Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
USAHA PENYULINGAN
MINYAK DAUN CENGKEH
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2
2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan................................ ............... 7
a. Profil Usaha ................................ ................................ ............... 7
b. Pola Pembiayaan ................................ ................................ ........ 7
3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ........ 9
a. Pasar ................................ ................................ ........................ 9
b. Pemasaran ................................ ................................ .............. 10
4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 14
a. Lokasi Usaha ................................ ................................ ............ 14
b. Fasilitas Produksi dan Peralatan ................................ .................. 14
c. Bahan Baku ................................ ................................ ............. 16
d. Tenaga Kerja ................................ ................................ ........... 16
e. Teknologi................................ ................................ ................. 16
f. Proses Produksi ................................ ................................ ......... 18
g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ................................ ................. 18
h. Produksi Optimum ................................ ................................ .... 19
i. Kendala Produksi ................................ ................................ ....... 19
5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 20
a. Pemilihan Pola Usaha................................ ................................ . 20
b. Asumsi dan Parameter Perhitungan ................................ ............. 20
c. Biaya Operasional ................................ ................................ ..... 22
d. Kebutuhan Dana unuk Investasi dan Modal Kerja ........................... 24
e. Produksi dan Pendapatan ................................ ........................... 25
f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ................................ ...... 26
g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ................................ ...... 27
h. Analisa Sensitivitas ................................ ................................ ... 29
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 31
a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ................................ 31
b. Dampak Lingkungan ................................ ................................ .. 31
7. Penutup ................................ ................................ ..................... 32
a. Kesimpulan ................................ ................................ .............. 32
b. Saran ................................ ................................ ..................... 33
LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 34
1. Pendahuluan
Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau
volatile oils adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di
Indonesia. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu,
baik berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga.
Setidaknya ada 70 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di
pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat diproduksi di Indonesia
(Lutony, Rahmayati, 2000). Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa
diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah
diusahakan di Indonesia.
Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di dalam
maupun luar negeri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa
hanya sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diproduksi di Indonesia.
Permintaan minyak atsiri ini pun diperkirakan terus meningkat dengan
bertambahnya populasi penduduk dunia.
Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang
diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku
minyak wangi, komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan
sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance
ingredients). Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak
atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan
parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap
atau penambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat
anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai
wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain
seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan
pengawet dan bahan insektisida.
Komoditi minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti
Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Belanda,
Hongkong, Irlandia dan Kanada. Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh
Essential Oil Association of India dalam publikasinya yang berjudul Vasion
2005 India Essential Oil Industry, peringkat pertama produsen minyak atsiri
dunia adalah Brasil disusul oleh Amerika Serikat dan India.
Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman
penjajahan (Lutony, Rahmayati, 2000). Namun jika dilihat dari kualitas dan
kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Ini disebabkan karena
sebagian besar pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi
sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi yang
terbatas.
Industri ini biasanya terletak di daerah pedesaan. Ada beberapa daerah di
Indonesia yang menjadi sentra industri minyak atsiri , misalnya Daerah
logam besi sehingga minyak ini lebih baik dikemas dalam botol kaca, drum
aluminium atau drum timah putih.
Alasan pemilihan jenis minyak daun cengkeh di wilayah Kecamatan
Samigaluh adalah kemudahan operasi pengolahan dan modal yang rendah.
Berdasarkan in-depth interview yang dilakukan dengan pengusaha setempat,
daun cengkeh menghasilkan minyak atsiri yang tidak terlalu keras
dibandingkan tangkai bunga cengkeh sehingga ketel yang digunakan tidak
cepat rusak dan dapat menggunakan hanya satu ketel saja (bahan baku dan
air dalam satu ketel) sehingga harganya lebih murah. Berbeda dengan
minyak nilam yang memerlukan dua ketel terpisah, yang berisi air dan daun
nilam dalam ketel terpisah, untuk menghasilkan minyak nilam dengan
kualitas yang diinginkan. Saat ini, kualitas untuk minyak daun cengkeh tidak
telalu ketat diberlakukan oleh pengusaha pengumpul yang membeli hasil
penyulingan. Ini menyebabkan proses produksi minyak daun cengkeh tidak
terlalu sulit.
