Anda di halaman 1dari 12

Makalah Pancasila secara Etimologis, Historis, Terminologis dan Filosofis

Wednesday, 19 November 2014


Makalah
Pancasila secara Etimologis, Historis, Terminologis dan Filosofis

Di Susun Oleh:
Benny Permana

Universitas STIE Nusantara


Kebulen Indramayu
2014

Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan
makalah ini yaitu tentang Pancasila secara Etimologis, Historis, Terminologis dan Filosofis.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan temanteman. Amin...
Bangodua, November 2014
Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I

Pancasila Secara Etimologis 1

BAB II

Pancasila Secara Historis 3

BAB III

Pancasila Secara Terminologis 6

BAB IV

Pancasila Secara Filosofis 8

BAB V

Penutup 13

BAB I
Pancasila Secara Etimologi
Secara Etimologi Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata
Panca berarti lima dan sila berarti dasar, berarti Pancasila yang mempunyai lima dasar. Dalam
buku Sutasoma yang dikarang oleh Empu Tantular, Pancasila ini mempunyai arti lima
kesusilaan (Pancasila Karma), yaitu:
-

tidak boleh melakukan kekerasan

tidak boleh mencuri

tidak boleh berjiwa dengki

tidak boleh berbohong

tidak boleh mabuk minuman keras.

Menurut Muhammad Yamin perkataan Pancasila, telah menjadi istilah hukum, yang dipakai
oleh Bung Karno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 tentang sila yang kelima.
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta parkataan Pancasila mamiliki dua
macam arti berbatu sendi yang lima (consisting of 5 roels) Pancasila dengan huruf
Dewanagari, dengan huruf i Panjang bermakna lima peraturan tingkah laku yang penting.
Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India pada kitab Suci
Tri Pitaka yang terdiri dari 3 macam buku besar : Suttha Pitaka, Abhidama Pitaka dan Vinaya
Pitka.
Ajaran-ajaran moral yang terdapat dalam agama Budha:
Dasasyiila
Saptasyiila
Pancasyiila

Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan 5 aturan (larangan) atau five moral
principtes Pancasila berisi 5 larangan/ pantangan itu menurut isi lengkapnya :
1) Panati pada veramani sikhapadam sama diyani artinya jangan mencabut nyawa makhluk
hidup atau dilarang membunuh.
2) Dinna dana Veramani shikapadam samadiyani artinya janganlah mengambil barang yang
tiak diberikanmaksudnya dilarang mencuri.
3) Kemashu Micchacara Veramani shikapadam smadiyani artinya janganlah berhubungan
kelamin, yang maksudnya dilarang berzina.
4) Musawada veramani sikapadam samadiyani, artinya janganlah berkata palsu atau dilarang
berdusta.
5) Sura meraya masjja Pamada Tikana veramani, artinya jangan meminum minuman yang
menghilangkan pikiran, yang maksud dilarang minum minuman keras (Zainal Abidin,
1958 : 361)
Perkataan Pancasila ditemukan dalam keropak Negara kertagama, yang berupa kakawin
(syair pujian) dalam pujangga Istana bernama Empu Prapanca pada tahun 1365 kita temukan
dalam surga 53 bait ke dua.
Setelah majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia maka sisa-sisa
pengaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih dikenal dalam masyarakat Jawa yang disebut
dengan 5 larangan/Lima pertentangan moralitas, Yaitu dilarang
1) Mateni artinya membunuh
2) Maling artinya mencur
3) Madon artinya berzina
4) Mabok, meminum-minuman keras atau menghisap candu
5) Main artinya berjudi.
BAB II
Pancasila Secara Historis
Perumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tidak terlepas dari sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Pada masa pendudukan Jepang
tahun 1942, awalnya bangsa Indonesia menyambut baik kedatangan Jepang. Rupanya
kedatangan Jepang tidak mengubah nasib bangsa ke arah yang lebih baik, bahkan sebaliknya,
ternyata lebih kejam daripada pemerintah Hindia Belanda. Maka di daerah-daerah muncul
perlawanan terhadap Jepang Pada tahun 1943 posisi Jepang semakin genting karena
menghadapi gempuran tentara Sekutu.

