Kelompok 2 - Obesitas Dan Hiperlipidemia Dewasa
Kelompok 2 - Obesitas Dan Hiperlipidemia Dewasa
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................... v
BAB I OBESITAS............................................................................................ 1
1.1 Definisi..........................................................................................
1.2 Patofisiologi...................................................................................
1.3 Manifestasi Klinis..........................................................................
1.4 Diagnosis.......................................................................................
1.4.1 BMI ....................................................................................
1.4.2 Waist Circumference ..........................................................
1.5 Hasil Terapi yang Diinginkan........................................................
1.6 Penanganan....................................................................................
1.6.1 Terapi Non Farmakologi.....................................................
1.6.2 Terapi Farmakologi.............................................................
1.7 Evaluasi Hasil Terapi....................................................................
1
1
2
3
3
4
5
5
5
6
7
BAB II HIPERLIPIDEMIA.............................................................................. 8
2.1 Definisi.......................................................................................... 8
2.2 Patofisiologi................................................................................... 8
2.3 Manifestasi Klinis.......................................................................... 11
2.4 Diagnosis ...................................................................................... 11
2.5 Hasil Terapi yang Diinginkan ....................................................... 14
2.6 Penanganan ................................................................................... 15
2.6.1 Terapi Non Farmakologi...................................................... 15
2.6.2 Terapi Farmakologi.............................................................. 15
2.7 Evaluasi Hasil Terapi .................................................................... 16
BAB III KASUS ............................................................................................. 18
3.1 Penjabaran Kasus ......................................................................... 18
3.2 Analisis Kasus .............................................................................. 19
3.3 Terapi Farmakologi ...................................................................... 22
3.4 Terapi Non Farmakologi ............................................................... 27
3.5 Monitoring Terapi ......................................................................... 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2
4
9
14
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3
5
19
20
BAB I
OBESITAS
1.1
Definisi
Obesitas merupakan kondisi dimana terjadi akumulasi lemak yang
Patofisiologi
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori
dari tubuh serta penurunan aktivitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan
penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen, 2012). Penelitian yang
dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan
seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang
dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan dan sinyal psikologis. Pengaturan
keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis,
yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran
energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi
ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah
mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta
menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal
pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu
makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida
Gambar 1.1
1.3
Patofisiologi obesitas
Manifestasi Klinis
Obesitas ditandai dengan jumlah lemak abdominal dan intraviseral yang
tinggi, biasanya diukur menggunakan satuan BMI. Indeks BMI dihitung dari
berat badan(kg)/tinggi
(m)
2
30 kg/ m
gejala obesitas berkaitan dengan akumulasi massa lemak meliputi: nyeri sendi,
immobility(sulit bergerak), sleap apnea dan rendah diri. Pada penderita obesitas
ditemukan juga adanya kelainan fungsi normal tubuh seperti disregulasi appentite,
keseimbangan energy yang abnormal, disfungsi endokrin meliputi peningkatan
kadar leptin dan resistensi insulin, disregulasi signaling adipokine, fungsi
endothelial yang abnormal, peningkatan tekanan darah , dislipidemia dan
inflamasi sistemik dan jaringan adipose. Obesitas juga dapat menyebabkan
penurunan fungsi tubuh berkaitan dengan peningkatan kadar lemak seperti
osteoarthritis, immobility, lymphedema dan sleap apnea(Mechanick, 2012).
1.4
Diagnosis
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk diagnosis obesitas.
1.4.1
BMI
Penggunaan BMI dalam penilaian risiko dapat memberikan ukuran yang
lebih akurat dari total lemak tubuh dibandingkan dengan penilaian berat badan
saja. Namun BMI mempunyai limitasi salah satunya pada pasien yang sangat
berotot dimana massa otot yang berlebih dihitung sebagai lemak berlebih. BMI
merupakan pengukuran landsung berdasarkan berat badan dan tinggi badan tanpa
memperhatikan gender.
Tabel 1.1 Klasifikasi BMI (Dipiro, 2015)
BMI(kg/ m
Underweight
Normal Weight
Overweight
< 18.5
18.5-24.9
25-29.9
1.4.2
Obesity (Class 1)
Obesity (Class 2 )
Extreme Obesity (Class 3)
Waist Circumference
30- 34.9
35- 39.9
40
Gambar 1.2
Tabel 1.2 Hubungan Resiko Penyakit dengan Berat Normal dan Waist
Circumference (Dipiro, 2015)
Classification for BMI
BMI(kg/
m
Underweight
Normal Weight
Overweight
Obesity (Class 1)
Obesity (Class 2 )
Extreme Obesity
(Class 3)
1.5
< 18.5
18.5-24.9
25-29.9
30- 34.9
35- 39.9
40
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Amat Sangat Tinggi
Penanganan
Penanganan untuk penyakit obesitas dapat dilakukan dengan terapi non
termasik diet ketat, pengurangan berat badan, dan meningkatkan aktivitas fisik.