Perhatian pemerintah daerah terhadap industri minyak daun cengkeh cukup
baik. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah memberikan pelatihanpelatihan mengenai pengembangan usaha minyak atsiri termasuk minyak
daun cengkeh untuk meningkatkan daya saing minyak atsiri melalui
peningkatan mutu, harga yang kompetitif dan keberlanjutan suplai melalui
pembinaan yang terintegrasi oleh instansi terkait.
Saat ini sedang dipertimbangkan pembangunan industri pengolahan yang
menggunakan bahan baku minyak atsiri di lingkup regional Kabupaten Kulon
Progo agar masyarakat dan pemerintah dapat menikmati nilai tambah yang
lebih besar dari pengolahan minyak atsiri. Jika minyak atsiri dapat diolah di
wilayah lokal, para pengusaha minyak atsiri tidak perlu menjual produknya
ke luar daerah.
Selain bantuan teknis, Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo juga telah
memberikan pinjaman berupa penguatan modal melalui PT. Bank
Pembangunan Daerah Yogyakarta (selanjutnya disebut BPD) sebagai bentuk
perhatian pemerintah daerah terhadap potensi usaha minyak atsiri di
wilayahnya. Pembuatan peta pewilayahan untuk usaha pengolahan minyak
atsiri juga bermanfaat untuk memberikan informasi keberadaan usaha
minyak atsiri yang umumnya terdapat di pedesaan dan berskala kecil.
Pemerintah juga berusaha untuk menyediakan data dan informasi mutakhir
yang akurat mengenai produksi, kebutuhan pasar, kecenderungan pasar dan
informasi harga minyak atsiri.
Industri minyak daun cengkeh ini tidak saja memproduksi minyak daun
cengkeh sebagai komoditas ekspor yang menghasilkan devisa, tetapi juga
menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Setiap unit usaha dapat
menyerap tenaga kerja rata-rata 6 orang di unit penyulingannya dan seratus
orang lebih sebagai tenaga pencari (pengumpul) daun cengkeh. Pekerjaan
memungut/mengumpulkan daun cengkeh ini pada umumnya merupakan
pekerjaan sambilan dan hasilnya dapat dijual dengan harga berkisar Rp 200Rp 350/kg. Tingkat harga sangat tergantung pada musim. Pada saat banyak
daun cengkeh kering yang gugur, harga akan turun dan sebaliknya.
Walaupun pada pengolahan minyak daun cengkeh sendiri penyerapan tenaga
kerja relatif sedikit, namun setidaknya dapat memberikan kesempatan kerja
bagi para pemuda yang sebelumnya tidak produktif. Di wilayah Kulon Progo,
para pekerja usaha minyak daun cengkeh ini dibayar secara borongan
(pekerja tidak tetap) dengan sistem bergilir (shift). Setidaknya dibutuhkan 3
orang pekerja untuk satu kali suling dengan satu ketel.
Usaha minyak daun cengkeh tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Sisa daun yang telah disuling dapat dikeringkan dan digunakan sebagai
bahan bakar dan abunya dapat digunakan sebagai pupuk. Sisa air limbah
yang sudah dipisahkan secara sempurna dengan minyak daun cengkeh tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan. Sampai saat ini, polusi udara berupa
asap yang ditimbulkan pada saat proses penyulingan sama sekali tidak
dikeluhkan oleh warga sekitar lokasi penyulingan.
Usaha penyulingan minyak daun cengkeh menggunakan modal yang
sebagian dapat diperoleh dari bank berupa pinjaman modal, baik modal
investasi maupun modal kerja. Untuk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk (selanjutnya disebut Bank BRI) di tingkat Kantor Unit, modal yang dapat
diberikan adalah 25 juta rupiah ke bawah sedangkan keputusan pemberian
kredit di atas 25 juta rupiah ditentukan oleh kantor cabang. Plafon dana yang
berasal dari dana nasabah sendiri untuk modal investasi + 30% sedangkan
untuk modal kerja + 50%.Tingkat bunga yang diberlakukan adalah tingkat
bunga flat sebesar 18% per tahun.
3. Aspek Pemasaran
a. Pasar
Dalam aspek pemasaran akan dibahas aspek pasar dan pemasaran yang
terkait dengan permintaan, penawaran, harga, persaingan dan pemasaran
minyak daun cengkeh.
