Introduksi :
WILAYAH / REGION
Konsep-konsep / Strategi-strategi
Pengembangan Wilayah
Support :
* Fisik : Geografis & Kompleks Ekologi
* Sistem Kota-Kota
* Strategi Investasi, peran : publik - privat
* Isu-isu pengembangan wilayah
* Peraturan Perundang-undangan
* Dan Lain-lain, sesuai perkembangan
Kasus / Contoh, dengan menelaah :
* RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
* Pengembangan Kawasan Metropolitan
* Pengembangan Kawasan Transmigrasi
* Prasarana Wilayah
* Pengembangan pesisir dan pulau kecil
Dalam konteks perencanaan wilayah dan kota (PWK) yang mendominasi bentuk rencana
tersebut adalah RENCANA TATA RUANG (Spatial Planning)
Di Indonesia, rencana tata ruang dikenal dengan RENCANA TATA RUANG WILAYAH atau
RTRW.
RTRW Provinsi
( RTRWP )
RTRW Kabupaten
( RTRWK )
RTRW Kota
( RTRWK ) *)
Catatan :
2. Rencana struktur ruang wilayah kota yang meliputi sistem pusat pelayanan kota dan sistem
jaringan prasarana kota/perkotaan.
3. Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya
yang memiliki nilai strategis provinsi.
6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif, serta arahan
sanksi.
Sumber: UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 23, 26, dan Pasal 28.
Substansi RTRWP
Indikasi Program:
Sistem pusat, Jaringan prasarana
Arahan Pengendalian:
Arahan Pengendalian:
Indikasi Program:
Indikasi Program:
Sistem pusat, Jaringan prasarana
Arahan Pengendalian:
Arahan Pengendalian:
Indikasi Program:
Indikasi Program:
Sistem pusat, Jaringan prasarana
Arahan Pengendalian:
Arahan Pengendalian:
Indikasi Program:
Substansi RTRWP
5. Rencana Penatagunaan
Tanah, Air, Udara, dan Sumber
Daya Alam Lainnya
2.
3.
RPJP-N
RTRW-N
RTR
KSN
RPJM-N
RTR
Pulau/Kep
Renstra-KL
RKP-N
Renja-KL
RPJP-P
RTRW-P
RPJP-N
RPJM-N
Renstra-KL
RKP-N
Renja-KL
RPJP-P
RPJM-P
Renstra-SKPD
RKP-P
Renja-SKPD
RPJP-K
RPJM-K
Renstra-SKPD
RKP-K
Renja-SKPD
RTRW-N
RTR-KSN
RTR
KSP
RPJM-P
Renstra
SKPD
RKP-P
Renja
SKPD
RTRW-P
RTS-KSP
RTRW-K
RTR-KSK
RPJP-K
RTRW-K
RTR
KSK
RPJM-K
Renstra
SKPD
RKP-K
Renja
SKPD
RDTR
Kab./Kota
RPJP *)
RTRW *)
RPJP *)
RTRW *)
RPJP *)
RTRW *)
WILAYAH REGION
PENDEFINISAN DAN KONFIGURASI
(WILAYAH atau REGION yang dimaksud dalam hal ini adalah konteks dalam suatu negara)
Suatu Pulau;
INTERDEPENDENCY / NODAL
Areas that stand in an active relation to
each other, whose futures are linked by
the flows of people, information, goods, or
financial investment among them. These
are regions of interdependency.
M.H.YEATES &
UNIFORM REGIONS
NODAL REGIONS
B.J.GARNER,
When a characteristic observed at locations A characteristic feature of the nodal region
(The North American is essentially the same over a wide area,
is that it has a central point or focus to
City), p.9-10
it is possible to delimit a region possessing which surrounding locations are united on
a high level of internal homogeneity. Such a the basis of given kind of interaction.
region will never be 100 percent homogene- Regions of this type are delimited on the
ous since the real world ia not that perfect.
basis of interaction between places.
HOMOGENEOUS
A region is bounded according to the
occurrence of one or more features with
respect to which the area is homogeneous.
JOHN FRIEDMANN
(Venezuela)
p.40-41
FUNCTIONAL REGION
A region can be established on functional
grounds : people need functions (in the
sense of facilities), and communication
from where they live with these functions.
So a schedule of relationship can be made,
based on the location of such functions,
and the limits of this schedule form the
borders of a region. (Also called polarized
(Hilhorst) or nodal region).
SADONO SUKIRNO
HOMOGEN
NODAL
p.1-2
Suatu region sebagai ruang di mana kegiat- Suatu region sebagai suatu ekonomi ruang
an ekonomi berlaku dan di berbagi pelosok yang dikuasai oleh satu atau beberapa
ruang tersebut sifatsifatnya adalah sama.
pusat kegiatan ekonomi.
HOMOGENEOUS REGION
A region can be determined by the aspect
which make it a more or less homogeneous whole. These may include geographic,
ethnic, or economic aspects. In this way
regions come into being that differ in extent and character.
GRCP/ESCAP
p. 17, 34-35
ADMINISTRATIVE REGIONS
The basic spatial units used for the collection of official statistics. Two kinds of administrative regions : (1) political kind : states,
municipalities, etc., (2) ad hoc regions established for specific purposes or planning
regions : TVA, SMSA, etc.
ADMINSTRASI
Suatu region sebagai suatu ekonomi ruang
yang berada di bawah suatu administrasi
tertentu, seperti provinsi, kabupaten, desa,
dsb.
ADMINSTRATIVE
(Regionalization is simply a problem in the
spatial aggregation of data). The solution
may be satisfactory in the interest of administrative convenience.
ADMINISTRATIVE/PLANNING REGION
A region can comprise an area that fall
within an administrative border. Therefore
the development of planing aims take
place within the borders of an existing
public administration district.
11
FUNCTIONAL REGION
A region can be established on functional
grounds : people need functions (in the
sense of facilities), and communication
from where they live with these functions.
So a schedule of relationship can be made,
based on the location of such functions,
and the limits of this schedule form the
borders of a region. (Also called polarized
(Hilhorst) or nodal region).
SADONO SUKIRNO
HOMOGEN
NODAL
p.1-2
Suatu region sebagai ruang di mana kegiat- Suatu region sebagai suatu ekonomi ruang
an ekonomi berlaku dan di berbagi pelosok yang dikuasai oleh satu atau beberapa
ruang tersebut sifatsifatnya adalah sama.
pusat kegiatan ekonomi.
JOHN FRIEDMANN
(Venezuela)
p.40-41
HOMOGENEOUS REGION
A region can be determined by the aspect
which make it a more or less homogeneous whole. These may include geographic,
ethnic, or economic aspects. In this way
regions come into being that differ in extent and character.
HOMOGENEOUS
A region is bounded according to the
occurrence of one or more features with
respect to which the area is homogeneous.
INTERDEPENDENCY / NODAL
Areas that stand in an active relation to
each other, whose futures are linked by
the flows of people, information, goods, or
financial investment among them. These
are regions of interdependency.
