Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Disfagia adalah kesulitan makan sebagai akibat gangguan dari salah satu
tahapan dalam proses menelan.Walaupun sering menyertai disfagia, odinofagia
(rasa nyeri pada saat menelan) harus dibedakan dengan disfagia. Perlu perhatian
juga bahwa disfagia tidak dirancukan dengan globus. Globus adalah perasaan
menetap seakan akan ada gumpalan di kerongkongan walaupun sebenarnya
tidak ada kerusakan organic ataupun gangguan menelan yang sebenarnya.
Disfagia merupakan ancaman yang serius karena merupakan resiko
terhadap terjadinya pneumoni aspirasi, malnutrisi, dehidrasi penurunan berat
badan dan obtruksi saluran napas.

Penderita usia tua adalah yang paling

beresiko terhadap disfagia dan komplikasinya, terutama silent aaspiration.

Gangguan menelan pada anak anak, berbeda dengan orang dewasa,


mengakibatkan hal hal khusus yang tidak dijumpai pada penderita dewasa.
Anak-anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari organ-organ
menelan serta refleks-refleks oro-motorok. Anak- anak juga sedang mengalami
pematangan dari perilaku makan.

Pendekatan yang dilakukan juga berbeda karena pada anak anak


hubungan orang tua dengan anak merupakan hal yang lebih penting. Efek dari

disfagia terhadap pemenuhan nutrisi anak juga harus mendapat perhatian lebih
agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Penyebab disfagia dapat merupakan kelainan kelainan yang mengenai


fase oral, faringeal ataupun esophageal dari proses menelan yang normal.
Anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang cermat sengat penting dalam
mendiagnosis dan menatalaksanaan disfagia.

Anamnesis yang dilakukan

dengan teliti dapat membantu dokter menentukan 80 sampai 85% penyebab


disfagia. Pemeriksaan fisik harus meliputi pemeriksaan leher, mulut, orofaring,
dan laring. Pemeriksaan neurologist juga harus dilakukan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Disfagia.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
antara lain :
Defenisi Disfagia
Klasifikasi Disfagia
Etiologi Disfagia
Patofisiologi Disfagia

Tanda dan gejala Disfagia


Komplikasi Disfagia
Penatalaksanaan Disfagia
Diagnosis yang muncul pada Disfagia
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tujuan di atas maka, dapat ditarik rumusan masalah untuk
kemudian akan dibahas pada bab selanjutnya yakni bagaimana penerapan
asuhan keperawatan pada pasien Disfagia pada anak.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Disfagia adalah kesulitan menelan. Secara khusus,disfagia hanya
mencangkup kelainan yang disebabkan gangguan transportasi makanan di
esofagus. Secara umum,disfagia mencangkup seluruh hambatan perjalanan
makanan sampai ke lambung.Disfagia mengakibatkan gangguan motilitas
primer yang menyebabkan gangguan fungsi peristaltik (Sodikin,2009)
Disfagia berasal dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan.
Disfagia biasanya merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai
gangguan dari proses menelan. Disfagia dapat mejadi ancaman yang serius
terhadap kesehatan seseorang karena adanya resiko pneumonia aspirasi,
malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan jalan napas.
Beberapa penyebab telah di telah ditujukan terhadap disfagia pada
populasi dengan kondisi neurologis dan non neurologis.
Jadi dapat disimpulkan,Disfagia adalah kesulitan menelan.
Sesorang dapat mengalami kesulitan menggerakkan makanan dari bagian
atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena adanya kelainan di
tenggorokan.
B. KLASIFIKASI
Disfagia diklasifikasikan dalam dua kelompok besar,yaitu Disfagia
orofaring (transfer dysphagia) dan disfagia esofagus.
a. Disfagia orofaring
Disfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan
esofagus, dapat disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson,
kelainan

