31
dipahami jika siswa lebih menyenangi menggunakan objek objek konkret dan anak terlibat
langsung di dalamnya. Hal ini mengisyaratkan guru untuk mampu mengekspresikan sumber daya
yang ada untuk dijadikan sumber dan alat peraga dalam pembelajaran dan mampu merancang
pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara aktif.
Menurut Edgar Dale Dikutip Tim Pengembangan PGSD (1998:16) bahwa dari delapan
urutan pengalaman belajar mulai dari simbul verbal sampai pengalaman langsung, namun
mengingat yang paling besar adalah melalui pengalaman langsung. Maka dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya selalu menggunakan alat peraga yang sesuai sehingga anak akan mudah
mengingat materi pelajaran yang dipelajarinya melalui pengalaman balajar dari alat peraga yang
digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian Anggoro dan Husin (2008) yang berjudul Meningkatkan
Pemahaman Peserta didik dalam Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan pada Pokok Bahasan
Difusi dan Osmosis
Discovery dan Anggoro dan Iswasta Eka (2009) dengan judul: Meningkatkan Pemahaman
Peserta didik dalam Mata Kuliah Konsep Dasar IPA pada Pokok Bahasan Energi dan
Perubahannya menggunakan Model Pembelajaran CBSA dengan Pendekatan Discovery
mengungkapkan bahwa peserta didik dapat menerima pembelajaran dengan metode discovery
secara berdiskusi. Sebanyak 80% peserta didik menganggap metode ini mampu meningkatkan
motivasi dan minat peserta didik dalam mempelajari materi kuliah. Tingginya motivasi dan
minat ini membantu peserta didik dalam memahami pengertian yang diberikan oleh pengampu
mata kuliah.
Penelitian yang dilakukan oleh Anggoro dan Iswasta Eka (2009) dengan judul
Pengembangan Perangkat Praktikum Pembelajaran BIOLOGI SD Model Laboratorium
Kering
menunjukkan
bahwa
Perangkat
pembelajaran
praktikum
BIOLOGI
SD
32
peningkatan pemahaman konsep dalam Mata Kuliah BIOLOGI SD) dan Anggoro dan
Badarudin (2011) judul : Perangkat Pembelajaran Bumi dan Ruang Angkasa berbasis
Multimedia (Upaya peningkatan Prestasi dan Minat Peserta didik dalam Mata Kuliah
Bumi dan Ruang Angkasa).
Berdasarkan uji petik dari Guru Kelas SD di Kabupaten Banyumas yang mengikuti
sertifikasi Guru tahun 2010 , 99% guru tidak membuat alat peraga. Disisi lain kreativitas dalam
pembuatan alat peraga pada guru-guru SD masih lemah. Untuk mengatasi kondisi seperti itu
dibutuhkan guru yang kreatif dalam mengembangkan alat peraga, khususnya di bidang sains. Hal
itu sangat diperlukan karena kemampuan mengembangkan alat peraga merupakan cerminan guru
yang profesional. Dengan alat peraga, khususnya di bidang mata pelajaran Sains, maka murid
akan lebih mudah menangkap inti pelajaran.
Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu
agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini adalah
sebagai berikut (Nana Sudjana, 2002: 104-105):
1 ) Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih
dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak
diajarkan;
2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan
tingkat kemampuan/kematangan anak didik;
3) Menyajikan alat peraga dengan tepat;
4) Menempatkan dan memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang
tepat .
Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang dilaksanakan adalah membuat modul dan pelatihan pembuatan alat
peraga IPA yang kreatif dan ekonomis . Tahapan kegiatan dilaksanakan sebagai berikut:
a.
memberikan pemahaman pada guru kelas tentang pentingnya alat peraga yang kreatif,
inovatif dan menyenangkan bagi pembelajaran yang efektif
b.
merancang dan membuat modul dan alat peraga yang kreatif dan ekonomis
c.
melakukan pendampingan terhadap pemanfaatan modul dan alat peraga yang kreatif dan
ekonomis tersebut di SD/MI Muhammadiyah
d.
Koordinasi I dilakukan pada hari Jumat, tanggal 01 Juni 2012. Koordinasi dilakukan
oleh Ketua Pelaksana dengan Anggota Pelaksana dan mahasiswa, mengenai jadwal
pelaksanaan kegiatan, materi kegiatan serta penanggungjawab masing-masing sub
kegiatanserta persiapan koordinasi dengan pihak K3S SD/MI Muhammadiyah
Kabupaten Banyumas.
Koordinasi III dan IV dilakukan pada tanggal 20 Juni 2012 dan 1 Juli 2012.
Koordinasi dilakukan oleh Ketua Pelaksana dengan mahasiswa calon pembimbing
pembuatan alat peraga, mengenai teknis pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan
alat peraga dan pendampingannya. Persiapan yang dilakukan adalah makalah/materi
pelatihan, bahan dan peralatan yang diperlukan, jumlah peserta, akomodasi peserta
serta daftar hadir peserta.
b. Pelatihan pembuatan alat peraga IPA
Pelatihan pembuatan alat peaga IPA dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 14 Agustus
2012. Pelatihan dilaksanakan selama 4 jam, mulai jam 13.00 17.00. Tempat pelatihan di
MI Muhammadiyah Wangon. Peserta yang hadir adalah 24 guru dari 10 SD/MI
Muhammadiyah se eks Kawedanan Jatilawang termasuk Ketua K3S SD/MI
Muhammadiyah(Bp. Samsuri, S.Pd.I).
Pembukaan acara pelatihan dilakukan oleh Ketua K3S SD/MI Muhammadiyah, Bapak
Samsuri, S.Pd.I, dilanjutkan dengan pemberian materi yang dilakukan oleh Drs. Sri
34
Harmianto dengan tema Pelatihan Pembuatan Alat Peraga yang Kreatif dan Ekonomis
dalam Pembelajaran IPA.
35
36
37
menjadi lebih tinggi. Siswa menjadi lebih antusias mengikuti pembelajaran karena mendapatkan
pengetahuan secara menyenangkan dan membuat mereka aktif serta tidak membosankan.
Perlu adanya alat peraga yang lebih variatif dan menyesuaikan dengan SK/KD materi yang ada
di kelas-kelas tertentu.
Simpulan
1.
2.
yang mudah dibuat, mudah digunakan dan dengan biaya yang ekonomis
Siswa mendapat keuntungan berupa pemahaman konsep yang
lebih baik dengan cara yang lebih menyenangkan karena mereka yang lebih aktif
melakukan.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, S dan Arief Husin, 2008. Upaya Peningkatan Pemahaman Mahasiswa didik dalam
Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan Melalui Pembelajaran CBSA Model Pengajaran
Discovery. Laporan Hibah Pengajaran P3AI UMP Tahun 2009. UMP. Purwokerto
Anggoro, S. dan Badarudin, 2009. Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa didik dalam Mata
Kuliah Konsep Dasar IPA pada Pokok Bahasan Energi dan Perubahannnya
menggunakan Model Pembelajaran CBSA dengan Pendekatan Discovery. Laporan
Hibah Pengajaran PHK S 1 PGSD Tahun 2009. UMP. Purwokerto
Anggoro, S. dan Karma I. Eka, 2009. Dry Lab Model (Upaya Pengembangan Perangkat
Praktikum Pembelajaran BIOLOGI SD). Laporan Hibah Pengajaran PHK S 1 PGSD
Tahun 2009. UMP. Purwokerto
Abdurrahman, M., & Totok, B. 2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema
dalam Belajar : Pedoman Guru. Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat
Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.
Arends, Richard L., 1998, Classroom Instruction and Management, Mc Graw-Hill,USA.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Draf Juni
2002). Jakarta : Balitbang Depdikbud.
Gagne, R.M., 1985. Principle Of Instructional Design. New York : Hall Rinehant and Winston.
38
39