Anda di halaman 1dari 8

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

Materi Teknis Rencana Tata Ruang Skala Desa


Alfi Cena Silvia Fuzna(1), Denny Zulkaidi (2)
(1)

P erencanaan Wilay ah dan Kota, S ekolah A rsitektur, P erencanaan dan P engembangan Kebijakan (SAPP K), ITB.
P erencanaan dan P erancangan Kota, S ekolah A rsitektur, P erencanaan dan P engembangan Kebijakan (SAPP K), ITB .

(2)

Abstrak
Desa direncanakan akan menerima dana sekitar 1,4 milyar rupiah pertahun. Dalam pemanfaatan
dana tersebut, desa perlu memiliki rencana, baik spasial maupun aspasial. Rencana desa secara
aspasial tertuang dalam dokumen RPJM Desa dan RKP Desa. Akan tetapi desa saat ini masih belum
memiliki rencana spasial seperti rencana tata ruang desa. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk merumuskan komponen materi teknis rencana tata ruang desa desa urban dan desa
rural. Penelitian ini menggunakan strategi multiple case study dengan pendekatan normative (teori
dan peraturan) dan pendekatan empiis (kebutuhan pemerintah desa). Studi kasus yang digunakan
adalah desa jenis urban dan desa rural di Kabupaten Bandung. Muatan materi teknis berdasarkan
teori dan peraturan terdiri dari tujuan, kebijakan dan strategi (TKS), rencana struktur ruang, rencana
pola ruang, kawasan yang diprioritaskan pembangunannya, arahan pemanfaatan ruang desa, dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang desa.
Kata-kunci : materi teknis, tata ruang, desa

Pendahuluan
Desa pada tahun 2015 akan diberi dana sebesar
1,4 milyar rupiah untuk satu desa. Peraturan
Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang
Anggaran Dana Desa memberikan syarat suatu
Desa dapat menerima dana desa apabila desa
tersebut
memiliki rencana penganggaran
program kegiatan yang disusun dalam dokumen
Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APB Desa).
APB Desa merupakan dokumen penganggaran
program-program desa yang tercantum di dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM Desa) yang dijabarkan
kembali ke dalam rencana pembangunan
tahunan desa atau yang disebut dengan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa).
Dengan penambahan dana tersebut, maka
kesempatan desa untuk meningkatkan kegiatan
pembangunannya akan semakin tinggi, sehingga
dibutuhkan suatu rencana yang berdimensi
ruang untuk dapat mengatur pemanfaatan lahan
dan pembangunan di desa sekaligus sebagai
suatu sarana dalam pemanfaatan dana desa,
karena dokumen RPJM Desa, RKP Desa dan APB
Desa tidak memuat rencana secara spasial.
Selain dari pada itu, Jim Howe (1997)

mengatakan rencana di tingkat desa diperlukan


untuk menjaga kualitas lingkungan dan budaya
di desa tetap seimbang, seiring dengan
peningkatan permintaan akan pembangunan
perumahan dan kegiatan ekonomi wilayah yang
menjadi semakin kompleks di wilayah desa.
Artinya dalam hal in i desa juga memiliki fungsi
wilayah baik itu secara ekologi, ekonomi,
maupun sosial dan budaya yang tetap harus
dipertahankan melalui perencanaan spasial
maupun
aspasial.
Dalam
merencanakan
pemanfaatan
ruangnya.
Desa
secara
administratif dalam Undang-Undang Nomor 6
tahun 2014 tentang Desa memiliki kewenangan
untuk mengatur dan
mengurus urusan
pemerintahannya sendiri. Artinya desa dalam
hal
in i
memiliki
kewenangan
untuk
merencanakan wilayahnya, yang rencana
tersebut kemudian dihimpun oleh camat dan
disetujui oleh pemerintah kabupaten.
Perencanaan desa secara aspasial
sudah ada dalam dokumen RPJM Desa, RKP
Desa, dan APB Desa namun perencanaan secara
spasial desa hingga saat ini masih belum ada.
Peraturan mengenai rencana tata ruang desa
hingga saat
ini hanya terhenti pada
perencanaan
penataan
ruang
kawasan
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V4N3|831

