Anda di halaman 1dari 9

B.

DRAFT ARTIKEL ILMIAH


Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pelatihan Pembuatan Alat Peraga IPA
yang Kreatif Dan Ekonomis Bagi Guru SD/MI Muhammadiyah Kabupaten Banyumas
Sri Harmianto
Subuh Anggoro
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh Kembaran Banyumas 53182
Telp. 0281-636751, Fax. 0281-637239
email : subuh_anggoro@yahoo.com
Abstrak
Penerapan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini bertujuan untuk meningkatan kompetensi guru
khususnya dalam membuat dan menggunakan alat peraga yang kreatif dan ekonomis bagi guru
SD/MI Muhammadiyah di Kabupaten Banyumas terutama bagi guru yang mengajar di eks
Kawedanan Jatilawang . Metode pelaksanaan yang dilakukan adalah (1) memberikan
pemahaman pada guru kelas tentang peran alat peraga yang kreatif, inovatif dan menyenangkan
bagi pembelajaran yang efektif; (2) merancang dan membuat modul dan alat peraga dan (3)
mengevaluasi hasil kegiatan. Sasaran pelaksanaan IbM ini adalah guru yang berada pada wilayah
binaan K3S SD/MI Muhammadiyah Kabupaten Banyumas sebanyak 30 orang guru. Hasil
pelaksanaan pelatihan ini adalah guru telah mampu membuat dan menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran Sains kelas 4 dan 5. Ketua K3S SD/MI Muhammadiyah Kabupaten
Banyumas dan beberapa guru menyatakan program ini sangat bagus dan perlu ditindaklanjuti
dengan pelatihan untuk alat peraga untuk kelas yang lain.
Kata kunci : IbM, alat peraga, kreatif, ekonomis
Pendahuluan
Masalah pendidikan terutama yang terkait mutu pembelajaran banyak ditentukan oleh guru.
Guru selain mengajarkan pelajaran secara teoritis di kelas perlu juga mengembangkan dengan
alat peraga untuk pembelajaran. Kenyataannya, berdasarkan hasil observasi pada SD di
Kecamatan Baturaden dan Kembaran, 90% guru mengalami masalah dalam melakukan
pembelajaran Sains. Disisi lain kreativitas dalam pembuatan alat peraga pada guru-guru SD
masih lemah. Akibatnya ketika mutu proses dan hasil pendidikan rendah, guru selalu melempar
tanggung jawab kepada pihak lain, misalnya orang tua, sarana-prasarana sekolah, dan
sebagainya.
Jean Peaget (dalam Syamsudin 2003 ; 50) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif
anak SD berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada tahap ini akan lebih mudah

31

dipahami jika siswa lebih menyenangi menggunakan objek objek konkret dan anak terlibat
langsung di dalamnya. Hal ini mengisyaratkan guru untuk mampu mengekspresikan sumber daya
yang ada untuk dijadikan sumber dan alat peraga dalam pembelajaran dan mampu merancang
pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara aktif.
Menurut Edgar Dale Dikutip Tim Pengembangan PGSD (1998:16) bahwa dari delapan
urutan pengalaman belajar mulai dari simbul verbal sampai pengalaman langsung, namun
mengingat yang paling besar adalah melalui pengalaman langsung. Maka dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya selalu menggunakan alat peraga yang sesuai sehingga anak akan mudah
mengingat materi pelajaran yang dipelajarinya melalui pengalaman balajar dari alat peraga yang
digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian Anggoro dan Husin (2008) yang berjudul Meningkatkan
Pemahaman Peserta didik dalam Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan pada Pokok Bahasan
Difusi dan Osmosis