Disarankan untuk pasien yang kelebihan berat badan mengurangi berat badannya
hingga 10%. Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari dengan intensitas
sedang tiap minggunya. Bantu pasien yang dalam terapi mengurangi kebiasaan
merokok, juga yang dalam kontrol tekanan darah tinggi (Dipiro, 2015).
Tujuan dari terapi diet adalah untuk mengurangi asupan lemak total secara
bertahap, lemak jenuh, dan kolesterol, dan juga untuk mencapai berat badan yang
diinginkan (Dipiro, 2015).
1.6.2
Terapi Farmakologi
Panduan dari The National Institutes of Health merekomendasi
2.
Lorcaserin
Obat agonis selektif serotonin reseptor (5-HT2c) digunakan untuk
manejemen berat badan kronis. Aktivasi dari reseptor sentral 5-HT2c berfungsi
membantu mengurangi berat badan. Penggunaan lorcaserin dihentikan jika
penurunan berat badan tidak mencapai 5 % pada minggu 12. Efek samping yang
biasa timbul adalah sakit kepala, pusing, konstipasi, kelelahan, dan mulut kering.
3.
Phentermine
Obat kombinasi dengan toprimat lepas lambat yang diindikasikan untuk
manajemen berat badan kronis. Dosis biasanya di titrasi dari phentermine 3.75
sampai 15 mg dan topiramat 23 sampai 92 mg dalam 4 bulan, namun obatnya
harus dihentikan setelah 12 minggu jika 5 % penurunan berat badan tidak
tercapai. Efek samping yang biasa terjadi seperti konstipasi, mulut kering,
paraesthesia, disgeusia, dan insomnia.
4.
5.
Amphetamines
Merupakan obat yang umumnya dihindari karena merupakan stimulan
yang kuat dan potensi menjadi candu pada penggunannya.
Banyak terapi komplemen dan alternatif yang disarankan untuk
menurunkan berat badan. Regulasi diet suplemen lebih aman dari resep obat OTC.
Pembuat obat tidak harus membuktikan keamanan dan efektifitas pada penjualan
(Dipiro, 2015).
1.7
a.
Pasien disarankan untuk menjaga pola makan terutama makanan manis dan
berlemak.
b.
Pasien harus cukup istirahat dan menghindari kelelahan, untuk menjaga kerja
jantung tetap normal.
c.
d.
Olah raga ringan yang teratur masih diperbolehkan, sebatas tidak menimbulkan
kelelahan.
BAB II
HIPERLIPIDEMIA
2.1 Definisi
Lipid merupakan zat kaya kalori, yang berfungsi sebagai sumber utama
proses metabolisme tubuh. Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida,
fosfolipid dan asam lemak bebas (Suyatna, 2007).
Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan gangguan metabolisme dimana
kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas normal, yang melibatkan
kadar kolesterol total, LDL (low density lipoprotein), trigliserida menjadi tinggi,
HDL (high density lipoprotein) menjadi rendah, atau kombinasi kelainan lain
(Dipiro, 2009).
2.2 Patofisiologi
Hiperlipidemia
dapat
terjadi
secara
primer
ataupun
sekunder.
Gambar 2.1
Patofisiologi hiperlipidemia
10
LDL yang teroksidasi menimbulkan respon inflamasi yang dimediasi oleh sitokin
(Dipiro, 2015).
Hiperlipidemia dapat diklasifikasikan dalam kategori berikut (Dipiro,
2015):
1.
2.
3.
4.
5.
Hiperlipidemia
tipe
III/
Disbetalipoproteinemia,
ditandai
dengan
peningkatan VLDL dan IDL melebihi batas normal sedangkan nilai LDL normal.
TG antara 250-750 mg/dl dan TC antara 250-500 mg/dl. Hiperlipidemia ini juga
biasanya asimptomatis hingga terjadi perkembangan penyakit vaskuler.
6.
11
xanthomas
kulit,
polineuropati
perifer,
tekanan
darah
tinggi,
dan
2.4 Diagnosis
Diagnosis Hiperlipidemia menurut Dipiro (2015):
Profil lipoprotein puasa (FLP) termasuk kolesterol total, LDL, HDL dan
trigliserida harus diukur pada semua orang dewasa (>20 tahun) setidaknya sekali
tiap 5 tahun.
Dua pengukuran, 1 sampai 8 minggu, dengan pasien pada diet stabil dan berat,
dan tidak memiliki penyakit akut, dianjurkan untuk meminimalkan variabilitas
dan untuk mendapatkan baseline yang dapat diandalkan. Jika total kolesterol lebih
besar dari 200mg/dL, perlu dilakukan pengukuran kedua, dan jika nilainya lebih
dari 300mg/dL, maka harus digunakan rata-rata dari 3 pengukuran.
