Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah yang diberikan oleh Ir. Siti Nurlina, M.T. selaku
dosen mata kuliah Jembatan.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ir. Siti Nurlina, M.T. yang telah memberikan tugas
makalah ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan, wawasan, serta pemahaman kami
dalam mengenal peraturan-peraturan untuk merencanakan jembatan konstruksi baja, khususnya
peraturan dari terjemahan VOSB (Voorschriften voor het Ontwerpen van Stalen Bruggen).
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ir. Siti Nurlina,
M.T. Banyak kendala yang kami alami dalam menyusun makalah ini. Namun, itu semua tidak
menyurutkan niat kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami telah berupaya menyempurnakan makalah ini, namun seperti kata pepatah, Taka
da gading yang tak retak, maka kami sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang
membangun dari dosen yang bersangkutan, teman-teman dan orang lain yang rela atau sudi
meluangkan waktunya untuk menyimak isi dari makalah ini.
Sekali lagi, kami ucapkn terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dan kami sangat berharap bahwa makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua.
Malang, 22 September 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam membangun sebuah konstruksi yang berkaitan di bidang ketekniksipilan,
seorang konsultan membutuhkan pedoman-pedoman ataupun buku panduan dalam
merencanakan dan merancang konstruksi yang akan dibangun. Seperti ketika akan
merencanakan jembatan baja, maka diperlukan panduan-panduan tentang peraturan-peraturan
perencanaan. Banyak peraturan perencanaan, seperti salah satunya adalah VOSB 1963
(Voorschriften voor het Ontwerpen van Stalen Bruggen) yang merupakan peraturan
terjemahan bahasa Belanda. Dalam rangka melengkapi peraturan dalam bidang konstruksi
yang berlaku di Indonesia khususnya Peraturan Konstruksi Baja, maka oleh lembaga
penyelidikan masalah bangunan dalam rangka pelaksanaan proyek penyusunan
sistem-
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-Jenis Pembebanan
2.1.1 Pembebanan Vertikal
A. Berat Sendiri
7, 85 ton/m3
- Besi tuang
7,25 ton/m3
- Beton tulang
2,5 ton/m3
- Beton pengisi
2,2 ton/m3
2,2-2,6 ton/m3
1,8-2,2 ton/m3
- Asfalt Tuang
2,2-2,35 ton/m3
- Kerikil (kering)
1800kg/m3
- Pasir (kering)
1800kg/m3
B. Muatan bergerak
Penjelasan Umum
Sebagai muatan bergerak dipakai suatu muatan fiktif yang terdiri dari bebanbeban terpusat bersamaan atau tidak dengan suatu pembebanan terbagi rata yang
dapat memenuhi seluruh bentang jembatan. Pembebanan terbagi rata itu tidak
menjadi putus ditempat dimana beban-beban terpusat bekerja.
Catatan : Muatan bergerak (fiktif) tersebut diambil sedemikian rupa hingga secara
bersamaan menimbulkan akibat pembebanan yang paling sedikit sama beratnya
seperti yang ditimbulkan oleh pembebanan lalu lintas yang sebenarnya terjadi.
1. Untuk jalan kereta api utama, pembebanan kereta api harus diambil akibat
pembebanan di bawah ini yang paling berbahaya:
a. Suatu pembebanan terbagi rata sebesar 8 ton per meter lari bersamaan dengan 2
pasangan beban terpusat. Masing masing pasangan beban terpusat itu terdiri dari 3 as
dengan tekanan as sebesar 15 ton dan jarak antara as 150 cm. Jarak antara tengahtengah kedua pasangan beban terpusat paling sedikit adalah 1700 cm
c.
satu beban terpusat dengan tekanan as seberat 27 ton tanpa pembebanan terbagi
rata
2.
Untuk jalan kereta api lokal haruslah diteliti terlebih dahulu pembebanan yang
paling berat dan kerapnya pembebanan seperti itu yang terjadi. Semuanya ini
dipakai sebagai dasar dari perhitungan-perhitungan.
Tabel 1
Muatan
terbagi rata
400 kg/m2
dengan
maksimum
1,2 ton per
meter jalur
lalu lintas
300 kg/m
dengan
maksimum
0,9 ton per
meter jalur
lalu lintas
200 kg/m2
dengan
maksimum
0,6 ton per
meter jaur lalu
lintas
Klasse 60
Klasse 45
Klasse 30
gambar
Tekanan as
3x20 ton
Terbagi atas
4 roda
3x15 ton
4 roda
3x10 ton
4 roda
Pembebanan jalur jalan kaki dan jalur sepeda untuk Jembatan lalu lintas
biasa dan jembatan kereta api yang terbuka untuk orang; pembebanan dari
schampkanten, berm tengah dan sejenisnya.
1. Untuk perhitungan gelagar induk, besarnya muatan jalur jalan kaki, sepeda yang
dipakai adalah sbb:
Klase 60
400kg/m2
Klase 45
300kg/m2
Klase 30
200kg/m2
Jembatan untuk jalan kaki dan sepeda
400kg/m2
Jembatan kereta api yang terbuka untuk orang
200kg/m2
2. Untuk perhitungan bagian bagian jembatan, besarnya pembebanan akibat dari
schampkanten, berm tengah dan sejenisnya, harus diperhitungkan terhadap
suatu beban terpusat sebesar tekanan roda kendaraan seperti yang diatur pada
pasal 9.