Di samping itu, mereka juga menghadapi perlawanan di setiap daerah. Kondisi semacam ini
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk mendesak Jepang agar bersedia memberikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Desakan tersebut ternyata mendapatkan respon dari
pemerintah Jepang. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koyso menjanjikan
kemerdekaan kelak di kemudian hari. Untuk meyakinkan bangsa Indonesia terhadap janji
tersebut dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoshakai pada 1 Maret 1945. Anggota BPUPKI ini terdiri
dari 60 anggota berasal dari Indonesia, 4 anggota keturunan Cina, satu anggota keturunan
Belanda dan satu anggota dari keturunan Arab. Dalam salah satu sidang BPUPKI, tepatnya
tanggal 1 Joni 1945, telah diadakan pembicaraan mengenai dasar negara Indonesia.
Proses Perumusan Pancasila diawali dalam siding BPUPKI I dr. Radjiman Widyadiningrat,
tiga orang pembicara yaitu Muhammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno memberi nama Pancasila yang artinya 5 dasar pada
pidatonya dan tanggal 17 Agustus 1945 memproklamasikan kemerdekaan, 18 Agustus
dimana termuat isi rumusan 5 prinsip dasar negara yang diberi nama Pancasila, sejak itulah
istilah Pancasila menjadi B. Indonesia dan istilah umum.
Adapun secara terminologi histories proses perumusan Pancasila sbb :
A. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
5 Asas dasar negara Indonesia Merdeka :
1) Peri Kebangsaan
2) 2. Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat.
- Rancangan UUD tersebut tercantum 5 asas dasar negara yang rumusannya :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kebangsaan Persatuan Indonesia
c. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
5 asas dasar negara Indonesia :
1) Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia
2) Internasional atau perikemanusiaan

3) Mufakat atau demokrasi


4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Selanjutnya kalau menyusulkan bahwa 5 sila tersebut dapat diperas menjadi Tri Sila
1) Sosio Nasional yaitu Nasionalisme dan Internasionalisme.
2) Sosio Demokrasi yaitu Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat
3) Ketuhanan YME
Diperas lagi menjadi Eka Sila atau satu sila yang intinya adalah gotong-royong
C. Piagam Jakarta (22 Juni 1945)
Rumusan Pancasila :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB III
Pancasila Secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negaranegara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan
UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal,
1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab


3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh
PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia terdapat pula rumusan-rumusan pancasila
sebagai berikut :
a. Dalam konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat)
Berlaku tanggal 29 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950, tercantum rumusan Pancasila sbb:
1) Ketuhanan YME
2) Pri Kemanusiaan
3) Kebangsaan
4) Kerakyatan
5) 5. Keadilan Sosial
b. Dalam UUD (undang-undang dasar sementara 1950
Undang-undang Dasar 1950, berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli
1959, rumusan Pancasila yang tercantum dalam konstitusi RIS sbb:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Peri kemanusiaan
3) Kebangsaan
4) Kerakyatan
5) Keadilan sosial.