12
Setelah kelainan lipid dikonfirmasi, komponen utama dari evaluasi adalah sejarah
(termasuk usia, jenis kelamin dan jika perempuasn, menstruasi dan status
pengganti estrogen), pemeriksaan fisik dan penyelidikan hasil laboratorium.
Sebuah sejarah yang lengkap dan pemeriksaan fisik harus menilai (1) ada tidaknya
faktor risiko kardiovaskular atau penyakit kardiovaskular yang pasti dalam
individu, (2) riwayat keluarga dini penyakit kardiovaskular atau gangguan lipid,
(3) ada tidaknya penyebab sekunder hiperlipidemia, termasuk obat-obat yang
digunakan bersamaan, (4) ada tidaknya xanthomas, nyeri perut atau riwayat
pankreatitis, penyakit ginjal atau hati, penyakit pembuluh darah perifer, aneurisma
aorta abdomiinal atau penyakit cerebral vaskular (bruit karotis, stroke atau
serangan iskemik trasient).
Jika pemeriksaan fisik dan sejarah tidak cukup untuk mendiagnosis gangguan
familial, maka elektroforesis lipoprotein dengan gel agarose berguna untuk
menentukan kelas lipoprotein. Jika kadar trigliserida dibawah 400 mg/dL dan
bukan hiperlipidemia tipe III atau kilomikron akan terdeteksi dengan
elektroforesis. Maka salah satu dapat menghitung kadar VLDL dan LDL. VLDL=
trigliserida/5;
LDL
kolesterol
total-(VLDL+HDL).
Pengujian
awal
13
Karena total kolesterol terdiri dari kolesterol yang berasal dari LDL, VLDL dan
HDL, maka penentuan HDL berguna bila kolesterol total plasma meningkat. HDL
mungkin meningkat oleh konsumsi moderat alkohol (kurang dari dua gelas per
hari), latihan fisik, berhenti merokok, menurunkan berat badan, kontrasepsi oral,
fenitoin dan terbutalin. HDL dapat diturunkan dengan merokok, obesitas, gaya
hidup dan obat-obatan seperti -bloker.
14
Gambar 2.2
15
Terapi Farmakologi
Terapi Farmakologi untuk penyakit hiperlipidemia dapat dilakukan dengan
16
d.
e.
f.
17
BAB III
KASUS
3.1
Penjabaran Kasus
Bpk. Roni berumur 37 tahun merupakan seorang direktur
pemasaran di sebuah perusahaan otomotif asing. Selaku direktur
pemasaran, Bpk. Roni mempunyai jadwal kegiatan yang sangat padat
sehingga memaksa dirinya untuk mempunyai kebiasaan memakan
makanan cepat saji. Bpk. Roni juga menyukai makanan-makanan
berlemak seperti daging steak, sate ayam, sop kambing dan makanan
sejenis. Selain itu, Bpk. Roni juga jarang melakukan olahraga dikarenakan
waktu senggangnya hanya diisi untuk beristirahat dan tidur akibat
kelelahan beraktivitas. Bpk. Roni juga terbiasa merokok hingga 1 bungkus
per hari dan meminum beer tiap malam hari selepas pulang kerja.
Bpk Roni belakangan ini mengeluhkan nyeri di bagian dada, sesak
napas, sering berkeringat, mengalami kesulitan untuk bergerak dan merasa
kelelahan. Bpk. Roni juga sering merasa kesulitan mengatur pola
makannya yang berlebihan. Bpk. Roni merasa tidak memiliki riwayat
diabetes di keluarganya.Setelah berkonsultasi dengan dokter, Bpk. Roni
disarankan untuk melakukan serangkaian pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan diagnosis penyakit beserta terapi pengobatan yang tepat.
Hasil pemeriksaan laboratorium Bpk. Roni menunjukkan bahwa:
Tekanan Darah
:150/95mmHg
Kolesterol Total
: 240mg/dL
Kolesterol LDL
: 170mg/dL
Kolesterol HDL
: 30mg/dL
Trigliserida
: 190mg/dL
Tinggi Badan
: 170cm
Berat Badan
: 105kg
3.2
Analisis Kasus
1. Subjektif
Bpk. Roni belakangan ini mengeluhkan nyeri di bagian dada, sesak
napas, sering berkeringat dan mengalami kesulitan untuk bergerak. Bpk.
Roni juga sering merasa kesulitan mengatur pola makannya yang
berlebihan.
