Anda di halaman 1dari 6

Jenis Tabung Vacutainer

Posted in : Instrumentasi at

Beberapa jenis tabung vacutainer sebagai penampung sampel darah untuk pemeriksaan di
laboratorium.

sumber : https://www.google.com/imghp

Tabung tutup merah.


Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan
pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank
darah (crossmatching test)
Tabung tutup kuning.
Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan
sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah
gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
Tabung tutup hijau terang.
Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin.
Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
Tabung tutup ungu atau lavender.
Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah
(crossmatch)

Tabung tutup biru.


Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
Tabung tutup hijau.
Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas
osmotik eritrosit, kimia darah.
Tabung tutup biru gelap.
Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element
(zink, copper, mercury) dan toksikologi.
Tabung tutup abu-abu terang.
Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
Tabung tutup hitam.
berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
Tabung tutup pink.
berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
Tabung tutup putih.
potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas.
berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur
Sumber : http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/phlebotomy.html

Susahnya Lepas dari Xanax


Penulis : Dr. Andri, Sp.KJ | Sabtu, 29 Desember 2012 | 07:54 WIB

Dibaca: 4851

Komentar: 1

Share:

KOMPAS.com - Beberapa kasus ketergantungan Alprazolam (kebanyakan dari merk Xanax) sering kali
datang kepada saya untuk meminta pertolongan agar sembuh dari ketergantungan ini. Kebanyakan pasien
sudah bertahun-tahun memakai Alprazolam (Xanax) bahkan ada yang sudah 22 tahun memakai obat ini.
Pemakaiannya pun bukan dosis kecil lagi tetapi sudah sampai dosis minimal 3-10 milligram perhari. Di
bawah ini akan saya ungkapkan kasus-kasus sulit ini dan bagaimana cara penanganan di awal agar
menjadi lebih paham buat pembaca sekalian.
Kasus 1.
(Selama 22 Tahun Lebih Menggunakan Xanax)
Pasien laki-laki usia 52 tahun, pertama kali memakai Xanax sekitar 22 tahun yang lalu sejak pulang dari
luar negeri untuk sekolah. Awalnya memakai obat-obatan golongan benzodiazepin dari psikiater di
tempatnya sekolah dulu. Pasien kemudian sejak itu tidak bisa melepaskan ketergantungannya terhadap
Xanax. Ketergantungannya ini juga sangat berhubungan dengan merek, artinya tanpa menggunakan
Xanax pasien tidak bisa menggunakan Alprazolam merek lain. Saat ini dosis Xanax yang digunakan 6-8
miligram perhari. Pasien sudah berkonsultasi selama 1 tahun, belum ada perubahan berarti. Pernah
mencoba melakukan upaya Cold Turkey (berhenti sama sekali) namun mengalami efek putus obat yang
berat seperti menggigil, lemas, kelelahan yang sangat, seperti tidak bertulang, keluar keringat dingin dan
pikiran menjadi tidak bisa "digunakan". Jika tidak memakai xanax, pasien tidak bisa berpikir dan bekerja
seperti biasa. Kalau memakai xanax, pasien "normal" kembali. Salah satu faktor kesulitan dalam
pengobatan pasien ini adalah, tidak ada obat yang cocok yang bisa menggantikan peran xanax untuk
mengatasi kondisi fisik dan psikologis yang dialami pasien.
Kasus 2.
(Selama 10 Tahun menggunakan Xanax)
Pasien laki-laki usia 48 tahun, pertama kali menggunakan xanax sekitar 10 tahun yang lalu. Dosis saat itu
hanya 0.5mg digunakan untuk membuat pasien tidur lebih nyeyak,. Resep saat itu diberikan oleh dokter
umum dan kemudian oleh pasien diteruskan makan xanax tersebut terus menerus sampai saat ini. Dosis
saat ini berkisar antara 6-7 miligram perhari terbagi menjadi 3 kali pemakaian. Pasien awalnya
dikonsultasikan kepada saya karena dokter interna dan dokter bedah yang ingin melakukan operasi
kepada pasien meminta pasien untuk menghentikan penggunaan xanax yang saat itu sudah mencapai
3x2mg perhari. Penghentian tiba-tiba saat itu dilakukan oleh dokter dan menimbulkan gejala putus zat
yang mengganggu pasien. Pasien kemudian dikonsulkan kepada saya. Sama seperti kasus 2, salah satu
faktor kesulitan dalam menangani pasien adalah pasien tidak pernah merasa cocok mendapatkan obat
selain xanax untuk mengatasi kondisi kecemasan dasarnya. Sampai saat ini pasien masih berkonsultasi.

