Infeksi OportunistikHIV Scribd
Infeksi OportunistikHIV Scribd
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak
negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/AIDS. HIV/AIDS
menyebabkan krisis dalam berbagai krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan,
krisis pembangunan negara, krisis ekonomi, pendidikan dan juga krisis kemanusiaan.
Infeksi HIV pada manusia dianggap sebagai pandemi oleh World Health Organization
(WHO). Dari penemuan pada tahun 1981 sampai 2006, AIDS telah membunuh lebih dari 25
juta orang. HIV menginfeksi sekitar 0,6% dari populasi dunia. Pada tahun 2005 saja,
penderita AIDS lebih dari 570.000 adalah anak-anak. Dengan pertumbuhannya yang semakin
pesat, perlu untuk kita mengetahui apa saja komplikasi neurologis yang dapat terjadi.
Infeksi oportunistik dapat terjadi akibat penurunan kekebalan tubuh pada penderita
HIV/AIDS, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi
disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan jamur dan juga mudah terkena penyakit
keganasan.
Seseorang yang mengidap penyakit HIV tidak selalu terkena infeksi oportunistik.
Resiko infeksi ini dapat dicegah dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber
kuman. Selain itu, dengan meminum obat yang dipergunakan untuk meningkatkan imunitas
mencegah terjadinya infeksi oportunistik ini. Cara terbak untuk mencegah IO adalah adalah
dengan penggunaan ART.
INFEKSI OPORTUNISTIK
Definisi
Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi oleh organisme yang biasanya tidak
menyebabkan penyakit tetapi pada keadaan tertentu (misal: gangguan sistem imun) menjadi
patogenik.
Dalam tubuh kita membawa banyak organisme seperti bakteri, parasit, jamur, dan
virus. Sistem kekebalan yang sehat mampu mengendalikan kuman ini. Tetapi bila sistem
kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau obat tertentu, kuman ini mungkin tidak
terkendali lagi dan menyebabkan masalah kesehatan.
Infeksi oportunistik HIV yang paling sering
Hampir semua penyakit dapat menjadi IO pada penderita HIV jika sistem imun mulai
lemah. Berikut ini adalah IO pada HIV yang paling sering.
a. Kandidosis: infeksi jamur pada mulut, tenggorokkan atau vagina
b. CMV (Cytomegalo Virus): infeksi virus yang menyebabkan penyakit mata yang dapat
menimbulkan kebutaan
c. Herpes Simpleks Virus (HSV): menyebabkan herpes pada mulut dan kelamin.
d. Malaria
e. Mycobacterium Avium Complex (MAC): infeksi bakteri yang dapat menyebabkan
demam berulang, seluruh badan terasa tidak enak, masalah pencernaan, dan
kehilangan berat badan yang berlebihan
f. Pneumocytis Carinii Pneumonia: infeksi jamur yang dapat menyebabkan pneumonia
(radang paru) yang gawat.
g. Toksoplasmosis: infeksi protozoa yang menyerang otak
h. Tuberculosis: infeksi bakteri yang menyerang paru, dan dapat menyebabkan
meningitis.
KANDIDOSIS ORAL
Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik di rongga mulut yang disebabkan
oleh pertumbuhan abnormal dari jamur Kandida albikan. Kandida albikan ini sebenarnya
2
merupakan flora normal rongga mulut, namun berbagai faktor seperti penurunan sistem
kekebalan tubuh maupun pengobatan kanker dengan kemoterapi, dapat menyebabkan flora
normal tersebut menjadi patogen.
Gambaran klinis kandidiasis oral tergantung pada keterlibatan lingkungan dan
interaksi organisme dengan jaringan pada host. Adapun kandidiasis oral dikelompokkan atas
tiga, yaitu :.
1. Akut, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut yang disebut juga sebagai thrush,
pertama sekali dijelaskan kandidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang putih,
difus, bergumpal atau seperti beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan
hifa jamur, dapat dihapus meninggalkan permukaan merah dan kasar. Pada umumnya
dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan palatum lunak. Penderita kandidiasis ini dapat
mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Kandidiasis seperti ini sering diderita oleh
pasien dengan sistem imun rendah, seperti HIV/AIDS, pada pasien yang
mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi. Diagnosa dapat ditentukan
dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan
mikroskopis secara langsung dari kerokan jaringan.
2. Kronik
a. Kandidiasis Atropik Kronik
Disebut juga denture stomatitis atau alergi gigi tiruan. Mukosa palatum
maupun mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi
ini dikategorikan sebagai bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir
60% diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada wanita tua yang sering
memakai gigi tiruan selagi tidur
b. Median Rhomboid Glositis
Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah
ke papila sirkumvalata, tepatnya terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga
posterior lidah. Gejala penyakit ini asimptomatis dengan daerah tidak berpapila
3. Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut mulut,
dapat bilateral maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan
pecah-pecah, dan terasa sakit ketika membuka mulut. Keilitis angularis ini dapat terjadi
pada penderita defisiensi vitamin B12 dan anemia defisiensi besi.
