Anda di halaman 1dari 2

Tidak hanya sedekar mendaki gunung

Resensi Novel Ladu


Indonesia dikaruniai banyak gunung . Takdir Alam tersebut membuat daerah di
sekitarnya menjadi subur. Kegiatan Pertanian dan Perkebunan mendominasi
disana. Masyarakat sekitar mengambil berkah darinya.
Yanis dan Arti, sepasang manusia yang melakukan pendakian ke gunung-gunung
di Indonesia. Yanis seorang penikmat kopi. Di setiap perjalanannya ia kerap
membawa bubuk kopi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Semuanya berasal dari daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl. Kopi
menjadi teman Yanis dalam setiap perbincangan hangatnya dengan Arti.
Mereka pertama kali bertemu di Kaliadem. Pertemuan mereka dimulai di Warung
milik Mbah Dirjo, kini warung Mbah Dirjo sudah terkubur lahar dingin muntahan
dari perut gunung. Mbah dirjo kini menetap di desa Pager Jurang.
Bertahun-tahun setelah kejadian itu, Mereka kembali melakukan perjalanan.
Dalam perjalanannya, mereka selalu bertukar fikiran, mendiskusikan maslaah
hidup, mati, manusia dan kepercayaan. Mereka memikirkan bagaimana
masyarakat dahulu berinteraksi dengan alam.
Pendakian pertama dimulai di Merapi. Di lereng gunung, Yanis dan Arti
menyempatkan singgah di rumah Mbah Dirjo di desa Pager Jurang. Mbah Dirjo
tidak mengkhawatirkan merapi. Gunung berapi bukanlah halangan untuk
manusia menetap, dan bertani di sekitarnya. Letusan gunung, juga membawa
berkah abu yang menjadi penyubur lereng lereng gunung.
Arti bersyukur warga di lereng merapi dapat terhindar dari bencana letusan,
mereka membaca tanda-tanda alam. Turunnya monyet ekor panjang, babi hutan,
macan tutul menjadi pertanda meningkatnya aktivitas vulkanik.
Perjalanan dilanjutkan menuju Gunung Sindoro. Di kaki gunung terdapat situs
Liangan, situs ini lebih tua dari Borobudur. Yanis dan Arti mereka-reka, doa apa
yang dipanjatkan penduduk pada masa lalu disana. Apakah doa agar puncak
Gunung Sindoro tak meletus atau doa kesuburan tanah. Yanis kemukakan
pendapatnya. Mereka akan lebih mengutamakan doa kesuburan tanah dibanding
keselamatan. Karena kalau gunung meletus mereka bisa antisipasi, dan untuk
membuat tanah subur hanya disebabkan oleh letusan gunung.
Dari Liangan Yanis dan Arti memutuskan pergi ke dieng, sebuah dataran tinggi,
yang merupakan dataran tertinggi di Pulau Jawa, tingginya sekitar 2000-2100
mdpl. Disana Yanis dan Arti melihat proses upacara potong rambut gimbal di
Candi Arjuna. Anak-anak berambut gimbal tiba-tiba muncul saja di kampungkampung. Mereka percaya dianugerahi kemampuan khusus berkomunikasi
dengan dunia roh halus, penghuni Dieng yang tak terlihat. Tetapi itu juga bisa
berarti hambatan untuk pertumbuhan anak-anak itu. Sehingga sebelum dewasa,
anak berambut gimbal boleh mendaftar kepada tetua untuk memotong
gimbalnya.

Potongan rambut gimbal itu dikumpulkan dan dilarung ke Sungai Serayu, yang
bermuara ke Pantai Laut Selatan. Sebab disanalah Ratu Roro Kidul bersemayam.
Ini semacam tanda, sesaji dari kaum di peunungan, bahwa hubungan dengan
penguasa laut itu dirawat dan dipertahankan.
Di tengah petualangannya Arti mengajak Yanis singgah di rumah ibunya di
Klaten. Sastro, Ibu Arti terkejut melihat anaknya datang. Anak yang ia tahu
dahulunya taat melakukan sholat 5 waktu, kini datang tanpa mengenakan
kerudungnya. Ia lebih terkejut lagi saat Arti menjelaskan dirinya sudah keluar
dari Islam. Bukan berpindah ke agama lain. Tapi menjadi Atheis, yang tidak
percaya akan adanya Tuhan.
Sastro tampak sedih mendengar pengakuan anaknya. Arti mencoba jelaskan
alasan ia memilih tidak mengikuti ajaran yang dianut Sastro. Meski sedih, Sastro
lega, karena Arti telah berterus terang dan tetap hormat padanya.
Masih di Rumah Sastro, Arti menerima surat pemecatan dari Kantornya. Yanis
menyemangati Arti. Mereka menemukan ide untuk mencari penghasilan, melalui
situs web. Mereka lalu membuat situs www.ladu.com, isinya pengalaman mereka
selama melakukan pendakian ke beberapa gunung di Indonesia. Ladu dalam
bahasa jawa artinya endapan tanah merah. Dalam perjalanannya ke gununggunung, Yanis kerap mengambil ladu dan meletakkannya dalam toples. Toples
tersebut ditandai nama-nama tempat dimana ladu tersebut diambil.
Dari Klaten mereka melanjutkan perjalanan ke Gunung lainnya, yaitu Kelud,
Rinjani dan Tambora.
Novel ini ditulis berdasarkan pengalaman Tosca Santoso mendaki gunung. Dari
novel ini kita disajikan keindahan gunung-gunung di Indonesia. Tidak hanya itu,
pesona kopi nusantara dan peradaban masyarakat di sekitar gunung juga tersaji.
Romantisme Cinta Yanis dan Arti membuat novel ini semakin menarik.

Judul

: Ladu

Penulis

: Tosca Santoso

Tebal

: v + 322 halaman

Terbit

: 2016

Penerbit

: Kaliandra

Anda mungkin juga menyukai