1. Permintaan
Minyak daun cengkeh memiliki pasar yang sangat luas terutama di pasar
internasional. Di wilayah Kulon Progo, permintaan minyak daun cengkeh oleh
pedagang pengumpul, yaitu PT. Djasula Wangi di Solo, CV. Indaroma di
Yogyakarta, dan PT. Prodexco di Semarang. Dari informasi yang terakhir
dikumpulkan, permintaan minyak daun cengkeh selalu meningkat dan sering
terjadi kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas
produksi industri kecil minyak daun cengkeh yang terbatas. Permintaan
dalam jumlah besar untuk waktu yang singkat biasanya diusahakan secara
berkelompok.
Tabel 3.1. Ekspor Minyak Daun Cengkeh
Tahun Volume(ton) Nilai (ribu US$)
1986
1.093
3.348
1987
1.047
2.675
1988
646
1.455
1989
651
1.398
1990
707
1.660
1991
758
2.098
1992
n.a
n.a
1993
n.a
n.a
1994
622
1.905
1995
370
1.571
10
1. Harga
Harga minyak daun cengkeh relatif stabil pada tahun 2002 dan 2003. Pada
awal tahun 2002 harga minyak daun cengkeh mencapai Rp 29.500,- dan
pada tahun 2003 berfluktuasi antara Rp 23.000,- sampai Rp 25.000,- per
kilogram. Harga tersebut juga cenderung stabil hingga memasuki tahun
2004. Fluktuasi harga minyak daun cengkeh sedikit banyak juga dipengaruhi
oleh fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada saat krisis
tahun 1997, harga minyak daun cengkeh bisa mencapai Rp 57.000,- per
kilogram (data primer). Berdasarkan data primer lapangan yang diperoleh,
para pengusaha minyak daun cengkeh memperkirakan harga untuk kondisi
breakeven point (BEP) atau impas adalah sekitar Rp 20.000,- per kilogram.
Dengan melihat selisih harga pada kondisi BEP dengan harga jual di pasar,
maka usaha ini cukup menjanjikan.
2. Jalur Pemasaran
Secara umum, jalur pemasaran minyak daun cengkeh tidak berbeda dengan
komoditi pertanian lainnya. Di pemasaran dalam negeri, produsen menjual
produk ke pedagang pengumpul atau agen eksportir. Barulah kemudian
produk tersebut sampai ke tangan eksportir. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, sebagian besar perdagangan minyak daun cengkeh adalah
untuk ekspor.
Pada praktiknya, keadaan pasar sering dipengaruhi oleh orang yang pertama
kali melakukan proses transaksi. Ada beberapa situasi pemasaran yang
terjadi. Pertama, pihak produsen langsung menjual produk ke tengkulak,
pedagang perantara, atau agen eksportir. Dalam hal ini, produsen memiliki
posisi tawar yang lemah. Harga lebih banyak dipengaruhi oleh pembeli.
Situasi kedua, pihak pembeli yang mencari produsen. Pada situasi ini,
produsen dapat memperoleh harga yang relatif lebih baik. Hal ini seringkali
terjadi, terbukti dengan adanya pemesanan dengan uang muka terlebih
dahulu oleh pembeli kepada produsen sementara minyak daun cengkeh
masih pada proses produksi.
Jalur pemasaran minyak daun cengkeh dari pengusaha pengolahan sebagian
besar ditampung terlebih dahulu oleh para pengumpul. Dari survai di wilayah
Kulon Progo, setidaknya ada tiga perusahaan pengumpul yang cukup besar,
yaitu PT Djasula Wangi di Solo, CV Indaroma di Yogyakarta, dan PT Prodexco
di Semarang.
Untuk jalur pemasaran luar negeri ada beberapa pihak yang mungkin
terlibat, yaitu pemakai (end-user), broker murni, broker merangkap trader,
dan pedagang (trader). Jalur perdagangan minyak daun cengkeh dapat
digambarkan sebagaimana terdapat pada Gambar 3.1. Pemasaran tersebut
juga dapat menjadi lebih pendek. Produsen menjual minyak daun cengkeh
pada pedagang kecil dan pedagang besar dan kedua jenis pedagang tersebut
11
12
13
4. Aspek Produksi
a. Lokasi Usaha
Minyak atsiri dapat diproduksi dengan berberapa cara, seperti penyulingan,
ekstraksi dengan menggunakan pelarut dan metode pengempaan. Cara yang
umum digunakan pengusaha kecil adalah dengan proses penyulingan atau
hidrodestilasi yang relatif lebih murah dan menggunakan peralatan yang
sederhana.
