

Enamel terbentuk ketika matriks dentin menginduksi inner enamel


epithelium menjadi preameloblast yang akan membentuk ameloblast. Ameloblast
ini adalah sel yang akan membentuk enamel. Pembentukan enamel terjadi selapis
demi selapis, lapis pertama terbentuk di atas dentin. Perbendaan waktu
pembentukan lapis pertama dengan lapis selanjutkan menyebabkan terjadinya
suatu bentukan garis yaitu garis retzius.
Ada dua fase pembentukan enamel yaitu fase pembentukan matriks
enamel dan fase maturasi enamel. Fase pembentukan matriks enamel yaitu
ameloblas akan mengeluarkan cairan disebut dentino enamel membrane dan
tonjolan sitoplasma disebut Procesus Tomes. Tomes processes ini kemudian
mensekresi matriks organik enamel keluar dari sel ameloblas dalam bentuk yang
telah matang. Fase maturasi enamel yaitu fase dimana Tomes processus akan
menghilang dan meninggalkan striated border disertai dengan keluarnya air dari
matriks organik dalam jumlah besar. Kemudian bahan anorganik (kalsium dan
pospat) yang akan masuk ke dalam matriks organik tersebut akan membentuk
kristal hidroksiapatit yang akan berubah dari lunak menjadi lebih keras

DAFTAR PUSTAKA

Sperber,

Kraniosial.Jakarta: Hipokrates
Bhaskar, S.N. 1980. Oral Histology and Embryology. London : The C.V.

G.H(alih

bahasa

Yuwono,

Lilian).1991.

Embriologi

Mosby Co
BAB I Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi
elisa.ugm.ac.id/user/archive/.../13984ea60683108edc2845824f83b2bf
diakses pada 22 Februari 2016
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/746/1/980600042.pdf
diakses pada 22 Februari 2016

LEARNING OBJECTIVE 2
STRUKTUR DAN KOMPOSISI ENAMEL

Anggota Kelompok Tutorial 3 :

1. Ayu Ragil Destrian


2. Dani Agam R.
3. Reza Hesti Augustine

(151610101020)
(161610101026)
(151610101029)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITA JEMBER
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Gigi secara anatomis tersusun atas mahkota gigi dan akar


gigi. Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa,
lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Enamel merupakan
lapisan terluar dari mahkota gigi yang dibentuk oleh sel-sel
ameloblast

tersusun

atas

95%

kristal

hidroksiapatit

dan

merupakan jaringan terkeras dari gigi dibandingkan dengan


jaringan tulang dari seluruh tubuh. Akan tetapi enamel sangat
rentan terhadap keasaman yang didapatkan dari makanan atau
minuman sehingga menyebabkan kerusakan pada email yang
disebut erosi gigi. Email merupakan suatu unsur bradytrophes
yaitu jaringan yang paling sedikit sekali mendapatkan makanan.
Email berwarna putih, namun email memiliki sifat translusen
yang memungkinkan warna dentin yang kuning sedikit terlihat
sehingga memberi tampilan gigi terlihat kuning.
Email menutupi mahkota anatomis gigi dengan ketebalan
yang berbeda-beda di daerah tertentu, email paling tebal di
daerah permukaan kunyah gigi (di insisal gigi insisive dan oklusal
gigi molar), dan semakin ke bawah semakin menipis. Email dari
orang muda lebih lunak dari orang tua. Ketebalan juga berbedabeda pada jenis gigi yang berbeda, yaitu pada incisal ridge
insisive, cusp premolar, dan cusp molar. Kekerasan email juga
juga semakin berkurang apabila mendekati dentin. Hal tersebut
dikarenakan komponen anorganik pada dentin dan sementum
lebih renda dari email.
Penulisan

makalah

ini

atas

dasar

bahwa

mahasiswa

kedokteran gigi wajib mempelajari tentang biologi mulut, pada


makalah ini akan dibahas tentang enamel yaitu bagaimana dan
apa saja struktur dan komposisi penyusunnya, sementara
tentang bagaimana proses pembentukannya, faktor-faktor yang

mempengaruhi

pembentukan

email

dan

apa

saja

kerusakan/kelainan yang ditimbulkan pada proses pembentukan


enamel akan dibahasa pada sub bab berikutnya. Diharapkan
setelah

mempelajari

semua

komponen

diatas,

mahasiswa

kedepannnya mempunyai pedoman untuk digunakan pada saat


di klinik.
1.2

Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana struktur penyusun enamel?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan apa saja struktur penyusun enamel
1.3.2 Menjelaskan apa saja komposisi penyusun enamel

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enamel
Enamel dibentuk oleh sel yang disebut sebagai ameloblast,
yang berasal dari lapisan embrio yang dikenal sebagai ectoderm.
Enamel melapisi bentuk anatomi mahkota gigi dan ketebalannya
berbeda pada setiap daerah. Enamel lebih tebal pada bagian
incisal dan oklusal gigi dan semakin lama semakin menipis pada
servikal

gigi

sampai

mencapai

semento-enamel

junction.

Ketebalannya juga berbeda-beda. Pada incisal ridge insisivus


rata-rata sekitar 2,5 mm, pada cups premolar rata-rata sekitar
2,3 mm sampai 2,5 mm dan pada cups molar rata-rata sekitar
2,5 mm sampai 3 mm. Pada permukaan lateral ketebalan enamel
sekitar 1,3 mm. Bila dibandingkan dengan jaringan gigi yang lain,
email adalah jaringan yang paling keras dan paling kuat sehingga
dapat melindungi gigi terhadap rangsangan saat mastikasi.
Jaringan

paling

keras

dari

gigi

ini

dapat

mengalami

kerusakan seperti abrasi, erosi, dan atrisi. Abrasi disebabkan


karena

mekanis,

misalnya

karena

menyikat

gigi

dengan

menggunakan teknik yang salah. Erosi disebabkan karena kimia,


misalnya karena suka makan makanan dan/atau yang minum
minuman yang mengandung asam atau zat kimia (misalnya Pb),
sedangkan atrisi disebabkan karena mastikasi.
Email