M.H.YEATES &
UNIFORM REGIONS
NODAL REGIONS
B.J.GARNER,
When a characteristic observed at locations A characteristic feature of the nodal region
(The North American is essentially the same over a wide area,
is that it has a central point or focus to
City), p.9-10
it is possible to delimit a region possessing which surrounding locations are united on
a high level of internal homogeneity. Such a the basis of given kind of interaction.
region will never be 100 percent homogene- Regions of this type are delimited on the
ous since the real world ia not that perfect.
basis of interaction between places.
ADMINISTRATIVE/PLANNING REGION
A region can comprise an area that fall
within an administrative border. Therefore
the development of planing aims take
place within the borders of an existing
public administration district.
ADMINSTRASI
Suatu region sebagai suatu ekonomi ruang
yang berada di bawah suatu administrasi
tertentu, seperti provinsi, kabupaten, desa,
dsb.
ADMINSTRATIVE
(Regionalization is simply a problem in the
spatial aggregation of data). The solution
may be satisfactory in the interest of administrative convenience.
ADMINISTRATIVE REGIONS
The basic spatial units used for the collection of official statistics. Two kinds of administrative regions : (1) political kind : states,
municipalities, etc., (2) ad hoc regions established for specific purposes or planning
regions : TVA, SMSA, etc.
PENDEKATAN HOMOGEN
netral
Homogeneous Reg.
x1
Region X1
x2
Region X2
x3
Region X3
CONTOH :
* FISIK :
* EKONOMI :
* SOSIAL / POP. :
* PERKEMB. :
12
PENDEKATAN NODAL
o
O
o
(Node A)
netral
O
o
o
(Node B)
o
O
o
(Reg. A)
O
o
o
(Reg. B)
NODAL REGION :
* Region A
* Region B
CONTOH :
* Nodal MEDAN, pengaruhnya di P.Sumatera bagian utara (SUMUT, NAD)
* Nodal TERNATE, pengaruhnya di Maluku bagian utara
* Nodal BANJARMASIN, pengaruhnya mencakup KALSEL dan KALTENG
B. Konfigurasi Wilayah
KONFIGURASI WILAYAH 1 (konteks fungsional permukiman & way of life)
Wilayah terdiri atas :
Kawasan Lindung,
Kawasan Budidaya.
Keterangan:
13
14
Diskusi :
WILAYAH (REGION) vs KOTA/PERKOTAAN (CITY/URBAN)
(dalam konteks perencanaan)
Kaitan keduanya:
1. Kota/perkotaan sebagai Simpul/Node/Pusat dalam wilayah,
2. Dalam perencanaan wilayah : Kota / Perkotaan menjadi concern dalam
telaah / kajian dan perumusan rencana,
3. Dalam perencanaan kota / perkotaan : Wilayah menjadi background untuk
setting Kota / Perkotaan serta telaah / kajian dan perumusan perkembangannya.
15
Contoh Indonesia:
o
16
Pertanian : sesuai geografi dan daya dukung / kesesuaian serta ditambah SDM :
Kehutanan: eksploitasi hutan, dengan tebang pilih dan tanam kembali, yang
kemudian diarahkan ke budidaya (hutan tanaman)
Pertambangan:
-
Ada urbanisasi (proses menjadi kota), (menurut NUDS/BPS) ada tolok ukur untuk
kawasan perkotaan :
o
o
o
Jalan Tol, Double Track dan Triple Decker Rel KA, Overpass, Underpass,
Jalan Layang, Busway, Monorail KA, dsb.
17
Jakarta : Bodetabek,
Bandung : Jatinangor, Padalarang, Bandung Timur.
6. Wilayah Frontier
Sehubungan dengan SDA yang ada : beberapa wilayah di luar Pulau Jawa dengan potensi
atau bentuk pengembangan:
Pertambangan,
Kehutanan (Hutan Produksi, Hutan Tanaman / HTI),
Perkebunan besar (dengan HGU),
Transmigrasi.
7. Pengembangan Perdesaan
Pada remote areas atau pedalaman (country side) atau pulau-pulau terpencil :
pengembangan jaringan transportasi ke pusat-pusat wilayah (guna membuka isolasi).
Isu pengembangan : Desa Tertinggal (dh dengan IDT atau Inpres Desa Tertinggal).
Degradasi lingkungan karena penurunan kualitas atau perusakan kawasan lindung atau
kawasan berfungsi konservasi, berdampak pada munculnya bencana alam.
Indonesia dalam UUPR (UU No.24/1992, kemudian UU No. 26/2007), Keppres 32/1990
menegaskan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.
18
DEVELOPMENT REGIONS
(Friedmann, Venezuela, p.41-43)
TIPE WILAYAH MENURUT KARAKTER PERKEMBANGANNYA
1. CORE REGIONS: (Wilayah Inti)
Kawasan yang telah dimukimi sebelumnya, di mana lokasi dan sumber dayanya
berhubungan atau dekat dengan Core Region sehingga ada peluang memanfaatkan
sumber daya tersebut secara intensif;
Selain terfokus pada suatu pusat yang dominan, seringkali juga mencakup beberapa
kota lainnya;
Pertumbuhan ekonomi secara umum selaras dengan naiknya demand kegiatankegiatan komersial di Core Region;
Ada tipe kawasan transisi menaik yang menghubungkan dua atau lebih Core Regions;
kawasan demikian ini sering disebut sebagai DEVELOPMENT CORRIDORS.
19
Jalur supply pendek, dan kawasan baru tersebut dapat segera tergabung dalam struktur
ekonomi nasional;
Kegiatan wilayah frontier tersebut (the new colonization) utamanya adalah pertanian;
3.2
Dengan bermula dari satu kota sebagai agen perubahan bagi kawasan baru
(wilderness) menjadi suatu lingkungan yang sesuai (suitable) untuk permukiman jangka
panjang (long-term habitation);
besar
dalam
pengembangan
kegiatan
20
Wilayah tua yang terutama dicirikan oleh ekonomi perdesaannya yang stagnant atau
menurun, dan kombinasi sumberdayanya telah optimal, sehingga perkembangan kurang
intensif jika dibandingkan dengan waktu sebelumnya;
Terbuka kemungkinan sejumlah besar tenaga kerja bermigrasi atau pindah ke pusatpusat perkembangan lainnya yang lebih menjanjikan;
Dapat juga berupa sebuah kota yang ekonominya menurun karena struktur industri yang
tua atau habisnya / hilangnya basis sumber daya alam / primer (untuk wilayah-wilayah
pertambangan); (contoh fenomena ghost-town)
adaptasi terhadap kondisi eksternal yang baru dan transisi atau peralihan ke
orde / tatanan ekonomi di mana mereka dapat diintegrasikan kembali ke dalam
ekonomi ruang nasional.
Wilayah atau kawasan yang karena kekhususan sumber dayanya atau lokasinya
membutuhkan pendekatan pembangunan khusus;
Contoh-contoh:
o
Core tersebut dikelilingi oleh kawasan yang ekonominya umumnya mencirikan upwardtrasitional areas, dan kemungkinan kemudian (in turn), terdapat di antaranya atau
terselip kawasan dengan ciri sebagai downward-transitional areas,
Pada lokasi tertentu di bagian luar dari kawasan di atas, kemungkinan terdapat
permukiman baru yang mencirikan resource frontier region yang contiguous (pada jarak
relatif dekat) dan yang non-contiguous (pada jarak relatif jauh);
Special problem region kemungkinan tersebar secara acak (random) dalam sistem
ruang tersebut.
