Anda di halaman 1dari 22

CASE REPORT

INVERSIO UTERI

dr. Muhammad Luthfi Adrianz


PEMBIMBING :

dr. Adhi Duarsa, SpOG

RSUD ALIMUDDIN UMAR


LIWA LAMPUNG BARAT
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan case report ini tepat pada waktunya.
Case report yang berjudul Inversio uteri ini disusun dalam rangka mengikuti program
Dokter Internsip di Rumah Sakit Umum Daerah Alimuddin Umar, Liwa Lampung barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.
1 Dr. Adhi Duarsa, Sp.OG, selaku Ketua SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD
2

Alimuddin Umar dan pembimbing.


Dr. Iman Hendarman ,Sp.A, selaku Ketua Komite Medik RSUD Alimuddin Umar dan

3
4
5

pembimbing
Dr. Ira Perdana, selaku pembimbing
Dr. Ines Satria, selaku pembimbing
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan case report ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan case report ini.
Semoga case report ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari
sebagai dokter. Terima kasih.
Liwa, September 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan pasca persalinan masih menjadi satu dari penyebab kematian ibu yang
paling banyak di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, negara-negara industri dan negara
berkembangpun, perdarahan pasca persalinan masih menempati urutan pertama dari tiga

etiologi kematian ibu, disamping emboli dan hipertensi. WHO memperkirakan bahwa ada
lebih dari 585.000 kasus kematian ibu pada tahun 1990 diseluruh dunia, dimana 25%nya
akibat perdarahan pasca persalinan.1
Walaupun inversio uteri adalah kasus yang jarang, tetapi masih merupakan salah satu
penyebab dari perdarahan pasca persalinan dini. Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana
fundus uteri terputar balik keluar, baik sebagian atau seluruhnya ke dalam uterus atau ke
dalam vagina, bahkan dapat juga keluar vagina. Pada keadaan yang ekstrim, kita dapat
menjumpai endometrium yang berwarna keunguan dengan plasenta yang masih melekat.3-6
Berdasarkan sejarahnya inversio uteri dilaporkan pertama kali dalam kepustakaan
Ayuverde, yaitu sisem kesehatan Hindu (2500-600 SM). Hippocrates adalah orang yang
pertama kali mengetahui dan menamakan inversio uteri (460-370 SM). Arvicenna (980-1037
SM) adalah seorang dokter Arab, yaitu orang yang pertama kali mendeskripsikan dengan
jelas diagnosis banding antara inversio uteri dengan prolapsus uteri.7,8
Angka kejadian yang pasti dari beberapa peneliti mendapatkan angka yang berbeda
dan bervariasi berkisar antara 1:10009 sampai 1:15.00010.

Menurut Mc Cullagh

memperkirakan 1 kasus dari 30.000 kelahiran, sedangkan Mochtar R mencatat 1 dari 20.000
kelahiran, dan Watson juga mencatat 1 dari 20.000 kelahiran, Hakimi mencatat 1:5000
sampai dengan 1:10.000 kelahiran.5,6 Di India kejadiannya 1 dari 8.573 persalinan, di Inggris
1 dari 27.992 persalinan, di Amerika 1 dari 23.127 persalinan7, di Canada 1 dari 3737
persalinan11 dan di Peramcis 1 dari 20000 persalinan.12
Para ahli sepakat bahwa inversio uteri merupakan kasus yang serius dan merupakan
kasus kedaruratan obstetri, oleh karena dapat menimbulkan syok bahkan sampai
menimbulkan kematian. Walaupun ada beberapa kasus inversio uteri dapat terjadi tanpa
gejala yang berarti, tetapi tidak jarang kasus tersebut menimbulkan keadaan yang serius dan
fatal, dimana angka mortalitasnya cukup tinggi yaitu 15-70% dari jumlah kasus.3,12
Upaya pencegahan dengan cara penatalaksanaan kala III yang baik yaitu dengan cara
memperhatikan saat dan cara yang tepat untuk melepaskan plasenta, melalui tarikan yang
ringan pada tali pusat setelah kontraksi uterus atau setelah ada tanda-tanda lepasnya plasenta.
Serta mengenal secara dini dan penatalaksanaan yang adekuat dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian.3,10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri )
memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri,

bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya sebelah luar.5
Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana badan rahim berbalik, menonjol melalui serviks
(leher rahim) ke dalam atau ke luar vagina.6
II.2 Epidemiologi
Angka kejadian yang pasti dari beberapa peneliti mendapatkan angka yang berbeda dan
bervariasi berkisar antara 1:10009 sampai 1:15.00010. Menurut Mc Cullagh memperkirakan 1
kasus dari 30.000 kelahiran, sedangkan Mochtar R mencatat 1 dari 20.000 kelahiran, dan
Watson juga mencatat 1 dari 20.000 kelahiran, Hakimi mencatat 1:5000 sampai dengan
1:10.000 kelahiran.5,6 Di India kejadiannya 1 dari 8.573 persalinan, di Inggris 1 dari 27.992
persalinan, di Amerika 1 dari 23.127 persalinan7, di Canada 1 dari 3737 persalinan11 dan di
Peramcis 1 dari 20000 persalinan.12
Para ahli sepakat bahwa inversio uteri merupakan kasus yang serius dan merupakan
kasus kedaruratan obstetri, oleh karena dapat menimbulkan syok bahkan sampai
menimbulkan kematian. Walaupun ada beberapa kasus inversio uteri dapat terjadi tanpa
gejala yang berarti, tetapi tidak jarang kasus tersebut menimbulkan keadaan yang serius dan
fatal, dimana angka mortalitasnya cukup tinggi yaitu 15-70% dari jumlah kasus.2,10
II.3 Etiologi
Penyebab terjadinya inversio uteri belum dapat diketahui sepenuhnya dengan pasti
dan dianggap ada kaitannya dengan abnormalitas dari miometrium. Inversio uteri sebagian
dapat terjadi spontan dan lebih sering terjadi karena prosedur tindakan persalinan dan kondisi
ini tidak selalu dapat dicegah.3,6
Berdasarkan etiologinya inversio uteri dibagi menjadi dua, yaitu inversio uteri
nonobstetri dan inversio uteri puerperalis.9,11
Pada inversio uteri nonobstetri biasanya diakibatkan oleh perlengketan mioma uteri
submukosa yang terlahir, polip endometrium dan sarkoma uteri. yang menarik fundus uteri
ke arah bawah yang dikombinasikan dengan kontraksi miometrium yang terus menerus
mencoba mengeluarkan mioma seperti benda asing.11,12
Faktor-faktor predisposisi terjadinya inversio uteri pada yang berasal dari kavum uteri
antara lain; 1. Keluarnya tumor dari kavum uteri yang mendadak, 2. Dinding uterus yang
tipis, 3. Dilatasi dari serviks uteri, 4. Ukuran tumor, 5. Ketebalan tangkai dari tumor, 6.
Lokasi tempat perlekatan tumor.7
Pada inversio uteri purperalis dapat terjadi secara spontan, tetapi lebih sering
disebabkan oleh pertolongan persalinan yang kurang baik.3

Bila terjadi spontan, lebih banyak didapatkan pada kasus-kasus primigravida terutama
yang mendapat MgSO4 IV untuk terapi PEB2,3,4 dan

cenderung untuk berulang pada

kehamilan berikutnya.2,8 Hal ini kemungkinan berhubungan dengan abnormalitas uterus atau
kelainan kongenital uterus lain. Keadaan lain yang dapat menyebabkan inversio uteri yaitu
pada grandemultipara, atau pada keadaan atonia uteri, kelemahan otot kandungan, atau
karena tekanan intra abdomen yang meningkat, misalnya ada batuk, mengejan ataupun dapat
pula terjadi karena tali pusat yang pendek. 3-6 Pada kasus inversio uteri komplit hampir selalu
akibat konsekuensi dari tarikan tali pusat yang kuat dari plasenta yang berimplantasi di
fundus uteri.11
Inversio uteri karena tindakan atau prosedur yang salah baik kala II ataupun kala III
sangat dominan disebabkan oleh faktor penolong (4/5 kasus)4,6. Dibuktikan bahwa lebih
banyak kasus didapatkan oleh tenaga tidak terlatih/dukun beranak dan hampir tidak pernah
oleh ahli kebidanan selama prakteknya mendapatkan kasus inversio uteri. Harer dan Sharkly
mendapatkan 76% kasus disebabkan oleh teknik penanganan persalinan yang salah.3
Ada beberapa faktor penyebab yang mendukung untuk terjadinya suatu inversio uteri
yaitu:
A.

Faktor predisposisi 3,4,8,10


1. Abnormalitas uterus
a. Plasenta adhesiva
b. Tali pusat pendek
c. Anomali kongenital (uterus bikornus)
d. Kelemahan dinding uterus
e. Implantasi plasenta pada fundus uteri (75% dari inversio spontan)
f. Riwayat inversio uteri sebelumnya
2. Kondisi fungsional uterus
a. Relaksasi miometrium
b. Gangguan mekanisme kontraksi uterus
c. Pemberian MgSO4
d. Atonia uteri

B.