gigi

tidak

mempunyai

kemampuan

untuk

menggantikan bagian-bagian yang rusak. Oleh karena itu, begitu


gigi erupsi maka email gigi terlepas dari jaringan-jaringan lainnya
yang ada di dalam gingiva/rahang. Akan tetapi ada hal-hal lain

yang dapat memperkuat email yaitu begitu gigi erupsi maka


akan terjadi perubahan susunan kimia sehingga email gigi akan
lebih kuat menghadapi stimuli yang diterimanya.
Enamel merupakan struktur yang poreus dan bersifat
semipermeabel sehingga memungkinkan ion dan beberapa jenis
cairan, bakteri, dan produk bakteri dalam rongga mulut berdifusi
ke dalam enamel.
Komposisi Enamel
Komposisi kimia enamel terdiri atas 92-93% zat anorganik,
1-2% zat organik dan 3-4% air. William dan Elliot (1979)
menyusun komposisi mineral enamel dalam jumlah besar berupa
Ca, P, CO2, Na, Mg, Cl dan K sedangkan dalam jumlah kecil
berupa F, Fe, Zn, Sr, Cu, Mn dan Ag. Zat anorganik yang utama
berupa

hidroksiapatit

[Ca10(PO4)6(OH)2]

sekitar

90-92%

dari

volumenya yang tersusun atas komponen-komponen kalsium


fosfat.

Sementara

kandungan

organik

terdiri

atas

protein,

karbohidrat, sitrat, dan lemak. Ion kalsium dan fosfat merupakan


komponen anorganik yang penting dalam kristal hidroksiapatit.
Garam-garam

mineral

organik

tersusun

dalam

bentuk

jaringan-jaringan kecil yaitu terdiri dari :


- keratin (pseudokeratin) : C4H9N3O2
- protein : enamelins, amelogenins dan albumin.
- Kolagen : Hydroxyproline, C5H9O3N
- lemak : CH3(CH2)2CO2H
- asam-asam amino lainnya. : Aspartic acid, Threonine, Serine,
Glutamic acid, Proline, Glycine, Alanine, Valine, Methionine,
Isoleucine, Leucine, Tyrosine, Phenylalanine, Lysine, Histidine,
Arginine

Struktur Enamel
Secara struktural enamel terdiri atas jutaan enamel rod atau
prisma yang merupakan struktur komponen terluas. Struktur ini
berubah-ubah jumlahnya dari kira-kira 5 juta pada insisivus
mandibula sampai sekitar 12 juta pada molar maksila. Prisma ini
memanjang

dari

arah

perbatasan

enamel

dan

dentin

ke

permukaan enamel, serta saling mengikat satu sama lain. Pada


potongan melintang tampak seperti lubang kunci yang terdiri
atas kepala dan ekor. Arah prisma ke permukaan tidak lurus
melainkan bergelombang. Pada bagian kepala prisma terdapat
prism sheath yang di dalamnya terdapat kristal hidroksiapatit.
Sumbu kristal sejajar dengan arah prisma di dasar prisma dan
tampak memanjang di ujung prisma. Di antara kristal terdapat
celah berisi matriks yang sukar diamati sebab terdiri dari zat
berupa gel yang tidak berstuktur. Bentuk gel tersebut
memungkinkan matriks mengikat kristal. Di antara kristal juga
terdapat cross striations dan di bagian lebih luar terdapat
striae of retzius yang arahnya dari perbatasan enamel-dentin
ke permukaan bersudut tajam. Rod sheath adalah suatu lapisan
tipis yang mengelilingi prisma. Ia merupakan struktur organik
yang tidak terkalsifikasi dan lebih resisten terhadap asam.
Selain itu, enamel juga terbentuk oleh komponen-komponen
yang lain seperti Hunter-Schreger band, enamel lamellae, enamel
tufts, dan enamel spindles. Struktur-struktur ini jelas kelihatan di
bawah mikroskop cahaya.
Ketebalan

dan

kepadatan

enamel

mempengaruhi

permukaan mahkota gigi. Hal ini membentuk lapisan pelindung


dengan ketebalan yang berbeda (1,0-2,5 mm) pada setiap area
gigi. Lapisan email yang paling tebal terdapat pada permukaan
insisal

dan

oklusal

gigi

dan

semakin

menipis

hingga

ke

pertemuan cementoenamel junction. Kepadatan email adalah


sekitar 2,9 g/cm3. Email mengandung hidroksiapatit yang
memberikan kekerasan pada gigi, sehingga gigi dapat bertahan
lebih lama apabila dijaga dengan baik. Kekerasan email juga
semakin berkurang apabila mendekati ke arah dentin. Hal ini
disebabkan komponen anorganik pada dentin dan sementum
lebih rendah dari email.
Struktur prismatik email yang terbentuk dari ameloblast
mengandung jutaan prisma email atau rod yang memanjang dari
arah perbatasan email dan dentin ke permukaan email, serta
satu dengan yang lainnya saling mengikat. Arah prisma ke
permukaan

tidak

lurus

melainkan

bergelombang

untuk

mempertinggi ketahanan terhadap gaya yang datang. Di bagian


kepala prisma terdapat selubung prisma atau dikenal prisma
sheath yang didalamnya terdapat kristal hidroksiapatit seperti
terlihat pada gambar 2. Di antara kristal terdapat celah yang
terisi oleh air dan komponen organik.
dilihat pada gambar 3.5