Materi Teknis Rencana Tata Ruang Skala Desa

perdesaan yang merupakan gabungan dari


beberapa desa, seperti yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Peraturan Pemerintah Nomor
72 tahun 2005 tentang Desa yang sekarang
dinaikkan statusnya menjadi Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pada pasal
79 tentang tahap rencana, hanya membahas
mengenai rencana desa dalam rencana
pembangunan jangka menengah untuk waktu 6
tahunan dan pembangunan tahunan desa dalam
jangka waktu 1 tahunan. Adapun rencana tata
ruang paling rinci pada tingkat wilayah
kabupaten tertuang dalam dokumen Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) yang penyusunannya
mengacu pada Peraturan Menteri PU Nomor
20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi. Desa di Indonesia menurut data
Kementerian Dalam Negeri dalam buku induk
kode
dan
data
wilayah
admin istrasi
pemerintahan perprovinsi, kabupaten/kota dan
kecamatan seluruh Indonesia tahun 2013
terdapat 72.944 desa dan 8309 kelurahan.
Desa-desa
tersebut
kemudian
diklasifikasiakan ke dalam desa perkotaan dan
desa perdesaan seperti pada lampiran buku
kedua yang tercantum dalam Peraturan Kepala
Badan Pusat Statistik Nomor 37 tahun 2010
tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di
Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
akan dirumuskan mengenai materi teknis
penyusun rencana tata ruang skala desa dengan
menggunakan studi kasus Desa di Kabupaten
Bandung,
yang
dibedakan
berdasarkan
karakteristik desa rural dan desa urban .
Akan tetapi, karena rencana tata ruang
desa belum ada rujukannya di Indonesia, maka
yang menjadi persoalan dalam penelitian ini
adalah belum teridentifikasinya komponen
materi teknis rencana tata ruang untuk skala
desa
yang
dapat
melengkapi
rencana
pembangunan desa yang memiliki dimensi
ruang atau spasial. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk merumuskan
komponen materi teknis rencana tata ruang
skala desa, sebagai upaya untuk menyusun
rencana tata ruang desa.
Wilayah Penelitian
Muatan materi teknis tata ruang menurut
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Peraturan Menteri Nomor
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan
832 |JJurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V4N3

rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan


Permen PU No. 20/PRT/M/2011 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi, berisikan
mengenai perumusan tujuan, kebijakan, strategi,
struktur ruang, pola ruang, Penetapan kawasan
prioritas pembangunan, arahan pemanfaatan
ruang,
dan
ketentuan
pengendalian
pemanfaatan ruang. Rincian dari masing-masing
komponen akan dianalisis dengan melakukan
trianggulasi sumber pada dokumen kebijakan,
peraturan serta teori terkait desa seperti:

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004


tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional
Undang-Undang Nomor 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang
Peraturan Pemerintah Nomor 43
tahun 2014 tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
2014 tentang Dana Desa
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
6/PRT/M/2007 tent ang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
RTBL
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PRT/M/2009
tentang
Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
20/PRT/M/
2011
tentang
Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
dan Peraturan Zonasi
Dokumen Proyek Departemen Pekerjaan
Umum tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan
Penataan
Ruang
Kawasan Perdesaan
Peraturan Menteri Desa Nomor
1/PRT/M/2015 tentang Pedoman
Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala
Desa
Peraturan
Menteri
Desa
Nomor
5/PRT/M/2015 tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2015
Dokumen Badan Standardisasi Nasional
tentang Standar Nasional Indonesia (SNI)

Alfi Cena Silv ia Fuzna

Tata
Cara
Rencana
Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
Barry Dalal-Clayton, David Dent & Oliver
Dubois (2003)
Rural Planning
in
Development Countries
Djohani, 2008 Panduan Penyelenggaraan
Musdes
Jaya dinata, 1999 tata guna tanah
Cormack, 1986 Balancing Nature and
Commerce
Thourburn, 1971 Planning Village
Rustan, 2014 pemikiran dan penelitian
desa