Faktor pencetus, antara lain:3,4,6,10


1. Pengeluran plasenta secara manual
2. Peningkatan tekanan intrabdominal, seperti batuk-batuk, bersin, mengejan dan lainlain.
3. Kesalahan penanganan pada kala uri, yaitu:

a.Penekanan fundus uteri yang kurang tepat


b.Prasat Crede
c.Penarikan tali pusat yang kuat
d.Penggunaan oksitosin yang kurang bijaksana
4. Partus presipitatus
5. Gemelli
II.4 Klasifikasi
Ada beberapa macam klasifikasi dari inversio uteri.
A. Berdasarkan gradasi beratnya:5,12
1. Inversio uteri ringan: jika fundus uteri terputar balik menonjol ke dalam kavum
uteri, tetapi belum keluar dari kavum uteri.
2. Inversio uteri sedang: jika fundus uteri terbalik masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat: bila semua bagian fundus uteri bahkan terbalik dan sebagian
sudah menonjol keluar vagina atau vulva.
B. Berdasarkan derajat kelainannya: 3,6,9,12
1. Derajat satu (inversio uteri subtotal/inkomplit): bila fundus uteri belum melewati
kanalis servikalis.
2. Derajat dua (inversio uteri total/komplit): bila fundus uteri sudah melewati kanalis
servikalis.
3. Derajat tiga (inversio uteri prolaps): bila fundus uteri sudah menonjol keluar dari
vulva.
C. Berdasarkan pada waktu kejadian:3,6,11
1. Inversio uteri akut: suatu inversio uteri yang terjadi segera setelah kelahiran bayi
atau plasenta sebelum terjadi kontraksi cincin serviks uteri.
2. Inversio uteri subakut: yaitu inversio uteri yang terjadi hingga terjadi kontraksi
cincin serviks uteri.
3. Inversio uteri kronis: yaitu inversio uteri yang terjadi selama lebih dari 4 minggu
ataupun sudah didapatkan gangren.
D.

Berdasarkan etiologinya:9,11
1. Inversio uteri nonobstetri
2. Inversio uteri puerpuralis

II.5 Gejala Klinis


Inversio uteri sering kali tidak menampakkan gejala yang khas, sehingga dignosis
sering tidak dapat ditegakkan pada saat dini. Syok merupakan gejala yang sering menyertai
suatu inversio uteri.3,4,5,12 Syok atau gejala-gejala syok terjadi tidak sesuai dengan jumlah

perdarahan yang terjadi, oleh karena itu sangat bijaksana bila syok yang terjadi setelah
persalinan tidak disertai dengan perdarahan yang berarti untuk memperkirakan suatu inversio
uteri.7,8,9 Syok dapat disebabkan karena nyeri hebat, akibat ligamentum yang terjepit di dalam
cincin serviks dan rangsangan serta tarikan pada peritoneum atau akibat syok
kardiovaskuler.6,10,11
Perdarahan tidak begitu jelas, kadang-kadang sedikit, tetapi dapat pula terjadi
perdarahan yang hebat, menyusul inversio uteri prolaps dimana bila plasenta lepas atau telah
lepas perdarahan tidak berhenti karena tidak ada kontraksi uterus. Perdarahan tersebut dapat
memperberat keadaan syok yang telah ada sebelumnya6,10,11 bahkan dapat menimbulkan
kematian. Dilaporkan 90% kematian terjadi dalam dua jam postpartum akibat perdarahan
atau syok.10
Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan cekungan pada bagian fundus uteri, bahkan
kadang-kadang fundus uteri tidak dijumpai dimana seharusnya fundus uteri dijumpai pada
pemeriksaan tersebut. Pada pemeriksaan dalam teraba tumor lunak di dalam atau di luar
serviks atau di dalam rongga vagina, pada keadaan yang berat (komplit) tampak tumor
berwarna merah keabuan yang kadang-kadang plasenta masih melekat3,4 dengan ostium tuba
dan endometrium berwarna merah muda dan kasar serta berdarah.5,10
Tetapi hal ini dibedakan dengan tumor / mioma uteri submukosa yang terlahir, pada
mioma uteri yang terlahir, fundus uteri masih dapat diraba dan berada pada tempatnya serta
jarang sekali mioma submukosa ditemukan pada kehamilan dan persalinan yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan.12 Pada kasus inversio uteri yang kronis akan didapatkan gangren
dan strangulasi jaringan inversio oleh cincin serviks. 11
Mengingat kasus ini jarang didapatkan dan kadang-kadang tanpa gejala yang khas
maka perlu ketajaman pemeriksaan dengan cara :6
1.
2.
3.
4.

Meningkatkan derajat kecurigaan yang tinggi


Palpasi abdomen segera setelah persalinan
Periksa dalam
Menyingkirkan kemungkinan adanya ruptur uteri

II.6 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri didapatkan tanda-tanda sbb :5,10


A. Pada penderita pasca persalinan ditemukan :
1.
2.
3.
4.

Nyeri yang hebat


Syok / tanda-tanda syok, dengan jumlah perdarahan yang tidak sesuai
Perdarahan
Nekrosis / gangren / strangulasi

B. Pada pemeriksaan dalam didapatkan :

1. Bila inversio uteri ringan didapatkan fundus uteri cekung ke dalam


2. Bila komplit, di atas simfisis uterus tidak teraba lagi, sementara di dalam vagina
teraba tumor lunak
3. Kavum uteri tidak ada ( terbalik )
II.7 Penatalaksanaan

Mengingat bahaya syok dan kematian maka pencegahan lebih diutamakan pada
persalinan serta menangani kasus secepat mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
A. Pencegahan3,4,11
1. Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan timbulnya inversio

uteri,

terutama pada wanita dengan predisposisinya.