BAB IV
Pancasila Secara Filosofis

Kehidupan manusia tidak dapat terpisahkan dari filsafat. Tidak hanya sejarah-sejarah panjang
zaman dahulu, filsafat telah menguasai kehidupan manusia masa kini. Lebih dari itu, filsafat
telah menjangkau masa depan umat manusia dalam bentuk-bentuk ideologi. Manusia hidup
sebagai pengabdi setia nilai-nilai filsafat, sebagai ideologi nasionalnya masing-masing.
Sebagai sebuah bangsa, Indonesia memiliki pandangan hidup. Dalam pandangan
hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, pikiran yang
terdalam dan gagasan mengenai kehidupan yang dianggap baik. Secara filosofis diakui bahwa
pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pancasila menjadi pedoman dalam
bertingkah laku dan berbuat dalam segala bidang kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial
budaya, pertahanan dan keamanan.
Kedudukan pancasila memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tidak hanya sebagai pandangan hidup, pancasila merupakan suatu kesadaran dan
cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berurat/berakar dalam
kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan mengajarkan bahwa hidup manusia akan
mencapai kebahagiaan, apabila manusia mengembangkan dengan baik hubungannya dengan
alam dan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan batiniah.
Ada dua hal yang berkaitan dengan filsafat berguna bagi ideologi pancasila, yakni
filsafat sebagai metode dan pandangan. Filsafat sebagai metode menunjukkan cara berpikir
dan cara mengadakan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat menjabarkan
ideologi pancasila. Sementara filsafat sebagai suatu pandangan mengandung pandangan, nilai
dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Secara
ringkas filsafat pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pokokpokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat pancasila juga mengungkap
konsep-konsep yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga manusia
pada umumnya. Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan menjadi ideologi
bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pembahasan filsafat pancasila dapat dilakukan secara deduktif dan induktif. Secara
deduktif dilakukan dengan mencari hakikat pancasila serta menganalisis dan menyusunnya
secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif. Secara induktif yakni
dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik
arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
a. Rumusan Pancasila

Secara benar, sah dan tetap, rumusan Pancasila sebagai dasar filsafat negara dapat kita
temukan dalam pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945, alinea IV. Dalam alinea IV
itu, kita dapat menemukan asas-asas yang dipakai sebagai dasar dalam mendirikan negara,
yaitu asas tujuan, asas politik, asas kedaulatan rakyat, asas konstitusional, yaitu
ditentukannya suatu Undang-undang Dasar, serta asas kerohanian Pancasila.[10]
Perumusan Pancasila bertujuan merumuskan dasar negara Indonesia merdeka. Badan
yang diserahi tugas untuk merumuskan Pancasila adalah BPUPKI (Badan Penyelidik Usahausaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), yang kemudian disempurnakan oleh PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah nilai-nilai
luhur yang digali dan ditemukan dari kehidupan bangsa Indonesia, dalam kehidupan agama,
budaya dan adat istiadatnya. Bila dilihat proses terjadinya, rumusan Pancasila yang terdapat
dalam pembukaan UUD 1945 memang dimaksudkan oleh BPUPKI/PPKI sebagai dasar
negara atau sering disebut dasar filsafat negara.[11]
b. Susunan dan Arti dari Rumusan Pancasila
Bila dibedakan filsafat dalam arti teoretis dan praktis, filsafat Pancasila tergolong
dalam arti praktis. Hal itu disebabkan karena filsafat Pancasila dalam mengadakan pemikiran
yang sedalam-dalamnya bertujuan untuk mencari kebenaran dan kebijaksanaan, memenuhi
hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, dan mencari pemikiran yang
berwujud filsafat Pancasila yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Rumusan Pancasila terdiri dari lima sila. Pancasila berbunyi:

Ketuhanan yang Maha Esa.


Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan/ perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Fungsi Filsafat Pancasila
Secara umum filsafat Pancasila memiliki beberapa fungsi, yakni: pertama, filsafat
Pancasila memberi jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam
tentang hakikat kehidupan bernegara. Jawabannya ialah segala aspek yang erat kaitannya
dengan kehidupan masyarakat dan kelangsungan hidup negara, misalnya: susunan politik,
bentuk negara, dan susunan perekonomian negara.
Kedua, filsafat Pancasila mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat
negara, ide negara atau tujuan bernegara. Hal itu disebabkan karena substansi inilah yang