Gambar 2: Struktur kristal email

Struktur email dapat

Gambar 3: Struktur email

BAB III
PEMBAHASAN
Enamel gigi membentuk lapisan luar dari anatomi mahkota
gigi. Enamel berfungsi sebagai pelindung dentin gigi. Enamel
yang matang adalah jaringan terkalsifikasi yang paling keras
dalam tubuh manusia, tetapi tidak mempunyai pembuluh darah
dan sistem saraf. Nilai kekerasan enamel biasanya sekitar 250360 HV atau 270-350 KHN. Enamel merupakan struktur yang
poreus dan bersifat semi-permeabel sehingga memungkinkan ion
dan beberapa jenis cairan, bakteri, dan produk bakteri dalam
rongga mulut berdifusi ke dalam enamel. Enamel tidak dapat
memperbaharui dirinya apabila menjadi nonvital, tetapi dapat
mengalami

perubahan

mineralisasi

apabila

mengalami

kehilangan substansi enamel yang ringan. Ameloblast adalah sel


pembentuk enamel dan akan berdiferensiasi pada tahap aposisi
enamel. Ameloblast yang berada di bagian akar gigi tidak akan
mengalami diferensiasi. Oleh karena itu, enamel hanya terbentuk
pada mahkota gigi dan tidak di akar.
Komposisi Enamel
Enamel

terdiri

atas

92-93%

materi

anorganik

yang

termineralisasi (mineral), dan 1-2% materi organik dan 4%air


diukur dari beratnya. Materi anorganik yang membentuk enamel
adalah kristal submikroskopik yang tersusun erat antara satu
sama lain yang dikenali sebagai hidroksiapatit dengan rumus
kimia [Ca10(PO4)6(OH)2]. Apabila gigi berkontak dengan cairan
yang mempunyai pH asam, hidroksiapatit akan melarut dan
melepaskan ion-ion Ca2+, PO43- , dan OH- untuk menyeimbangkan
konsentrasi ion di dalam enamel dan lingkungannya. Komponen

kisi-kisi kristal yang hilang dapat diganti dengan ion lain seperti
magnesium, natrium, fluoride, klorida, dan karbonat yang
mempunyai ukuran partikel yang hampir sama dengan ukuran
ion yang hilang.
Sebagian besar yang tersusun dalam enamel adalah kalsium
yang rata-rata mempunyai komposisi sebesar sekitar 35,8% dan
fosfor sebesar 17,4%. Mayoritas fosfor dalam tubuh terdapat
dalam bentuk ion fosfat (PO4). Setelah selesainya kalsifikasi,
kalsium dan fosfor tidak dapat ditarik dari apatit gigi seperti yang
terjadi pada tulang. Fungsi utama dari kalsium adalah untuk
memberian rigiditas dan kekuatan kepada tulang dan gigi. Fosfor
mempunyai beberapa fungsi, tetapi dua fungsi utamanya adalah
sebagai mineral pembentukan tulang dan gigi serta produksi dan
transfer dari high energy phosphates. Sebagai tambahan fosfor
mempunyai peran dalam absorbsi transportasi zat gizi sebagai
alat angkut untuk membawa zat-zat gizi menyebrangi membran
sel atau di dalam aliran darah yang disebut dengan proses
fosforilasi (Carvallho, 2001.p. 48). Komponen metabolit esensial,
dan mengatur keseimbangan asam-basa.
Komponen yang termasuk materi organik pula adalah rod sheath dan proteinprotein enamel. Enamel mengandung dua jenis protein yaitu amelogenin dan
enamelin. Amelogenin adalah protein yang terlibat dalam amelogenesis,
pengembangan enamel . Amelogenin adalah jenis matriks ekstraselular (ECM)
protein, bersama

dengan ameloblastins, enamelins, dan tuftelins sebagai

mineralisasi enamel untuk membentuk matriks yang sangat terorganisir dari


batang , interrod kristal, dan protein. Meskipun peran yang tepat dari amelogenin
dalam mengatur mineralisasi proses tidak diketahui, diketahui bahwa amelogenins
sangat berperan penting selama proses amelogenesis. Mengembangkan enamel
gigi manusia mengandung sekitar 30% protein, 90% dari yang amelogenins.
Amelogenins sangat berperan penting dalam penyelenggaraan batang
enamel selama perkembangan gigi . Penelitian terbaru menunjukkan bahwa

protein ini mengatur inisiasi dan pertumbuhan hidroksiapatit kristal selama


mineralisasi enamel. Selain itu, amelogenins muncul untuk membantu dalam
pengembangan sementum dengan mengarahkan cementoblasts ke permukaan akar
gigi. Enamelin mengandung sedikit prolin, asam glutamad dan histidin daripada
amelogenin tetapi lebih besar jumlah glisin. Secara garis besar keduanya berfungsi
untuk membantu dalam pembentukan kristal dengan mengikat kalsium dengan
komponen hidroksiapatit yang lain.
Struktur utama enamel adalah prisma enamel, interprisma
enamel, dan rod sheath (Gambar 1). Struktur-struktur ini sangat
kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop elektron. Selain
itu, enamel juga terbentuk oleh komponen-komponen yang lain
seperti Hunter-Schreger band, lines of Retzius, enamel lamellae,
enamel tufts, dan enamel spindles. Struktur-struktur ini jelas
kelihatan di bawah mikroskop cahaya.
Prisma enamel adalah unit sktruktural enamel dan dibentuk
oleh sel pembentuk ameloblast sehingga menyerupai bentuk
keyhole. Prisma enamel memanjang dari batas dentinoenamel ke
permukaan luar enamel dan setiap satunya mempunyai diameter
sebesar 4 mikron. Namun setiap prisma enamel mempunyai
ukuran panjang yang berbeda karena berada di lokasi berbeda
pada enamel. Batang prisma disusun sedemikian sehingga saling
mengunci untuk menahan gaya mastikasi dan mencegah fraktur.
Setiap batang prisma dipenuhi dengan kristal hidroksiapatit
kalsium dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2. Perubahan yang
terjadi

pada

struktur

hidroksiapatit

akan

memengaruhi

kekerasan, kerapuhan, serta solubilitas enamel.


