Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anita Saputri

Nim : 2019.A.10.0792
Prodi : DIII Kebidanan
Tugas : Resume Topik 1

Deteksi Dini Kompikasi Dan Penanganan Awal Kegawatdaruratan Pada Persalinan


Kala 1 dan 2

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011). Kegawatdaruratan dapat juga
didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba
dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa
(Campbell, 2000). Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan
kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang
mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin
dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002).

A. Deteksi Dini Komplikasi dan Kegawatdaruratan Persalinan Kala 1 dan 2


1) Identifikasi kasus kegawatdaruratan maternal masa persalinan kala 1 dan 2
Yang dapat menyebabkan keadaan gawatdarurat dalam hal ini adalah penyulit
persalinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan persalinan yang menyebabkan
hambatan bagi persalinan yang lancar. Kategori dalam penyulit persalinan kala I
dan II adalah sebagai berikut :
a. Emboli air ketuban
Emboli air ketuban merupakan sindrom dimana air ketuban memasuki
sirkulasi darah maternal, tiba- tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut
dan shock. Pasien dapat memerlihatkan beberapa gejala dan tanda yang
bervariasi namun umunya gejala dan tanda yang terlihat adalah segera
setelah persalinan berakhir atau menjelang akhir persalinan, pasien batuk-
batuk, terengah-engah dan kadang cardiac arrest.
Untuk penatalaksaan Emboli air ketuban beberapanya :
 Bila sesak nafas lakukan oksigen atau respirator
 Bila terjadi gangguan bekuan darah lakukan transfusi
 Observasi tanda vital
b. Distosia bahu
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan. sebagian besar kasus distosia bahu tidak
dapat diramalkan atau dicegah. Adanya kehamilan yang melebihi 5000
gram atau dugaan berat badan janin yang dikandung oleh penderita
diabetes lebih dari 4500 gram diduga sebagai faktor predisposisi terjadinya
distosia bahu.
Untuk penanganan distosia bahu :
Penatalaksanaan distosia bahu (APN 2007)
1) Mengenakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
2) Melaksanakan episiotomi secukupnya dengan didahului dengan
anastesi lokal.
3) Mengatur posisi ibu Manuver Mc Robert.
 Pada posisi ibu berbaring terlentang, minta ibu menarik lututnya
sejauh mungkin kearah dadanya dan diupayakan lurus. Minta
suami/keluarga membantu.
 Lakukan penekanan ke bawah dengan mantap diatas simpisis
pubis untuk menggerakkan bahu anterior di atas simpisis pubis.
Tidak diperbolehkan mendorong fundus uteri, beresiko menjadi
ruptur uteri.
4) Ganti posisi ibu dengan posisi merangkak dan kepala berada di atas
 Tekan ke atas untuk melahirkan bahu depan
 Tekan kepala janin mantap ke bawah untuk melahirkan bahu
belakang
c. Persalinan dengan Kelainan Letak ( sungsang )
Persalinan letak sungsang adalah pada bayi dengan presentasi bokong
dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada
fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah didaerah
pintu atas panggul atau sympisis. Pada pemeriksaan abdominal ( palpasi )
difundus uteri teraba kepala. Kepala lebih keras dan lenih bulat daripada
bokong dan kadang- kadang dapat dipantulkan ( ballottement ). Untuk
auskultasi denyut jantung janin dapat terdengar diatas umbilicus jika
bokong janin belum masuk pintu atas panggul.
Untuk penatalaksaan letak sungsang :
1) Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian secara
cepat dan cermat mengenai : keadaan selaput ketuban, fase
persalinan, kondisi janin serta keadaan umum ibu.
2) Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan
kemajuan persalinan.
3) Persiapan tenaga penolong persalinan dan asisten penolong.
d. Partus Lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsungan lebih dari 24 jam pada
primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida.
Untuk penatalaksanaan Partus lama :
 Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular
 Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular
 Streptomisin 1 gr intramuskular
 Infus cairan : Larutan garam fisiologis, Larutan glukose 5-100%
pada janin pertama: 1 liter/jam
 Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan
mengharuskan untuk segera bertindak
e. Preeklampsia
Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasopastik, yang melibatkan
banyak sistem dan ditandain oleh hemokonsentrasi , hipertensi yang terjadi
setelah minggu ke-20 dan proteinuaria.
Untuk penatalaksaan Preekmlampsia :
1) Rangsangan untuk menimbulkan kejang dapat berasal dari luar
dari penderita sendiri, dan his persalinan merupakan rangsangan
yang kuat. Maka dari itu preeklampsia berat lebih mudah menjadi
eklampsia pada waktu persalinan.
2) Pada persalinan diperlukan sedativa dan analgetik yang lebih
banyak.
3) Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi bahaya perdarahan
dalam otak lebih besar sehingga hendaknya persalinan diakhiri
dengan cunam atau ekstraksi vakum dengan memberikan narkosis
umum untuk menghindari rangsangan pada susunan saraf pusat.
4) Anastsi lokal dapat diberikan bila tekanan darah tidak terlalu
tinggi dan penderita masih sanmolen karena pengaruh obat.
5) Hindari pemberian ergometrin pada kala III karena dapat
menyebabkan kontriksi pembuluh darah dan dapat meningkatkan
pembuluh darah.
6) Pemberian obat penennag diteruskan sampai dengan 48 jam
postpartum karena ada kemungkinan setelah persalinan tekanan
darah akan naik dan berlanjut menjadi eklampsia. (Winkjosastro,
2007).

Anda mungkin juga menyukai