Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DISOSIASI DISORDER

Disusun Oleh
Antonius Ari Wibowo

1001140003

Cindy Hafsari Putri


Fadillah Dafa

1001140006
1001140017

Gusti Shinta Thara

1001140020

Novi Agusta

1001140031

Putu Manik S.A

1001140036

Yuni Maya Sari

1001140056

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN


DISOSIASI DISORDER
Lama penyuluhan

: 30 menit

Hari / tanggal

: Selasa, 27 September 2016

Sasaran

: Keluarga Pasien

Waktu

: 08.00 08.30 WIB

Tempat

: Poli Klinik RS. Ernaldi Bahar . Palembang

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan
keluarga pasien memahami tentang Disosiasi Disorder.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan
keluarga pasien dapat :
1. Mengetahui tentang pengertian Disosiasi Disorder
2. Mengetahui tentang penyebab Disosiasi Disorder
3. Mengetahui tentang tanda dan gejala Disosiasi Disorder
III. Materi (Terlampir)
1. Pengertian Disosiasi Disorder
2. Penyebab Disosiasi Disorder
3. Tanda dan Gejala Disosiasi Disorder
IV. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
V. Alat peragaa
Leaflet, Print out materi, dan Poster
VI. Setting tempat
Keterangan :

: Moderator

VII. Uraian Tugas


1) Moderator : Fadillah Dafa
Tugas :

Membuka Acara

: Fasilitator

: Leader

: Observer
: Peserta

Menjelaskan Tujuan Kegiatan


Membuat Kontrak Waktu
Menyimpulkan Hasil kegiatan

2) Leader : Antonius Ari Wibowo


Tugas : Menyajikan materi penyuluhan
3) Observer : Gusti Shinta Thara
Tugas :

Mencatat pertanyaan dan jawaban dari peserta


Menjawab pertanyaan dari peserta

4) Fasilitator : Putu Manik S.A, Novi Agusta, Yuni Maya Sari dan Cindy Hafsari
Putri
Tugas :

Penyediaan tempat, perlengkapan dan snack


Mendokumentasikan hasil kegiatan

VIII. Kegiatan Penyuluhan


RESPON
N
O
1.

WAKTU

KEGIATAN
PENYULUHA
N
5 Menit Pembukaan

PERAWAT

Mengucapkan

salam
Memperkenalka

n diri
Menjelaskan

MASYARAKAT

Mendengar

kan
Mendengar

kan
Mendengar

tujuan
pendidikan

kesehatan
Menyebutkan
materi yang

kan

Mendengar
kan

diberikan
Menvalidasi

Menyebutk
an masalah

masalah
2.

15
Menit

Penyampaia
n materi

keluarga pasien
Menjelaskan

Menyimak

Menyimak

Menyimak

pengertian
Disosiasi

Disorder
Menjelaskan
tentang
penyebab

Disosiasi

Menyimak

Bertanya

Menjawab

Disorder
Menjelaskan
tentang tanda
dan gejala
Disosiasi

Disorder
Memberikan
kesempatan

3.

10
Menit

Penutup

untuk bertanya
Evaluasi :
menanyakan

pertanyaan

kembali materi
yang sudah

kan

dijelaskan
kepada Keluarga

pasien
Membuat

kesimpulan
Menutup

penyuluhan
Doa penutup

Mendengar

Mendengar
kan

Membalas
salam

dan
mengucapkan
salam
IX. Evaluasi : (Terlampir)
Kriteria Evaluasi
1. Keluarga pasien mampu mengulangi penjelasan yang telah
disampaikan oleh perawat
2. Keluarga Pasien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
perawat
Tanya Jawab
1. Apa yang di maksud dengan Disosiasi Disorder?
2. Apa saja penyebab Disosiasi Disorder?
3. Apa saja tanda dan gejala Disosiasi Disorder?

MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Disosiasi Disorder
Gangguan disosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya perubahan
individu tentang identitas, memori, atau kesadarannya. Individu yang mengalami
gangguan ini memperoleh kesulitan untuk mengingat peristiwa-peristiwa penting yang
pernah terjadi pada dirinya, melupakan identitas dirinya bahkan membentuk identitas
baru.Ganggguan ini muncul akibat peristiwa traumatic dalam kehidupan dan digunakan
sebagai pertahan diri menghadapi peristiwa tersebut.
Gangguan disosiatif mencakup 4 gangguan yakni :
a.
b.
c.
d.

Amnesia Psikogenik/disosiatif
Fugue Disosiatif
Kepribadian Ganda
Gangguan Depersonalisasi

2. Penyebab Disosiasi Disorder


Gangguan Disosiatif belum dapat diketahui penyebab pastinya, namun biasanya
terjadi akibat trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang
dialami. Gangguan ini terjadi pertama pada saat anak-anak namun tidak khas dan belum
bisa teridentifikasikan, dalam perjalanan penyakitnya gangguan disosiatif ini bisa terjadi
sewaktu-waktu dan trauma masa lalu pernah terjadi kembali, dan berulang-ulang
sehingga terjadinya gejala gangguan disosiatif.
Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa :
a.
b.
c.
d.
e.

Kepribadian yang labil


Pelecehan seksual
Pelecehan fisik
Kekerasan dalam rumah tangga (ayah dan ibu cerai)
Lingkungan social yang sering memperlihatkan kekerasan

Identitas personal terbentuk selama masa kecil, dan selama itupun, anak-anak lebih
mudah melangkah keluar dari dirinya dan mengobservasi trauma walaupun itu terjadi
pada orang lain.

Tanda gejala Disosiasi Disorder


Pada Gangguan disosiatif, kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali
selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari kehari atau
bahkan jam ke jam.
Gejala umum untuk seluruh tipe gangguan disosiatif, meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.

Hilang ingatan (amnesia) terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orang
Masalah gangguan mental, meliputi depresi dan kecemasan
Persepsi terhadap orang dan benda di sekitarnya tidak nyata (derealisasi)
Identitas yang buram
Depersonalisasi

Gangguan disosiatif selalu dihubungkan dengan penyulit yang signifikan. Orangorang dengan kondisi seperti ini sering tidak dapat mengelola emosi dan stress dengan
baik. Dan reaksi disosiatifnya dapat menyebabkan teman-temannya menganggap dirinya
aneh.

3. Macam-macam Disosiasi Disorder


a. Amnesia Disosiatif
Pada Amnesia disosiatif biasanya didapati gangguan ingatan yang spesifik
saja dan tidak bersifat umum.Informasi yang dilupakan biasanya tentang peristiwa
yang menegangkan atau traumatik, dalam kehidupan seseorang.Bentuk umum dari
amnesia disosiatif melibatkan amnesia untuk identitas pribadi seseorang, tetapi daya
ingat informasi umum adalah utuh.
Gangguan yang biasanya disebut orang yang tidak mampu mengingat apapun
termasuk dirinya sendiri atau generalized amnesia (amnesia total) amnesia yang
dapat berlangsung seumur hidup adapun mengenai localized amnesia atau selective
amnesia yakni ketidakamampuan untuk mengingat kejadian kejadian tertentu,
biasanya terjadi karena kejadian yang traumatic. Gangguan ini disebut sebagai
kehilangan ingatan tidak disebabkan oleh penyebab organic tertentu, seperti
kerusakan pada otak atau kondisi medis tertentu,bukan pula effect langsung dari
obat-obatan atau alcohol.
b. Fugue
Fugue berasal dari bahasa latin fugere, yang berarti melarikan diri, fugue
sama dengan amnesia dalam pelarian. Dalam fugue dissosiative memori yang
hilang lebih luas dari pada amnesia dissosiative, individu tidak hanya kehilangan
seluruh ingatanya (misalnya nama, keluarga atau pekerjaanya), mereka secara
mendadak meninggalkan rumah dan pekerjaanya serta memiliki identitas yang baru
namun mereka mampu membentuk hubungan sosial yang baik dengan lingkungan
yang baru. Gangguan ini muncul sesudah individu mengalami stress atau konflik
yang berat,misalnya pertengkaran rumah tangga, mengalami penolakan, kesulitan
dalam pekerjaan dan keuangan, perang atau bencana alam .
Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan
terintegrasi dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif.
Pasien dengan fugue disosiatif telah berjalan jalan secara fisik dari rumah dan situasi
kerjanya dan tidak dapat mengingat aspek penting identitas mereka sebelumnya
(nama,keluarga, pekerjaan). Pasien tersebut seringkali, tetapi tidak selalu, mengambil
identitas dan pekerjaan yang sepenuhnya baru, walaupun identitas baru biasanya
kurang lengkap dibandingkan kepribadian ganda yang terlihat pada gangguan
identitas disosiatif.
c. Kepribadian Ganda
Kepribadian ganda adalah suatu gangguan psikologis di mana penderita akan
menciptakan dua atau lebih kepribadian dan kondisi emosi yang masing-masing
memiliki persepsi dan interaksi berbeda terhadap lingkungannya . Mereka yang
memiliki kepribadian ganda tak bisa digolongkan sebagai orang gila . Mereka waras ,
prilaku kesehariannya normal , dan bisa jadi intelektual mereka tinggi. Mereka masih
tau jika jatuh itu ke bawah dan api itu panas . Yang menjadikan mereka 'berbeda'
adalah terdapat berbagai macam kepribadian di dalam satu tubuh, satu nama, dan
satu latar belakang.
Menurut DSM-IV, diagnosis yang benar untuk dissociative identity disorder
(DID) adalah jika seseorang itu mempunya 2 ego yang berbeda (alter ego), di mana
masing2 ego mempunyai perasaan, kelakuan, kepribadian yang exist secara

independent - dan 'keluar' dalam waktu yang berlainan. DID biasanya bermula dari
saat kecil, tapi jarang ter-diagnosed sampe dewasa.penyakit ini jauh lebih rumit
dibandingkan penyakit dissociative yang lain, dan kadang tidak bisa disembuhkan
secara total. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.cukup
sering DID disertai penyakit lain, misalnya depression, borderline personality
disorder, dan samatization disorder. penderita juga biasanya mengalami sakit kepala,
substance abuse, fobia, halusinasi, percobaan bunuh diri, begitu juga dengan gejala
dissociative lainnya seperti amnesia dan depersonalization.
d. Gangguan Depersonalisasi
Gangguan depersonalisasi ditandai dengan perasaan terpisah yang lama atau
berulang dari tubuh atau proses mental seseorang (depersonalisasi) dan oleh perasaan
di luar peninjau pada kehidupan seseorang. Gangguan depersonalisasi dapat
disebabkan oleh masalah psikologis (stress yang berat), neurologis (depersonaisasi
biasanya merupakan gejala awal adanya masalah neurologis seperti misalnya tumor
otak atau epilepsy) dan penyakit sistemik (gangguan tiroid atau pancreas).
Orang dengan gangguan depersonalisasi mengalami persepsi

yang

menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup mereka yang membuat mereka tidak
nyaman, gejala-gejala kemungkinan sementara atau lama atau berulang untuk
beberapa tahun. Orang dengan gangguan tersebut seringkali mempunyai kesulitan
yang sangat besar untuk menggambarkan gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut
atau yakin bahwa mereka akan gila. Gejala pada depersonalisasi adalah gejala
psikologi ketiga yang paling sering terjadi (setelah perasaan gelisah dan perasaan
depresi) dan seringkali terjadi setelah seseorang mengalami bahaya yang mengancam
nyawa, seperti kecelakaan, penyerangan, atau penyakit atau luka serius. Gangguan
depersonalisasi tidak dipelajari secara luas, dan penyebab dan kejadiannya pada
masyarakat tidak diketahui.
Gangguan depersonalisasi bisa jadi kecil, gangguan penyampaian dengan
sedikit nyata berpengaruh pada perilaku.Beberapa orang bisa menyesuaikan atau
bahkan menghambat dampaknya. Yang lainnya terus menerus digoda dengan
kegelisahan pada sikap pandang mereka, khawatir bahwa mereka akan menjadi gila
atau memikirkan melebihi persepsi menyimpang pada tubuh mereka dan perasaan
mereka terpisah dari diri mereka sendiri dan orang lain. Penderitaan mental bisa
melumpuhkan mereka.

4. Faktor Resiko
Orang-orang dengan pengalaman gangguan psikis kronik, seksual ataupun emosional
semasa kecil sangat berisko besar mengalami gangguan disosiatif.Anak-anak dan dewasa
yang juga memiliki pengalaman kejadian yang traumatic, semisalnya perang, bencana,
penculikan, dan prosedur medis yang infasif juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya
gangguan disosiatif ini.

5. Penanganan Disosiasi Disorder


Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan disosiatif ini.
Bentuk terapinya berupa terapi bicara, konseling atau terapi psikososial, meliputi
berbicara tentang gangguan yang diderita oleh pasien jiwa. Terapinya akan
membantu anda mengerti penyebab dari kondisi yang dialami.
Psikoterapi untuk gangguan disosiasi sering mengikutsertakan teknik seperti hipnotis
yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan gejala disosiatif.
Penanganan gangguan disosiatif yang lain meliputi :
a. Terapi kesenian kreatif. Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe
terapi ini menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif dapat membantu
meningkatkan kesadaran diri.Terapi seni kreatif meliputi kesenian, tari,
drama dan puisi.
b. Terapi kognitif. Terapi kognitif ini bisa membantu untuk mengidentifikasikan
kelakuan yang negative dan tidak sehat dan menggantikannya dengan yang
positif dan sehat, dan semua tergantung dari ide dalam pikiran untuk
mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku pemeriksa.
c. Terapi obat.Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penangan awal, walaupun
tidak ada obat yang spesifik dalam menangani gangguan disosiatif
ini.Biasanya pasien diberikan resep berupa anti-depresan dan obat anti-cemas
untuk membantu mengontrol gejala mental pada gangguan disosiatif ini.

6. Pencegahan
Anak- anak yang secara fisik, emosional dan seksual mengalami gangguan, sangat
beresiko tinggi mengalami gangguan mental yang dalam hal ini adalah gangguan
disosiatif. Jika terjadi hal yang demikian, maka bersegeralah mengobati secara sugesti,
agar penanganan tidak berupa obat anti depresan ataupun obat anti stress, karena
diketahui bahwa jika menanamkan sugesti yang baik terhadap usia belia, maka nantinya
akan didapatkan hasil yang maksimal, dengan penangan yang minimal.

DAFTAR PUSTAKA
Jeffrey S. Nevid, dkk. 2003. Psikologi Abnormal Edisi kelima. Jakarta :
Penerbit Erlangga
http://abnormalanxiety.blogspot.co.id/p/panic-attack.html
http://nuroelsiiwell94ok.blogspot.co.id/2013/07/gangguan-disosiasi.html
http://www.idmedis.com/2015/11/makalah-gangguan-disosiatif-gangguanidentitas.html

Anda mungkin juga menyukai