Gambaran Klinis:
-
Diagnosis
Menemukan pseudohifa pada kultur rongga mulut dengan pemberian KOH 10%
Pengobatan:
-
atau
itraconazole
ENSEFALITIS SITOMEGALOVIRUS
Etiologi dan Penularan
4
Diagnosis
Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis
ensefalitis CMV :
1. Pungsi Lumbal dan pemeriksaan cairan serebrospinal
Hasil pemeriksaan cairan menunjukkan cairan yang jernih, tekanannya tinggi, banyak
mengandung sel darah putih dan protein, kadar gulanya normal.
2. Elektroensefalografi (EEG)
Hasil EEG yang abnormal, kemungkinan adalah suatu ensefalitis, tetapi hasil EEG yang
normal tidak bisa menyingkirkan diagnosis ensefalitis.
3. CT Scan dan MRI
CT Scan dan MRI dikerjakan untuk memastikan bahwa penyebab dari timbulnya gejala
bukan karena abscess otak, stroke, atau kelainan struktural (tumor, hematoma,
aneurisma) Jika diduga suatu ensefalitis, CT Scan / MRI ini dikerjakan sebelum pungsi
lumbal untuk mengetahui adanya peningkatan intrakranial.
4. Biopsi otak
5. Pemeriksaan darah : Pemeriksaan serologis untuk mengukur kadar antibodi terhadap
virus.
Penatalaksanaan
Pengobatan ensefalitis sitomegalovirus pada pasien dengan AIDS membutuhkan obat
khusus terhadap CMV dan pemulihan fungsi kekebalan melalui penggunaan terapi anti
retroviral (ART). Untuk virus CMV nya dapat diberikan asiklovir (5mg/kgBB 2 kali sehari
parenteral selama 14-21 hari, selanjutnya 5mg/kgBB sekali sehari dianjurkan sampai
CD4>100 sel/ml). Sedangkan pengobatan kausatif dapat diberikan diazepam 10-20 mg iv
untuk mengatasi kejang, dan dapat pula diberikan manitol 20% untuk anti udem serebri.
hampir selalu merupakan suatu kekambuhan akibat hilangnya kekebalan pada penderitapenderita yang semasa mudanya telah berhubungan dengan parasit ini. Gejala-gejala fokalnya
cepat sekali berkembang dan penderita mungkin akan mengalami kejang dan penurunan
kesadaran.
Diagnosis
Pemeriksaan Serologi
Didapatkan seropositif dari anti-T.gondii IgG dan IgM. Deteksi juga dapat dilakukan
dengan indirect fluorescent antibody (IFA), aglutinasi, atau enzyme linked
immunosorbent assay (ELISA). Titer IgG mencapai puncak dalam 1-2 bulan setelah
terinfeksi kemudian bertahan seumur hidup.
CT scan
Menunjukkan fokal edema dengan bercak-bercak hiperdens multiple disertai dan
biasanya ditemukan lesi berbentuk cincin atau penyengatan homogen dan disertai
8
Biopsi otak
Diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi otak
Penatalaksanaan
Toksoplasmosis otak diobati dengan kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin. Kedua
obat ini dapat melalui sawar-darah otak. Toxoplasma gondii membutuhkan vitamin B untuk
hidup. Pirimetamin menghambat pemerolehan vitamin B oleh tokso. Sulfadiazin
menghambat penggunaannya. Dosis normal obat ini adalah 50-75mg pirimetamin dan 2-4g
sulfadiazin per hari. Kedua obat ini mengganggu ketersediaan vitamin B dan dapat
mengakibatkan anemia. Orang dengan toksoplasmosis biasanya memakai kalsium folinat
(semacam vitamin B) untuk mencegah anemia.
Kombinasi obat ini sangat efektif terhadap toksoplasmosis. Lebih dari 80% orang
menunjukkan kebaikan dalam 2-3 minggu. Orang yang pulih dari toksoplasmosis seharusnya
terus memakai obat antitokso dengan dosis rumatan yang lebih rendah. Jelas bahwa orang
yang mengalami toksoplasmosis sebaiknya mulai terapi antiretroviral (ART) secepatnya. Bila
CD4 naik menjadi di atas 200 selama lebih dari tiga bulan, terapi rumatan toksoplasmosis
dapat dihentikan
9
MENINGITIS KRIPTOKOKUS
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans, yang umum ditemukan
pada tanah dan tinja burung. Jamur ini pertama menyerang paru dan menyebar ke otak dan
saraf tulang belakang, menyebabkan peradangan. Risiko infeksi paling tinggi jika jumlah
CD4 di bawah 50.
Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium dipakai untuk menentukan diagnosis meningitis. Tes laboratorium
ini memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Darah atau cairan sumsum tulang
belakang dapat dites untuk kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut CRAG mencari
antigen (sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes biakan mencoba menumbuhkan
jamur kriptokokus dari sampel. Tes biakan membutuhkan satu minggu atau lebih untuk
menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila
diwarnai dengan tinta India (70% positif) dan ditemukan antigen kriptokokus dalam darah
10
dan LCS (95-100% positif). LCS jumlah sel, glukosa, protein dapat terjadi tetapi tidak selalu.
Kultur darah dan urin (+).
Penatalaksanaan
Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur. Beberapa klinisi memakai
flukonazol namun ada juga yang memilih kombinasi amfoterisin B dan kapsul flusitosin.
Amfoterisin B adalah yang paling manjur, tetapi obat ini dapat merusak ginjal.
Walau jarang, meningitis kriptokokus tampaknya dapat kambuh atau menjadi lebih
berat bila terapi antiretroviral (ART) dimulai dengan jumlah CD4 yang rendah. Hal ini
disebabkan karena adanya pengembangan sindrom pemulihan kekebalan (immune
reconstruction inflammatory syndrome/IRIS). Hal ini karena obat anti-HIV dapat
memulihkan kemampuan sistem kekebalan untuk menanggapi infeksi dan menghasilkan
pemberantasan bakteri secara cepat. ART sering ditunda hingga terapi awal untuk mengobati
infeksi sudah diselesaikan.
Pencegahan
Memakai flukonazol waktu jumlah CD4 di bawah 50 dapat membantu mencegah
meningitis kriptokokus. Tetapi ada beberapa alasan sebagian besar dokter tidak
meresepkannya:
Memakai flukonazol jangka panjang dapat menyebabkan infeksi jamur ragi (seperti
kandidiasis mulut, vaginitis, atau infeksi kandida berat pada tenggorokan) yang kebal
(resistan) terhadap flukonazol. Infeksi yang resistan ini hanya dapat diobati dengan
amfoterisin B.
11
12
Tuberculosis
Tuberculosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yaitu bakteri yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. TB biasanya mempengaruhi paru paru, tetapi kadang
kadang dapat juga mempengaruhi organ tubuh lain, terutama pada penderita HIV dengan
CD4 dibawah 200.
dengan OAT
Mulai OAT.
intensif OAT
Mulai OAT.
Mempertimbangkan ART setelah terapi TB
selesai
13
PENUTUP
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak
negara di seluruh dunia. Infeksi HIV pada manusia dianggap sebagai pandemi oleh World
Health Organization (WHO). Dari penemuan pada tahun 1981 sampai 2006, AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta orang. HIV menginfeksi sekitar 0,6% dari populasi dunia. Pada
tahun 2005 saja, penderita AIDS lebih dari 570.000 adalah anak-anak. Dengan
pertumbuhannya yang semakin pesat, perlu untuk kita mengetahui apa saja komplikasi
neurologis yang dapat terjadi.
31-60% pasien AIDS memiliki kelainan neurologis. Kelainan ini mengenai SSP dan
sedikit ke sistem saraf tepi. Infeksi yang mengenai SSP pada AIDS ada dua jenis yaitu infeksi
opportunis sekunder atas imunosupresi yang diinduksi oleh hilangnya imunitas sel-T, dan
infeksi HIV langsung yang tampil sebagai meningitis atau kompleks dementia AIDS,
manifestasi ensefalitis HIV yang secara klinis dan biologis berjangkauan luas.
Infeksi oportunistik dapat terjadi akibat penurunan kekebalan tubuh pada penderita
HIV/AIDS, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi
disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan jamur dan juga mudah terkena penyakit
keganasan.
Pengobatan untuk infeksi oportunistik bergantung pada penyakit infeksi yang
ditimbulkan. Pengobatan status kekebalan tubuh dengan menggunakan immune restoring
agents, diharapkan dapat memperbaiki fungsi sel limfosit, dan menambah jumlah limfosit.
Penatalaksanaan HIV/AIDS bersifat menyeluruh terdiri dari pengobatan,
perawatan/rehabilitasi dan edukasi. Pengobatan pada pengidap HIV/penderita AIDS
ditujukan terhadap: virus HIV (obat ART), infeksi opportunistik, kanker sekunder, status
kekebalan tubuh, simptomatis dan suportif.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru W. Sudoyo, dkk. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006
2. Sylvia Price dan Lorraine Wilson. Human Immunodeficiency (HIV)/Acquired
Immunodeficiency Sindrome). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC,2006
3. Patric Davey. Infeksi HIV dan AIDS. At a Glance Medicine. Jakarta: EMS. 2006
4. Yayasan Spirita. 2007. Oleh National institude of Neurological Disorders and
Stroke. Diunduh dari http://www.spirita.or.id
5. Yayasan Spirita. Agustus 2010. Meningitis Kriptokokus.
Di unduh dari http://spiritia.or.id/li/bacali.php? .
15