2. Jangan dilakukan tarikan pada tali pusat dan penekanan secara Crede sebelum ada
kontraksi.
3. Penatalaksaan aktif kala III dapat menurunkan insiden inversio uteri.
4. Tarikan pada tali pusat dilakukan bila benar-benar plasenta sudah lepas.
B. Pengobatan7
1. Perbaikan keadaan umum dan atasi komplikasi
2. Basuh uterus dengan cairan antiseptik dan tutup dengan kassa basah (dengan Nacl
hangat)
3. Reposisi.1,2
Pada kasus yang akut biasanya dicoba secara manual dan bila gagal dilanjutkan metode
operatif, sedangkan pada kasus yang subakut dan kronis biasanya dilakukan reposisi dengan
metode operatif.
a. Manual : cara Jones, Johnson, OSullivan
b. Operatif:
- Transabdominal : cara Huntington, Haulstain
- Transvaginal

: cara Spinelli, Kustner, Subtotal histerektomi

Keberhasilan penatalaksanaan dari inversio uteri tergantung dari deteksi penyakit


yang

lebih

cepat.

Semakin

lama

uterus

terbalik

maka

semakin

sulit

untuk

mengembalikannnya. Terapi terhadap hipovolemia dan syok sebaiknya diberikan segera


dengan jarum intravena besar (18) dan penggantian cairan.10 Penggantian cairan yang hilang
diberikan dengan larutan kristaloid selama 15-30 menit. Volume dari resusitasi awal dihitung
sebanyak tiga kali dari perkiraan darah yang hilang. Dipertimbangkan untuk memasang akses
intravena tambahan, kesiapan anestesia, persiapan kamar operasi, dan asisten bedah. Lakukan
pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit dan faktor pembekuan, golongan darah. Lakukan
transfusi darah. Monitor tanda vital ibu sesering mungkin oleh satu individu. Pasang kateter

menetap untuk menilai pengeluaran urin. Pemberian antibiotika bermanfaat untuk mencegah
timbulnya sepsis paskapersalinan.10
Oksitosin sebaiknya ditunda dan dicoba resposisi uterus secara manual melalui
vagina. Kebanyakan penulis merekomendasikan usaha reposisi secara manual sebelum
plasenta dilepaskan dan sebelum tindakan reposisi secara operatif dilakukan. 12 Bila plasenta
dilepaskan sebelum reposisi intrauterin, pasien beresiko untuk mengalami kehilangan darah
dan syok. Plasenta biasanya akan mudah dilepaskan setelah reposisi.
A. Reposisi manual cara Johnson
Pada kebanyakan kasus plasenta telah lepas, jika plasenta belum lepas atau sudah
lepas tetapi belum dilahirkan maka plasenta dilepaskan setelah reposisi berhasil atau
dilakukan bersama-sama. Bila plasenta dilepaskan sebelum reposisi maka dapat terjadi
perdarahan hebat. Reposisi manual yang tervaforit adalah dengan metode Johnson (1949).
Teknik dari metode Johnson yaitu memasukkan seluruh tangan ke dalam jalan lahir, sehingga
ibu jari dan jari-jari yang lain pada cervical utero junction dan fundus uteri dalam telapak
tangan. Uterus diangkat ke luar dari rongga pelvis dan dipertahankan di dalam rongga
abdomen setinggi umbilikus. Tindakan ini membuat peregangan dan tarikan pada ligamentum
rotundum akan memperlebar cincin servik, selanjutnya akan menarik fundus uteri ke arah
luar melewati cekungan. Bila spasme miometrium dan kontriksi cincin menghambat reposisi
dapat diberikan anestesi seperti halothane atau tokolitik . MgSO4 dapat diberikan intravena 1
g permenit selama 4 menit. Bila tidak efektif dapat diberikan terbutaline 0,125-0,25 mg
intravena,4,6,9 ritrodrine 0,150 mg intravena. Bahkan nitroglycerin dapat digunakan untuk
secara efektif merelaksasikan cincin konstriksi menggantikan kebutuhan akan anestesia
umum.Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan maka posisi tersebut dipertahankan selama
3 5 menit hingga fundus uteri berangsur angsur bergeser dari telapak tangan. Setelah
uterus direposisi, tangan operator tetap didalam kavum uteri hingga timbul kontraksi uterus
yang keras dan hingga diberikan oksitosin intravena.3,6,8,9 Beberapa penulis menganjurkan
pemberian oksitosin atau ergot alkaloid dan pemasangan tampon uterovaginal diteruskan
sampai 24 jam.8,9,11 Pada keadaan dimana kontraksi uterus tetap lemah dapat ditambahkan
dengan injeksi Prostin 15M (15[s]-15 methyl prostaglandin) intravenous.2,7
B. Reposisi manual cara Jones
Jari tangan yang terbungkus handscoen ditempatkan pada bagian tengah dari fundus
uteri yang terbalik, sementara itu diberikan tekanan ke atas secara lambat. Sementara itu
serviks ditarik dengan arah yang berlawanan dengan ring forceps.9
C. Reposisi manual cara OSullivan