Penelitian dilakukan pada Desa yang ada di


Kabupaten Bandung yang diklasifikasikan
kedalam jenis desa rural dan desa urban,
mengikuti pengklasifikasian desa berdasarkan
Peraturan Kepala BPS Nomor 37 tahun 2010
tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di
Indonesia.
Berikut
ini merupakan
peta
persebaran jenis desa rural dan desa urban di
Kabupaten Bandung.

mengidentifikasi komponen materi teknis


normative
dilakukan
dengan
pendekatan
(mengacu pada aturan dan teori) dan empiris
berupa demand
(kebutuhan komponen
perencanaan di tingkat desa).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan strategi penelitian multiple
case study, dengan teknik analisis konten dan
trianggulasi sumber.
Kajian Pustaka
Komponen yang menjadi muatan mate ri teknis
rencana tata ruang desa berdasarkan kajian
literatur yang di dapat dari dokumen kebijakan,
peraturan,
serta teori yang
membahas
mengenai desa ialah sebagai berikut:
1)

2)

3)
Gambar 1 Peta Sebaran Desa Rural Dan
Desa Urban di Kabupaten Bandung
Sumber : Hasil analisis dengan Arc. GIS, 2015
Desa yang mewakili desa jenis rural ialah Desa
W anasari dan Desa Panundaan. Desa yang
mewakili desa jenis urban ialah Desa Kiangroke
dan Desa Lampegan.
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat eksploratori karena
mencari sesuatu yang baru dan membangun
pemahaman baru mengenai rencana spasial
desa. Pendekatan yang digunakan untuk

Tujuan, kebijakan, dan strategi dirancang


untuk menurunkan konsep pembangunan
dalam jangka waktu 5 tahunan kedalam
bentuk peta secara spasial
Komponen rencana struktur ruang terdiri
perencanaan sistem pusat dan sub pusat
desa
yang
ditentukan
berdasarkan
kemudahan aksesibilitas terhadap fasilitas
umum di desa, dan perencanaan untuk
sistem
jaringan
yang
terdiri
dari
perencanaan untuk sistem jaringan jalan
desa (jalan lokal primer, lingkungan primer,
dan antar permukiman), sistem jaringan
energy
listrik,
sistem
jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan irigasi
tersier, dan sistem jaringan sanitasi
lingkungan (Jaringan air minum dengan
sistem perpipaan dari instansi tertentu,
maupun yang bersumber dari air sungai
atau pegunungan).
Komponen rencana pola ruang zona lindung,
terdiri dari perencanaan untuk zonasi hutan
lindung, zonasi hutan bergambut dan zonasi
untuk resapan air, zonasi perlindungan
setempat, zonasi untuk suaka alam dan
cagar budaya, zonasi untuk rawan bencana
banjir, gempa, tanah longsor dll. Komponen
untuk
zona
budidaya
terdiri
dari
perencanaan untuk zonasi hutan produksi
terbatas, tetap, dan dapat dikonversi pada
hutan milik desa, zonasi untuk pertanian
lahan basah, zonasi untuk pertanian lahan
kering, seperti sawah tadah hujan, tanaman
holtikultura dll, zonasi untuk lahan
perkebunan,
zonasi
untuk
lahan
pertambangan, zonasi untuk lahan industri
besar dan kecil, zonasi untuk pariwisata
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V4N3 | 383

Materi Teknis Rencana Tata Ruang Skala Desa

4)

5)

6)

alami dan buatan, zonasi untuk perumahan


desa, zonasi untuk kegiatan perdagangan
dan jasa, dan
zonasi untuk kegiatan
pemerintahan.
Komponen arahan pemanfaatan ruang
dapat di rumuskan mulai dari b idang
pengembangan,
jenis
kegiatan,
lokasi,sasaran
dan
manfaat,
waktu
pelaksanaan, biaya dan sumber pendanaan,
pola pelaksanaan, kerjasama pihak ketiga,
dan rencana pelaksanaan kegiatan
Penetapan kawasan yang diprioritaskan
pembangunannya dapat ditetapkan pada
sub wilayah desa yang memiliki keunggulan
di bidang ekonomi, ekologi, dan sosial
budaya.
Pengendalain pemanfaatan ruang desa
dapat mengikuti peraturan zonasi ataupun
membuat peraturan sendiri yang ditetapkan
oleh peraturan desa.