Penentuan lokasi usaha sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan
hidup suatu usaha. Semakin dekat lokasi usaha dengan sumber bahan baku
atau input-input lainnya, maka usaha tersebut memiliki peluang yang lebih
besar untuk hidup dan memperoleh profit yang lebih besar karena biaya
transportasi dapat ditekan serendah mungkin. Ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh usaha pengolahan minyak daun cengkeh agar dapat
berkelanjutan. Pertama, lokasi usaha yang berdekatan dengan lokasi sumber
bahan baku. Dekat dalam hal ini berarti mudah untuk memperoleh bahan
baku dengan harga yang normal (tidak terlalu mahal karena biaya
transportasi yang tinggi).
Kedua, dekat dengan sumber air. Air merupakan bahan input yang
dibutuhkan dalam jumlah besar untuk usaha pengolahan minyak daun
cengkeh. Air tersebut berfungsi sebagai pendingin pada proses kondensasi
dari uap menjadi cair yang terdiri dari minyak daun cengkeh dan air. Di
daerah pedesaan tertentu, seperti Kecamatan Samigaluh, memiliki
keuntungan dalam hal ini. Air melimpah dan mudah untuk dimanfaatkan
dalam proses produksi.
Ketiga, kemudahan memperoleh bahan bakar. Ketersediaan bahan bakar
harus cukup. Dalam penyulingan minyak daun cengkeh secara umum
pembakaran (pemanasan) harus terus menerus dan tetap agar mutu hasil
terjaga. Minyak daun cengkeh juga memiliki keuntungan yang dapat
menghemat biaya bahan bakar. Proses pengolahan dapat menggunakan
bahan bakar berupa limbah daun yang telah disuling sebelumnya dengan
dikeringkan terlebih dahulu. Berdasarkan pengalaman para pengolah minyak
daun cengkeh di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo, jumlah sisa daun
sudah cukup untuk bahan bakar pengolahan berikutnya sehingga tidak perlu
membeli bahan bakar tambahan seperti kayu bakar atau lainnya.
14
15
c. Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah daun
cengkeh kering yang sudah gugur. Ini menyebabkan usaha minyak daun
cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan
bahan baku. Pada musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan
sebaliknya pada musim penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku.
Beberapa pengusaha pengolahan minyak daun cengkeh mengantisipasinya
dengan menyimpan sebagian hasil produksinya untuk dijual pada saat
mereka tidak dapat melakukan proses produksi dengan harga yang lebih
baik. Pada umumnya, proses produksi dapat dilakukan 5-6 bulan dalam satu
tahun.
16
17
konsumen.
rendah.
kecepatan
penyulingan
yang
f. Proses Produksi
1. Penyiapan Bahan Baku
Daun cengkeh yang digunakan merupakan daun yang sudah gugur, kering,
masih utuh dan bersih.
2. Penyulingan
Penyulingan dengan menggunakan uap air adalah cara yang paling banyak
digunakan. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri yang tidak rusak
oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun cengkeh. Bahan baku
diletakkan terpisah dengan air (Gambar 4.4). Untuk memudahkan proses
penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus diberi ruang yang cukup.
Bahan tidak boleh dipadatkan. Setelah siap, ketel ditutup dan kemudian
dipanaskan selama 5-7 jam. Uap air dan uap minyak daun cengkeh dicairkan
dengan mengalirkan pipa melingkar ke dalam kolam pendingin (kondensor).