menggunakan Model Pembelajaran CBSA dengan Pendekatan

Discovery dan Anggoro dan Iswasta Eka (2009) dengan judul: Meningkatkan Pemahaman
Peserta didik dalam Mata Kuliah Konsep Dasar IPA pada Pokok Bahasan Energi dan
Perubahannya menggunakan Model Pembelajaran CBSA dengan Pendekatan Discovery
mengungkapkan bahwa peserta didik dapat menerima pembelajaran dengan metode discovery
secara berdiskusi. Sebanyak 80% peserta didik menganggap metode ini mampu meningkatkan
motivasi dan minat peserta didik dalam mempelajari materi kuliah. Tingginya motivasi dan
minat ini membantu peserta didik dalam memahami pengertian yang diberikan oleh pengampu
mata kuliah.
Penelitian yang dilakukan oleh Anggoro dan Iswasta Eka (2009) dengan judul
Pengembangan Perangkat Praktikum Pembelajaran BIOLOGI SD Model Laboratorium
Kering

menunjukkan

bahwa

Perangkat

pembelajaran

praktikum

BIOLOGI

SD

menggunakan model laboratorium kering dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa


BIOLOGI SD pada materi praktikum fotosintesis dan hubungan produsen dan konsumen.
Sedangkan menurut penelitian Anggoro dan Badarudin (2010) menunjukkan bahwa
perangkat pembelajaran menggunakan multimedia dan diskusi meningkatkan prestasi dan
minat mahasiswa dalam pembelajaran Bumi dan Ruang Angkasa. Penelitian ini didukung
oleh hasil penelitian Anggoro dan Iswasta Eka (2010) dengan judul: Model Pembelajaran
PAKEM dan Perangkat Praktikum Pembelajaran berbasis Multimedia (Upaya

32

peningkatan pemahaman konsep dalam Mata Kuliah BIOLOGI SD) dan Anggoro dan
Badarudin (2011) judul : Perangkat Pembelajaran Bumi dan Ruang Angkasa berbasis
Multimedia (Upaya peningkatan Prestasi dan Minat Peserta didik dalam Mata Kuliah
Bumi dan Ruang Angkasa).
Berdasarkan uji petik dari Guru Kelas SD di Kabupaten Banyumas yang mengikuti
sertifikasi Guru tahun 2010 , 99% guru tidak membuat alat peraga. Disisi lain kreativitas dalam
pembuatan alat peraga pada guru-guru SD masih lemah. Untuk mengatasi kondisi seperti itu
dibutuhkan guru yang kreatif dalam mengembangkan alat peraga, khususnya di bidang sains. Hal
itu sangat diperlukan karena kemampuan mengembangkan alat peraga merupakan cerminan guru
yang profesional. Dengan alat peraga, khususnya di bidang mata pelajaran Sains, maka murid
akan lebih mudah menangkap inti pelajaran.
Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu
agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini adalah
sebagai berikut (Nana Sudjana, 2002: 104-105):
1 ) Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih
dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak
diajarkan;
2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan
tingkat kemampuan/kematangan anak didik;
3) Menyajikan alat peraga dengan tepat;
4) Menempatkan dan memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang
tepat .

Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang dilaksanakan adalah membuat modul dan pelatihan pembuatan alat
peraga IPA yang kreatif dan ekonomis . Tahapan kegiatan dilaksanakan sebagai berikut:
a.

memberikan pemahaman pada guru kelas tentang pentingnya alat peraga yang kreatif,
inovatif dan menyenangkan bagi pembelajaran yang efektif

b.

merancang dan membuat modul dan alat peraga yang kreatif dan ekonomis

c.

melakukan pendampingan terhadap pemanfaatan modul dan alat peraga yang kreatif dan
ekonomis tersebut di SD/MI Muhammadiyah

d.

mengevaluasi hasil kegiatan


33

Pelaksanaan kegiatan di SD Muhammadiyah Wangon dengan pertimbangan telah


menjadi kesepakatan antara K3S dengan pihak sekolah dan letaknya yang mudah dijangkau oleh
guru-guru SD/MI Muhammadiyah dari daerah lain. Waktu pelaksanaan tanggal 14 Agustus 2012.
Hasil dan Pembahasan
Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.
a. Koordinasi dan sosialisasi kegiatan
-

Koordinasi I dilakukan pada hari Jumat, tanggal 01 Juni 2012. Koordinasi dilakukan
oleh Ketua Pelaksana dengan Anggota Pelaksana dan mahasiswa, mengenai jadwal
pelaksanaan kegiatan, materi kegiatan serta penanggungjawab masing-masing sub
kegiatanserta persiapan koordinasi dengan pihak K3S SD/MI Muhammadiyah
Kabupaten Banyumas.

Koordinasi II dilakukan pada hari Senin, tanggal 10 Juni 2012 di MI Muhammadiyah


Wangon, membahas waktu pelaksanaan dan materi yang akan diberikan. Berdasarkan
kesepakatan waktu pelaksanaan adalah pada awal tahun ajaran 2012/2013 dengan
jumlah peserta sebanyak 30 guru dari SD/MI di wilayah Kawedanan Jatilawang.

Koordinasi III dan IV dilakukan pada tanggal 20 Juni 2012 dan 1 Juli 2012.
Koordinasi dilakukan oleh Ketua Pelaksana dengan mahasiswa calon pembimbing
pembuatan alat peraga, mengenai teknis pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan
alat peraga dan pendampingannya. Persiapan yang dilakukan adalah makalah/materi
pelatihan, bahan dan peralatan yang diperlukan, jumlah peserta, akomodasi peserta
serta daftar hadir peserta.
b. Pelatihan pembuatan alat peraga IPA

Pelatihan pembuatan alat peaga IPA dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 14 Agustus
2012. Pelatihan dilaksanakan selama 4 jam, mulai jam 13.00 17.00. Tempat pelatihan di
MI Muhammadiyah Wangon. Peserta yang hadir adalah 24 guru dari 10 SD/MI
Muhammadiyah se eks Kawedanan Jatilawang termasuk Ketua K3S SD/MI
Muhammadiyah(Bp. Samsuri, S.Pd.I).
Pembukaan acara pelatihan dilakukan oleh Ketua K3S SD/MI Muhammadiyah, Bapak
Samsuri, S.Pd.I, dilanjutkan dengan pemberian materi yang dilakukan oleh Drs. Sri

34

Harmianto dengan tema Pelatihan Pembuatan Alat Peraga yang Kreatif dan Ekonomis
dalam Pembelajaran IPA.

Gambar 1 dan 2 Pembukaan Acara Pelatihan

Gambar 3 dan 4. Persiapan Pembuatan alat Peraga

5 dan 6. Jembatan paku dan tusuk gigi luar biasa

35

Gambar 7 dan 8. Badut akrobat dan kupu diatas ranting

Gambar 9 dan 10. Mini Roller coaster dan lilin jungkat-jungkit

Gambar 11 dan 12 Penulisan kesan dan pendapat peserta

36

13 dan 14 Pemilihan media VCT untuk guru SD


Hasil dari kegiatan pelatihan ini adalah peserta dapat membuat beberapa alat peraga IPA seperti
(1) Lilin Jungkat-jungkit; (2) Paku Seimbang; (3) Boneka yang tak mau tidur; (4) Badut
akrobat; (5) Kupu-kupu di ujung ranting; (6) garpu di bibir gelas; (7) kaleng miring dan
(10) diputar tidak tumpah.
Tanggapan dari Samsuri, S.Pd. I. (Ketua K3S SD/MI MUHAMMADIYAH KABUPATEN
BANYUMAS) :
Guru sangat tertarik dengan alat peraga yang dibuat dan akan mereka gunakan untuk
pembelajaran IPA untuk kelas 4 dan 5. Disamping itu mereka merasa terbantu dengan adanya
pelatihan tersebut karena alat peraga yang dibuat bahannya ada di sekitar sekolah dan rumah
siswa, sehingga kontinyuitas tersediannya alat peraga tidak ada kendala.
Siswa juga tertarik dengan alat peraga yang dibuat. Terbukti mereka langsung mencoba alat
peraga yang sudah dibuat. Antusiasme mereka terlihat dari pemberian semangat kepada yang
sedang melakukan percobaan dan keingintahuan yang besar terhadap alat peraga yang sedang
dibuat.
Kegiatan semacam ini perlu dijadikan agenda rutin bagi peningkatan kemampuan guru dalam
memberikan pembelajaran yang kreatif dan menarik tanpa harus berbiaya mahal. Pendapat Ibu
Ita Dwi Arini (Guru MI Muhammadiyah Wangon)
Kesan mengikuti pelatihan ini sangat menyenangkan. Media pembelajaran yang dibuat menarik
bagi siswa. Anak bisa membayangkan bagaimana proses gravitasi secara konkrit. Dengan
adanya serangkaian alat peraga tersebut membuat pemahaman siswa terhadap konsep gravitasi

37

menjadi lebih tinggi. Siswa menjadi lebih antusias mengikuti pembelajaran karena mendapatkan
pengetahuan secara menyenangkan dan membuat mereka aktif serta tidak membosankan.
Perlu adanya alat peraga yang lebih variatif dan menyesuaikan dengan SK/KD materi yang ada
di kelas-kelas tertentu.
Simpulan
1.

Guru memdapat pengetahuan tentang pembuatan alat peraga Sains

2.

yang mudah dibuat, mudah digunakan dan dengan biaya yang ekonomis
Siswa mendapat keuntungan berupa pemahaman konsep yang
lebih baik dengan cara yang lebih menyenangkan karena mereka yang lebih aktif
melakukan.

3.

Pelatihan ini dirasakan perlu untuk ditindaklanjuti dengan materi


yang lain disesuikan dengan Kompetensi Dasar tertentu yang menjadi kendala dalam
pembelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, S dan Arief Husin, 2008. Upaya Peningkatan Pemahaman Mahasiswa didik dalam
Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan Melalui Pembelajaran CBSA Model Pengajaran
Discovery. Laporan Hibah Pengajaran P3AI UMP Tahun 2009. UMP. Purwokerto
Anggoro, S. dan Badarudin, 2009. Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa didik dalam Mata
Kuliah Konsep Dasar IPA pada Pokok Bahasan Energi dan Perubahannnya
menggunakan Model Pembelajaran CBSA dengan Pendekatan Discovery. Laporan
Hibah Pengajaran PHK S 1 PGSD Tahun 2009. UMP. Purwokerto
Anggoro, S. dan Karma I. Eka, 2009. Dry Lab Model (Upaya Pengembangan Perangkat
Praktikum Pembelajaran BIOLOGI SD). Laporan Hibah Pengajaran PHK S 1 PGSD
Tahun 2009. UMP. Purwokerto
Abdurrahman, M., & Totok, B. 2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema
dalam Belajar : Pedoman Guru. Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat
Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.
Arends, Richard L., 1998, Classroom Instruction and Management, Mc Graw-Hill,USA.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Draf Juni
2002). Jakarta : Balitbang Depdikbud.
Gagne, R.M., 1985. Principle Of Instructional Design. New York : Hall Rinehant and Winston.

38

Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : University Press.


Irianto, S, dkk. 2004. Meningkatkan Minat Siswa Dalam Mengikuti Pelajaran IPA Melalui
Pembelajaran Sistem JIGSAW di Kelas IIIA SMP Negeri 4 Purwokerto, Laporan
Penelitian UMP
Marpaung,2004, Reformasi Pendidikan IPA di Sekolah Dasar, Yogyakarta : Basis Nomor 07-08.
Tabrani Rusyan, A, dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV.
Remaja Karya.
Sardiman, A.M. 2001, Interaksi dan Motivasi Pembelajaran. Jakarta : P.T. Raja Grafindo
Persada.
Sukarman, H. 2003. Dasar-Dasar Didaktik dan Penerapannya Dalam Pembelajaran. Jakarta :
Depdiknas.

39

Anda mungkin juga menyukai