Kasus 3.
(Ibu Rumah Tangga menggunakan Xanax 1 tahun)
Pasien wanita usia 37 tahun dengan keluhan kecemasan yang membuatnya tidak nyaman. Saat itu pasien
berkunjung ke psikiater dan diberikan obat xanax 0,25mg sebanyak 3x sehari. Pasien kemudian lepas
kontrol dari psikiater dan membeli obat berdasarkan resep dokter umum selanjutnya. Pasien kemudian
makan obat dengan dosis 3x0,5mg dan terkadang menambah dosis sendiri menjadi 3x0,75mg jika merasa
tidak nyaman. Pemicu tidak nyaman adalah kondisi kelelahan mengurus anak dan dukungan keluarga
yang kurang. Pasien sering kali merasa tidak nyaman dan pikiran satu-satunya adalah menambah dosis
xanax. Pengobatan dengan obat antidepresan untuk mengurangi perasaan cemasnya tidak membuat
pasien beralih dari xanax dan terus mengkonsumsi xanax sampai saat ini.
Pembahasan
Ketiga kasus penggunaan alprazolam di atas memang sangat sering terjadi di dalam praktek sehari-hari.
Pasien seringkali tanpa sadar memakai obat anticemas golongan benzodiazepin seperti alprazolam
(dengan merk terkenalnya xanax). Awalnya biasanya digunakan untuk membantu tidurnya atau perasaan
cemas terkait gangguan fisik (jantung berdebar, perut kembung).
Terkadang juga sering digunakan dalam racikan obat yang digunakan oleh berbagai macam dokter untuk
mengatasi keluhan-keluhan psikosomatik. Obat alprazolam (xanax) adalah salah satu jenis obat cemas
golongan benzodiazepin yang paling efektif. Dengan efektivitas yang sangat poten dan waktu kerja yang
pendek, tidak heran obat ini sering digunakan dan juga sering kali digunakan beberapa kali dalam sehari.
Sayangnya, obat ini mempunyai efek untuk menghasilkan toleransi (dosis semakin meningkat) dan
ketergantungan yang berat pada pasien jika tanpa pengawasan yang tepat dan bijak.
Kebutuhan penggunaan akhirnya bisa menjadi suatu ketergantungan fisik dan psikis. Apalagi pada pasien
yang menggunakan alkohol atau dengan riwayat penyalahgunaan zat narkotika. Pasien-pasien seperti ini
bila menggunakan alprazolam akan cenderung terus naik dan sulit lepas. Penanganan yang baik haruslah
dimulai dengan pengenalan dasar gejala mengapa sampai pasien menggunakan alprazolam. Pasien perlu
menggunakan obat alprazolam pastinya bukan karena tanpa alasan. Kondisi kecemasan dan insomnia
adalah latar belakang tersering orang mulai menggunakan alprazolam.
Pada pengobatan yang lebih baik adalah menggunakan obat pengganti alprazolam yang setara seperti
clonazepam atau diazepam. Namun pada dosis tinggi (lebih dari 2miligram alprazolam perhari) pasien
biasanya tidak bisa tiba-tiba menghentikan alprazolam tetapi harus melakukan penurunan dosis perlahan
(tappering off). Penggunaan antidepresan seperti sertraline atau fluoxetine juga bisa membantu untuk
mengatasi kecemasan dan mengurangi penggunaan obat alprazolam pada akhirnya. Pasien perlu
menyadari dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk berhenti dari alprazolam. Kalau tidak ada niatan
untuk berhenti akan percuma. Satu yang paling penting segeralah berkonsultasi jika anda telah
menggunakan alprazolam untuk waktu lama.
Salam Sehat Jiwa

shutterstock

Ilustrasi

TERKAIT:

Mengatasi Keinginan Kuat Bunuh Diri


Gejala Depresi Setelah Berhenti Merokok
Benarkah Psikosomatik Mudah Disembuhkan?
Nyeri yang Berpindah-pindah, Mungkinkah Psikosomatis?
Gejala-gejala Fisik Serangan Panik

Anda mungkin juga menyukai