Suhu udara sangat berpengaruh pada suhu air. Pipa yang berada di dalam
kolam pendingin kurang lebih memiliki panjang 10 meter. Semakin panjang
pipa yang digunakan, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Di
Samigaluh, seringkali pipa yang digunakan berbentuk memanjang, tidak
melingkar (spiral) karena harganya yang relatif lebih murah. Pipa tidak boleh
bocor dan suhu air harus dijaga untuk selalu tetap dingin agar proses
kondensasi dapat berlangsung dengan baik. Hasil sulingan minyak daun
cengkeh dan air dialirkan ke dalam tempat berupa drum yang sudah
disediakan. Setelah proses penyulingan selama kurang lebih 7 jam, hasil
proses penyulingan didiamkan beberapa saat sehingga air dan minyak daun
cengkeh terpisah. Minyak daun cengkeh berada di bawah air karena memiliki
berat jenis yang lebih besar. Air dan minyak daun cengkeh dapat dipisahkan
dengan sejenis kain khusus atau dipisahkan secara manual. Sisa air yang
telah dipisahkan masih mengandung minyak daun cengkeh dan masih dapat
dipisahkan lagi setelah beberapa lama.
g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi
Hasil penyulingan 1,3 ton daun cengkeh kira-kira akan menghasilkan 35 kg
minyak daun cengkeh. Jika dalam sehari dapat dilakukan 2 kali penyulingan,
maka satu ketel dapat menghasilkan 70 kg minyak daun cengkeh per hari.
Minyak daun cengkeh dapat dibedakan berdasarkan mutunya. Mutu minyak
daun cengkeh dipengaruhi setidaknya oleh 3 hal. Pertama, pemilihan bahan
baku. Daun cengkeh yang kering, bersih dan tidak tercampur bahan-bahan
lain akan menghasilkan minyak sesuai dengan yang diinginkan. Kedua,
proses produksi. Mutu minyak daun cengkeh dipengaruhi oleh kondisi
peralatan yang digunakan dan waktu proses penyulingan. Ketel dengan
18
bahan anti karat akan menghasilkan minyak daun cengkeh yang lebih baik
dibandingkan penyulingan dengan menggunakan ketel yang terbuat dari besi
plat biasa, apalagi dengan menggunakan drum-drum kaleng biasa. Waktu
penyulingan yang lebih singkat juga mempengaruhi kualitas minyak daun
cengkeh yang dihasilkan. Ketiga, penanganan hasil produksi. Minyak daun
cengkeh yang seharusnya ditampung dan disimpan dalam kemasan dari
bahan gelas, plastik atau bahan anti karat lainnya akan menurun kualitasnya
jika hanya disimpan dalam kemasan dari logam berkarat. Minyak daun
cengkeh mudah beroksidasi dengan bahan logam.
h. Produksi Optimum
Produksi minyak daun cengkeh yang optimum tergantung pada kapasitas
ketel yang digunakan. Ketel dengan kapasitas 1,3 ton daun cengkeh dapat
menghasilkan kurang lebih 35 kg minyak daun cengkeh. Dengan
menggunakan dua ketel dan dua kali proses suling per ketel maka dalam
sehari dapat dihasilkan minyak daun cengkeh sebanyak 1,4 kwintal.
i. Kendala Produksi
Kendala produksi utama yang dihadapi oleh pengusaha minyak daun
cengkeh ini terutama terkait dengan pengadaan bahan baku yang bersifat
musiman. Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat tergantung pada
musim. Pada musim penghujan, pasokan bahan baku bisa dikatakan tidak
ada sehingga para pengusaha tidak berproduksi. Hambatan yang kedua
adalah kapasitas produksi yang masih sangat terbatas. Seringkali pengusaha
kecil penyulingan minyak daun cengkeh di pedesaan tidak dapat memenuhi
permintaan konsumen dalam jumlah besar pada waktu tertentu.
19
5. Aspek Keuangan
a. Pemilihan Pola Usaha
Usaha kecil minyak daun cengkeh semakin berkembang karena tingkat
teknologi yang digunakan sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya
yang besar. Proses penyulingan tidak memerlukan mesin-mesin atau alatalat canggih yang menggunakan listrik.
Jenis minyak daun cengkeh juga dipilih karena persyaratan atau standar
kualitas yang ditetapkan pembeli relatif longgar sehingga memudahkan
pengusahaannya. Pengusaha kecil dengan teknologi sederhana dapat
memprosesnya dengan mudah. Tidak diperlukan mesin-mesin dengan
ketrampilan khusus untuk usaha ini.
b. Asumsi dan Parameter Perhitungan
Analisis kelayakan investasi dan keuangan usaha penyulingan minyak daun
cengkeh ini digunakan untuk memperoleh gambaran finansial mengenai
pendapatan dan biaya usaha, kemampuan usaha untuk membayar kredit,
dan kelayakan usaha. Perhitungan ketiga hal tersebut memerlukan dasardasar perhitungan yang diasumsikan berdasarkan hasil survai dan
pengamatan yang terjadi di lapangan. Asumsi yang digunakan dalam
perhitungan aspek keuangan disajikan pada Tabel 5.1.