2. Obyektif
18
a) Tekanan darah
Pada hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa tekanan
darah Bpk. Roni 150/95mmHg. Hasil tersebut dibandingkan dengan
klasifikasi tekanan darah orang dewasa yang dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa (Dipiroet al., 2008)
Klasifikasi
Normal
Prehipertensi
Tahap 1 hipertensi
Tahap 2 hipertensi
Sistolik
(mmHg)
<120
120-139
140-159
160
Diastolic
Dan
Atau
Atau
Atau
<80
80-89
90-99
100
Kolesterol LDL
Klasifikasi
Nilai
Diinginkan
Cukup tinggi
Tinggi
Optimal
Jauh atau diatas optimal
Cukup tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
<100 mg/dL
100-129mg/dL
130-159 mg/dL
160-189 mg/dL
190 mg/dL
19
Kolesterol HDL
Rendah
Tinggi
<40 mg/dL
60 mg/dL
Trigliserida
Normal
Cukup tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
<150 mg/dL
150-199 mg/dL
200-499 mg/dL
500 mg/dL
BMI (kg/m2)
<18,5
18,5-24,9
25,0-29,9
30,0-34,9
35,0-39,9
>40
Kelas Obesitas
I
II
III
20
pada tabel 3.4. Selain itu pasien juga dinyatakan menderita hipertensi
tahap I dan obesitas kelas II.
Tabel 3.4 Klasifikasi Hiperlipoproteinemia
(Dipiro et al., 2008)
Tipe
I
Iia
Iib
III
IV
V
menurut
Fredrickson-Levy-Less
Peningkatan Lipoprotein
Kilomikron
LDL
LDL dan VLDL
IDL (LDL1)
VLDL
VLDL + Kilomikron
4. Plan
a.
b.
c.
d.
3.3
Obat
Kolestiramin
Kolestipol
Kolesevelam
Niacin
Mekanisme kerja
Menaikkan
katabolisme LDL
Menurunkan absorpsi
kolesterol
Menurunkan sintesis
LDL dan VLDL
Efek terhadap
lemak
Menurunkan
kolesterol
Efek
terhadap
lipoprotein
Menurunkan
LDL
Menurunkan
Menaikkan
trigliserida dan VLDL
kolesterol
21
Gemfibrozil
Finofibrat
Lovastatin
Menaikkanklirens
VLDL
Menurunkansintesis
VLDL
Pravastatin
Simvastatin
Fluvastatin
Atorvastatin
Rovuvastatin
Ezetimib
Menaikkankatabolisme
LDL
Menurunkansintesis
LDL
Menurunkan
Menurunkan
trigliserida dan VLDL,
kolesterol
Menurunkan
LDL,
Menaikkan
HDL
Menurunkan
Menurunkan
kolesterol
LDL
Menurunkan
LDL
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
22
1 dd
3. Terapi Menurunkan LDL dan SMeningkatkan
HDL
Captopril12.5mg
Obat yang direkomendasikan untuk menurunkan kadar LDL dan
S 2 dd
menghambat sintesis dari LDL yang mana obat golongan statin ini
menyela konversi HMG-CoA menjadi mevalonat, sehingga tahap
biosintesis kolesterol sedikit terhambat oleh penghambatan HMG-CoA
reduktase.Maka dari itu diharapkan pada akhir terapi diperoleh kadar LDL
dalam darah berkurang dengan parameter tujuan terapi kadar LDL <
130mg/dl.Alasan menggunakan parameter kadar LDL tersebut karena
Bpk. Roni mengalami hyperlipidemia dengan lebih dari 2 faktor penyebab
yaitu: penyakit turunan dari ayah kandungnya, umur 55 tahun yang
kemungkinan awal terjadinya menopause dan hipertensi tingkat satu(stage
1) tekanan darahnya yaitu150/95mmHg (Sukandar, et al., 2008).
23
24
aritmia,
infark
miokard,
dan
strok
(mungkin
akibat
al., 2008).
Terapi Menurunkan Berat Badan
25
3.5
26
KIE
Pada saat penyerahan obat ke pasien, apoteker harus memberikan
informasi dan konseling sebagai berikut:
1.
2.
istirahat.
Penggunaan obat anti hipertensi (Captopril) diminum waktu pagi dan sore
3.
hari dan dapat mengakibatkan efek samping pusing dan batuk kering.
Penggunaan obat anti obesitas (Xenical) diminum sebelum sarapan pagi
sehingga
dapat
mengurangi
absorbsi
asupan
lemak
dan
dapat
Dipiro, Joseph T. Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L.
M. 2008.
J.T.,
Wells,
B.G.,
Schwinghammer, T.L.,
Dipiro,
C.V. 2009.
27
http://pionas.pom.go.id/book/ioni-bab-4-sistem-saraf-pusat-45-
obesitas/451-anti-obesitas-yang-bekerja-pada-saluran-cerna
Purwanti,
S.
Rahayu,
Salimar.
2000.
Perencanaan
Menu
untuk
28
29