OSullivan pertama kali menggunakan tekan hidrostatis untuk mereposisi inversio uteri
pueperalis (1945). Dua liter cairan garam fisiologis ditempat pada tiang infus dan lebih
kurang dua meter dari permukaan lantai. Dua buah tube karet ditempatkan pada fornik
posterior vagina. Sementara itu cairan dibiarkan mengalir cepat, dan tangan operator menutup
introitus untuk mencegah keluar cairan. Dinding vagina mulai teregang dan fundus uteri
mulai terangkat. Setelah inversio terkoreksi, cairan dalam vagina dikeluarkan secara lambat.
Kemudian pasien diberi 0,5 mg ergonovine intravena. Lalu diberikan infus 1000 cc dekstrose
5% dengan oksitosin 20 unit. Reposisi dari uterus biasanya didapatkan dalam 5-10 menit. 6,8,9
D. Reposisi operatif cara Huntington
Pada tindakan reposisi operatif perabdominam sebaiknya dicoba dahulu dengan cara
Huntington. Pendekatan Huntington yaitu setelah tindakan laparatomi dilanjutkan dengan
menarik fundus uteri secara bertahap dengan bantuan forsep Allis. Forsep Allis dipasang + 2
cm di bawah cincin pada kedua sisinya, kemudian ditarik ke atas secara bertahap sampai
fundus uteri kembali pada posisinya semula.
Selain tarikan ke atas maka dorongan dari luar ( pervaginam ) oleh asisten akan
mempermudah pelaksanaan prosedeur tersebut.3,6,8,9
E. Reposisi operatif cara Haultin
Pada reposisi dengan cara Haultin, dilakukan insisi longitudinal sepanjang dinding
posterior uterus dan melalui cincin kontriksi. Jari kemudian dimasukkan melalui insisi ke titik
di bawah fundus uteri yang terbalik dan diberikan tekanan pada fundus atau tekanan secara
simultan dari tangan asisten. Bila reposisi telah komplit, luka insisi dijahit dengan jahitan
terputus dengan chromic.9

F. Reposisi operatif cara Spinelli


Tindakan operatif menurut Spinelli dilakukan pervaginam yaitu dengan cara dinding
anterior vagina dibuat tegang berlawanan dengan arah tarikan dari retraktor dan dilakukan
insisi transversal tepat di atas portio anterior. Kemudian plika kandung kemih dipisahkan dari
serviks dan segmen bawah rahim. Insisi mediana dibuat melalui serviks pada jam 12, secara
komplit membagi cincin konstriksi. Insisi dilakukan pada linea mediana sampai fundus uteri.
Uterus dibalik dengan cara telunjuk mengait ke dalam insisi pada permukaan endometrium
yang terbuka dan membuat tekanan yang berlawanan dengan ibu jari pada bagian peritoneal.9
G.

Reposisi operatif cara Kustner

Tindakan operatif menurut Kustner dilakukan pada inversio uteri kronis. Dengan cara
membuka dinding posterior kavum douglas. Dilakukan kolpotomi transversa transvaginal
dengan insisi sedalam ketebalan serviks pada jam 6 sampai dinding posterior uterus.
Kemudian dengan menggunakan ibu jari uterus direversi sepanjang sisi insisi. Setelah uterus
direversi, insisi dinding posterior uterus dan servik diperbaiki, demikian juga dengan insisi
transversa dan kolpotomi pada vagina. Luka ditutup dengan jahitan terputus dan uterus
ditempatkan kembali ke dalam kavum pelvis.2,3
Bila inversio uteri sudah terjadi gangren atau inversio uteri terjadi pada wanita yang
usianya sudah mendekati akhir masa reproduksi dapat dilakukan histerektomi pervaginam.2,6
Kerugian dari teknik ini adalah mempunyai resiko yang besar untuk terjadinya
perlengketan pelvis. Pada kehamilan selanjutnya dapat terjadi ruprura uteri yang tersembunyi.
H. Subtotal vaginal histerektomi
Dilakukan jahitan seperti rantai melingkari korpus uterus dengan benang zeyde no.1
untuk hemostasis. Kemudian dilakukan sayatan melingkar pada korpus uterus distal dari
jahitan sedikit demi sedikit sehingga tidak mengenai organ adneksa yang terperangkap di
kantung inversio. Perdarahan yang terjadi dirawat. Keadaan pangkal tuba ovarium,
ligamentum rotundum dan jaringan lain dievaluasi. Dengan bantuan sonde transuretra
diidentifikasi vesika urinaria. Selanjutnya dilakukan jahitan seperti rantai melingkari korpus
uterus tahap II kurang lebih 2 cm di luar introitus vagina. Setelah itu dilakukan pemotongan
melingkar lagi terhadap korpus uterus di bagian distal jahitan tahap II. Langkah selanjutnya
kedua ligamen rotundum diklem, dipotong dan dijahit dengan chromic catgut no.2. Jika
diyakini tidak ada perdarahan, tunggul uterus dimasukkan ke dalam vagina. Operasi selesai.12

II.8 Prognosis
Walaupun inversio uteri kadang-kadang terjadi tanpa banyak gejala dan penderita tetap
dalam keadaan baik, tetapi sebaliknya dapat pula terjadi keadaan darurat sampai terjadi
kematian penderita baik karena syoknya sendiri ataupun karena perdarahannya. Kematian
karena kasus inversio uteri cukup tinggi yaitu 15 75% dari kasus. Oleh karena itu makin
cepat dan tepat diagnosis ditegakkan dan segera dilakukan tindakan reposisi, maka
prognosisnya makin baik. Sebaliknya makin lambat diatasi maka prognosisnya menjadi
buruk. Akan tetapi bila penderita dapat bertahan dengan keadaan tersebut setelah 48 jam
maka prognosisnya berangsur angsur menjadi baik.3,12

BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama

: Ny. A

Usia

: 31 tahun

Pendidikan : SMA
Pekerjaan

: IRT

Agama

: Islam

Alamat

: Fajar Bulan

MRS

: 26 Agustus 2016

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien mengeluh keluar darah setelah melahirkan.
Riwayat Penyakit Sekarang (Allowanamnesa):
Pasien datang ke RSUD Alimuddin Umar pada pukul 13.10 WIB, mengeluh tidak bisa buang
air kecil spontan sejak setelah melahirkan dibidan 5 hari SMRS.pasien juga mengeluhkan
lemas. Pasien merupakan rujukan puskesmas fajar bulan dengan retensio urin. Di Puskesmas
selama 3 hari pasien dipasang selang kencing dan urin bias keluar, lalu os dipulangkan 2 hari
SMRS, sesampai dirumah os tidak bias BAK kembali, 1 hari SMRS os dibawa ke puskesmas
kembali dan keesokan harinya di rujuk ke RSUD Alimuddin Umar. Dibidan pasien
melahirkan spontan dengan proses melahirkan cepat dan pengeluaran plasenta menurut
pengakuan suami agak lama dan adanya penarikan plasenta oleh bidan. Suami juga melihat
tangan bidan dimasukan ke dalam vagina untuk mengambil plasenta. Perdarahan banyak (+).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah menderita penyakit yang membuat dirinya dirawat di RS. Pasien juga
mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang
mengidap hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.
Riwayat Obstetri :
Kehamilan ini merupakan kehamilan keempat bagi pasien.

Riwayat Obstetri:
1. Laki-laki/3500 gr/Bidan/5 hari
Hari pertama haid terakhir (HPHT) : 15 05 - 2015
Hari perkiraan lahir (HPL)
: 21 08 - 2016
Riwayat ANC
: 7 kali
III. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : E4V5M6
Tek. Darah : 140/100 mmHg
N : 82 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 35,6C
Mata : An +/+, Ikterus -/Thorak:
- Jantung : S1, S2 tunggal, murmur (-), gallop (-), reguler
- Paru : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: distensi (-), cembung (+), sikatrik(-),fundus uteri teraba.
Ekstremitas : hangat +/+, udem -/+/+

-/-

IV. PEMERIKSAAN OBSTETRI


Pemeriksaan Luar
Tinggi Fundus Uteri

: 2 jari diatas simfisis

Kontraksi uteri

: Baik

Pemeriksaan Dalam
Tidak teraba tumor lunak di dalam atau di luar serviks atau di dalam rongga vagina
V. STATUS GINEKOLOGI
Inspeksi : bercak-bercak darah keluar dari jalan lahir
VI. DIAGNOSIS
- P4A0 post partus dibidan (luar) dengan retensio urine
- Anemia berat
VI. RENCANA TINDAKAN
Terapi:
- IVFD RL 20 gtt/menit (tranfusi set)
- Posisi Trendelenberg
- Cek DPL, Urinalisa
Hasil lab tgl 26 Agustus 2016
Darah lengkap
HB: 6,0g/dl

Batas Normal
HB: 13-16 g/dl

HCT: 18 %

HCT: 35-43 %

MCV: 87 fl

MCV: 77-93 fl

MCH: 29,0 pg

MCH: 27-31 pg

MCHC: 33,0 g/dl

MCHC: 32-37 g/dl

WBC: 11,3 x 103/L

WBC: 4-11 x 103/L

PLT: 313 x 103/L

PLT: 150-400 103/L


URINALISA

Warna : Kuning
Reaksi : 6,0
Berat Jenis : 1.005
Protein : (-)
Reduksi : (+)
Bilirubin : (-)
Urobilin/Urobilinogen : (-)
Keton : (-)
Sedimen leukosit : 1-2/LBP
Sedimen eritrosit : 4-6/LBP
Epitel sel : (+)
Kristal : (-)
- Cefotaxime 1 x 1gr (skin test)
- Amoxocillin 3 x 1tab
- Asam mefenamat 3 x 1tab
- Antasida 3 x 1tab
- Sf 2 x 1tab
- Urinter 2 x 1tab
- Gastrul 2 x 1tab
- Bladder training
- Tranfusi PRC 2 kolf/hari s/d HB 10gr %

Monitoring :
Perbaiki KU, tanda vital

Follow up sewaktu di RB
Waktu
27/08/2016

28/08/2016

Subject
-Lemah (+)

Object
TD: 130/80

Assessment
P4A0 post

Planning
- IVFD RL 20

- Pucat (+)

mmhg

partus spontan

gtt/transet

RR: 20x/menit

di bidan(luar)

- Amoxicillin

HR: 84x/menit

dengan retensio

3x1tab

Tax: 35,5 C

urine + anemia

- As.mefenamat

Perdarahan (+)

berat

3x1tab

minimal

- Sf 2x1tab

Urine output

- Urinter 2x1tab

100cc/1 jam

- Gastrul 2x1tab

-Pucat (+)

TD: 130/90

- PRC 1 kolf
- IVFD RL 20

- Lemah (+)

mmhg

gtt/transet

RR: 18x/menit

- Amoxicillin

HR: 86x/menit

3x1tab

Tax: 35,8 C

- As.mefenamat

Perdarahan (+)

3x1tab

minimal

- Sf 2x1tab
- Urinter 2x1tab
- Gastrul 2x1tab

29/08/2016

-Pucat (-)

TD: 120/80

P4A0 post

- PRC 1 kolf
- IVFD RL 20

07.30

- Lemas (-)

mmHg

partus spontan

gtt/transet

RR: 20x/menit

di bidan(luar)

- Amoxicillin

HR: 80x/menit

dengan retensio

3x1tab

Tax: 35,4 C

urine + anemia

- As.mefenamat

Perdarahan (+)

perbaikan (HB :

3x1tab

minimal (flek)

12,0 gr %)

- Sf 2x1tab

TFU: 2 jari

- Urinter 2x1tab

dibawah

- Gastrul 2x1tab

umbilicus

- Cek HB

Kont.uerus: (+)
Akral Hangat

11.00

- pasien bab ke

TD: 100/70

P4A0 post

wc dan saat

mmHg

partus spontan

mengedan

RR: 18x/menit

di bidan(luar)

keluar masa

HR: 72x/menit

dengan inversio

seperti tumor

Tax: 36,0 C

Uteri + retensio

sekepal tangan

Perdarahan (+)

urine

dari jalan lahir

TFU: (-)

- Nyeri (+)

Kont.uerus: (-)

- Lemas (+)

Genitalia: VT :
tampak masa
keluar melalui
jalan lahir

- Posisi
Trendelenberg
-Basuh uterus
dengan cairan
antiseptik dan
tutup dengan
kassa basah
(dengan Nacl
hangat)
-DC terpasang
- Rujuk
Kotabumi

Akral Hangat

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita wanita 31 tahun datang
dengan tidak bisa BAK setelah melahirkan, dan saat diruangan terlihat masa seperti tumor
keluar dari jalan lahir. Selanjutnya akan dibahas :
1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat ?
Pada pasien ini di ugd di diagnosa awalnya P4A0 post partus spontan di bidan(luar) dengan
retensio urine + anemia berat karena pasien datang dengan keluhan tidak bias BAK setelah

