Potongan rambut gimbal itu dikumpulkan dan dilarung ke Sungai Serayu, yang
bermuara ke Pantai Laut Selatan. Sebab disanalah Ratu Roro Kidul bersemayam.
Ini semacam tanda, sesaji dari kaum di peunungan, bahwa hubungan dengan
penguasa laut itu dirawat dan dipertahankan.
Di tengah petualangannya Arti mengajak Yanis singgah di rumah ibunya di
Klaten. Sastro, Ibu Arti terkejut melihat anaknya datang. Anak yang ia tahu
dahulunya taat melakukan sholat 5 waktu, kini datang tanpa mengenakan
kerudungnya. Ia lebih terkejut lagi saat Arti menjelaskan dirinya sudah keluar
dari Islam. Bukan berpindah ke agama lain. Tapi menjadi Atheis, yang tidak
percaya akan adanya Tuhan.
Sastro tampak sedih mendengar pengakuan anaknya. Arti mencoba jelaskan
alasan ia memilih tidak mengikuti ajaran yang dianut Sastro. Meski sedih, Sastro
lega, karena Arti telah berterus terang dan tetap hormat padanya.
Masih di Rumah Sastro, Arti menerima surat pemecatan dari Kantornya. Yanis
menyemangati Arti. Mereka menemukan ide untuk mencari penghasilan, melalui
situs web. Mereka lalu membuat situs www.ladu.com, isinya pengalaman mereka
selama melakukan pendakian ke beberapa gunung di Indonesia. Ladu dalam
bahasa jawa artinya endapan tanah merah. Dalam perjalanannya ke gununggunung, Yanis kerap mengambil ladu dan meletakkannya dalam toples. Toples
tersebut ditandai nama-nama tempat dimana ladu tersebut diambil.
Dari Klaten mereka melanjutkan perjalanan ke Gunung lainnya, yaitu Kelud,
Rinjani dan Tambora.
Novel ini ditulis berdasarkan pengalaman Tosca Santoso mendaki gunung. Dari
novel ini kita disajikan keindahan gunung-gunung di Indonesia. Tidak hanya itu,
pesona kopi nusantara dan peradaban masyarakat di sekitar gunung juga tersaji.
Romantisme Cinta Yanis dan Arti membuat novel ini semakin menarik.
Judul
: Ladu
Penulis
: Tosca Santoso
Tebal
: v + 322 halaman
Terbit
: 2016
Penerbit
: Kaliandra