21
Dengan asumsi masa hidup rata-rata = 62 tahun, maka ada 800 masa hidup (mh);
- 70 mh berikutnya
...................................
-
6 mh terakhir
4 mh terakhir
2 mh terakhir
- pada mh ke-800 ini : sebagian besar barang yang kita gunakan sehari-hari
dewasa ini ternyata baru saja dikembangkan.
o
Alvin TOFFLER
peradaban atas:
(pra-revolusi),
Revolusi pertanian,
Revolusi Industri,
Revolusi Informatika,
konsentrasi / spesialisasi
C.
D.
22
23
dst.
Pertanian maju terus untuk :
-
dst.
kaidah perdagangan maju terus
sampai sekarang
( isu SIMPUL & JARINGAN HUBUNGAN)
========================================================================
24
Sejalan dengan angkatan kerja yang bergeser dari sektor primer ke sektor lainnya
terjadi transformasi pada lokasi permukiman penduduk, berupa :
-
sektoral,
spasial,
demografis.
25
Catatan :
Perancis, Inggris, dan Jepang mengalami akselerasi
akibat perkembangan industri sandang.
26
Wilayah / Kawasan
* PERDAGANGAN
* PEMERINTAHAN
* INDUSTRI
* Pola selanjutnya
Wilayah / Kawasan
PERTAMBANGAN
Wilayah / Kawasan
PERTANIAN I
Wilayah / Kawasan
PERTANIAN II
Wilayah / Kawasan
* PERDAGANGAN
* PEMERINTAHAN
* INDUSTRI
27
3 hirarki pusat :
- rural service centers,
- small market towns,
- a regional center.
(dengan pendekatan Functional Economic Area / FEA), dan dicoba diterapkan di
Filipina, Bolivia, dan Peru.
28
Merupakan perluasan dan pendalaman dari teori export base, jadi pada prinsipnya tetap
menganggap ekspor sebagai faktor pertumbuhan ekonomi; tetapi melihat lebih jauh
kepada bagaimana dan faktor-faktor apa yang menentukan pembangunan.
Ada 3 macam sumber daya alam (resources) sehubungan dengan tahap pertumbuhan
(lihat Amerika) :
o
o
o
29
Eres = f ( Eex )
diasumsikan juga bahwa hubungan ini tetap dari waktu ke waktu, dengan kata lain
konstan; (konstanta = k )
Sehingga :
Eres = k . ( Eex )
dengan asumsi ini : proporsi relatif antara sektor export base dan residentiary adalah
tetap sama; dengan demikian dimungkinkan untuk menghitung dampak perubahan
sektor export base terhadap sektor residentiary.
30
Contoh :
suatu wilayah mempunyai 1.000 labor; terdiri atas 400 labor sektor export base dan 600
labor sektor rsidentiary. Maka rasio antara keduanya adalah 1 : 1,5 atau E res = 1,5 Eex.
Ada pembukaan pabrik baru pada sektor export base dengan 2.000 labor, maka sektor
residentiary akan bertambah : Eres = 1,5 X 2.000 = 3.000 labor.
Maka untuk total wilayah ada pertambahan 5.000 labor (2.000 + 3.000 ) labor; dengan
kata lain : pertambahan 2.000 labor di sektor export base akan menghasilkan total
pertambahan 5.000 labor.
Dengan anggapan bahwa rasio tetap, dapat diinterpretasikan sebagai tipe sederhana dari
economic multiplier yang dikenal dalam hal ini sebagai Export Base Multiplier.
31
TEORI/KONSEP PEMIKIRAN
yang berkaitan dengan
PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH
Pengantar
Sejalan dengan pola pikir tersebut ada konsep atau teori atau strategi yang parallel
dengan itu, yaitu :
Teori BIG PUSH,
Rapid Industrialization.
32
Industri satelit berdiri sejalan dengan backward dan forward linkage dari suatu
industri propulsif/pendorong;
Tetapi industri satelit ini lebih kecil peranannya jika dibandingkan dengan industri
propulsif/pendorong.
Dengan memperhatikan kaidah lokasi (material oriented, labor oriented, market oriented,
footloose, dsb.), maka ada kemungkinan industri yang saling mempunyai linkage
tersebut :
o
o
Beraglomerasi, atau
Tidak beraglomerasi, atau tersebar.
Dari teori lokasi ada prinsip-prinsip : resource/material oriented, market oriented, labor
oriented, footloose, externalities, dsb.
Substitusi Impor,
Orientasi Ekspor,
Relokasi Industri.
Industri hulu,
Industri hilir.
33
New industries etc. will be located near existing ones, resulting in specific growing
points. The result is regional polarization and an uneven geographical spread of
development.
Subsequently, however, various trickling down effects will be ensure a correction of
imbalance.
Myrdal :
John Friedmann :
core regions are defined as territorially organized sub-system of society which
have a high capacity for generating and absorbing innovation change;
peripheral regions are sub-system whose development path is determined
chiefly by core region institutions which respect to which they stand in a relation
of substantial dependency.
Core and Periphery together constitute a complete spatial system.
34
35
3 hal yang memperlihatkan perilaku backwash effect dan spread effect (as a backwash
effect instead of a spread effect), dimana ternyata backwash effect lebih dominan
daripada spread effect.
1. Purchase of goods by the center from periphery
(spread effect) :
Center mempunyai demand terhadap barang & jasa yang dihasilkan di periphery,
sehingga ada aliran uang yang akan menumbuhkan periphery lebih kaya.
(backwash effect) :
Kenaikan income di center tidaklah setara lajunya (not as the same rate) dengan
demandnya akan barang/produk primer, sehingga demand akan barang/produk
primer yang dihasilkan di periphery tidaklah berubah Secara proporsional
dengan income di center;
Barang-barang konsumsi (high-order consumer goods) seperti mobil, kulkas,
televise, cenderung dikontrol oleh kegiatan bisnis di center, dengan demikian
income yang berasal dari center cenderung kembali ke center untuk membayar
barang-barang konsumsi tersebut.
2. Migration of labor from periphery to center
(spread effect) :
Bermigrasinya labor ke center berakibat berkurangnya (shortage of) labor di
periphery, sehingga akan menaikkan income di periphery.
(backwash effect) :
Umumnya yang bermigrasi adalah para pekerja terbaik, muda, dan yang berjiwa
usaha (entrepreneur), dengan demikian mengurangi sumber daya manusia yang
vital di periphery. Distribusi populasi cenderung pada kelompok yang lebih tua
yang semakin berkurang produktivitasnya.
3. Flow of capital between center and periphery
(spread effect) :
Kebutuhan akan input yang berasal dari periphery akan menggerakkan modal
yang terakumulasi di center, yang mencari peluang investasi yang lebih
menguntungkan. Dengan demikian system produksi baru kemungkinan terjadi di
periphery misalnya pengolahan sumber daya alam yang akan menjadi
pemicu (initial trigger) bagi proses pertumbuhan kumulatif di periphery.