mempunyai kebenaran yang universal bagi bangsa Indonesia dahulu, sekarang, dan masa
yang akan datang. Pengertian tentang substansi ini juga berguna menjadi faktor penentu bagi
titik tolak berfungsinya titik tolak yang bersifat deduktif dan induktif. Dengan kata lain,
pencari kebenaran yang bersifat substansi itu berguna untuk menguji apakah sesuatu keadaan
konkrit dalam masyarakat bertentangan atau tidak dengan Pancasila. Substansi mengandung
essensi kelima sila Pancasila.
Ketiga, filsafat Pancasila berusaha menempatkan dan menjadi perangkat dari berbagai
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan bernegara. Fungsi filsafat akan semakin
jelas, apabila di negara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara. Misalnya, di
dunia Barat yang liberal, kita menemukan pengembangan ilmu pengetahuan yang didasarkan
pada tujuan pengembangan liberalisme dalam semua aspek kehidupan manusia.
d. Aspek-aspek Pancasila sebagai Filsafat
d.1 Aspek Ontologis dari sila-sila Pancasila
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau eksistensi. Sementara
Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan
artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang
ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada alam,
manusia, metafisika dan alam semesta atau kosmologi.
Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak mono pluralis, oleh
karenanya disebut juga sebagai dasar antropologi. Subyek pendukungnya adalah manusia,
yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang bersatuan, yang berkerakyatan dan
yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam
konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara
adalah rakyat (manusia).
d.2 Aspek Epistemologi dari sila-sila Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan
validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan pemikiran,
membentuk budaya. Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa
sesuatu itu pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata lain, adalah cabang
yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses
terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan teori ilmu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan.
Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia
dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang

makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian seperti itu telah menjadi
suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma
menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaltu : logos (rasionalitas atau penalaran), 2. pathos
(penghayatan), dan 3. ethos (kesusilaan).
d.3 Aspek Aksiologi dari Sila-sila Pancasila
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld,
aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki:
a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. sosio politik yang berwujud ideologi.
Kehidupan manusia sebagai makhluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti
manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai
merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah cabang fisafat
yang menyelidiki makna n;Iai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilal,
termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat di kemukakan pula bahwa yang mengandung nilai
itu bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat nonmaterial atau
rohaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur yaitu dengan menggunakan indra maupun
alat pengukur lainnya, sedangkan nilai rohaniah alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang
dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia.
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Kelangsunagan dan keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai cita-citanya sangat
dipengaruhi oleh filsafat negara dari bangsa tersebut. Bagai bangsa Indonesia, Pancasila
adalah pedoman dan arah yang akan dituju dalam mencapai cita-cita bangsa. Tanpa dilandasi
oleh suatu filsafat maka arah yang akan dituju oleh bangsa akan kabur dan mungkin akan
dapat melemahkan bangsa dan negara, kalau filsafat itu tidak dihayati oleh bangsa tersebut.
Untuk itulah kita bangsa Indonesia perlu untuk mengerti dan menghayati filsafat Pancasila
sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Pancasila sebagai sistem dalam filsafat kita sudah tentu harus memenuhi syarat-syarat dari
filsafat itu sendiri. Sistem filsafat Pancasila kita temukan dalam berbagai nilai-nilai

kehidupan di masyarakat, antara lain dari nilai-nilai agama, kebiasaan dari orang-orang
Indonesia yang telah menjadi budaya dalam pergaulan sehari-hari. Seperti halnya kebudayaan
di berbagai daerah di Indonesia adalah sumber dari nilai-nilai Pancasila itu.
Pancasila sebagai filsafat telah berhasil eksistensinya dalam kehidupan bernegara, karena
Pancasila dapat dan mampu berperan sebagi sumber nilai dalam kehidupan politik, dalam
system perekonomian, sebagai sumber dari sistem sosial dan budaya masyarakat. Oleh karena
itu Pancasila perlu kita sebar luaskan dankita gali terus menerus, demi kuat dan kokohnya
bangsa dan negara Indonesia. Pancasila adalah sumber kekuatan bangsa untuk tetap tegaknya
negara dan keteraturan kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai