Pemirsa, sedikitnya obat yang dikeluarkan oleh produsen farmasi ditengarai sebagai
penyebab mahalnya obat di Indonesia dibandingkan dengan di luar negeri. Yayasan
Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) melakukan pertemuan dengan
beberapa kalangan dunia kesehatan.
Pertemuan tersebut membahas peninjauan ulang terhadap sistem pemantauan terhadap para
industri farmasi di Indonesia. Dengan kebijakan ini diharapkan harga obat generik maupun
bermerek dapat terjangkau, terutama bagi keluarga miskin.
Tommy Fajar dan Yudhi Wibowo melaporkan, sebelumnya Menteri Kesehatan sudah
mengeluarkan surat kepada industri farmasi. Surat tersebut berisi permintaan agar industri
farmasi memberikan laporan mengenai rincian harga obat yang harus dikembalikan paling
lambat tanggal 31 Januari 2005.
Untuk menurunkan harga obat, menurut Direktur Utama YPKKI, Marius Wijayarta, juga
diperlukan peninjauan perundang-undangan di bidang kesehatan.
(Sumber: Metro TV, Januari 2005)
Sementara di Rumah Sakit Yos Sudarso, jumlah pasien yang dirawat tinggal 3 orang dari 8
pasien yang masuk. Penyakit demam berdarah juga telah menyerang warga Kota Denpasar
dan sekitarnya sejak awal bulan Januari.
Satu pasien demam berdarah telah meninggal dunia berumur 32 tahun. Dia berasal dari
Jember. Ada 56 pasien telah menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Sangklah,
Denpasar. Kini jumlah pasien yang masih dirawat di sejumlah bangsal RSU Sangklah tinggal
25 pasien.
Umumnya, penderita masih didominasi golongan usia dewasa. Di ruang rawat intensif khusus
masih dipenuhi pasien demam berdarah.
(Sumber: Berita SCTV, Januari 2005,
dengan pengubahan)