(backwash effect) :
Modal akan mengalir mencari tingkat bunga yang tinggi (high interest rate) dan
produktivitas marginal yang lebih tinggi dalam bentuk wilayah kaya sumber daya
tapi miskin modal (resource-rich but capital-poor region).
Namun dalam kenyataannya, bagian terbesar dari keuntungan (returns to
investment), keuntungan dari system produksi baru, dan efek multiplier dari
kaitan produksi (production linkages), berada (accrue) di center, karena pemilik /
pengelola modal berasal dari center. Ini adalah bukti terjadinya perpindahan
modal dari wilayah yang lebih miskin ke wilayah yang sedang tumbuh (net capital
transfer from lagging to growing region).
36
Hydrogen peroxide
Starch
Spinning
Bleaching
& finishing
Weaving &
knitwear
Chlorine &
caustic soda
Cotton ginning
mill # 1
l
d ib
In e
Mill # 2
Lin
t er
s
Oil seed
crushing
Mill # 3
Readymade
clothing
Explosives &
rayon
Source : Baldwin (1966) / Darkoh (1973)
il
eo
Insecticides
Soap
Hydrogenated
vegetable oil
Cold storage
Edibleoil
Oi l
Retail
stores
se e
dc
a ke
s
Oxygen bottling
Animal feeds
37
Firm A
Purchasers of outputs
from firm A
Flows of goods/services/materials
Flows of money
38
1. "PRODUK ANTARA"
(Kedua backward dan forward linkage tinggi)
* Besi dan Baja
* Logam bukan besi
* Kertas dan Hasil-hasil kertas
* Hasil-hasil minyak bumi
* Hasil-hasil batubara
* Barang-barang Kimia
* Tekstil
* Hasil-hasil karet
* Percetakan dan Penerbitan
66
61
57
65
63
60
67
51
49
78
81
78
68
67
69
57
48
46
2. "PRODUK AKHIR"
(backward linkage tinggi, forward linkage rendah)
* Hasil-hasil pabrik gandum
* Kulit dan hasil-hasil kulit
* Kayu dan hasil-hasil kayu
* Pakaian
* Alat-alat pengangkutan
* Mesin-mesin
* Hasil-hasil mineral bukan-metal
* Makanan yang diolah
* Pabrik kapal
* Macam-macam industri
89
66
61
69
60
51
47
61
58
43
42
37
38
12
20
28
30
15
14
20
21
15
23
31
27
17
93
97
87
72
59
52
36
26
34
17
39
Mazhab Neo-Populist : sebagai kritik dan tandingan terhadap Mazhab Growth Orthodoxy,
dengan prinsip reorientasi kebijaksanaan pembangunan dari Mazhab Growth Orthodoxy
yang menekankan pada PERTUMBUHAN menjadi PEMERATAAN.
URBAN / Perkotaan
INDUSTRY / Industri
GROWTH / Pertumbuhan
CAPITAL INTENSIVE TECHNOLOGY
CENTRALIZED / Sentralisasi
MODERN
FUNCTIONAL / Fungsional
SOCIO-ECONOMIC PLANNING
Neo-Populist Development
-
RURAL / Perdesaan
AGRICULTURE / Pertanian
DISTRIBUTION / Pemerataan
LABOR INTENSIVE TECHNOLOGY
DECENTRALIZED / Desentralisasi
TRADITIONAL / Tradisional
TERRITORIAL / Teritorial
PHYSICAL ENVIRONMENT PLANNING
AKTUAL :
Kecenderungan kedua mazhab dipakai prinsip-prinsipnya secara bersamaan,
disesuaikan dengan karakter wilayah/negara ybs.
Jadi : Dual System atau Dual Economy.
Selanjutnya :
Pembandingan : Konsep GROWTH POLE vs AGROPOLITAN Development
(masing-masing mewakili masing-masing mazhab).
40
Pertumbuhan
Ekonomi
Arah kebijaksanaan :
INDUSTRI Awal (dominan),
yaitu :
INDUSTRI SUBSTITUSI IMPOR
berkembang jumlahnya
Beralih kebijaksanaan :
Mendorong INDUSTRI
BERORIENTASI EKSPOR
keduanya membutuhkan
teknologi yang harus diimpor
41
Dasar-dasar pemikiran lebih lanjut yang harus diperhatikan dalam pembangunan (mencapai
kesejahteraan masyarakat) adalah :
1. Kemampuan memenuhi kebutuhan manusia yang ada sekarang harus dijadikan ukuran
dasar bagi keberhasilan suatu pembangunan nasional, menggantikan ukuran lama,
yaitu : GNP / Gross National Product (Produk Nasional Bruto).
2. Usaha-usaha menambah kapasitas daya produksi harus terus dijalankan, terutama di
perdesaan. Kemampuan memenuhi kebutuhan pangan sendiri (self-sufficiency) atau
swa-sembada pangan, harus terjamin.
3. Akibat usul-usul di atas, maka ketergantungan pada dunia luar harus dikurangi
sebanyak mungkin.
4. Harus diusahakan memperluas pasar dalam negeri bagi barang-barang pokok atau
barang-barang jadi dan setengah jadi, yang menjangkau rakyat banyak yang tetap
tinggal dan bekerja di perdesaan.
5. Perbedaan pendapatan yang ada sekarang antara kelas-kelas social dan antara
perkotaan dengan perdesaan harus diperkecil.
6. Bagian yang lebih besar dari sumber-sumber nasional harus digunakan untuk
mengembangkan teknologi yang sesuai dengan keadaan masing-masing negara.
Tekanan harus diberikan pada pengembangan teknologi untuk memelihara sumbersumber tersebut.
Strategi yang dapat menjawab tuntutan-tuntutan tersebut di atas adalah :
STRATEGY OF ACCELERATED RURAL DEVELOPMENT, atau
STRATEGI PENGEMBANGAN/PEMBANGUNAN PERDESAAN YANG DIPERCEPAT.
42
Konsep AGROPOLITAN
Kesejahteraan
Masyarakat
Pembangunan
Sosial
1. Menciptakan AGROPOLIS :
2. Memperluas hubungan sampai ke luar batas-batas agropolis (desa pusat), sehingga terbentuk ruang
fungsional yang lebih luas, yang disebut : "AGROPOLITAN DISTRICT"
43
Kumpulan industri aktif terdiri dari industri pemimpin dan industri yang
mengelompok (aglomerasi);
Jadi, ditinjau dari sudut lokasi kegiatan ekonomi dan pembangunan ekonomi wilayah,
pembangunan ekonomi tidak merata terjadinya di tiap wilayah dan mempunyai
kecenderungan untuk mengelompok pada pusat-pusat pertumbuhan.
44
Penerapan Konsep / Teori Growth Pole ini sejalan dengan pola pemikiran atau mazhab
GROWTH ORTHODOXY (1950-an 1960-an), yaitu :
Albert O. HIRSCHMAN :
apabila di suatu wilayah terjadi pembangunan, terdapat daya tarik yang kuat yang
akan menciptakan konsentrasi pembangunan ekonomi di sekitar wilayah di mana
permbangunan bermula (aglomerasi / pengutuban / polarization);
ada polarization effects yang kemudian diikuti oleh trickling down effects;
trickling down effects lebih lemah daripada polarization effects.
Urban Industrial Growth Pole
Batas hinterland
45
Basically, in Perrouxs idea Growth Pole are likely to be firms or industries with a basic
function and strong growth potential. (Pada dasarnya, dalam gagasan Perroux, Growth Pole
atau Kutub Pertumbuhan merupakan perusahaan-perusahaan atau industri-industri dengan
fungsi basis dan potensi pertumbuhan yang kuat).
Perrouxs views a growth pole in an abstract economic space and not in a specific
geographical location. (Perroux membayangkan/memandang suatu growth pole dalam
suatu ruang akonomi abstrak dan bukan dalam suatu lokasi geografi khusus).
In reality, Perroux does not suggest much more than that the growth of promising basic
industries will generate accelerated national economic growth. (Dalam kenyataannya,
Perroux tidak mengemukakan lebih dari sekedar bahwa pertumbuhan industri basis yang
menjanjikan akan membangkitkan pertumbuhan ekonomi nasional yang dipercepat).
It should be clear that Perrouxs concept constitute at most a weak basis for spatial policy.
(Nyata sekali, bahwa konsep Perroux merupakan dasar yang sangat lemah bagi
kebijaksanaan ruang.)
46
Pada 1970-an : pemberian prioritas pada pengembangan perdesaan lebih ditegaskan lagi;
o
47
AGROPOLITAN
1. AGROPOLITAN DEVELOPMENT : Towards A New Strategy For Regional Planning In Asia
(John FRIEDMANN & Mike DOUGLASS, UNCRD, Nagoya-Japan, Nov. 1975)
48
Kendati agropolitan district terdiri atas penduduk kota kecil sebagai pusat dan penduduk
perdesaan yang tersebar, kunci keberhasilan pengembangan agropolitan adalah perlakuan
terhadap masing-masing distrik tersebut sebagai satu kesatuan yang terintegrasi. Terkait
dengan pandangan tersebut maka diperlukan agar masing-masing unit distrik mempunyai
otonomi dan sumberdaya ekonomi yang memadai guna merencanakan dan menjalankan
pengembangannya.
(Although agropolitan districts may have both a town center and a dispersed village
population, the key to successful agropolitan development is the treatment of each district
as a single, integrated unit. Correlative with this idea of agropolitan development is the
requirement that each unit have sufficient autonomy and economic resources to plan and
carry out its own development).
49
50
Kerangka Teritorial
Ekspansi Ekonomi
Peranan Negara
Sumber : Forbes, 1984, p.133, based on Friedmann & Weaver, 1979, pp.194-201
51
52
n1
n2
h1
h2
c1
c2
t1
t2
E1
E2
S1
S2
P1
P2
d1
d2
..
..
..
..
1
2
(periphery)
n3
h3
c3
t3
E3
S3
P3
d3
..
..
3
n4
h4
c4
t4
E4
S4
P4
d4
..
..
4
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
nz
hz
cz
tz
Ez
Sz
Pz
dz
..
..
z
(center)
Function
Territory
REGION
Keterangan :
n = Sumber Daya Alam
h = Sumber Daya Manusia
c = Modal
t = Teknologi
E = Interaksi Ekonomi
S = Interaksi Sosial
P = Interaksi Politik
d = Demand
Function
n1
n2
h1
h2
c1
c2
t1
t2
E1
E2
S1
S2
P1
P2
d1
d2
..
..
..
..
1
2
(periphery)
n3
h3
c3
t3
E3
S3
P3
d3
..
..
3
n4
h4
c4
t4
E4
S4
P4
d4
..
..
4
REGION
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
nz
hz
cz
tz
Ez
Sz
Pz
dz
..
..
z
(center)
Territory
53
Saling ketergantungan antar sektor dan lokasi, menunjukkan apa yang kita sebut sebagai
ekonomi ruang (space economy).
Sebagai contoh, bagaimana pertumbuhan pada suatu pelabuhan, suatu pusat industri
mobil, atau sebuah kota industri pulp dan kertas, menjalar pengaruhnya kepada
kegiatan ekonomi lainnya dan lokasi lainnya.
Berbagai prinsip atau kekuatan (forces) yang berpadu menentukan (determined) organisasi
ruang berupa sistem perkotaan, yaitu antara lain : militer (dengan benteng / garnizun),
54
fasilitas peribadatan (gereja, mesjid, dsb.) dengan jangkauan pelayanannya, atau proses
administrasi publik; yang masing-masing membentuk pola strukturnya sendiri.
Staple Export
Industrial Specialization
Social Change
Location
Periphery
Heartland
Universal
1740 - 1910
1840 - 1920
Source of Growth
Agglomeration advantage
Degree of Openness
Low.
Not specified
Ecinomic Specialization
High.
Interaction Patterns
Hierarchical, modified by
staple
Highly linked.
Settlement Patterns
Clusters. Agglomeations.
Transport sensitive.
System Characteristic
Examples
U.S. at present
55
Staple Export
Industrial Specialization
Social Change
Lokasi
Periphery
Pusat wilayah
Universal
1740 - 1910
Pertumbuhan Core Region
1840 - 1920
Source of Growth
Tingkat keterbukaan
Keuntungan aglomerasi
Rendah.
Tidak tentu.
Spesialisasi ekonomi
Tinggi.
Pola interaksi
Keterkaitan tinggi.
Bervariasi.
Pola permukiman
Berkelompok. Aglomerasi.
Sensitif transport.
Karakteristik sistem
Rangsangan tumbuh
meningkat (naik semakin
besar) menurut hirarki.
Contoh
USA sekarang.
56
57
58
Dalam studi NUDS dirumuskan kesimpulan terhadap kota-kota di Indonesia, yaitu sebagai
berikut :
1. Kendati rankingnya berbeda-beda untuk fungsi yang berbeda, bagian terbesar kota
mempunyai campuran / gabungan dari tiga aktivitas / fungsi di atas adalah keliru
misalnya untuk mencoba mengklasifikasikan kota secara sederhana atas pusat
industri atau pusat pelayanan wilayah belakang / hinterland saja.
2. Kota-kota besar Indonesia cenderung mempunyai ranking sangat tinggi untuk ketiga
fungsi tersebut. Kota-kota ini merupakan titik-titik basis penting secara nasional bagi
perdagangan antar wilayah dan memberikan pelayanan kepada hinterland yang
sangat luas. Fungsi-fungsi ini telah berkontribusi untuk pertumbuhan penduduk
perkotaan yang pesat, dan semua fungsi tersebut menciptakan ekonomi aglomerasi
yang dibutuhkan untuk menjadikan kota tersebut sebagai lokasi yang menarik bagi
industri. Kota-kota ini (beserta kawasan di sekitarnya dalam jarak ulang-alik harian /
daily commuting) dapat disebut sebagai Pusat Pengembangan Nasional (National
Development Center / NDC).