No
1
2
3
4
5
6
20
kering
7 Discount Rate
8 Hari Kerja
9 Kapasitas Usaha
10 Jumlah bahan baku
Persen
18
bulan/tahun
6
Kg/hari
140
Kg/Hari
5200
Sumber: Lampiran 1
Jenis
Biaya
Perijinan
(HO)
Sewa
tanah
Konstruksi
kolam
Unit
pendingin
(10x3x1)m
Kontruksi
bangunan
Kontruksi
tungku
Peralatan utama
- Ketel
Satuan
Jumlah
Fisik
Harga/
Satuan
Nilai / Rp
Umur
Ekonomis
200.000
m2/thn
Unit
350
18.750
5.250.000
1.000.000
2.000.000
10
12.000.000 12.000.000
200.000
400.000
10.150.000 20.300.000
7
10
Peralatan lainnya
- garu
Unit
15.000
30.000
- corong
minyak
Unit
10.000
20.000
21
- sekop
Unit
12.000
24.000
Jerigen
Unit
17.000
85.000
Timbangan
Unit
1 kwintal
400.000
400.000
10
10
Kain
penyaring
125.000
125.000
35.714
2.500.000
10
110.000
440.000
10
11 Pipa
12
Drum
plastik
unit
m
unit
70
4
43.774.000
Sumber : Lampiran 2
Dengan menggunakan ketel dari besi plat, untuk menyuling minyak daun
cengkeh diperlukan biaya Rp 10.015.000,-, termasuk biaya transportasi
sebesar Rp 400 ribu. Biaya transportasi ini muncul karena ketel dibeli oleh
pengusaha dari luar kota (Purwokerto). Jika ingin memperoleh kualitas
minyak daun cengkeh yang lebih baik, dapat digunakan ketel dengan bahan
baja anti karat (stainless steel) yang harganya lebih kurang Rp
16.500.000,00.
c. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya variabel (tidak tetap) yang besarnya
tergantung pada jumlah minyak daun cengkeh yang diproduksi. Biaya
operasional meliputi bahan baku berupa daun cengkeh, tenaga kerja,
konsumsi tenaga kerja (makan dan rokok), biaya pemeliharaan, biaya
telepon, dan listrik. Dalam satu bulan diperlukan biaya operasional sebesar
Rp 47.500.000,- kecuali pada awal usaha karena pengusaha harus membeli
bahan bakar sebesar Rp 400.000,- dan di bulan keenam karena ada biaya
pemeliharaan sebesar Rp 100.000,- berupa perbaikan ketel. Harga per
kilogram daun cengkeh kering adalah Rp 300,-. Jika pengusaha memiliki 2
buah ketel dan masing-masing ketel dapat beroperasi 2 kali sehari dan hari
kerja 25 hari per bulan, maka diperlukan biaya sebesar 1300 kg x 2
penyulingan x 2 ketel x 25 hari x Rp 300,00/kg= Rp 39.000.000,00 per
bulan untuk memperoleh bahan baku daun cengkeh kering. Tenaga kerja
tetap dengan gaji Rp 500.000,00 per bulan terdiri dari dua orang dengan
waktu 6 bulan kerja per tahun. Pada prakteknya, tenaga kerja tetap ini
biasanya adalah anggota keluarga sendiri termasuk pemilik. Tenaga kerja
tidak tetap bersifat borongan yang diupah Rp 1.750,00 untuk setiap kilogram
minyak daun cengkeh yang dihasilkan sehingga besarnya upah tidak
tergantung jumlah tenaga kerja yang digunakan. Dalam 1 (satu) hari,
pengusaha menghasilkan 140 kg minyak daun cengkeh sehingga
memerlukan Rp 6.125.000,- per bulan untuk membayar tenaga kerja
22
borongan. Uang makan dan rokok untuk tenaga kerja adalah Rp 4.000,00
sekali makan ditambah rokok dengan asumsi dibutuhkan 12 orang pekerja
per hari. Biaya telepon dan listrik diasumsikan tetap sebesar Rp 100.000,dan Rp 15.000,- per bulan.
Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Kecil
Biaya
Biaya
Biaya
Per Bulan
No Jenis Biaya Satuan Per Bulan
Per Bulan
(Bulan 2(Bulan 1 )
(Bulan 6)
5)
1 Bahan Baku
Daun
Rp
Bahan Bakar
Awal
Rp
400.000
a. Tetap
Rp
1.000.000
1.000.000
1.000.000
b. Tidak
tetap
(borongan)
Rp
6.125.000
6.125.000
6.125.000
Konsumsi
tenaga kerja
Rp
1.200.000
1.200.000
1.200.000
Biaya
Telepon
Rp
150.000
150.000
150.000
Biaya Listrik
Rp
25.000
25.000
25.000
Biaya
Pemeliharaan
Rp
100.000
Rp
3 Tenaga kerja
Jumlah
Sumber: Lampiran 3
Pada prakteknya, karena hasil suling dapat diperoleh tiap hari pada musim
kemarau, penjualan hasil produk minyak daun cengkeh dapat dilakukan
dalam hitungan minggu bahkan hari. Hasil penjualan tersebut digunakan
pengusaha untuk membiayai kebutuhan operasional berikutnya. Dalam
sehari, pengusaha dapat menghasilkan 140 kg minyak daun cengkeh senilai
Rp 3.500.000,- sehingga jumlah biaya operasional yang cukup besar dalam
satu tahun tersebut hanyalah gambaran biaya kumulatif per tahun yang
sebenarnya dapat dipenuhi dari penjualan hari atau minggu sebelumnya atau
kredit bank dari satu proses penyulingan ke penyulingan berikutnya.
23
Rincian Biaya
Proyek
a. Kredit
25.000.000
b. Dana sendiri
18.774.000
Jumlah dana
investasi
43.774.000
Total Biaya
(Rp)
25.000.000
b. Dana sendiri
260.500.000
285.500.000
50.000.000
b. Dana sendiri
279.274.000
Jumlah dana
proyek
329.274.000
Sumber: Lampiran 4
Dalam simulasi perhitungan, modal awal yang dibutuhkan adalah Rp
47.900.000,- untuk biaya operasi selama 1 bulan. Biaya operasional bulan
berikutnya dapat dipenuhi dari penerimaan dari hasil penjualan minggu atau
bulan sebelumnya.
Sumber kredit adalah kredit komersial dari perbankan yang ketentuannya
berbeda untuk masing-masing bank. Berdasarkan survai yang dilakukan,
pinjaman berjangka 6 bulan yang diangsur per bulan dengan suku bunga flat
24
18 persen per tahun. Dengan bunga flat maka dalam satu bulan angsuran
bunga yang harus dibayarkan adalah 1,5 persen. Berdasarkan hal tersebut
pembiayaan angsuran pokok dan bunga ditunjukkan pada Tabel 5.5.
Kredit
Angsuran Angsuran
Total
50.000.000
Saldo
Saldo
50.000.000 50.000.000
Tahun
Bulan 1
1
8.333.333
Bulan 2
8.333.333
Bulan 3
8.333.333
Bulan 4
8.333.333
Bulan 5
8.333.333
Bulan 6
8.333.333
750.000 9.083.333
Tahun
1
25.000.000
8.333.333
8.333.333
25.000.000 25.000.000
Tahun
Bulan 1
2
4.166.667
Bulan 2
4.166.667
Bulan 3
4.166.667
Bulan 4
4.166.667
8.333.333
Bulan 5
4.166.667
375.000 4.541.667
8.333.333
4.166.667
Bulan 6
4.166.667
375.000 4.541.667
4.166.667
Sumber: Lampiran 5
Pada tahun 0 pengusaha meminjam sebesar 50 juta rupiah yang terdiri dari
modal investasi 25 juta rupiah dan modal kerja 25 juta rupiah sehingga
harus mengangsur keduanya pada tahun pertama. Di awal tahun ke-2
hingga tahun ke-5, pengusaha meminjam kembali sebesar 25 juta rupiah
tiap tahunnya berupa modal kerja dan membayar angsuran modal kerja
sebesar Rp 4.541.667,- per bulan selama 6 bulan dari total pinjaman 25 juta
rupiah.