neurologis,

oculopharyngeal

muscular

dystrophy,

menurunnya aliran air liur, xerostomia, masalah gigi, kelainan mukosa


oral, obstruksi mekanik, keganasan osteofi, meningkatnya tonus

sfingter esophagus bagian atas, radioterapi, infeksi, dan obatobatan (sedatif, antikejang, antihistamin)
b. Disfagia esofagus
Disfagia esofagus timbul dari kelainan di korpus esofagus,
sfingter esophagus bagian bawah atau kardia gaster. Biasanya
disebabkan oleh striktur esofagus, keganasan esofagus, esophageal
rings and webs, akhalasia, skleroderma,kelainan motilitas esofagus non
spesifik.Makanan biasanya tertahan beberapa saat setelah ditelan,dan ak
an berada setinggi suprasternalnotch atau di belakang sternum sebagai
lokasi obstruksi, regurgitasi oralatau faringeal, perubahan kebiasaan
makan, dan pneumonia berulang
C. ETIOLOGI
a. Kelainan Struktural
Kongenital
Atresia rongga mulut
Labioskisis dan palatoskisis
Makroglosia, kista, limfoma pada lidah
Makrognati, sindroma Pierre Robin
Ankilosis sendi temproromandibuler
Tumor atau kista faring
Kista epiglottis
Atresia, stenosis, web, divertikulum, duplikasi esophagus
Hernia pada esophagus
Kelainan pembuluh darah besar, arteri subklavia kanan aberans,
cincin vascular
b. Didapat
Refluks gastro esophageal dengan epiglotik peptic
Esofagus Barret
Infeksi : stomatis, esofagitis, tetanus
Alergi : stomatis, esofagitis (sindroma Steven Johnson)
Korosif : stomatis, esofagitis (bahan korosif)
Epidermolosis bulosa
Benda asing
Tumor
c. Gangguan neurology dan neuromuskuler

Maturasi yang terlambat, prematuritas, defisiensi mental


Palsi serebral
Palsi bulbar dan saprubulbar
Penyakit werdning Hoffman
Disotomia (sindroma Riley Day)
d. Campuran
Akalasia
Akalasia kikrofaringeal
Spasme esophagus
Fistula trakeoesofangeal
Timus servikal aberans
Disfagia konversi
Dikutip dari Soeparto P, Djupri LS, Sudarmo SM, Ranuh RG.
Sindroma gangguan motilitas saluran cerna: patofisiologis, diagnosis,
penatalaksanaan. 2004: 443 444.
D. PATOFISIOLOGI
Pada anak anak gangguan menelan jarang merupakan kelainan
yang tersendiri, tetapi lebih sering pada bayi dan anak anak dengan
gangguan yang multipel. Keadaan yang mendasari terjadinya disfagia pada
anak meliputi system saraf pusat dan perifer, penyakit otot, dan anormaly
structural rongga mulut faring dan esophagus.
Kelompok dengan risiko terjadinya disfagia dan komplikasinya
meliputi bayi prematur dengan fungsi koordinasi menelan dan pernapasan
yang kurang baik, bayi yang lama tidak mendaptkan nutrisi peroral dan
bayi dengan penyakit paru menahun.
Fase Menelan yang Terganggu
Gangguan menelan dapat dikategorikan menurut fase menelan
yang terganggu. Gangguan fase oral yang mengenai fase preparasi dan
fase propulsive biasanya disebabkan kerusakan kontrol dari lidah.
Penderita mungkin mengalami kesulitan mengunyah makanan padat

dan mengawali menelan. Ketika minum cairan penderita dapat


menampung cairan dalam ronggo mulut sebelum menelan. Akibatnya
cairan masuk sebelum waktunya ke faring yang belum siap, sehingga
sering menyebabkan aspirasi.

Bila fase faringeal mengalami gangguan yang berat,


penderita mungkin tidak dapat menelan makanan dan minuman dalam
jumlah yang cukup

untuk mempertahankan hidup. Dalam hal

kelemahan otot otot faring atau gangguan koordinasi pergerakan


atau kurang terbukanya sfingter esophagus atas, penderita mungkin
menahan makanan dalam jumlah berlebihan dalam faring dan
mengalami overflow aspiration setelah menelan. Gangguan pada fase
ini mungkin disebabkan penyakit neuromoskular. Obstruksi dapat
disebabakan oleh tumor, masa keradangan, trauma/reseksi bedah,
diverticulum Zenkers, web esophagus, lesi structural ekstrinsik,
massa mediatinal anterior, spondilosis servikal.
Greenle dan kawan-kawan, tahun 2002 telah menliti anak-anak
dengan Malfromasi Chiari tipe 1 (herniasi otak belakang) dan
menunjukkan bahwa 35% keluhan utama yang dialami anak-anak
tersebut adalah gangguan fungsi,orofaringeal sehingga menyebabkan
disfagia.

Fungsi esophagus yang terganggu dapat menyebabkan retensi


makanan dan cairan dalam esophagus setelah pembesaran limfonode
mediastinal

atau

subkarnial,

yang

disebabkan

oleh

infeksi

(turbekolosis, histoplasmosis) atau keganasan seperti limfoma.


Anormaly veskular juga dapat menekan esophagus, dimana paling

sering disebabkan arteri subklavia kanan aberans atau arkus aorta


ganda yang bertempat di sisi kanan.

Penyempitan lumen esophagus dapat terjadi secara congenital


ataupun didapat. Struktur peptik paling banyak terdapat pada
esophagus bagian bawah cincin membranus tipis, termasuk cincin
Schatzki terletak pada pertemuan skuamokular, juga dapat membuntu
daerah ini. Penyempitan lumen kengenital pada esophagus tengah
dapat terjadi berhubungan dengan atersia esophagus atau fistula
trakeo-esofagel, di mana beberapa lesi melibatkan tualng rawan
sehingga mungkin untuk berdilarasi dengan aman.
Disfagia pada anak-anak juga dapat disebabkan karena
menenlan benda asing, dimana pada keadaan in keluhan disfagia
mungkin beralih menjadi keluhan pernapasan. Benda asing dalam
esophagus akan mudah menekan membrane posterior trakea atau
laring sehingga mengahasilkan bautk stidor, wheezing atau choking.
E. PATHWAY

F. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang dapat dikaitkan dengan disfagia mungkin termasuk:
Nyeri saat menelan (odynophagia)
Tidak mampu menelan
Makanan terjebak di tenggorokan atau dada, atau di belakang tulang dada
(sternum) Drooling (ngiler)
Suara serak
Memuntahkan kembali makanan (regurgitasi)
Sering mulas
Makanan atau asam lambung kembali ke dalam tenggorokan
Penurunan berat badan yang tidak terduga
Batuk atau tersedak saat menelan Pada bayi dan anak-anak, tanda dan
gejala kesulitan menelan dapat mencakup:
Kurangnya perhatian ketka makan
Tubuh yang menegang ketika makan
Menolak untuk makan makanan dengan tekstur yang berbeda
Waktu makan yang sangat panjang (30 menit atau lebih)
Masalah Makanan atau cairan yang bocor dari mulut
Batuk atau tersedak saat makan
Meludah atau muntah saat makan
Masalah pernapasan saat makan dan minum
Kehilangan berat badan atau pertumbuhan yang lambat
Pneumonia berulang
G. KOMPLIKASI
Disfagia menyebabkan penderita mudah mengalami aspirasi,
dimana aspirasi selanjutnya akan menybabkan pneumonia. Beberapa
factor yang mempengaruhi terjadinya aspirasi ini diantaranya adalah
jumlah, sifat fisik dan letak kedalaman aspirasi serta meknisme
pembersihan oleh paru. Aspirasi semakin berbahaya pada aspirasi dalam
jumlah yang lebih besar, letak yang semakin distal dan sifat yang lebih
asam. Bila aspirasi diikuti organisme infeksius atau bahkan flora normal
mulut sekalipun, maka akan dapat menbyebabkan pneumonitis.
Malnutrisi dan dehidrasi sendiri merupakan factor resiko untuk
terjadinya pneumonia. Malnutrisi menyebabkan seseorang rentan terhadap
perubahan kolonisasi bakteri di orofaring dan menurunkan pertahankan
terhadap infeksi dengan menekan system imunitas. Malnutrisi juga

menyebabkan letargi, kelemahan dan penurunan kesadaran yang pada


gilirannya meningkatkan kemungkinan terjadinya aspirasi. Tambahan pula
bahwa manutrisi mengurangi kekuatan batuk dan mekanisme pembersihan
paru sebagai factor pertahanan terhadap aspirasi.
Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi karena asupan cairan yang
kurang. Sebaliknya, dehirasi juga merupakan factor resiko terjadinya
pneumonia. Hal ini disebabkan pertama karena berkurangnya aliran air liur
yang dapat perubahan kolonisasi di orofaring, kedua karena letargi dan
perubahan status mental yang dapat meningkatkan aspirasi, dan ketiga
karena menurunnya system imunitas
H. PENATALAKSANAAN
Disfagia pada anak kebanyakan terjadi bersama perkembangan
yang abnormal atau lambat, yaitu perkembangan kognitif, motorik oral,
ketrampilan

motorik

halus

dan

kasar.

Penatalaksanaan

harus

mempertimbangkan umur perkembangan anak, tingkat fungsional


kemampuan menelan saat itu, contohnya kemampuan mengunyah,
kemampuan untuk mengendalikan memenipulasi bolus

Disfagia

mebutuhkan penanganan ahli dari multidisiplin yang terdri dari dokter,


fisioterpis, ahli diet, perawat.
Asupan nutrisi yang tidak adekuat dapat disebabkan karena fungsi
motor oral, kesulitan mengkomunikasikan keinginan untuk makan atau
kesukaannya. Ketidakmampuan makan mandiri, fefluks gastro esofangeal
dan aspirasi. Penilaian diet oleh ahli diet yang berengalaman di bidang
pediatric dapat membantu mengatasi masalah nutrisi. Disamping itu perlu
untuk mencatat asupan dan kehilangan cairan, mancatat asupan makanan

anak dan pertmabahan berat badannya dan memantau lamanya makan

Pemeriksaan VFSS dapat membantu untuk menentukan tekstur


makanan mana yang paling aman. Modifikasi makanan dapat berfariasi
tergantung berdasar tekstur makanan yang berbeda dan kemampuan anak
untuk mengunyah. Biasanya direkomendasikan seukuran gigitan kecil.
Pada beberapa meningkatkan kepakaan sensoris dalam rongga mulut,
membantu pembentukan bolus dan mengurangi waktu transit di faring.
Anak anak dengan gangguna neuromuscular disertai kelemahan
dam hillangnya koordinasi menelan lebih mudah menelan makanan
dengan mengurangi aspirasi. Pada anak anak harus diberikan bermacammacam rasa dari ditolerir harus dicatat untuk menentukan mana yang
paling efektif.
Anak anak dengan control kepala dan stabilitas badan yang jelek
memerlukan teknik positioning yang sesuai dan individual. Anak dengan
serebal palsi berat dan gangguan makan, posisi makan tergantung derajat
disfagia dan apakah disfagia terutama faringeal atau oral. Pada anak
dengan kelainan utama pada fase faringeal, direkomendasikan posisi tegak
dengan leher dan panggul fleksi. Penilaian secara visual saja tenang posisi
menelan yang aman dan efektif tidak cukup, sehingga diperlukan
pemeriksaan VFSS.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan yang difokuskan pada
organ atau gejala khusus dengan berdasarkan pada riwayat penyakit
sering dapat mengidentifikasi penyebab disfagia.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada dasarnya pemeriksaan laboratorium yang dilakukan harus
berdasarkan arahan dari anamnesis yang seksama dan pemeriksaan

fisik yang teliti. Pemeriksaan darah lengkap dapat meunnjukkan


adanya infeksi atau inflamasi yang menyebabkan disgfagia.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan lanjutan biasanya diperlukan untuk mengkonfirmasi
diagnosis dan menentukan resiko terhadap aspirasi, walaupun
anamnesis dan pemeriksaan fisik cukup untuk mengidentifikasi
etiologi disfagia.
a. Pemeriksaan foto polos dada merupakan pemeriksaan sederhana
untuk melihat adanya pneumonia akibat asirasi
b. CT scan dan MRI memberikan gambaran kelainan structural yang
sangat bail, terutama untuk mengevaluasi pasien disfagia yang
dicurigai disebabkan kelainan susunan saraf pusat.
c. Vidiofluorongoscopic swallowing study (VFSS) atau disebut juga
modified barium swallow (MBS) dirancang untuk mempelajari
anatomi dan fisiologis proses deglutisi mulai dari fase oral,
faringeal dan esophageal dan untuk menentukan strategi gerakan
menelan pada penderita dengan disfagia
I. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (mis, biologis, zat kimia,
fisik,psikologis)
a. Catat keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 110).
b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan untuk menurunkan nyeri.
c. Berikan makan sedikit demi sedikit namun sering sesuai indikasi
untuk pasien
d. Identifikasi

dan

batasi

makanan

yang

menimbulkan

ketidaknyamanan.
e. Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif
f. Berikan perawatan oral yang sering misalnya pijatan punggung,
g. perubahan posisi
2. Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaring

a. Inspeksi rongga oral dan perhatikan pada saliva, lidah, bibir, geligi
dan gusi, memban mukosa.
b. Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien
c. melakukan penghisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan
kasa untuk mengalirkan sekresi.
d. Berikan irigasi oral sesuai indikas
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan
3. ketidak mampuan untuk mencerna makanan
a. Kaji status nutrisi secara continu, selama perawatan setiap hari,
perhatika tingkat energi kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut,
keinginan untuk makan/anoreksia
b. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan saat
penerimaan
c. Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui
alat kontrol infus sesuai kebutuhan . atur kecepatan pemberian
perjam sesuai anjuran
d. Jadwalkan aktifitas dengan istirahat. Tingakatkan tehnik relaksasi