59
3. Pada ranking yang lebih rendah, dimungkinkan untuk mengidentifikasi suatu kelompok
kota di mana fungsi hubungan antar wilayah adalah dominan. Sebagian besar kota
dalam kelompok ini mempunyai fungsi pelayanan hinterland yang kuat serta
mempunyai sejumlah / beberapa kegiatan industri, tetapi rankingnya dalam hubungan
antar wilayah lebih tinggi daripada ranking menurut fungsi lainnya. Kota-kota ini
disebut
sebagai
Pusat
Pengembangan
Antar-Wilayah
(Interregional
Development Center / IDC).
4. Sebagian besar kota lainnya juga mempunyai beberapa campuran / gabungan fungsi
tersebut, tetapi fungsinya sebagai pelayanan hinterland cenderung dominan. Yang
mempunyai volume output hinterland terbesar / lebih besar disebut sebagai Pusat
Pengembangan Wilayah (Regional Development Center / RDC), sementara
sisanya disebut sebagai Pusat Pelayanan Lokal (Local Service Center / LSC).
RANKING KOTA-KOTA
Rank-Size Rule :
P1
Pr = -------rq
=
>
<
=
=
1
1
1
Contoh-contoh :
60
61
Population
Source : Peter E.LLOYD & Peter DICKEN, Location in Space, p. 73.
62
p.76.
63
64
65
Countries with
primate pattern
Belgium
Brazil
China
El Salvador
Finland
India
Italy
Korea
Poland
South Africa
Switzerland
United States
West Germany
Austria
Ceylon
Denmark
Dominican Rep.
Greece
Guatemala
Japan
Mexico
Netherlands
Peru
Portugal
Spain
Sweden
Thailand
Uruguay
Countries with
intermediate
pattern
Australia
Canada
Ecuador
Malaysia
New Zealand
Nicaragua
Norway
Pakistan
England & Wales
66
Populasi
Banjarmasin
Palangkaraya
Sampit
Kuala Kapuas
Pangkalan Bun
Buntok
Kasongan
Ampah
Muara Teweh
Kumai
Samuda
Kuala Pembuang
Pegatan
Parenggean
Pulang Pisau
Tamiang Layang
Tumbang Samba
Puruk Cahu
Nangabulik
Sukamara
Tewah
Kota Besi
Pembuang Hulu
Kuala Kurun
Jenamas
Timpah
BJM
PKY
SPT
KKP
PBN
BTK
KSG
AMP
MTW
KMI
SMD
KPG
PGN
PRG
PPU
TML
TSB
PCH
NBK
SMR
TWH
KBS
PBH
KKR
JNS
TPH
Regression Output :
- Constant
- x coefficient
=
=
y
Log Pop.
843.627
402.519
153.145
113.037
98.312
48.568
41.312
40.003
36.968
29.311
28.641
24.717
24.024
20.005
19.673
18.489
17.681
16.239
15.110
13.173
9.820
9.188
7.879
6.036
5.669
4.169
5,970998
- 1,449175
=
- 1,49 x + 5,97
5,926
5,605
5,185
5,053
4,993
4,686
4,616
4,602
4,568
4,467
4,457
4,393
4,381
4,301
4,294
4,267
4,248
4,211
4,179
4,120
3,992
3,963
3,896
3,781
3,754
3,620
0,000
0,301
0,477
0,602
0,699
0,778
0,845
0,903
0,954
1,000
1,041
1,079
1,114
1,146
1,176
1,204
1,230
1,255
1,279
1,301
1,322
1,342
1,362
1,380
1,398
1,415
67
Settlement
Legaspi/Daraga
Naga/Camaligan
Iriga
Tabaco
Goa
Tigaon
Pili
Nabua
Baao
Sipocot
Guinobatan
Libmanan
Camalig
Oas
Tinambac
Lagonoy
Tiwi
Calabanga
Pio Duran
Ragay
Buhi
Ocampo
Pasacao
Santo Domingo
Del Gallego
Caramoan
Malinao
Canaman
Libon
Bato
San Jose
Bombon
San-Jose
Polangui
Balatan
Milaor
San Fernando
Gainza
*
*
*
Total No. of Settlements with Function
Pop.(000)
92,4
87,4
45,9
13,9
7,1
2,9
5,9
7,6
8,6
6,6
1,1
5,5
3,2
12,8
3,9
4,5
2,0
9,1
7,1
2,7
9,8
2,1
4,4
5,6
1,9
3,9
2,4
4,0
6,6
9,5
3,3
2,8
2,2
5,1
4,8
5,4
3,3
1,4
Note :
Function Present
Function Absent
Total No. of Functions
Nightclub or Bar
Funeral Parlour
Optometry/Optical Shop
Lodging Place
Telecommunication Station
Private Hospital
Vocational School
Train Station
PC (Constabulary) Station
Applicance Store
Housing Subdivision
Co-operative
Restaurant
Surveyor
Credit Union
Hardware Store
Drugstore
Professional Organization
Farm Supply&Agr.Chem.Store
Rural Bank
Sport Association
High School
Civic Organization
Cottage Industry
Farmers Association
Agro-processing factory
Contoh khusus hirarki dengan Scalogram : (perhatikan bahwa jumlah penduduk tidak selalu
selaras dengan hirarki). (Sementara hirarki berpeluang selaras dengan ranking).
69
Urbanisasi itu sendiri tidaklah buruk. Masalahnya adalah distribusi dan hirarki ruang dari
populasi (jumlah penduduk) perkotaan.
o
Penyusunan hirarki ini janganlah dibuat dimulai dari hirarki teratas (top) seperti usulan
Berry dan Friedmann. (Catatan Asoen : hubungkan dengan pendekatan sistem kotakota menurut pola frontier-mercantile)
Tetapi dengan menciptakan network (jaringan) dari small market towns, dan yang
mengintegrasikan desa-desa ke dalam wilayah / kawasan ekonomi fungsional
(functional economic areas) yang lebih luas, yang difokuskan pada small market towns
tersebut. (Catatan Asoen : hubungkan dengan pendekatan sistem kota-kota menurut
pola staple export)
Ada 3 (tiga) asumsi utama tentang keadaan / sifat dasar ekonomi pertanian di negaranegara berkembang :
1. Kebanyak petani hanya berproduksi untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri
(subsistence).
2. Kemandegan (stagnasi) output pertanian bukanlah merefleksikan ketidak-efisienan
petani-petani kecil tersebut, atau komitmen mereka pada metode produksi tradisional
dan keengganan untuk berubah. Mereka membutuhkan sistem pemasaran lebih luas, di
mana di dalamnya keterampilan dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi dapat
diimplementasikan / diterapkan.
3. Hambatan utama dalam meningkatkan pertanian (skala kecil) tersebut adalah tidak
adanya pasar yang kompetitif di mana petani dapat membeli input yang murah dan
barang konsumsi yang murah, serta menjual produksinya dengan harga yang layak.
70
Untuk mencapai tujuannya, market towns sebagai rural growth centers harus
direncanakan dalam functional economi areas (wilayah / kawasan ekonomi fungsional)
yang terdiri atas kota-kota ditambah hinterland geografisnya (immediate geographical
hinterlands).
Wilayah / Kawasan tersebut dapat menjadi truly functional (fungsional penuh) dengan
meningkatkan rural-urban linkages (kaitan kota-desa) melalui investasi infrastruktur dan
juga dengan membantu perkembangan berbagai kegiatan ekonomi yang saling terkait
(inter-related).
Idealnya, ada suatu occupational pyramid, dengan susunan dari bawah berturut-turut :
kegiatan produksi primer, industri pengolahan dan industri yang menyuplai pasar local,
beberapa industri ekspor, serta sektor tertier berupa pedagang (merchant) khusus,
perantara (broker) dan pedagang biasa (trader).
Jika piramida tersebut terbentuk, ia akan melibatkan semua tingkatan (involve all
classes), dan dengan cara demikian akan memunculkan kekuatan vital dan kreativitas
yang terpendam (laten) pada sumber daya manusia dalam wilayah / kawasan tersebut.
Christallers model
hal. 54-55
Losch networks
hal. 56
hal. 56
hal. 58-59
hal. 59-60
71
Berkaitan dengan pemenuhan terhadap basic needs bagi masyarakat perdesaan, atau
agricultural producers, baik secara ekonomi maupun sosial, maka fungsi dan peranan rural
centers tersebut meliputi : (GRCP, hal.64-65)
o
the provision / distribution of essential farm inputs, e.g., fertilizer, tools, implements,
credit, repair facilities;
penyediaan / distribusi input-input pertanian yang penting, seperti pupuk, peralatan,
perlengkapan, kredit, fasilitas reparasi;
the provision of basic agro-processing facilities both for subsistence needs and for
marketing purposes;
penyediaan fasilitas pengolahan hasil pertanian, baik untuk kebutuhan subsisten
maupun untuk tujuan pemasaran;
Christallers models
72
73
74
75
76
77
kawasan budidaya.
A. KAWASAN LINDUNG
Kawasan Lindung adalah bagian wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
A.1 Kawasan lindung dikelompokkan atas (versi Keppres No.32/1990):
1. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya, meliputi :
a. Kawasan Hutan Lindung
b. Kawasan Bergambut
c. Kawasan Resapan Air
2. Kawasan Perlindungan Setempat, meliputi :
a.
b.
c.
d.
Sempadan Pantai
Sempadan Sungai
Sekitar Danau/Waduk
Sekitar Mata Air
Sempadan Pantai;
Sempadan Sungai;
Kawasan Sekitar Danau atau Waduk;
Ruang Terbuka Hijau Kota (RTH Kota).
Cagar Biosfer;
Ramsar;
Taman Buru;
Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah;
Kawasan Pengungsian Satwa;
Terumbu Karang;
Kawasan Koridor Bagi Jenis Satwa atau Biota Laut Yang Dilindungi.
78
79
B. KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan Budidaya adalah bagian wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan.
B.1 Kawasan Budidaya di Kawasan Perdesaan:
o
o
o
o
o
Hutan Produksi :
- Hutan Produksi Tetap,
- Hutan Produksi Terbatas,
- Hutan Produksi Konversi;
Perkebunan :
- Perkebunan Rakyat,
- Perkebunan Besar;
Kebun Campuran:
Tanaman Pangan Lahan Kering dan Hortikultura,
Penggembalaan / Peternakan,
Lainnya.
Lain-lainnya :
o Pertambangan,
o Pariwisata,
o Lain-lainnya.
Permukiman Perkotaan :
o Perumahan : (Perumahan Individu, Terencana/Developer, Rusun/Apartemen)
o Perdagangan dan Jasa (Komersial) : (Skala Regional, Skala Lokal)
o Sarana / Fasilitas Sosial : (Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan, Budaya, dsb)
o Ruang Terbuka Hijau : (Taman, Hutan Kota, TPU, dsb)
Lainnya :
o Pariwisata,
o Terminal, Pelabuhan, Bandar Udara, dsb.
o Lainnya.
80
Kelas
0-8%
8 - 15 %
15 - 25 %
25 - 40 %
> 40 %
Skor
30
40
60
80
100
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kelas
Tidak Peka
Kurang Peka
Agak Peka
Peka
Sangat Pela
Skor
15
30
45
60
75
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kelas
s/d 13,6 mm/hr
13,6 - 20,7 mm/hr
20,7 - 27,7 mm/hr
27,7 - 34,8 mm/hr
> 34,8 mm/hr
Skor
10
20
30
40
50
Peta
Kemiringan
Lahan
Peta Intensitas
Hujan Rata2
Kawasan
Resapan Air
Peta Kawasan
Bergambut
PETA
KAWASAN
LINDUNG
Sempadan Pantai :
100 m dari titik pasang
tertinggi
Sempadan Sungai :
100 m kiri - kanan
sungai
Peta Kawasan
Lindung Setempat
Sekitar Danau/Waduk
50-100 meter
Sekitar Mata Air
Radius 200 meter
Hutan Peruntukan Khusus
Suaka Alam, Pantai Hutan Bakau,
Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, Taman Wisata Alam, Cagar
Budaya, dll.
-
81
GAMBAR
SKEMATIS PENDEKATAN PERUMUSAN POLA RUANG
Mengambil Peluang
Status Hutan
(Opportunity seeking)
Kaidah Normatif
Pola Ruang terkait:
- Fisik Dasar
Pengembangan Baru
Status Lahan
(Goal oriented)
- Fisik Binaan/Buatan
- Ekonomi
- Sumberdaya Manusia
Penggunaan Lahan
Existing
- Sosial-Budaya
- Lain-Lain relevan
Trend Perkembangan
Penggunaan Lahan
Masalah terkait
Pola Ruang
Mengarahkan trend
Pemecahan
Masalah
(Trend modifying)
(Problem solving)
82
B.
C.
disertai
Peningkatan
Kembali
Kualitas
Komponen Pengemb.
Peningkatan
Produksi
Peningkatan Taraf
Hidup Masyarakat
Pengurangan
Kesenjangan
6. Prasarana Wilayah
- Transportasi
- Energi
- Telekomunikasi
- Sumber daya air
- Pengelolaan lingkungan permukiman
7. Fasilitas/Sarana Pelayanan
- Pemasaran produksi
- Distribusi barang kebutuhan
- Fasilitas/Sarana Sosial budaya
- Fasilitas/Sarana Khusus lainnya
8. Partisipasi Masyarakat
- Partisipasi dlm proses pengembangan
- Partisipasi menikmati hasil pengemb.