e. Produksi dan Pendapatan
Minyak daun cengkeh dapat diproduksi per hari. Dari hasil survai yang telah
dilakukan, pengusaha pada umumnya memiliki 2 ketel dengan kapasitas 1,3
ton daun cengkeh dan dapat memproduksi 140 kg per hari senilai Rp
3.500.000,-. Dalam satu tahun (6 bulan kerja) akan dihasilkan 21 ton
minyak daun cengkeh. Rincian pendapatan kotor ditunjukkan oleh Tabel 5.6.
Bank Indonesia Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
25
Hasil Produksi
Kg
Rupiah
21.000 525.000.000
21.000 525.000.000
21.000 525.000.000
21.000 525.000.000
21.000 525.000.000
Sumber: Lampiran 6
Uraian
Tahun 1
Tahun 2-5
Jumlah
Pengeluaran
a. Biaya
285.500.000 285.500.000 1.427.500.000
operasional
b.
Penyusutan
6.405.086
6.405.086
32.025.429
c. Angsuran
pokok
50.000.000
25.000.000
150.000.000
4.500.000
2.250.000
13.500.000
d. Bunga
bank
Jumlah
Laba
sebelum
pajak
e. Pajak
26.789.237
30.876.737
150.296.186
26
15%
3
Laba rugi
Profit
margin %
151.805.677 174.968.177
851.678.386
28.92%
33.33%
32,44%
133.508.017
73.774.196
428.604.802
5.340
2.951
17.144
- Biaya
operasional
13.595
13.595
67.976
- Total
biaya
16.495
15.198
77.287
BEP (nilai
penjualan)
BEP
(produksi
minyak)
BEP Rp/kg
berdasarkan
Sumber: Lampiran 8
Uraian
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2-3
Tahun 5
Inflow
a.
Pendapatan
b. Dana
sendiri
c. Kredit
investasi
25.000.000
d. Kredit
modal
kerja
25.000.000
e. Nilai sisa
Jumlah
Inflow
untuk IRR
8.012.857.14
329.274.000 525.000.000 525.000.000 533.012.857
0 525.000.000 525.000.000 533.012.857
27
Outflow
a. Biaya
investasi
b. Biaya
modal
kerja
43.774.000
5.250.000
5.250.000
5.250.000
285.500.000
c. Biaya
operasional
d.
Angsuran
pokok
50.000.000
25.000.000
25.000.000
e. Biaya
bunga
bank
4.500.000
2.250.000
2.250.000
f. Pajak
15%
26.789.237
30.876.737
30.876.737
Jumlah
Outflow
untuk IRR
Total
cashflow
Kumulatif
cashflow
Cashflow
untuk IRR
28
29
30
b. Dampak Lingkungan
Usaha pengolahan minyak daun cengkeh menghasilkan limbah cair yang
tidak berbahaya dan dapat ditoleransi lingkungan. Limbah cair tersebut
adalah air sisa penyulingan. Jika proses pemisahan air dan minyak daun
cengkeh berlangsung dengan sempurna, maka air yang tersisa tidak
berdampak buruk pada lingkungan. Limbah padat yang lain adalah abu daun
kering sisa pembakaran yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Secara
umum, usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini termasuk usaha yang
ramah lingkungan.
31
7. Penutup
a. Kesimpulan
1.
2.
Usaha minyak daun cengkeh memiliki masa depan yang cerah. Peluang
pasar komoditas minyak daun cengkeh, terutama untuk ekspor masih
terbuka, sehingga secara langsung memberikan peluang bagi
pengembangan dan peningkatan produksi minyak daun cengkeh.
3.
4.
5.
6.
Tidak ada skema kredit khusus untuk usaha penyulingan minyak daun
cengkeh. Bank memberikan kredit secara umum dengan bunga flat 18
persen per tahun. Kredit diberikan dengan jangka waktu 6 bulan dan
diangsur per bulan. Pemilihan jangka waktu tersebut disesuaikan
dengan masa kerja usaha penyulingan yang rata-rata adalah 6 bulan
kerja per tahun.
7.
8.
9.
32
33
LAMPIRAN
34