Hasil Analisis
Muatan materi teknis rencana tata ruang desa
terdiri dari tujuan, kebiajakan dan strategi,
rencana struktur ruang, rencana pola ruang,
penetapan kawasan yang diprioritaskan, arahan
pemanfaatan
ruang,
dan
ketentuan
pengendalian
penataan
ruang.
Tujuan
diturunkan dari kalimat visi dan misi dalam
dokumen RPJM Desa dan RKP Desa. Tujuan ini
disusun untuk merumuskan kebijakan struktur
ruang, kebijakan pola ruang dan kebijakan
untuk
kawasan
yang
di
prioritaskan
pembangunannya. Dalam merumuskan kalimat
tujuan,
dipertimbangkan
juga
mengenai
pembahasan
kemiskinan,
peningkatan
produktivitas, manajemen sumber daya, modal
sosial, infrastruktur dan pembangunan sosial.
Komponen rencana struktur ruang terdiri
perencanaan sistem pusat dan sub pusat desa
yang ditentukan berdasarkan kemudahan
aksesibilitas terhadap fasilitas umum di desa.
pusat desa dapat berupa pusat dusun dengan
sub pusat dalam skala RW. Perencanaan
struktur ruang untuk sistem jaringan dapat
dilihat pada tabel 1 dibawah ini

Tabel 1 Komponen Rencana Struktur Ruang Desa


Sistem Jar ingan
S istem Jaringan Jalan Desa

S istem Jaringan E nergi Listrik


S istem Jaringan Irigasi Tersier

S istem Jaringan S anitasi Lingkungan

S istem Jaringan P rasarana Lingkungan

Jar ingan
Jalan lokal primer
Jalan lingkungan prime r
Jalan antar permukiman
Jaringan gardu listrik
Jaringan iriga si tersie r, seperti:
S aluran tersier
S aluran kuarter
S aluran pembuang
Boks tersier
Boks kuarter
Bangunan pelengkap
Jika di desa ada jaringan irigasi denga n
sistem irigasi ai r tanah maka
pengaturanny a mengikuti aturan dalam
RDTR
Jaringan air minum den gan sistem
perpipaan dari i nstansi te rtentu,
maupun y ang bersumber dari air su ngai
atau pegunungan.
Jaringan draina se skala Desa

Ketentuan Teknis
7 meter
6,5 meter
<6,5 meter
Diintegrasikan dengan pihak P LN
Diperlukan oleh Desa rural dan Desa

Jariangan air limbah domest ik

Diperlukan oleh Desa rural dan Desa

Jariangan air limbah no n domestik

H any a diperlukan di desa dengan jenis

Jalur ev akuasi
Tempat ev akuasi

urban

Diperlukan oleh Desa rural dan Desa

urban

Diperlukan oleh Desa rural dan Desa

urban
urban
urban

Jika ada potensi raw an bencana, maka


komponen ini butuh d i rencanakan di
Desa rurali dan Desa urban

Sumber: Sum ber: Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014, Peraturan Pemerintah Nomor 43, Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006, Peraturan
Menteri Desa Nomor 1/PRT/M/2015, dan Peraturan Menteri Desa Nomor 5/ PRT/M/2015, Permen PU Nomor 16/ PRT/M/2009, Permen PU Nomor
20/PRT/M/ 2011 tentang Pedoman Peny usunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, dan Dok umen Proyek Kementrian Pekerj aan Umum
tahun 2014, Badan Standardisasi Nasional (2004) tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, Jayadinata (1999) , McCormack
(1986), Jayadinata (1999), Bintaro (1977), Thor burn (1971) , Wasistiono (2006).