Rod sheath adalah suatu lapisan tipis yang mengelilingi
prisma. Ia merupakan struktur organik yang tidak terkalsifikasi
dan lebih resisten terhadap asam. Kadang-kadang, materi
organik

ini

juga

dapat

dijumpai

di

antara

kristal-kristal

hidroksiapatit. Walaupun enamel merupakan struktur yang keras


dan padat, pori-pori di antara batang prisma enamel dan juga di
antara kristal-kristal hidroksiapatit yang dihasilkan oleh rod
sheath menyebabkan enamel bersifat semi-permeabel sehingga
ion dan molekul-molekul kecil dapat berpenetrasi ke dalam
enamel.
Membrane nasmyth

adalah email yang masih terdapat

ameloblas dan membraneini cepat hilang kecuali pada tempattempat yang terlindung. Garis-garis Retziuz merupakan garis
pergantian kalsifikasi oleh ritme siang danritme malam serta
menggambarkan bagian-bagian yang kalsifikasinya kurang
Perikimata adalah bentukan pada permukaan garis-garis
Retzius yang banyak dijumpai pada gigi muda berjalan tegak
lurus pada panjangnya elemen. Pada enamel juga dijumpai
tonjolan serabut Tomes, dibentuk didalam dentin mantel saluran
akar dan juga akibat dari kalsifikasi yang kurang baik, serta
terdapat bentuk bintu batas antara email dan gigi.

Gambar 1. Gambaran prisma enamel secara

cross sectional

KESIMPULAN
Enamel/email gigi adalah jaringan yang paling termineralisasi
dibentuk oleh sel-sel ameloblast dan merupakan struktur kristalin
yang terdiri dari komponen anorganik, komponen organik, dan air
yang diukur dari beratnya. Secara mikroskopis, sebagian besar
struktur email tersusun oleh kristalit anorganik yaitu kristal
hidroksiapatit [(Ca10(PO4)6(OH)2] berbentuk heksagonal, karena
terdiri dari komponen tersebut yang memberikan kekerasan pada
gigi. Struktur utama enamel adalah prisma enamel, interprisma

enamel, dan rod sheath, Hunter-Schreger band, lines of Retzius,


enamel lamellae, enamel tufts, dan enamel spindles
Komposisi mineral anorganik dalam jumlah terbesar yaitu Ca,
PO4, CO2, Na, Mg, Cl, dan K, sedangkan dalam jumlah kecil yaitu
F, Fe, Mn, Ag, Zn. Kandungan organik terdiri atas protein (terdiri
dari amelogenin dan enamelin), karbohidrat, sitrat, lemak, dan
kolagen, serta asam-asam amino lainnya seperti Aspartic acid,
Threonine, Serine, Glutamic acid, Proline, Glycine, Alanine,
Valine, Methionine, Isoleucine, Leucine, Tyrosine, Phenylalanine,
Lysine, Histidine, Arginine. Keseluruhan komponen organik dan
anorganik

tersebut

membantu

dalam

proses

pembentukan

enamel gigi.

DAFTAR PUSTAKA

Wangidjaja, Itjingningsih. 2013. Anatomi Gigi Edisi 2.

Jakarta : Buku Kedokteran Gigi EGC.


Ash, M.M & Stanley, J.N. 2008. Wheeler's Dental Anatomy,
Physiology, Occlusion. 8 th ed. New Delhi : Elseviers.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21936/3/C
hapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 23 Februari 2016

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19600/4/C
hapter%20II
diakses pada tanggal 24 Februari 2016

LEARNING OBJECTIVE 3
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PROSES PEMBENTUKAN ENAMEL

Anggota Kelompok Tutorial 3 :

1. Risa Bela Selvia A


2. Anisa Luthfiyani
3. Nindya Shinta S

(151610101033)
(151610101035)
(151610101037)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITA JEMBER
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan jaringan gigi merupakan hal yang penting
untuk dipahami oleh seorang dokter gigi dalam merawat pasien. Hal ini berkaitan
dengan rencana perawatan yang akan dilakukan. Selain itu, rencana perawatan
juga sering kali dihubungkan dengan usia pasien ketika pasien tersebut memiliki

keluhan pada giginya. Waktu erupsi gigi tiap anak berbeda-beda, dipengaruhi oleh
nutrisi dan ras. Faktor nutrisi yang mempengaruhi antara lain kandungan gizi,
pola makan, dan jenis makanan. Kebiasaan makan dan jenis makanan pada setiap
ras juga berbeda-beda. Proses erupsi gigi di dalam mulut sangat kompleks.
Masing-masing gigi pada tiap individu memiliki waktu erupsi yang berbeda-beda.
Penyimpangan waktu erupsi dapat terjadi karena adanya variasi dari waktu erupsi
normal gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Clements dan Thomas, menyebutkan
bahwa anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi tinggi memperlihatkan
erupsi gigi lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari tingkal
sosial ekonomi rendah. Hal ini berhubungan dengan nutrisi yang diperoleh anakanak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi lebih baik. Variasi kecepatan erupsi
juga dimungkinkan pada perbedaan jenis kelamin. Umumnya anak perempuan
memiliki waktu kalsifikasi lebih cepat dari pada laki-laki dan waktu erupsi gigi
anak laki-laki lebih lambat dari pada anak perempuan. Berdasarkan latar belakang
di atas, kami tertarik untuk mengulas lebih jauh tentang proses pertumbuhan gigigeligi sulung dan permanen dan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangan gigi serta kelainan-kelainan yang
mungkin muncul selama proses ini. Enamel adalah struktur yang melapisi bagian
luar gigi atau sebagai pelindung gigi. Enamel terletak diluar dentin dan
merupakan struktur gigi yang paling keras karena mengandung bahan anorganik
lebih banyak daripada dentin yaitu kristal hidroksiapatit. Enamel mulai terbentuk
pada saat intrauterine. Pada saat pembentukan enamel merupakan satu rangkaian
pembentukan gigi yang disebut odontogenesis. Enamel dibentuk setelah dentin
selesai mengalami pertumbuhan. Adanya induksi dari matrix dentinlah yang
menyebabkan sel-sel inner enamel epithelium berdiferensiasi menjadi sel
ameloblas. Sel-sel ameloblas merupakan sel pembentuk enamel.
Jika membicarakan tentang proses pembentukan enamel tentu ada
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor ini menentukan bagaimana
enamel seseorang nanti terbentuk apakah normal atau bisa juga menyebabkan

kelainan. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu genetik, hormon, lingkungan


dll.
2.1 Rumusan Masalah
2.1.1 Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi proses pembentukan enamel?
3.1 Tujuan
3.1.1 Menjelaskan faktor faktor apa saja yang dapat mempengaruhi proses
pembentukan enamel

