Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak kehadirannya di muka bumi ini, manusia sudah menggunakan akal
pikirannya untuk melakukan dan menyelesaikan suatu masalah. Walaupun
pada saat kehadirannya pertama kali di muka bumi jalan pikiran manusia
tidak serevolusioner sekarang ini. Seiring dengan berkembangnya zaman,
berkembang pula cara berpikir manusia.
Dalam kehidupan seperti sekarang ini, setiap orang hampir setiap saat
dihadapkan dengan logika dan/atau sebaliknya. Secara sederhana dipahami
logika itu berpikir secara logis, atau masuk akal. Tidak sedikit kehidupan kita
dan sekitar kita menyaksikan dan merasakan sesuatu yang tidak logis, baik
menyangkut perihal kemasyarakatan, pemerintahan, kebangsaan, maupun
persoalan kelompok dan individu dalam masyarakat, tidak ketinggalan perihal
di dunia pendidikan, politik, ekonomi, hingga birokrasi.
Logika tidak lepas dari penalaran. Sesuatu yang logis biasanya akan
mudah dipahami oleh nalar kita, tetapi sesuatu yang tidak logis kadang
bertentangan dengan nalar dan hati kita. Dalam banyak hal, kita sering
mengalami berbagai kejadian yang kita pikir tidak logis, misalkan di dunia
pendidikan sudah sekolah ke jenjang tertinggi tetapi tidak ada institusi atau
dinas pemerintah dan swasta yang dapat menerima dirinya untuk bekerja
sehingga harus puas di terminal pengangguran.
Selebihnya masih terdapat sederet soal yang kadang kita hadapi secara
tidak logis dalam kehidupan. Di satu sisi ada yang mengatakan bahwa
sekarang ini adalah satu zaman yang diwarnai oleh perihal serba-serbi tidak
masuk akal.Namun adapula yang berpendapat bahwa sesuatu yang tidak
masuk akal itu indah. Sebab menurutnya sesuatu yang masuk akal, logis dan
masuk dalam nalar itu "linier", sedangkan sesuatu yang irasional itu yang
luar biasa.
Namun demikian, atas dasar realitas itulah diperlukan suatu logika dalam
kehidupan manusia, agar kita mengetahui kapan saatnya berpikir/bernalar

logis, kapan saatnya kita berpikir/bernalar tidak logis. Sebab setiap tempat
dan waktu ada logikanya, setiap logika ada waktu dan tempatnya. Jika
memahami hakikat kedua konsep ini dengan baik dan benar, justru kita dapat
menempatkan diri dalam segala keadaan secara proporsional di tengah manusia yang bervariasi tingkat logika dan pemikirannya.
Dengan demikian, untuk menambah pengetahuan tentang penalaran dan
logika maka kami menggangkat Penalaran dan

Logika sebagai bahan

bahasan dalam makalah ini, dengan harapan dapat menjadi referensi ataupun
manfaat-manfaat positif lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian penalaran?
2. Bagaimana hakikat penalaran?
3. Apakah pengertian logika?
4. Bagaimana pembagian materi dalam logika?
5. Apa saja metode-metode dalam logika?
6. Bagaimana logika sebagai cabang filsafat?
7. Apa saja macam-macam logika?
8. Apa kegunaan logika?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Mengetahui dan memahami pengertian penalaran.
2. Mengetahui dan memahami hakikat penalaran.
3. Mengetahui dan memahami pengertian logika.
4. Mengetahui dan memahami pembagian materi dalam logika.
5. Mengetahui dan memahami metode-metode dalam logika.
6. Mengetahui dan memahami logika sebagai cabang filsafat.
7. Mengetahui dan memahami macam-macam logika.
8. Mengetahui dan memahami kegunaan logika.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penalaran
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, penalaran berasal dari kata nalar
yang berarti pertimbangan baik buruk, budi pekerti dan akal budi. Dari
pengertian tersebut terdapat kata akal yang merupakan sarana untuk berfikir.
Penalaran merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat dan mantap. Penalaran
juga diartikan kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan
tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang
mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan
pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Selain itu penalaran merupakan proses berfikir dan menarik
kesimpulan berupa pengetahuan.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan
melakukan

penalaran.

Dengan

kemampuan

menalar

manusia

dapat

mengembangkan pengetahuan lain yang semakin hari semakin berkembang


secara bersungguh-sungguh. Namun bukan hanya manusia yang mempunyai
pengetahuan binatang juga mempunyai pengetahuan. Perbedaan pengetahuan
manusia dan hewan adalah hewan hanya diajarkan hal-hal yang menyangkut
kelangsungan hidupnya (survival). Sedangkan manusia selain akan selalu
berusaha memenuhi kebutuhan kelangsungan hidupnya, mereka akan selalu
mengembangkan pengetahuan dan budaya, memikirkan hal yang baru, aya
dan memberikan makna dalam kehidupan.
Contoh penalaran yang membedakan manusia dengan hewan yaitu
apabila terjadi kabut, burung akan terbang untuk mengindari polusi udara
yang memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan
mencari tau mengapa sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari
kabut? Apa saja komponen-komponen yang terkadung di dalam kabut? Apa
saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut?.
Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal, yaitu karena manusia
mempunyai bahasa dan mempunyai kerangka berfikir tertentu. Bahasa

merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif dan penting dalam


kehidupan manusia yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dan jalan
fikiran yang melatar belakangi informasi tersebut kepada orang lain, baik
secara lisan maupun tulisan. Sedangkan yang dimaksud mempunyai kerangka
berpikir tertentu adalah kerangka berfikir yang di mulai dengan mengamati
fakta dan data, menganalisa hubungan sebab akibat sampai kepada penarikan
sebuah kesimpulan. Dua hal inilah yang membedakan manusia dengan
hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di tempat
yang benar.
Penalaran biasanya di awali dengan berfikir kerena berpikir merupakan
suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut
benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses
berfikir untuk mengasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbedabeda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut
sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasan
bagi proses penemuan kebenaran tersebut. penalaran merupakan suatu proses
penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai
kriterianya masing-masing. Kriteria tersebut ditandai dengan pola piker yang
runtut dan kaidah-kaidah yang baku.
2.2 Hakikat Penalaran
Pada uraian sebelumnya, dijelaskan bahwa penalaran merupakan suatu
proses berfikir dalam

menarik suatu kesimpulan yang menghasilkan

pengetahuan. Adapun hakikat dari penalaran adalah berfikir secara logis dan
sistematis dengan mengikuti alur tertentu berdasarkan pengamatan dan
penginderaan dalam menemukan suatu kebenaran.
Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran bersumber pada rasio dan
fakta. Pendapat yang mengatakan rasio sebagai sumber kebenaran melahirkan
faham rasionalisme, sdangkan pendapat yang menyatakan fakta yang
tertangkap memlalui penginderaan dan pengalaman sebagai sumber
kebenaran melahirkan faham empirisme. Pengetahuan ilmiah dibangun

berdasarkan rasionalisme dan empirisme

dan inilah yang di sebut

pengetahuan ilmiah.
Penalaran yang merupakan suatu kegiatan berpikir penalaran mempunyai
ciri-ciri:
1. Adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal
ini maka dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai
logikanya sendiri. atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berfikir logis, di mana berfikir logis disini harus
diartikan sebagai kegiatan berfikir menurut suatu pola tertentu.
2. Bersifat analitik dari proses berfikirnya. Penalaran merupakan suatu
kegiatan berfikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan
kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah
logika

penalaran

yang

bersangkutan.

Artinya

penalaran

ilmiah

merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah,


dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya
tersendiri pula. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya
suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka
tidak akan ada kegiatan analisis.
Berdasarkan kriteria penalaran dikatakan bahwa tidak semua kegiatan
berfikir bersifat logis dan analitis. Jadi cara berpikir yang tidak termasuk ke
dalam penalaran bersifat tidak logis dan analitik. Dengan demikian maka
dapat dibedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan
berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.
Perasaan merupakan penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan
penalaran. Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran
umpamanya adalah intuisi. Berpikir intuisi memegang peranan yang penting
dalam masyarakat yang berpikir nonanalitik, yang kemudian sering bergalau
dengan perasaan. Jadi secara luas dapat dikatakan bahwa cara berpikir
masyarakat dapat dikategorikan kepada cara berpikir analitik yang berupa
panalaran dan cara berpikir yang nonanalitik yang berupa intuisi dan
perasaan.

2.3 Pengertian Logika


Nama logika untuk pertama kali muncul pada filusuf Cicero (abad ke -1
sebelum Masehi), tetapi dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisias
(sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi) adalah orang pertama yang
mempergunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus
tidaknya pemikiran kita.
Selain itu kata logika diturunkan dari kata logike (bahasa yunani), yang
berhubungan dengan kata benda logos, suatu yang menunjukkan kepada kita
adanya hubungan yang erat dengan pikiran dan kata yang merupakan
pernyataan dalam bahasa. Jadi, secara etimologi, logika adalah ilmu yang
mempelajari pikiran melalui bahasa. Logika juga bisa dikatakan penarikan
kesimpulan dari apa yang dianggap benar dari suatu proses penalaran.
Logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat,
dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki,
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu
adalah cara berpikir manusia yang disusun berdasarkan pola tertentu. Berpikir
adalah objek material logika. Berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal
budi manusia. Dengan berpikir, manusia mengolah, mengerjakan
pengetahuan

yang

telah

diperolehnya.

Dengan

mengolah

dan

mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan,


membandingkan, serta menghubungkan pengertian yang satu dengan
penegertian yang lainnya.
Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya.
Karena berfikir lurus dan tepat, merupakan objek formal logika. Di samping
dua filusuf di atas (Cicero dan Alexander Aphrodisias) Aristoteles pun telah
berjasa besar dalam menemukan logika. Namun, Aristoteles belum memakai
nama logika. Aristoteles memakai istilah analika dan dialektika. Analika
untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak dari putusanputusan yang benar sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai
argumentasi yang bertitik tolak hipotsesis atau putusan yang tidak pasti
kebenarannya.

Contoh penerapan ilmu logika dalam kehidupan misalnya pada manusia


yang mengalami penyakit serak pada tenggorokan maka pengobatannya dapat
dilakukan dengan minum air putih logikanya air putih adalah cairan yang
diperlukan manusia untuk menjaga keseimbangan tubuh, memberi kekuatan
kepada leukosit untuk menjalankan tugasnya menghasilkan makrofag untuk
membunuh patogen yang masuk, menjadikan kekebalan tubuh meningkat
sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan akhirnya
tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan sembuh.
2.4 Pembagian Materi Logika
Untuk sampai kepada suatu pemikiran yang tepat, logika menganalisa
unsur-unsur pemikiran manusia. Materi logika antara lain :
1. Mengerti permasalahan
Yaitu memahami apa yang menjadi permasalahan yang sedang di
hadapi.Kegiatan mengerti ini dapat di bangun melalui penginderaan
misalnya dengan mengamati.
2.

Adanya kausualitas
Yaitu adanya keterkaitan. Pekerjaan otak selanjutnya setelah mengerti
permasalahan adalah membangun hubungan yang ada antara berbagai
fakta.

3.

Adanya kesimpulan
Pekerjaan akal yang ketiga adalah membangun kesimpulan. Kesimpulan
ini didapat atas serangkaian kegiatan mulai dari mengerti hubungan
permasalahan dan fakta yang dari keduanya dapat ditarik kesimpulan.

2.5 Metode-Metode dalam Logika


Logika sesuai dengan fungsinya yaitu memecahkan masalah, mempunyai
dua metode :
1. Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi

ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan


menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asasasas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang
menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya
sehingga bersifat betul menurut bentuk saja.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola
pikir yang dinamakan silogismus. Pernyataan yang mendukung silogismus
ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai permis mayor
dan permis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari
penalaran deduktif berdasarkan kedua permis tersebut. Logika deduktif
membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan bila
lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau
sejumlah ini di antara suatu kelompok barang sesuatu. Kesimpulan yang
sah pada suatu penalaran deduktif selalu merupakan akibat yang bersifat
keharusan dari pertnyaan-pertanyaan yang lebih dahulu diajukan.
Pembahasan mengenai logika deduktif itu sangat luas dan meliputi salah
satu di antara persoalan-persoalan yang menarik.
Contoh membuat silogismus sebagai berikut:
Semua makhluk hidup memerlukan udara

(Premis mayor)

Dewi adalah makhluk hidup

(Premis minor)

Jadi Dewi memerlukan udara

(Kesimpulan)

Kesimpulan yang diambil bahwa si Dewi memerlukan udara adalah


sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditasrik secara logis
dari dua permis yang mendukungnnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu
benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga
adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah, meskipun kedua
premisnya benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya adalah tidak
sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarikan kesimpulan tergantung
dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan
keabsahan pengambilan kesimpulan.

2. Induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum
dari berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu metode induksi
ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengn jalan menarik
kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih umum berdasarkan atas
pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari
asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu
kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Kesimpulan yang bersifat
umum ini penting artinya sebab mempunyai dua keuntungan. Keuntungan
yang pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat
ekonomis. Kehidupan yang beranekaragam dengan berbagai corak dan
segi dapat direduksikan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang
dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi dari berbagai fakta
melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam
pernyataan

mengenai

fakta

yang

bermaksud

membuat

reproduksi

dipaparkan,
dari

obyek

Pengetahuan
tertentu,

tidak

melainkan

menekankan kepada struktur dasar yang menyangga wujud fakta tersebut.


Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah
dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun
deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat
umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi.
Melihat dari contoh bahwa semua binatang mempunyai mata dan semua
manusia mempunya mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk
mempunyai mata. Penalaran ini memungkinkan disusunnya pengetahuan
secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang
makin lama makin bersifat fudamental.
Dalam deduksi kesimpulannya

hanya

bersifat

probabilitas

berdasarkan atas pernyataan-pertanyaan yang telah diajukan. Penalaran


secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan
yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun
argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata,
gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan berbagai
9

binatang lainnya. Dari kenyataan kenyataan ini kita dapat menarik


kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.
2.6 Logika sebagai Cabang Filsafat
Filsafat adalah kegiatan/ hasil pemikiran/ permenungan yang menyelidiki
sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik
kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system
pengetahuan rasional.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti
logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir
bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk
memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf
Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan
menunjukkan kesesatan penalarannya. Logika digunakan untuk melakukan
pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan
yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi
juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir.
Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturanaturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui
cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan
dalam

mengambil

keputusan.

Menurut

Louis

O.

Kattsoff,

logika

membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu


perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan
pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang
membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat
logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang
penyimpulan.

10

2.7 Macam - Macam Logika


Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi, ternyata
didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya
adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara
tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni
keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.
Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan
dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.
2. Logika Ilmiah
Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus
yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran.
Dengan adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja
dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah
ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya
dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus
dan mempertajam pikiran dan akal budi.
2.8. Kegunaan Logika
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas
berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika
menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi
dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif,
tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan
tempat. Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika
dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical
methods) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal
metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu.
Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai
pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang

11

diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani
perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan
ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan program
komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan
argumen.
Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari
aturan-aturan berpikir benar. Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana
sistematika atau aturan-aturan berpikir benar. Subjek inti ilmu logika adalah
definisi dan argumentasi. Yang selanjutnya dikembangkan dalam bentuk
silogisme.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah
sebagai berikut:
Membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren atau untuk
menjaga kita supaya selalu berpikir benar.
Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan
objektif.
Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri.
Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan asas-asas sistematis.
Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahankesalahan berpikir kekeliruan serta kesesatan.
Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
Sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.

Karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan


berpikir benar maka tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan
menjadi orang yang selalu benar dalam berpikir. Itu semua tergantung seperti
apa dia menerapkan aturan-aturan berpikir itu, disiplin atau tidak dalam
menggunakan aturan-aturan itu, sering berlatih, dan tentu saja punya tekad
dalam kebenaran.

12

Kegunaan dari kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin
bertambah dan dimana apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil
keputusan dengan benar. Disamping itu belajar logika juga sangat bermanfaat
dalam manajemen waktu, dan juga logika merupakan dasar ilmu psikologi
yang paling mendasar. Intinya dengan belajar logika kemampuan berpikir dan
daya analisis kita semakin berkembang.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Penalaran merupakan kemampuan manusia untuk melihat dan
memberikan tanggapan tentang apa yang dia lihat. Penalaran juga

13

diartikan sebagai proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa


3.1.2

pengetahuan.
Hakikat dari penalaran adalah berfikir secara logis dan sistematis
dengan mengikuti alur tertentu

berdasarkan pengamatan dan

penginderaan dalam menemukan suatu kebenaran. Adapun ciri dari


3.1.3

penalaran adalah adanya logika dan bersifat analitik.


Logika adalah penarikan kesimpulan dari apa yang dianggap benar

3.1.4

dari suatu proses penalaran.


Materi-materi logika adalah

3.1.5

kausualitas, dan adanya kesimpulan.


Metode-Metode dalam logika meliputi logika deduksi dan logika

3.1.6

induksi.
Logika sebagai

cabang

mengerti

filsafat

adalah

permasalahan,

bahwasannya

adanya

logika

membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan3.1.7

aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar.


Logika dapat dibedakan menjadi dua yaitu logika alamiah dan logika

3.1.8

ilmiah.
Kegunaan logika adalah membantu manusia berpikir lurus, efisien,
tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari
kekeliruan.

3.2 Saran
Disarankan agar setiap tindakan kita didasarkan pada penalaran dan logika,
sehingga kita dapat menempatkan diri dalam segala keadaan secara
proporsional di tengah manusia yang bervariasi tingkat logika dan
pemikirannya.

14

Anda mungkin juga menyukai