834 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V4N3

Alfi Cena Silv ia Fuzna

Komponen rencana pola ruang zona lindung dan budidaya ialah seperti pada tabel 2 di bawah ini

Tabel 2 Komponen Rencana Pola Ruang Desa

Zona
Lindung

Zona
Zona lindung

Kegiatan
Zonasi hutan lindung

Zona Perlindunga n
Setempa t

Sempada n sungai
Zonasi seki ta r danau/waduk

Budida ya

Zonasi Hutan Rakya t


Zonasi Perta nian

Hutan milik desa


Lumbung pangan

Lahan pertanian i rigasi


tersier

Lahan pertanian tadah


huja n

Zonasi Perkebunan
Zonasi Peri kanan

Zonasi Perta mbangan

Zonasi Indus tri

Zonasi Pa ri wisata

Zonasi Perumaha n

Lahan untuk kegia tan


holti kul tura
Lahan untuk kegia tan
perkebunan
Lahan untuk kegia tan
peri kanan tangkap,
budida ya , dan da ra t
Lahan untuk kegia tan
perta mbangan mineral ,
mi neral bukan logam,
ba tuan da n batuba ra

Lahan untuk kegia tan


industri kimia dasa r, mesin,
logam, indus tri kecil , dan
lainnya .
Lahan untuk kegia tan
pa ri wisata alam, bua tan,
ma upun buda ya jika ada di
desa .

Rumah da n PSU, seperti :


TK, tempat peri bada tan,
tempa t bermain anak, olah
ra ga kecil, dan balai
pengoba tan

Katerangan
Diperl ukan oleh desa
rural dan desa urban
Diperl ukan oleh desa
rural dan desa urban
Diperl ukan oleh desa
rural dan desa urban

Jika komponen ini


ada di wila yah
administrasi desa
ma ka perlu
di rencanakan
Diperl ukan oleh desa
rural dan desa urban
yang memiliki
komponen ini
Diperl ukan oleh desa
rural dan desa urban
yang memiliki
komponen ini
Diperl ukan oleh desa
rural dan desa urban
yang memiliki
komponen ini

Jika di desa dengan


jenis rural a tau urban
ada potensi untuk
kegia tan
perta mbangan, maka
komponen ini ha rus
di rencanakan.
Diperl ukan oleh desa
urban

Jika di desa dengan


jenis rural a tau urban
ada potensi untuk
kegia tan pa riwisata ,
ma ka komponen ini
ha rus di renca nakan.
Diperl ukan oleh desa
rural dan desa urban

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V4N3| 835

Materi Teknis Rencana Tata Ruang Skala Desa

Zona

Zona
Zonasi Perdagangan

Zonasi Perkantora n

Kegiatan
Lahan untuk kegia tan pasar
desa , kios desa, dan tempa t
pelelanga n ika n
Kantor desa
Balai desa
Kantor lemba ga keta hanan
mas ya ra kat desa
Kantor koprasi
Pos hansip

Katerangan
Diperl ukan oleh desa
rural dan desa urban
Diperl ukan oleh desa
rural dan desa urban

Sumber: Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014, Peraturan Pemerintah Nomor 43, Peraturan Pemerintah Nomor
34 tahun 2006, Peraturan Menteri Desa Nomor 1/PRT/M/2015, dan Peraturan Menteri Desa Nomor 5/
PRT/M/2015, Permen PU Nomor 16/PRT/M/2009, Permen PU Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, dan Dokumen Proyek Kementrian Pekerjaan
Umum tahun 2014, Badan Standardisasi Nasional (2004) tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan
di perkotaan, Jayadinata (1999), McCormack (1986), Jayadinata (1999), Bintaro (1977), Thorburn (1971),
Wasistiono (2006).