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor faktor yang mempengaruhi proses pembentukan enamel:
1. Genetik
Karakteristik

gigi

diturunkan

secara

genetis

sehingga

menimbulkan keunikan bagi setiap individu. Pengetahuan mengenai


besarnya faktor genetis dalam mempengaruhi karakteristik gigi sangat

berguna dalam beberapa hal misalnya penentuan ras, hereditas,


determinasi umur. Adanya perbedaan karakteristik gigi pada kumpulan
individu memungkinkan dilakukan pengelompkan antar ras geografis
dan

dapat

menjadi

cirri

khas

suatu

populasi.

Banyak peneliti yang melaporkan bahwa terdapat bukti yang


cukup kuat mengenai pengaruh factor genetic terhadap ukuran gigi.
Sejumlah studi pada manusia menunjukkan adanya ukuran dimensi
mahkota gigi dengan factor genetis hubungan antar keluarga yang
dekat seperti orang tua dan anak, saudara kandung, saudara sepupu
menunjukkan hubungan yang signifikan pada ukuran dimensi mahkota
gigi yang meliputi enamel, dentin dan rongga pulpa.
Beberapa kecurigaan yang mengarah pada dugaan adanya
factor genetic sebagai penyebab suatu kelainan dan sifat yang
diwariskan. Pertama adalah adanya agregasi familial pengelompokan
dalam keluarga penderita) yaitu frekuensi kelainan dan sifat yang
diturunkan tersebut lebih tinggi pada kerabat derajat satu (orang tua,
anak, saudara kandung) dibandingkan dengan frekuensi pada populasi
umum.
2. Lingkungan
Teori plastisitas terhadap morfologi gigi adalah factor
lingkungan seperti stress, ketinggian tempat tinggal (kondisi
geografis), pola makan (status gizi), dan radiasi mampu memberikan
dampak terhadap pembentukan morfologi gigi pada suatu populasi,
sekalipun struktur gigi yang paling keras yaitu enamel dan tidak mudah
berubah

bentuk.

Kondisi

lingkungan

yang

berbeda

mampu

menghasilkan morfologi gigi yang berbeda karena sifat alami manusia


yang berdaptasi dengan lingkungannya.
Kandungan mineral dalam gizi suatu populasi termasuk efek
dari lingkungan. Meskipun banyak mineral yang berhubungan,
kandungan fluorin dalam suatu populasi juga berdampak pada
pembentukan morfologi gigi. Dimana biasanya mineral didapat dalam

kemasan air minum yang memiliki kandungan berbeda di masing


masing daerah.
Ukuran gigi dengan heritabilitas yang juga relative tinggi
menunjukkan bukti adanya perbedaan generasi antara bapak dan anak
laki-laki ke, ibu dan anak perempuan dan perbedaan sekuler dalam
periode waktu yang pendek.
3. Hormonal
Menurut Kieser, 1990 yang menunjukkan adanya perbedaan
jenis kelamin adalah gigi caninus, namun menurut Alvesalo,
Tammisalo dan Townsend tidak menunjukan hasil statistic yang
signifikan mengenai perbedaan jenis kelamin pada ukuran gigi.
Pada bayi laki-laki, serum testosterone mencapai konsentrasi
puncak pada usia 2 bulan dan akan menurun sampai tingkat
prapubertas sekitar usia 6 bulan. Pada bayi perempuan, konsentrasi
tostesteron menurun pada prapubertas minggu pertama sampai bulan
kedua. Hormone seksual mempengaruhi pada proses pertumbuhan
jaringan gigi, meskipun sepanjang masa kanak kanak, anak laki
laki memiliki ketebelan dentin yang lebih besar disbanding anak
perempuan yang didasar pada pengaruh dari kromosom Y terhadap
pertumbuhan gigi.
Perbedaan jenis kelamin dapat dilihat dari volume kompleks
pulpa, dentin dan enamel. Hormone seksual juga mempengaruhi fungsi
odontoblas dikemudian hari. Reseptor antigen estrogen juga telah
diidentifikasi pada lapisan odontoblas pre-dentin dan pembuluh darah
pulpa dari gigi manusia yang diesktraksi.

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam proses pembentukan enamel tidak selalu berjalan lancar, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses pembentukan enamel yaitu
factor genetik, lingkungan dan hormonal yang dapat menimbulkan kelainan
ataupun gangguan pada enamel.
Faktor genetik sangat besar dalam mempengaruhi proses pembentukan
jaringan gigi. Genetik dari orang tua misalnya dengan menurunkan kromosom
kepada anak sehingga kromosom dari ayah atau ibu memberikan efek kromosom
yang sama kepada anak. Dari penurunan kromosom itu dapat mempengaruhi
proses pembentukan protein kemudian protein akan diterjemahkan dan
membentuk sel sel seperti odontoblas, ameloblas, dan sel sel lain yang
membentuk jaringan gigi. Jadi jika orang tua memiliki kelainan maka besar
kemungkinan anaknya akan memiliki kelainan yang sama. Atau jika bukan
kelainan mialnya morfologi rahang atas yang maju akan memberikan pengaruh
kepada keturunannya yaitu memiliki cirri yang sama. Jadi factor genetic ini sangat
berpengaruh terhadap proses pembentukan jaringan gigi termasuk enamel.
Selain faktor genetic juga terdapat factor lingkungan seperti stress,
ketinggian tempat tinggal (kondisi geografis), pola makan (status gizi), dan radiasi
mampu memberikan dampak terhadap pembentukan morfologi gigi. Ketinggian

suatu tempat tinggal pasti akan mempengaruhi tinggat stress sehingga dapat
berakibat pada pola makan. Misalnya orang dipedesaan dengan tempat tinggal
yang kebanyakan di daerah gunung akan lebih susah mencari makan sehingga
dapat berdampak stress dan akhirnya mempengaruhi pola makan, begitu
sebaliknya bagi orang perkotaan. Pola makan dapat berpengaruh pada morfologi
rahang, gigi serta wajah dan berakibat maloklusi pada penduduk yang memiliki
tempat tinggal berbeda. Adanya perbedaan pola makan dan jenis makanan akan
mengakibatkan gambaran pada permukaan gigi serta lebar mesiodistal gigi.
Ukuran mesiodistal gigi pada kelompok berpola makan keras baik pria maupun
wanita lebih kecil dibanding kelompok dengan makanan lunak. Oleh karena itu,
pada kelompok dengan makanan keras permukaan gigi mengalami atrisi berat,
dan gigi molar mengalami atrisi lebih banyak daripada gigi incisivus.
Sedangkan pada factor hormonal, perbedaan jenis kelamin dapat dilihat
dari volume kompleks pulpa, dentin dan enamel. Hormone seksual juga
mempengaruhi fungsi odontoblas dikemudian hari. Reseptor antigen estrogen juga
telah diidentifikasi pada lapisan odontoblas pre-dentin dan pembuluh darah pulpa.

KESIMPULAN
Dalam pembentukan enamel ada beberapa faktor yang mempengaruhi.
Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu faktor genetik, lingkungan dan hormonal.
Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi bagaimana nantinya enamel seseorang
ataupun gigi seseorang terbentuk. Faktor genetik hubungan antar keluarga yang
dekat seperti orang tua dan anak, saudara kandung, saudara sepupu menunjukkan
hubungan yang signifikan pada ukuran dimensi mahkota gigi yang meliputi
enamel, dentin dan rongga pulpa. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi karena
kondisi lingkungan yang berbeda mampu menghasilkan morfologi gigi yang
berbeda karena sifat alami manusia yang berdaptasi dengan lingkungannya.
Sedangkan dari faktor hormonal yaitu Hormone seksual mempengaruhi pada
proses pertumbuhan jaringan gigi anak laki laki memiliki ketebelan dentin yang
lebih besar dibanding anak perempuan yang didasar pada pengaruh dari
kromosom Y terhadap pertumbuhan gigi.

DAFTAR PUSTAKA

http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/765/gdlhub-gdl-s3-2015-kristianis-38211-9.bab-2-a.pdf
Diakses pada tanggal 22 Februari 2016

Wangidjaja, Itjingningsih. 2013. Anatomi Gigi Edisi 2.

Jakarta : Buku Kedokteran Gigi EGC.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21936/3/C
hapter%20II.pdf
Diakses pada tanggal 22 Februari 2016

Bhaskar, S.N. 1980. Oral Histology and Embryology. London : The C.V.
Mosby Co

LEARNING OBJECTIVE 4
GANGGUAN YANG TERJADI
PADA PROSES PEMBENTUKAN ENAMEL

Anggota Kelompok Tutorial 3 :

1. Retno Dewi A
2. Anindya Wahyu
3. Yosefin Maihanani

(151610101031)
(151610101032)
(151610101038)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITA JEMBER
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur gigi secara mikroskopis terdiri dari jaringan keras (hard tissue)
dan jaringan lunak (soft tissue). Jaringan keras adalah jaringan yang mengandung
kapur yang terdiri dari enamel, dentin dan sementum, sedangkan jaringan lunak
yaitu jaringan yang terdapat dalam rongga pulpa sampai foramen apikal.
Enamel atau email adalah

lapisan

luar gigi yang

bisa

dilihat. Lapisan

ini

mengandung 5% air dan 95% zat inorganik hidroksi apalit (senyawa kalsium
fospat) dan zat organik (protein dan mukopolisakarida). Enamel merupakan
bagian paling terkuat dalam tubuh manusia. Bagian ini bahkan lebih kuat
daripada tulang. Email terdiri dari batang heksagonal disebut prisma enamel yang
terletak sejajar satu sama lain. Fungsi dari jaringan ini adalah untuk melindungi
gigi dari kerusakan, karena strukturnya yang amat keras, sehingga gigi dapat
memotong makanan menjadi partikel yang lebih kecil. Seiring dengan fungsinya,
apabila terjadi gangguan dalam proses pembentukannya atau dari faktor lain maka
fungsi dari enamel tidak akan berjalan dengan baik. Tujuan kami menyusun
laporan tutorial pada sub bab gangguan pada enamel ini adalah untuk
mengidentifikasi gangguan apa saja yang dapat timbul pada jaringan enamel serta
proses terjadinya gangguan tersebut. Sehingga diharapkan dengan kami menyusun
laporan sub bab ini pembaca dapat lebih mengantisipasi agar kelainan enamel
tidak terjadi dan lebih menjaga kesehatan gigi.
1.2 Rumusan masalah