CONTOH FORMAT PENGKAJIAN


I. Identitas Klien
Nama

: An. S

Umur

: 8 th

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Konawe selatan ( Konsel )

Pendidikan

: SD

Status Perkawinan

: Belum Kawin/Nikah

Pekerjaan

: Pelajar

Diagnosa Medis

: Dispalgia

II. Data
1.

Keluhan Utama

: Kesulitan menelan

2.

Riwayat Keluhan Utama

: Nyeri saat menelan

: Dehidrasi

: Gangguan Saluran Pencernaan

: Sedang

: setiap melakukan aktivitas,makan,dan menelan ludah

III. Riwayat Keluarga


Komentar

Klien tinggal serumah dengan ayah,ibu,dan adiknya


Klien tidak memiliki riwayat penyakit menurun
IV. Riwayat Psikososial dan Pola Hidup Sehari-hari
Pasien mudah bergaul
Pasien mengalami insomnia
Kekurangan cairan
Pasien mengalami konstipasi
Intoleransi aktivitas
Gangguan pada personal hygiene
Nyeri di tenggorokan
V. Pemeriksaan Fisik
TTV :
Tekanan darah

: 100/70

Pernapasan

: 18 kali/menit

Denyut Nadi

: 60 kali/menit

Suhu tubuh

: 37,5 0 C

PENGKAJIAN MULUT DAN FARING :


Inspeksi
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Bibir simetris
Warna bibir pucat
Keadaan mukosa bibir kering dan pecah-pecah
Warna gigi putih
Ada karies dan peradangan pada pharynx
Jumlah gigi lengkap
Edema pharynx
Pembesaran tonsil
Ovula simetris
Leher simetris
Permukaan leher mormal
Tidak ada pembesaran vena jugularis
Pembesaran tiroid

Palpasi
oKelenjar limfe normal
oEdema pharynx
oPembesaran tiroid
oVena jugularis normal

Uji nervus
o
o
o
o
o

Fasial cranial (pengecapan 1/3 anterior lidah) normal


Glossofaringeus (1/3 posterior lidah) normal
Vagus (refleks menelan) abnormal, kesulitan menelan.
Pasien tidak mampu menelan.
Hiplogosus (gerakan lidah) normal

Uji kekuatan otot


o Sternokledomastoideus normal
o Aksesorius spinal normal
o Tes kaku kuduk norma
KLASIFIKASI DATA
Data subyektif :

Paien mengaku kesulitan menelan


Nyeri di tenggorokan
Pasien merasa susah tidur, makan dan mudah letih.
konstipasi
Data obyektif :
Gangguan personal hygiene
Ada peradangan pada pharynx
Intoleransi aktivitas
Dehirasi
Warna bibir pucat
Keadaan mukosa bibir kering dan pecah-pecah
Pembesaran tonsil
Pembesaran tiroid
Kesulitan menelan
FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa kep.
Resiko

Tujuan

gangguan

menunjukkan

berhubungan dengan

metode

menelan
paralise

akibat

Rasional

dapat Tinjau ulang kemampuan Pasien dapat

Pasien

menelan
kelemahan otot-otot

Intervensi

pasien menelan, catat

menelan

luasnya paralisis fasial


makanan yang tepat Tingkatkan upaya untuk
dapat melakukan proses
tanpa menimbulkan
keputusasaan

berkosentrasi
selama
mekanisme
makan tanpa

menelan yang efektif

adanya

seperti membantu pasien

gangguan dari

menegakkan kepala.
Letakkan pasien pada

luar atau

posisi duduk/tegak

lingkungan
Pasien mampu

selama dan setelah

mengunya

makan

secara

Stimulasi bibir untuk


membuka dan menutup
mulut secara manual
dengan menekan ringan
diatas bibir/dibawah
dagu
Letakkan makanan pada
daerah mulut yang tidak
sakit/terganggu
Sentuh bagian pipi paling
dalam dengan spatel
untuk mengetahui
adanya kelemahan lidah
Berikan makan dengan
perlahan pada
lingkungan yang tenang
Mulai dengan
memberikan makanan
per oral setengah cair,
makanan lunak ketika
pasien dapat menelan air
Bantu pasien untuk
memilih makanan yang
kecil atau tidak perlu
mengunyah dan mudah
ditelan
Anjurkan pasien
menggunakan sedotan
untuk meminum cairan
Anjurkan untuk
berpartisipasi dalam

perlahan.
Pasien mampu
menelan
makanan yang
lunak/
kental/cair
Pasien mampu
meminum
cairan dengan
menggunakan
sedotan.

program latihan

FORMAT IMPLEMENTASI
Hari/Tgl
Selasa

Jam
07.15

Intervensi
Tingkatkan upaya untuk dapat

09.00

Evaluasi

09/09/201

melakukan proses menelan yang efektif

S : Merasa mampu untuk

seperti membantu pasien menegakkan

berusaha menelan

kepala

O : Pasien tampak bersemangat

Hasil : Pasien mampu menegakkan

A : Masalah teratasi

kepala

: Mempertahankan

intervensi

09.30

11.30

Mulai memberikan makanan per oral

11.15

setengah cair, dan makanan lunak ketika

S : Pasein merasa senang

pasien dapat menelan air.

karena mampu menelan air

Hasil : Pasien mampu menelan air dan

O : Pasien mampu menelan air

makanan lunak

dan makanan lunak


A

: Masalah masih tetap ada

: Lanjutkan intervens

Menganjurkan pasien makan dan

13.00

mengunyah makanan secara perlahan

S : Pasien merasa kesulitan

Hasil : Pasien mampu mengunyah

mengunyah

makanan

O : Pasien mampu mengunyah


dengan perlahan

A : Masalah teratasi
P

: Pertahankan intervensi

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Disfagia pada anak sering merupakan bagian dari penyakit lain
yang lebih komleks dan jarang berdiri sendiri. Penyebab dari disfagia anak
secara umum disebabkan kalianan structural dari organ organ menelan
(obtruksi mekanik) atau karena gangguan neomuskular.
Komplikasi yang terjadi dapat berupa pneumoni aspirasi,
malnutrisi, dehidrasi penurunan berat badan dan obtruksi saluran napas.
Penanganan disfagia pada dasarnya adalah mengatasi disfagia itu sendiri dan
mencagah atau mengobati komplikasinya.
Penatalaksaan disfagia

pada anak terutama adalah dengan

modifikasi dari diet dan positioning saar menelan. Tujuan utama adalah
mengurangi risiko komlikasi akibat disfagia seperti aspirasi pneumonis,
malnutrisi dan dehidrasi
B. SARAN
Proses pemberian makanan pada pasien post gangguan menelan ini
perlu kesabaran. Karena itu kerjasama dengan anggota keluarga terdekat
untuk mempersiapkan perawatan lanjut di rumah. Pemilihan makanan juga
harus disesuaikan dengan kemampuan menelan pasien. Oleh karena itu
kerjasama dengan ahli gizi sangat penting untuk pemilihan dan penyediaan
makanan yang sesuai dengan perkembangan pasien. Frekuensi pemberian
makanan pada pasien pun berbeda dengan orang normal. Karena kemampuan
pasien belum optimal asupan makanannya pun belum adekuat. Untuk itu

frekuensi pemberian makanan dibuat sesering mungkin dengan porsi


disesuaikan dengan kemampuan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn, Moorhouse, Geissler. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian

Perawatan

:
Pasien

(terjemahan). Edisi 3,
Newman LA, Kackley C, Peterson MC, Hammer A. swallowing function anda
medical

diagnoses in fannts suspected of dyaphagia. Pediatrics 2008; 108:

106 Jakarta

: EGC Ear, Nose, & throat associates

Paik

NJ,

Dysphagia.

2006

diakses

dari

http://www.emedicine.com/pmr/topic194.htm
Soeparto P, Djupri LS, Ranuh RG, Sindroma gangguan motiitas saluran cerna:
patofisiologis, penatalaksanaan. Surabaya : Divisi Gastroenterologi
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo-Fakultas Kedokteran
Unair, 2004: 439 - 449.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An.S DENGAN DIAGNOSA DISPALGIA PADA ANAK


Tugas kelompok ini disusun untuk memenuhi mata ajar keperawatan anak yang
diampu oleh
Etik Pratiwi S,Kep.,Ns,.M,Kep

Disusun Oleh :
1

Adita Choiri F

2520142571

Akhmad Fajar T

2520142572

3D

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016

Anda mungkin juga menyukai