Selain komponen yang termasuk kedalam zona


lindung dan budidaya, komponen yang
termasuk kedalam zonasi ruang terbuka hijau
yang ada di desa adalah taman RT, taman RW ,
pemakaman, pertanian, perkebunan, dan hutan
rakyat
Pembiayaan pembangunan komponen ini di
dasarkan pada komponen yang menjadi
kewenangan desa. Adapun komponen yang
masuk dalam rencana tata ruang ini dan bukan
merupakan komponen kewenagan desa, dalam
pembiayaannya
disesuaikan
dengan
kewenangan komponen tersebut dalam tata
pemerintahan. Arahan pemanfaatan ruang
dapat mengikuti aturan penyusunan arahan
yang dimuat dalam RPJM Desa dan RKP Desa,
dengan muatan bidang pembangunan, jenis
kegiatan, lokasi, volume, sasaran dan manfaat,
waktu pelaksanaan,
biaya dan
sumber
pendanaan, pola pelaksanaan, kerjasama pihak
ketiga dan rencana pelaksanaan kegiatan.
Penetapan
kawasan
yang
diprioritaskan
dirumuskan di dusun yang memiliki keunggulan
dibidang ekonomi, ekologi maupun sosial
budaya,
sedangkan
untuk
ketentuan
pengendalian
pemanfaatan
ruang
dapat
ditentukan dengan cara:
1) Desa dapat mengacu dan mengikuti
peraturan
zonasi
pada
peraturan
perencanaan penataan ruang yang ada
diatasnya.
2) Desa dapat membuat kebijakan desa
mengenai semua komponen materi teknis

683 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V4N3

tata ruang desa, khususnya mengenai


pengaturan kawasan lindung dan kawasan
budidaya dengan kriteria pengaturan yang
mengacu pada Undang-Undang Nomor 6
tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan
Menteri Desa Nomor 1/PRT/M/2015 tentang
Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak
Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala
Desa, serta membuat juga sistem sanksi
administrasi bagi para pelanggar hukum.
Skala peta yang digunakan dalam rencana tata
ruang desa ialah lebih besar dari skala peta
yang digunakan dalam RDTR namun lebih rinci
dari peta rencana site plan.

Penutup
Teridentifikasi dalam penelitian ini bahwa
muatan materi teknis rencana tata ruang desa
terdiri dari Tujuan, kebijakan dan strategi,
rencana struktur ruang, rencana pola pola ruang,
arahan pemanfaatan ruang, penetapan kawasan
yang di prioritaskan pembangunannya, dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
dengan komponen pembeda antara rencana
tata ruang desa rural dan desa urban ialah
rencana untuk jaringan irigasi yang hanya
dibutuhkan oleh desa rural dan rencana untuk
zona industri yang dibutuhkan oleh desa urban

Alfi Cena Silv ia Fuzna

Daftar Pustaka
Buku
Artur,

Planning.

Perkotaan, dan Wilayah. Institute Teknologi

Barrios, E.B. 2007. Spasial Effect in The Efficient


Access of Rural Development. University
of The Philippines: Philippines.

Miles, Mathew. 1992. Analisis Data Kualitatif.


Universitas Indonesia Press: Jakarta

Lewis. 1965. Development


George Allen and Unwin:S.I

Beratha. Nyoman. 1982. Desa Masyarakat Desa


dan Pembangunan Desa. Ghalia: Jakarta.
Bintaro, R. 1977. Suatu Pengantar Geografi
Desa. U.P Spring: Yogyakarta.
Clayton., David., Olivier. 2003. Rural Planning In
Development
Countries.
Earthscan
Publications Ltd: UK and USA.

Bandung: Bandung.

Muhadjir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian


Kualitatif. T.p : Yogyakarta
Hamid. 2005. Metode
Kualitatif. Alfabeta: Bandung

Patilima,

Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-Teknik


Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Diva
Press: Jakarta
Riveira,

Rianingsih.
2008.
Panduan
Penyelenggaraan
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
Desa.