melahirkan di puskesmas. Di puskesmas mendiagnosa pasien ini dengan retensio urin post
partum+anemia.
Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan bagian fundus uteri 2 jari diatas simfisis. Pada
pemeriksaan dalam tidak teraba tumor lunak di dalam atau di luar serviks atau di dalam
rongga vagina.
Pada keadaan diruangan di diagnosa P4A0 post partus spontan di bidan(luar) dengan inversio
Uteri + retensio urine karena inversio uteri pada pasien ini sudah terlihat dengan jelas bahwa
seluruh uterus terbalik keluar ,menonjol keluar serviks uteri yang disertai dengan
perdarahan(+) serta disertai rasa sakit. Pada pemeriksaan palpasi, fundus uteri tidak dijumpai
dimana seharusnya fundus uteri dijumpai pada pemeriksaan tersebut. Pada pemeriksaan
dalam pada keadaan yang berat (komplit) tampak tumor berwarna merah keabuan dan
endometrium berwarna merah muda dan kasar serta berdarah.
Menegakkan diagnosa inversio uteri sangatlah mudah yakni dengan ditemukannya tandatanda sebagai berikut:
A. Pada penderita pasca persalinan ditemukan :
1. Nyeri (+)
2. Syok / tanda-tanda syok, dengan jumlah perdarahan yang tidak sesuai
3. Perdarahan
4. Nekrosis / gangren / strangulasi
B. Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Bila inversio uteri ringan didapatkan fundus uteri cekung ke dalam
2. Bila komplit, di atas simfisis uterus tidak teraba lagi, sementara di dalam vagina
teraba tumor lunak
3. Kavum uteri tidak ada ( terbalik )
2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat ?

Penatalaksanaan pasien dengan diagnosis P4A0 post partus spontan di bidan(luar)


dengan inversio Uteri + retensio urine ini di RSUD Alimuddin Umar sudah tepat
yakni mulai dengan memperbaiki keadaan umum ibu, di posisi kan Trendelenberg
mengatasi terjadinya tekanan gravitasi yang menyebabkan uterus makin turun
kebawah, sehingga memungkinkan untuk dilakukan reposisi secepat mungkin karena

bila tidak dilakukan reposisi bisa terjadi endomyometritis, kerusakan usus atau rahim
bahkan pasien bisa meninggal. Pasien dengan inversio uteri memang jarang di
temukan yakni antara 1dari 2000 kasus namun angka mortalitasnya sangat tinggi
sehingga merupakan kasus yang serius dan kegawatdaruratan dalam bidang obsetri.
Keberhasilan penatalaksanaan dari inversio uteri tergantung dari deteksi penyakit
yang lebih cepat. Semakin lama uterus terbalik maka semakin sulit untuk
mengembalikannnya. Monitor tanda vital ibu sesering mungkin oleh satu individu.
Pasang kateter menetap untuk menilai pengeluaran urin. Pemberian antibiotika
bermanfaat untuk mencegah timbulnya sepsis paskapersalinan. Pada pasien di basuh
uterus dengan cairan antiseptik dan tutup dengan kassa basah (dengan Nacl hangat),
tindakan lanjut dilakukan rujuk.

BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan kasus ini terdiri dari:
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yaitu P4A0 post partus spontan di bidan(luar) dengan inversio Uteri + retensio urine.
2. Penatalaksanaan awal yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu posisi
Trendelenberg, uterus di basuh dengan cairan antiseptik dan tutup dengan kassa basah
(dengan Nacl hangat) dan rujuk secepatnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Diidy GA. Post partum haemorrhage: New management option. Clin Obstet Ginecol
2002: 32-33
2. Mochtar R. Sinopsis obstetri I. Edisi kedua, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteraan EGC,
2002; 304-6
3. Tala MR. Inversio uteri. Workshop vaginal surgery.2008. Jakarta: Subbagian
Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri & Ginekologi FKUI/RSUPN-CM
4. Nichols DH. Inversion of the uterus. In: Gynecologic and Obstetric Surgery. Missouri:
Mosby-Year Book, 2003; 1147-51
5. Baskett TF. Acute uterine inversion: a review of 40 cases. J Obstet Gynaecol Can 2002;
24: 953-956
6. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2008: 880-2
7. Cunningham FG, Mc Donald PC, Gant NF. Abnormalities of the third stage of labor. In:
Williams obstetrics. 21st ed, New York: Appleton & Lange, 2006; 642-3
8. Kapernick PS. Postpartum hemorrhage & the abnormal puerperium. In: Current obstetrics
& gynaecologic diagnosis & treatment. 9th ed, Kansas City: Baltimore, William &
Wilkins Co, 2000; 568-87
9. Pribakti B. Teknik Yunizaf: Vaginal histerektomi subtotal pada inversio uteri. Medika
2002; 14-17
10. Decherney AH, Pernoll ML. Postpartum hemorrhage & the abnormal puerperium. In:
Current obstetrics & gynecologic diagnosis & treatment. 11th edition, Connecticut:
Appleton & Lange, 2005; 581-582
11.Studzinski Z, Branicka D. Acute complete uterine inversion: case report. Ginekol Pol
2001; 72: 881-884
12. Wiknjosastro H, Saifuddin BA, Rachimhadhi T. Ilmu bedah kebidanan. Edisi pertama,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 195-6

Anda mungkin juga menyukai