Anda di halaman 1dari 14

TB kelenjar superfisial:

Akibat penyebaran limfogen dan hematogen.

Dapat sembuh sendiri, dapat progresif.

Dapat merupakan bagian dari TV milier.

Biasanya multipel.

Lokasi: leher, axilla, inguinal, supra clavikuler, sub mandibula.

Abses.

Pembesaran kelenjar terjadi karena adanya hiperplasia limfoid dan terbentuknya


tuberkel, kemudian terjadi granulasi kronis, di kelenjar terjadi nekrosis dan
perkejuan. Kelenjar dapat membesar dan melekat satu dengan yang lainnya serta
melekat dengan jaringan sekitarnya, kemudian terjadi perkejuan selanjutnya
terbentuk abses. Pada penyembuhan dapat terjadi perkapuran.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.
2.

Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.

3.

Riwayat penyakit sekarang:

Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat


kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4.

Riwayat penyakit dahulu:

* Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta
tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak
sembuh-sembuh?
*

Pernah berobat tapi tidak sembuh?

Pernah berobat tapi tidak teratur?

Riwayat kontak dengan penderita TBC.

Daya tahan yang menurun.

Riwayat imunisasi/vaksinasi.

Riwayat pengobatan.

5.

* Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.

Riwayat keluarga.

Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.

Aspek psikososial.

Merasa dikucilkan.

Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.

Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.

*
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang banyak.
*

Tidak bersemangat dan putus harapan.

Lingkungan:
*
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi
rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
6.

Pola fungsi kesehatan.

1)

Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.

Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.


2)

Pola nutrisi - metabolik.

Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan
kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
3)

Pola eliminasi

Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4)

Pola aktifitas latihan

Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5)

Pola tidur dan istirahat

Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.


6)

Pola kognitif perseptual

Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah
finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
7)

Pola persepsi diri

Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.


8)

Pola peran hubungan

Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.


9)

Pola seksualitas/reproduktif

Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.


10) Pola koping toleransi stres
Menarik diri, pasif.

PEMERIKSAAN FISIK
1.

Demam: sub fibril, fibril (40 41oC) hilang timbul.

Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini


membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai
batuk purulen (menghasilkan sputum).

Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.

Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura.

Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala,


nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.

Pada tahap dini sulit diketahui.

Ronchi basah, kasar dan nyaring.

Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi


memberi suara limforik.

Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.

Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)

2.

Pembesaran kelenjar biasanya multipel.

3. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub


mandibula.
4.

Kadang terjadi abses.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN


1.

Uji tuberkulin

Infeksi TB imunitas seluler hipersensitifitas tipe lambat uji tuberkulin +.


2.

Foto rontgent

Rutin: foto pada R paru.


Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3.

Gambaran klinis:

Tanpa gejala.

Gejala umum/tidak spesifik.

Demam lama.

BB turun/tidak naik.

Malnutrisi.

Malaise.

Batuk lama.

Diare berlanjut/berulang.

Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.

Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.


Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
4.

Pemeriksaan mikrobiologis

- Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
Hasil +: 10 62% dengan cara lama.
Cara
5.

: cara lama radio metrik (Bactec); PCK.

Pemeriksaan darah tepi

Tidak khas.
LED dapat meninggi.
6.

Pemeriksaan patologik anatomik

Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.


7.

Sumber infeksi

Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.


8.

Lain-lain

Uji faal paru.

Bronkoskopi.

Bronkografi.

Serologi.

dll.

PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN


Penatalaksanaan
Penyuluhan
Pencegahan
Pemberian obat-obatan
1.

OAT ( oabat anti tuberkulosa )

2.

Bronchodilator

3.

Expectoran

4.

OBH

5.

Vitamin

6.

Antibiotik

Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.

TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK

Menurut Soetjiningsih:

Masa pra sekolah usia 1-6 tahun.

Menurut Donna L. Wong:

Masa anak-anak awal 1-6 tahun.


Pra sekolah: 3-6 tahun.

Tahap pertumbuhan cepat:


Pertumbuhan cepat pada masa pra-adolesen. Terdapat pertumbuhan fisik/jasmani
yang sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat besar, BB naik dengan pesat
serta panjang badan (PB) juga bertambah dengan cepat, anak makan dengan
banyak serta aktifitas bertambah. Pertumbuhan tampaknya mengikuti satu irama
tertentu dan berlangsung secara bergantian.

Tahap pertumbuhan otak

Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986).

Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:


Suatu proses pertambahan pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yang
menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kesenangan secara umum
termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa.

Fase oedipal/falik (3-5 tahun)

Mulai melakukan rangsangan autoerotik.

Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.

Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis.

Oedipus komplek: anak lelaki dekat ibunya karena perasaan cinta/tertarik.


Elektra komplek : anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/ tertarik.

Fase laten (5 12 tahun)

Masuk ke permulaan fase pubertas.

Periode terintegrasi.

Fase tenang.

Dorong libido mereda sementara.

Erotik zona berkurang.

Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya).

Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik


Erickson:
Dibagi 8 tahap perkembangan mulai dari lahir sampai usia tua:
Tahap ke-3; krisis perkembangan : initiative vs guilt (inisiatif vs perasaan
bersalah; nama tahap: pre school/usia pra sekolah.
-

4 6 tahun:

Kepercayaan yang diperoleh anak tidak diartikan bahwa ia diperbolehkan memiliki


inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara aktif seperti
bagaimana dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak dapat memperluas
aktifitasnya, jika anak dilarang dan diomeli/dicela untuk usaha itu yang mencari
pengalaman baru, anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk
melakukan sesuatu percobaan yang menantang, keterampilan motorik dan
bahasanya.

DIAGNOSA PERAWATAN
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis
Kerusakan membran alveolar kapiler
Sekret yang kental
Edema bronchial
Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
Malnutrisi
Terkontaminasi oleh lingkungan
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman

Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan,


berhubungan dengan :
Tidak ada yang menerangkan
Interpretasi yang salah, tidak akurat
Informasi yang didapat tidak lengkap
Terbatasnya pengetahuan / kognitif
Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Kelelahan
Batuk yang sering, adanya produksi sputum
Dyspnoe
Anoreksia
Penurunan kemampuan finansial (keluarga).

INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Dx. I.
Independen
Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi,
keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal
dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion
dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan
kulit, selaput mukosa dan warna kuku.
Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan,
terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas
dan mengurangi residu dari paru-paru
Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi

Kolaborasi
Monitor BGA
Menurunnya oksigen ( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2
menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan therapi.
Memberikan oksigen tambahan
Membantu mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi
ventilasi dan menurunnya tegangan paru.

Dx. II.
Independen
Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui
bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan
potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang
diberikan untuk mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti
anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan
terapi pencegahan.
Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
Gunakan masker setap melakukan tindakan
Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
Monitor temperatur
Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat terjadi hanya 2 3 hari setelah permulaan kemoterapi tetapi
dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai tiga
bulan.

Kolaborasi
Pemberian terapi untuk anak
INH, Etambutol, Rifampisin

INH adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obatobat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan
etambutol untuk 2 bulan pertama.
Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine,
Streptomysin
Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
Monitor sputum BTA
Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas
waktu yang ditentukan.

Dx. III.
Independen
Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan,
tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa
banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik.
Keberhasilan tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.
Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya :
hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang
membutuhkan evaluasi secepatnya.
Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang
memadai membantu mengencerkan dahak.
Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga
misalnya : jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah
diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.

Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya therapi
dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial interaksi
antara obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan
mencegah terjadinya putus obat.
Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya :
mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan
darah.
Dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan
klien untuk menjalani terapi.
Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi etambutol.
Efek samping utama etambutol adalah menurunkan ketajaman penglihatan dan
juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan warna hijau.
Memberikan dorongan pada klien dan keluarga untuk
mengungkapkan kecemasan/keprihatinannya serta memberikan jawaban yang jujur
atas pertayaannya. Jangan berusaha menyangkal pernyataanya.
Memberikan kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan
meredakan kecemasannya. Penyangkalan terhadap perasaannya akan
memperburuk mekanisme koping yang merugikan kesehatannya.
Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara
yang mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya
mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali.
Komplikasi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB
meliputi : formasi abses, empisema, pneumothorak, fibrosis, efusi pleura,
empyema, bronkhiektasis, hemoptisis, ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring,
dan penularan kuman.

Dx. IV.

Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1.

Catat turgor kulit

2.

Timbang berat badan

3. Integritas mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya


bising usus, riwayat nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
Meonitor intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya
dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk
meningkatkan intake nutrisi.
Anjurkan bedrest
Membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.
Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan untuk
pengobatan yang dapat merangsang vomiting.

Anda mungkin juga menyukai