Djohani,

Perpustakaan Nasional: Jakarta.


Goeham, Gary. 1997. Encyclopedia of Rural
America The Land and People. ABCCLIO: Santa Barbara, California.
Howe, Jim., Mc Mahon, Ed., Propst, Luther.
1997. Balancing Nature and Commerce
in Gateaway Communities. Island Press:
W aashington D.C-Covelo California.
Ivanko, John. 2004. Rural Renaissance . New
Society Publishers: Canada
Jayadinata. Johara. 1999. Tata Guna Tanah

dalam Perencanaan Perdesaan,

Penelitian

Sante Ines and Maseda. Rafael


Crecente. 2006. A Riview of Rural LandUse Planning Models. Departement of
Agricultual and Forestry Engineering,etc:
Spain.

Rustan, Uton. 2014. Pemikiran dan Penelitian


Tentang
Perencanaan
Perdesaan .
Institut Teknologi Bandung: Bandung.
Sutopo,

H.B. 2006. Metodologi Penelitian


Kualitatif: Dasar Teori dan Terapan
dalam Penelitian . T.p: Surakarta

Thorburn, Andrew. 1971. Planning Villages. The


Estate Gazette: London.
Wasistiono,

Sadu.

Pengembangan

Bandung.

2006.

Desa.

Prospek

Fokusmedia:

Dokumen Pemerintah
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di


Perkotaan. Standar Nasional Indonesia

(SNI) Badan
Jakarta.

Standardisasi Nasional:

Bappeda Provinsi Jawa Barat. Rancangan Awal

RPJM Provinsi Jawa Barat Tahun 20132018.

Departemen Dalam Negeri. 1987. Tata Ruang


Desa.
Lembaga
Penelitian
dan
Departemen Dalam Negeri: Jakarta.

Direktororat Jendral Cipta Karya Departemen


Pekerjaan Umum. 1997. Kamus Tata
Ruang . Dirjen Cipta Karya-DPU dan IAP:
Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri. 2013. Kode dan

Data Wilayah Administrasi Pemerintahan


Provinsi,
Kabupaten/Kota
dan
Kecamatan Seluruh Indonesia.

Kementrian Pekerjaan Umum. 2014. Pedoman

Penyelenggaraan

Penataan

Ruang

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V4N3 | 837

Materi Teknis Rencana Tata Ruang Skala Desa

Kawasan

Perdesaan .
Proyek
Departemen Pekerjaan Umum: Jakarta.
Kementrian
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
Badan
Perencanaan
Pembangunan Nasional (2014). Buku 1
Agenda Pembangunan Nasional.
Situs pemerintahan Desa Mandalamekar, 2014,
(diakses pada 9/06/2015, pukul 22.00
W IB).
Peraturan
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (sudah tidak
berlaku)
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang

Peraturan Pemerintah Nomor 43


tentang Desa

tahun 2014

Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2014


Tentang Anggaran Dana Desa
Peraturan Menteri PU Nomor 6/PRT/M/2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan RTBL
Peraturan Menteri PU Nomor 16 tahun 2009
tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Peraturan Menteri PU Nomor 20/PRT/M/2011
tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Peraturan Menteri Desa Nomor 1/PRT/M/2014
tentang
Pedoman
Kewenangan
Berdasarkan Hak Asal Usu l dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa

Undang-Undang Republik Indonesa Nomor 17


tahun
2007
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025

Peraturan Menteri Desa Nomor 5/PRT/M/2015


tentang Penetapan Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2015

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 7


tahun
2011
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Bandung tahun 2005-2025

Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun


2006 tentang Jalan
Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 2010
tentang Penyelenggaraan
Penataan
Ruang
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005
tentang Desa (sudah tidak berlaku)
di Indonesia

838 |Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V4N3

Rancangan
Peraturan
Daerah
Kabupaten
Bandung Nomor 11 tahun 2011 tentang
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor
37 tahun 2010 tentang Klasifikasi
Perkotaan
dan
Perdesaan

Anda mungkin juga menyukai