1. Apa saja yang dapat terjadi pada gangguan pembentukan email ?


2. Bagaimana gangguan pembentukan email dapat menyebabkan gangguan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui akibat dari gangguan pembentukan email
2. Untuk mengetahui terjadinya gangguan pada pembentukan email
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan-jaringan gigi dibentuk dalam dua tahap , mula-mula diendapkan
matriks organik dan kemudian mineralisasi terjadi. Gangguan pada salah satu dari
tahap-tahap ini dapat menyebabkan kelainan-kelainan pada struktur gigi yang
penting, khususnya email. Gangguan pada pembentukan email misalnya saja
gangguan pengendapan matriks menyebabkan hipoplasia, ditandai oleh adanya
email yang tidak teratur ketebalannya atau struktur tidak sempurna. Gangguan
pada tahap kedua perkembangan menyebabkan hipomineralisasi, walaupun email
mempunyai ketebalan normal, setidaknya ada sebagian yang mempunyai
mineralisasi yang buruk.
Perubahan-perubahan atau kelainan pada struktur jaringan keras gigi dapat
terjadi pada tahap histodiferensiasi, aposisi dan kalsifikasi selama tahap
pertumbuhan dan perkembangan gigi yang dapat mengenai gigi sulung maupun
gigi tetap. Kelainan-kelainan tersebut diantaranya adalah hipoplasis enamel,
amelogenesis imperfecta, hipokalsifikasi, hiperkalsifikasi, fluorosis dan karies.
Amelogenesis Imperfecta
Amelogenesis imperfecta adalah anomali genetic yang terjadi karena mutasi
yang mungkin terjadi pada satu dari mepat gen yang berbeda yang berperan dalam
pembentukan enamel. Enamel gigi yang mengalami amelogenesis imperfecta
dapat kurang struktur normal prismatic dan berlapis pada ketebalannya atau pada
tepi. Hasilnya, gigi ini lebih resisten terhadap karies. Ada 3 tipe amelogenesis
imperfecta yaitu:

1. Tipebipoplastik : kerusakan matrik email oleh karena hancurnya ameloblast


secara dini dalam pembentukan cekungan-cekungan.
2. Tipe bipomaturatif : ameloblas dapat memproduksi matriks email tapi tidak
mampu mersorbsi matrik ml dalam ukuran cukup.
3. Tipe hipoklasifikasi : email dengan bahan organik sebesar 10% (yang normal
hanya 5%) sehingga email superficial sangat lunak tidak teratur dan dapat
dikeruk dengan alat tumpul.

Hipoplasia Enamel
Adalah gangguan pada enamel yang ditandai dengan tidak lengkap atau
tidak sempurnanya pembentukan enamel. Kelainan ini dapat terjadi pada gigi
sulung maupun gigi tetap. Gambaran klinisnya, terdapat groove, pit dan fisur yang
kecil pada permukaan enamel. Pada keadaan yang lebih parah dijumpai adanya
guratan-guratan pit yang dalam, tersusun secara horizontal pada permukaan gigi.
Fluorosis
Secara klinis terlihat semua gigi tetap warnanya berubah dari putih ke
kuningan coklat bintik-bintik dan atau perubahan morfologis enamel berubah
menjadi enamel berlubang-lubang. Fluor yang terdapat pada air mineral

menyebabkan keadaan mi jauh lebih besar (berlipat kali) daripada fluor 11 juta
yang ditambahkan di air minum untuk menurunkan kerusakan gigi.

High fever
Pada gigi ini enamel berbintik-bintik pada gigi tetap. Sering sebagai akibat
demam pada masa kanak-kanak dan penyakit campak.
Focal byp oinaturation
Terdapat bintik-bintik putih setempat pada gigi pada bagian tengah
mahkota gigi pada permukaan facial, lingual/ palatal (sedangkan dekalsifikasi/
permulaan karies berbentuk sekitar 1/3 cervikal mahkota gigi atau permukaan
oklusal gigi posterior) sebagai akibat trauma atau gangguan lain pada saat enamel
matriks masak.

BAB III
PEMBAHASAN
Pada saat proses pembentukan enamel pada intrauterine, kondisi tubuh
sang ibu harus benar-benar dijaga. Hal ini dapat mempengaruhi proses
pembentukan email pada sang calon bayi. Pembentukan email yang mengalami
kegagalan dapat menyebabkan kelainan pada email. Kelainan-kelainan tersebut
dapat

disebabkan karena faktor keturunan ataupun dari lingkungan luar.

Gangguan-gangguan

pada

pembentukan

email

diantaranya

amelogenesis

imperfecta, hipoplasia, fluorosis, high fever dan fokal hipomaturasi yang


mempunyai gambaran klinis yang berbeda-beda.
Amelogenesis Imperfecta
Amelogenesis imperfecta adalah kelainan formasi dari enamel atau permukaan
luar gigi permanen yang diturunkan. Karakteristik dari amelogenesis imperfecta
terjadi hipokalsifikasi, hipoplasia atau hipomaturasi yang menyeluruh. Gejala
klinis amelogenesis imperfecta adalah mempunyai gigi yang berwarna abnormal
antara putih opaque, kuning, coklat sampai abu-abu ; dentin dan pulpa normal,
banyak kehilangan enamel ; mempunyai resiko tinggi terhadap karies dan sangat
sensitive terhadap perubahan suhu.
Amelogenesis imperfecta dibagi atas empat tipe utama yaitu tipe
hipoplastik , tipe hipomatur, tipe kalsifikasi dan tipe hipoplasis-hipomatursi
dengan tipe taurodontisme.
1. Tipe hipoplastik
Yaitu kurangnya enamel yang normal, menyebabkan mahkota gigi-gigi
nampak pucat, coklat kekuningan , berlubang-lubang atau beralur. Secara
radiologis seluruh gigi lengkap, tetapi mahkota gigi terlihat sangat tipis
atau tidak ada email. Gigi-gigi mirip preparasi mahkota dengan tanda khas
ruang interdental yang lebar

2. Tipe hipomatur
Tipe ini mempunyai email yang normal banyaknya, tetapi emailnya lunak
dan kurang mineral karenanya sonde gigi bila ditekan akan melubangi
permukaan email. Pada tipe ini, mahkota-mahkota gigi berkontak di
interproksimal tetapi tampak berkapur, kasar, beralur dan ada perubahan
warna serta email mudah patah.
3. Tipe kalsifikasi
Pada tipe ini, gigi mempunyai email yang lunak tetapi jauh lebih cepat
hilang dan mengakibatkan terbukanya dentin segera setelah erupsi. Warna
gigi biasanya mempunyai warna madu dengan corak permukaan kasar,
gigi-gigi tidak erupsi multiple dan gigitan terbuka interior
4. Tipe hipoplasia-hipomaturasi dengan tipe taurodontisme
Pada tipe ini memperlihatkan gigi-gigi yang kekuning-kuningan dengan
bercak-bercak

opak,

berlubang-lubang

di

servikal,

atrisi

dan

taurodontisme.