3. Bagian-bagian dari jalur jalan kaki dan sepeda harus diperhitungkan terhadap
beban sebesar 400kg/m2
Pembebanan jembatan-jembatan tram dan untuk lalu lintas campuran.
1. Untuk jalan kereta api keperluan industry, tram dan sejenisnya haruslah untuk
tiap hal diteliti secara tersendiri pembebanan yang paling berat dan kerapnya
pembebanan seperti itu yang terjadi. Semuanya ini dipakai sebagai dasar dari
perhitungan-perhitungan.
2. Apabila pada lantai kendaraan suatu jembatan untuk lalu lintas biasa terdapat
juga jalan kereta api ataupun tram, maka haruslah diperhitungkan adanya
kemungkinan bahwa jalur jalan kereta api maupun tram itu dapat dibebani juga
oleh kendaraan dan muatan lalu lintas biasa.
3. Dalam hal terdapat satu ataupun lebih jalan kereta api ataupun tram pada
jembatan untuk lalu lintas biasa, maka dalam memperhitungkan factor reduksi
seperti yang dimaksudkan pada pasal 9-4, baik kereta api maupun tram tidak
booleh dianggap sebagai kendaraan. Akibat pembebanan dari kereta api ataupun
dari tram tidak boleh direduceer.
2. Untuk perhitungan gelagar induk, kedudukan muatan harus juga dipasang yang
paling membahayakan. Letak kendaraan boleh diambil tetap ditengah-tengah jalur
lalu lintas.
3. Pada jembaatan-jembatan dengan jalur-jalur yang khusus diperuntukkan hanya
untuk jalan kaki dan sepeda dan dipasang disebelah luar, kiri dan kanan, maka
untuk
perhitungan
gelagar
induk,
tidak
perlu
memperhatikan
adanya
kemungkinan bahwa jalur yang satu dibebani, sedangkan yang lainnya tidak.
Pembebanan sepihak seperti itu, baru diperhatikan bila ternyata mengakibatkan
yang besar pada perhitungan gelagar induk.
Catatan : dalam hal dipakai leibih dari dua gelagar induk dan garis pengaruh
menunjukkan adanya daerah positif dan negative, maka harus diambil kedudukan
muatan lalu lintas hanya pada salah satu daerah saja dengan perkecualian seperti
yang dimaksudkan pada pasal 13-3.
1. Pembebanan bergerak untuk jembatan-jembatan kereta api, trem, dan lalu lintas
biasa harus dikalikan dengan suatu koefisien kejut
2. Untuk jembatan lalu lintas biasa, kecuali harus dikalikan dengan suatu koefisien
kejut, muatan bergerak jembatan harus juga dikalikan dengan suatu koefisien
pembebanan
3. Pembebanan bergerak tidak usah dikalikan dengan koefisien kejut, tetapi harus
dikalikan dengan koefisien pembebanan saja apabila dipakai untuk menghitung:
a.Papan-papan lantai kendaraan
b.Tegangan tekan siar di bawah plat landasan
c. Pijler dan landhoofd bila massanya besar
tetapi untuk perhitungan konstruksi penumpu yang ringan,misalnya jukken dari
baja, pembebanan bergerak harus dikalikan dengan koefisien kejut.
2.1.2
Pembebanan Horizontal
Pembebanan angin
1. Semua permukaan yang terkena angin harus diperhitungkan pembebanan
horizontal sebesar 150 kg/m2 yang arahnya tegak lurus pada sumbu jembatan.
jembatan.
Pembebanan sandaran
Besarnya pembebanan horizontal pada batang atas sandaran jembatan adalah:
atas rail. Untuk tikungan dengan jari-jari sama ataupun lebih kecil dari 1000
meter, besarnya gaya adalah 15% dari pembebanan jari-jari yang lebih besar dari
1000
15
r
dipikul oleh perletakan tetap adalah jumlah gaya-gaya geser dari semua perletakan
bergerak yang diakibatkan oleh pembebanan berat sendiri dan muatan yang bergerak
pada bentang yang terbesar sisebeah perletakan tetap.
Untuk tumpuan tumpuan yang elastis boleh diperhitungkan gaya gaya yang
lebih kecil, gaya gaya geser hanya dipakai pada perhitungan perletakan, pijler dan
kepala perletakan
Pembebanan horizontal pada perletakan
Besarnya gaya harus diperhitungkan sebagai akibat berat sendiri jembatan, suhu,
angin dan muatan bergerak yang paling berbahaya:
a.
b.
c.
Gaya rem dan gaya geser secara bersamaan
d.
Pembebanan maksimum akibat angin
e.
Kombinasi antara d dan a atau b atau c
Dalam hal dua yang dipakai, maka tegangan yang dijinkan boleh dipertinggi dengan 25%
Tumbukan dan ikatan tumbukan
Pada jembatan kereta api antara kedua gelagar memanjang dari tiap jalur kereta
api harus dipasang suatu ikatan tumbukan. Ikatan itu harus mampu memikul pembebanan
yang paling berat
a.
b.
c.
d.
e.
Gaya gaya horizontal pada bagian bagian jembatan lalu lintas biasa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembebanan pada VOSB tahun 1963 yaitu terdiri dari beban vertical dan
horizontal. Beban vertical terdiri dari berat sendiri, muatan gerak dan pembebanan salju.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan peraturan untuk merencanakan jembatan konstruksi baja
Terjemahan dari Voorschriften voor het Ontwerpen van Stalen Bruggen (VOSB 1963)
Bandung : 1980. Penerbit: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.