- Partisipasi menjaga keberlanjutan
Sumber : Modul Kuliah Perencanaan Pengembangan Wilayah, M.H.Asoen, 2001
Menjaga
Keberlanjutan
- Menjaga, mengembangkan, meningkatkan, dan memperkaya layanan lingkungan
alam/SDA (wawasan lingkungan/ecologi)
- Menjaga keberlanjutan keg. ekonomi &
sosial (wawasan sosial-ekonomi)
83
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
(A)
(B1)
(C1)
(D1)
Keterangan :
level of dev't wilayah/negara (ekonomi dan lingkungan)
ambang layanan alam ideal
ambang layanan alam kritis
perkembangan ekonomi
jasa lingkungan (alam)
84
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
(A)
(B2)
(C2)
(D2)
Keterangan :
level of dev't wilayah/negara (ekonomi dan lingkungan)
ambang layanan alam ideal
ambang layanan alam kritis
perkembangan ekonomi
jasa lingkungan (alam)
85
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Perkembangan
Ekonomi
(Produk Domestik)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
Jasa
Lingkungan
(Alam)
(A)
(B2)
(C3)
(D3)
Keterangan :
level of dev't wilayah/negara (ekonomi dan lingkungan)
ambang layanan alam ideal
ambang layanan alam kritis
perkembangan ekonomi
jasa lingkungan (alam)
86
GAMBAR
KONSEPSI NERACA AIR WILAYAH
Volume/
Kapasitas
A
C
Waktu
Keterangan :
A = kapasitas sediaan air alamiah (relatif konstan bila tidak terganggu)
B = kapasitas sediaan yang menurun karena kerusakan lingkungan
C = volume kebutuhan yang meningkat (pertanian, domestik, industri, dll)
87
STRATEGI INVESTASI
(DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH)
(A.O.HIRSCHMAN, Bab 5)
Contoh Investasi :
Investasi INDUSTRI :
o
o
o
o
INDUSTRI
Peningkatan PERTANIAN :
o
o
o
o
Irigasi
Pupuk, Pestisida, dsb.
Alat-alat pertanian
Dsb.
PERTANIAN
88
Yang tidak mempunyai nilai pasar (market value) pendidikan, kesehatan, dsb.
SOC : berupa jasa-jasa pokok (basic services), yang menjadi prasyarat bagi kegiatan-kegiatan produksi primer, sekunder, dan tersier;
Dengan kata lain, tanpa SOC kegiatan-kegiatan produksi primer, sekunder, tersier
tersebut tidak dapat berfungsi;
Contoh : hukum dan tata tertib, pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi,
penyediaan energi dan air, irigasi, drainase, dsb.
DPA : berupa kegiatan-kegiatan produksi primer, sekunder, dan tersier.
Sifat SOC :
1. memudahkan / menjadi landasan bagi kegiatan ekonomi yang great variety;
2. disediakan oleh pemerintah, atau swasta yang diatur pemerintah, jasa
tersebut diberikan secara cuma-cuma atau dengan tarif yang diatur pemerintah;
3. jasa-jasa tersebut tidak dapat diimpor;
(khusus perbedaan SOC dalam arti luas dengan SOC dalam arti sempit dapat dilihat
dari sifat / syarat : )
4. investasi disifati oleh lumpiness (indivisibility teknik) dan juga oleh rasio modal
output yang tinggi (dengan syarat output yang dihasilkan betul-betul dapat
diukur). Contoh khusus untuk no.4 ini misalnya : pembangunan pelabuhan, jalan
raya, PLTA, dsb.
Ongkos untuk menghasilkan tiap output DPA, akan semakin tinggi apabila SOC semakin
kurang cukup.
89
Kurva isoquant : perkembangan seimbang dan tak seimbang antara DPA dan SOC.
Kelebihan kapasitas SOC, yang dibuat mendahului permintaan dalam suatu Negara,
Wilayah, atau Kota, akan menjadi penarik bagi para investor DPA.
90
Kajian / Analisis :
- Kebijak.& Strat. Pemb.Daerah
- Regional Setting
- Ekonomi & Sektor Unggulan
- Kependudukan / SDM
- Infrastruktur / SDB
- Fisik / Lingkungan / SDA
- Sistem Permukiman
- Pengg.Lahan/Pemanf.Ruang
- Kelembagaan & Anggaran
Problem-Solving
Trend-Modifying
Opportunity-Seeking
Goal-Oriented
TABEL VI.2.2
REKOMENDASI KEGIATAN BUDIDAYA/PRODUKSI YANG TERSELIP
DALAM KAWASAN BUDIDAYA YANG DITETAPKAN
Kegiatan Budidaya / Produksi
Lain Yang Terselip
Perm.
Perm.
Kebun
Perkota. Perdesa. Campur.
Sawah
WLK
1. Permukiman Perkotaan
FU
BL
BLB
BLB
TB
TB
TB
BLB
TB
TB
BLB
ta
2. Permukiman Perdesaan
BL
FU
BL
BL
BLB
BL
BLB
TB
TB
TB
BL
ta
3. Kebun Campuran
BL
BL
FU
BL
BLB
BL
BLB
TB
TB
TB
BL
ta
BLB
BL
FU
BLB
TB
BL
BLB
TB
TB
TB
FU
ta
5. Perkebunan Rakyat
BLB
BL
BL
BL
BLB
FU
BLB
TB
TB
TB
BL
ta
6. Perkebunan Besar
BLB
TB
TB
TB
TB
FU
TB
TB
TB
TB
TB
ta
7. Peternakan
BLB
BL
BL
BL
BLB
BL
TB
TB
TB
TB
BLB
ta
BLB
BLB
BLB
FU
BLB
BLB
BLB
TB
TB
TB
TB
ta
BL
BL
BL
BL
BL
BL
BLB
TB
TB
TB
BL
BLB
BLB
BL
BLB
BL
BLB
BL
BLB
TB
TB
TB
BLB
ta
ta
ta
ta
ta
ta
ta
ta
ta
ta
ta
ta
FU
TB
BLB
BLB
BLB
FU
TB
TB
TB
TB
TB
ta
ta
TB
TB
TB
TB
TB
BLB
TB
FU
TB
TB
ta
ta
BL
BL
BLB
BLB
BL
BL
TB
TB
TB
TB
BL
ta
15. Tambang
TB
TB
TB
TB
TB
BLB
BLB
TB
FU
TB
TB
BLB
9. Wisata
Keterangan :
FU
= Fungsi Utama (Harus Ada)
BL
= Diperbolehkan
BLB = Diperbolehkan Bersyarat
TB
= Tidak Dipebolehkan
ta
= Tidak Ada
91
Kawasan Pertanian
(Lahan Basah/Sawah)
Kajian / Studi
Pengembangan
Untuk Budidaya
(terutama pertanian)
Rekomen.
lainnya
Kaw. Pengembangan
Lainnya
Kawasan Bergambut
(tetap Rawa)
92
Gejala
Bencana
Waspada
Masyarakat
Early
Warning
Siaga Masyarakat
(Cakupan
Mitigasi
Bencana)
Dampak terhadap
Masyarakat
Bencana
Penyelamatan
Masyarakat
In-Situ
Ex-Situ
- Konstruksi bangunan
- Tata Letak bangunan
- Tata Lingkungan
- Jalur ungsi lokal
Preparasi in-situ
Mitigasi
Bencana
Preparasi ex-situ
93
Tsunami
Badai
Banjir
Lahar
Kebakaran
Binatang
- Konstruksi bangunan
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
- Tata Lingkungan
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
Preparasi in-situ :
Preparasi ex-situ :
Keterangan :
XX = sangat penting
X = penting
v = menjadi perhatian
Lokasi Bencana
(Preparasi
In-situ)