Kelainan yang menyertai amelogenesis adalah karies, kegoyangan gigi, deep bite
serta kehilangan dimensi vertikal.
Hipoplasia Enamel
Hipoplasia enamel merupakan gangguan pada masa pembentukan matriks
organik yang menyebabkan gangguan struktur pada enamel sehingga secara klinis
terlihat pada suatu bagian dari gigi tidak terbentuk enamel dan kadang-kadang
sama sekali tidak terbentuk enamel, serta diikuti dengan perubahan warna pada
gigi. Gambaran patologis hipoplasia enamel adalah adanya perubahan pada
ketebalan enamel, prisma enamel, lamela enamel, garis retzius, enamel tuft,
enamel spindle serta daerah interglobularis pada dentin yang bertambah
dibandingkan dengan keadaan normal.Hipoplasia dapat disebabkan karena faktor
lokal atau faktor sistemik.

1. Hipoplasia yang disebabkan faktor lokal


Perkembangan gigi-gigi tetap dapat dirusak oleh karena trauma atau
infeksi yang berhubungan dengan gigi susu. Intrusi atau pergeseran
insisivus susu yang parah akibat trauma dapat mempengaruhi insisivus
tetap yang sedang berkembang. Makin besar trauma yang mengenai muka
anak pada waktu terkena kecelakaan, makin besar kemungkinan email gigi
tetap akan menjadi hipoplastik. Jika kecelakaan terjadi setelah usia 4tahun,
hipomineralisasi lebih sering terjadi daripada hipoplasia, yang tampak
sebagai bercak-bercak putih atau kecoklatan pada permukaan labial.
Trauma karena pencabutan gigi molar susu dapat merusak premolar yang
sedang berkembang, khususnya sewaktu anak berusia dibawah 4-5tahun ,
pada saat perkembangan premolar tahap awal.
2. Hipoplasia yang disebabkan faktor sistemik
Sampai saat kelahiran semua gigi sulung terlindung dari semua gangguan
sistemik yang paling parah, oleh karena itu email prenatal biasanya
mempunyai struktur yang homogen. Kelainan pada email postnatal
biasanya dihubungkan dengan kelainan sistemik pada waktu kelahiran atau
selama perkembangan postnatal. Faktor tersebut misalnya genetis,
hipokalsemia dan hipoparatiroidisme.
Fluorosis
Fluorosis adalah email berbintik-bintik sebagai akibat kadar fluor yang
melampaui batas dalam air minum. Klinis terlihat semua gigi tetap warnanya
berubah dari putih kebintik-bintik kuning/coklat dan/atau perubahan morfologis
yaitu email berubah menjadi berlubang-lubang. Fluor yang terdapat air mineral
dapat menyebabkan keadaan ini dalam jumlah jauh lebih besar (berlipat ganda)
daripada fluor 1:1 ppm yang ditambahkan di air minum untuk menurunkan
kerusakan gigi
Demam tinggi (high fever email)

Email berbintik-bintik pada gigi tetap. Gangguan ini sering merupakan


akibat dari demam pada masa anak-anak yang disebabkan oleh penyakit campak.

Fokal Hipomaturasi
Bintik-bintik putih setempat pada sepertiga tengah mahkota gigi
dipermukaan fasial dan lingual atau palatal (sementara dekalsifikasi/permulaan
karies terbentuk sekitar sepertiga servikal mahkota gigi atau permukaan oklusal
gigi posterior) sebagai akibat dari trauma atau gangguan lain pada saat matriks
email matang.

KESIMPULAN

Kegagalan pembentukan enamel dapat menyebabkan suatu gangguan pada

enamel.
Kegagalan pada tiap proses akan menghasilkan gangguan email yang tidak

sama.
Gangguan pembentukan email misalnya amelogenesis imperfecta,

hipoplasia, fluorosis, high fever dan fokal hipomaturasi


Setiap gangguan pada email mempunyai gambaran klinis yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Brand, R.W., and Isseihard D.E., 1991, Anatomy of Orofacial Structures,


5th ed. CV. Mosby Co., Toronto.

Conen and Buens ,R.C., 1995, Pathways of The Pulp, Mosby Co., Toronto.

Diamond ,M., 1952, Dental Anatomy, 3th ed, Mc. Millan.

Dixon ,A.D., 1993, Anatomi untuk Kedokteran Gigi (terj), 5th ed, Church
ii Livingstone, London.

Itjingningsih, W.H., 1995, Anatomi Gigi ECG, Jakarta.

Jablonsky, S., 1982, Illustrated Dictionary of Dentisty, WB. Saunders Co,.


Philadelpia.

Kraus,S.B., 1980, Dental Anatomy and Occlusion, William and Wilkins,


Baltimore.

Mary Bath, Balogh and Margaret J. Fehrenbach. Dental Embriology,


Histologi and Anatomi. 2nd Ed. Elsevier Saunders : USA.2006. P . 65-9

Stuart C. White and Michael J. Pharoah. Oral Radiology Principles and


Interpretation. 6th Ed. Mosby Elvesier : St. Louis. 2009. P. 295-307

Langlais, Robert P. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang


Lazim. Jakarta : Hipokrates.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8154
diakses pada tanggal 22 Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai