Makalah Asma
Makalah Asma
PENYAKIT ASMA
OLEH:
KELOMPOK 2
DIAN ASRINI
(F1F1 13 009)
(F1F1 13 022)
MELISA ARDIANTI
(F1F1 13 031)
MUNARSIH
(F1F1 13 034)
VIRDA MAULIDYA
(F1F1 13 081)
FADHYLLAH AMALIAH
(F1F1 13 123)
JURNIANTI
(F1F1 13 103)
FITRIYANI
(F1F1 13 094)
WAODE ASNIA
(F1F1 13
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi
(kekerapan penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi
asma di Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga
mencolok. Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari
lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban
global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi
penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di
sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan
bahkan kematian.
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema.
Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab
kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di
seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan
obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan
menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in
Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan
terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.
Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai oleh
inflamasi, peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus, dan sumbatan
saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai.
Meskipun pengobatan efektif telah dilakukan untuk menurunkan morbiditas
karena asma, keefektifan hanya tercapai jika penggunaan obat telah sesuai.
Seiring dengan perlunya mengetahui hubungan antara terapi yang baik dan
keefektifan terapetik, baik peneliti maupun tenaga kesehatan harus memahami
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien.
Asma dapat diatasi dengan baik dan akan lebih sedikit mengalami gejala
asma apabila kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat. Olahraga dan aktivitas
merupakan hal penting untuk membuat seseorang segar bugar dan sehat.
Melakukan olahraga merupakan bagian penanganan asma yang baik. Namun
anjuran olahraga terhadap penderita asma masih menjadi kontroversi. Disatu
pihak olahraga dapat memicu gejala asma, namun di lain pihak olahraga dapat
meningkatkan kemampuan bernapas penderita asma sehingga sangat penting
dilakukan dalam upaya pengendalian asma. Berdasarkan uraian di atas, maka
akan dibahas lebih lanjut tentang penyakit asm dan pengendaliannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah asma ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Asma?
2. Bagaimana proses penyebaran penyakit asma?
3. Bagaimana patogenesis dan klasifikasi dari penyakit asma?
4. Bagaimana gejala dari penyakit asma?
5. Bagaimana cara mendiagnosis seseorang terkena penyakit asma?
6. Apa saja terapi yang dilakukan pada orang pengidap asma?
7. Bagaimana cara melakukan monitoring pada seseorang yang memiliki
penyakit asma?
8. Apa saja KIE dari penyakit asma?
C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah asma ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ASMA
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya
gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran
nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan
saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental
yang berlebih. Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel,
pada
dinding
rongga
bronchiale
sehingga
mengakibatkan
menyebabkan bronkospasme.
Rekasi lambat, timbul setelah 3-5 jam kemudian. Pada reaksi lambat ini
juga terjadi spasme bronkus yag disertasi dengan edema mukosa dan
inflamasi saluran napas, mecapai maksimum setelah 408 jam dan
menghilang setelah 8-12 jam atau lebih lama. Reaksi lambat ini berupa
rekasi inflamasi (peradangan saluran napas karena infiltrasi sel radang
terutama
sel
eosinophil),
hiperreaktivitas
saluran
napas
dan
Persisten ringan
Gejala
Fungsi paru
bervariasi
Siang hari > 2 kali per
minggu, tetapi < 1 kali
per hari
Malam hari > 2 kali per
bulan
Serangan dapat
mempengaruhi aktifitas
Siang hari ada gejala
Malam hari > 1 kali per
minggu
Serangan
mempengaruhi aktifitas
Serangan > 2 kali per
minggu
Serangan berlangsung
berhari-hari
Sehari-hari
menggunakan inhalasi
2-agonis short acting
Siang
hari
terus
menerus ada gejala
Setiap
malam
hari
sering timbul gejala
terbaik
APE
<
60%
nilai
terbaik
napasnya
Rasa berat di dada
Dahak sulit keluar
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa.
dipengaruhi oleh musim, dan aktivitas fisik. Adanya riwayat penyakit atopik
pada pasien atau keluarganya memperkuat dugaan adanya penyakit asma. Pada
anak dan dewasa muda gejala asma sering terjadi akibat hiperaktivitas bronkus
terhadap alergen, banyak diantaranya dimulai dengan adanya eksim, rinitis,
konjungtivitis, atau urtikaria. Penderita asma yang tidak memberikan reaksi
terhadap tes kulit maupun uji provokasi bronkus, tetapi mendapat serangan asma
sesudah infeksi saluran napas, disebut asma idiosinkrasi. Dermatitis atopik dan
alergi makanan merupakan penyakit alergi yang pertama kali muncul pada usia
tahun pertama anak, kemudian dapat berkembang menjadi alergi respiratorik.
Penyakit penyerta seperti otitis media, konjungtivitis, rinitis, polip hidung,
sinusitis, atau hiperplasia tonsil sering ditemukan. Yang cukup penting dalam
penyakit asma adalah pemeriksaan fungsi paru, yang dapat diperiksa dengan
spirometri atau peak expiratory flow meter.
Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP)
dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan ini sangat
tergantung kepada kemampuan pasien sehingga diperlukan instruksi operator
yang jelas dan kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat,
diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas
diketahui dari nilai VEP1 < 80% nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75%.
Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui reversibiliti asma, yaitu
adanya perbaikan VEP1 > 15 % secara spontan, atau setelah inhalasi
bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral
Alat ini adalah alat yang paling sederhana untuk memeriksa gangguan
sumbatan jalan napas, yang relatif sangat murah, mudah dibawa. Dengan PEF
meter fungsi paru yang dapat diukur adalah arus puncak ekspirasi (APE).
Cara pemeriksaan APE dengan PEF meter adalah sebagai berikut :
Penuntun meteran dikembalikan ke posisi angka 0. Pasien diminta untuk
menghirup napas dalam, kemudian diinstruksikan untuk menghembuskan
napas dengan sangat keras dan cepat ke bagian mulut alat tersebut, sehingga
penuntun meteran akan bergeser ke angka tertentu. Angka tersebut adalah
nilai APE yang dinyatakan dalam liter/menit.
Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam yang
berbeda nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%.
Cara pemeriksaan variabilitas APE
Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan malam hari
untuk mendapatkan nilai tertinggi.
APE malamAPE pagi
variabilitas harian=
x 100
1
( APE malam + APE pagi)
2
F. TERAPI TERHADAP PENYAKIT ASMA
Tujuan utama penatalaksanaan asma
adalah
meningkatkan
dan
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Tujuan penatalaksanaan asma :
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
pada anak-anak.
- Kontrol secara teratur
- Pola hidup sehat.
2. Terapi Farmakologi
1. Simpatomimetik
Kerja farmakologi dari kelompok simpatomimetik ini adalah sebagai
berikut:
a. Stimulasi reseptor adrenergikyang mengaikbatkan terjadinya
vasokonstriksi, dekongestan nasal dan peningkatan tekanan darah.
b. Stimulasi reseptor 1 adrenergik sehingga terjadi peningkatan
kontraktifitas dan irama jantung.
c. Stimulasi reseptor 2 yang menyebabkan bronkodilatasi, peningkatan
klirens mukosiliari, stabilisasi sel mast dn menstimulasi otot skelet.
(misalnya
alergen,
latihan)
yang
menimbulkan
dapat
dilihat
perbandingan
efek
farmakologi
dan
sifat
3. Antikolinergik
a. Ipratropium bromide
Mekanisme kerja
Ipratropium untuk inhalasi oral adalah suatu antikolinergik
(parasimpatolitik) yang akan menghambat refleks vagal dengan cara
dalam
bentuk
tunggal
atau
kombinasi
dengan
menunjukkan
efek
farmakologi
dengan
cara
menyebabkan bronkodilatasi.
Agen-agen ini hanya efektif jika dihirup dan tersedia sebagai obat
inhalsi dosis terukur, kromolin juga tersedia dalam larutan nebulizer.
Kedua obat ini tidak toksik. Batuk dan bersin dilaporkan setelah
penggunaan masing-masing zat dan rasa tidak enak serta sakit kepala
untuk nedrokomil.
Kromolin dan nedrokomil diindikasikan untuk profilaksis asma
persisten ringan pada anak-anak dan dewasa tanpa melihat etiologinya.
Mereka dapat efektif parsial terhadap asma alergik pada kondisi
musiman atau hanya sebelumpaparan akut. Nedrokomil juga dapat
pencegahan
kortikosteroid
sistemik,
pasien
yang
mendapatkan
dan terapi profilaksis pada anak usia 12 bulan sampai 8 tahun. Obat ini
tidak diindikasikan untuk pasien asma yang dapat diterapi dengan
bronkodilator dan obat non sterois lain, pasien yang kadang-kadang
menggunakan kortikosterois sistemik atau terapi bronchitis non asma.
Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini adalah deksametason,
metil prednisolon, prednison, triamsinolon, beklometason, budesonid,
flutikason, flunisolid dan mometason.
6. Antagonis reseptor Leukotrien
a. Zafirlukast
Mekanisme kerja
zafirlukast adalah antagonis reseptor leukotriene D 4 dan E4 yang
selektif dan kompetitif, komponen anafilaksis reaksi lambat (SRSAslow-reacting substances of anaphylaxis). Produksi leukotriene dan
okupas reseptor berhubungan dengan edema saluran pernapasan,
konstriksi otot polos dan perubahan aktifitas selular yang
berhubungan dengan prses inflamasi, yang menimbulkan tanda dan
gejala asma.
Indikasi
profilaksis dan perawatan asma kronik pada dewasa dan anak diatas
5 tahun.
b. Montelukast Sodium
Mekanisme kerja
montelukast adalah antagonis reseptor leukotriene selektif dan aktif
pada penggunaan oral, yang menghambat reseptor leukotriene
sisteinil (CysLT1). Leukotriene adalah produk metabolism asam
arakhidonat dan dilepaskan dari sel mast dan eosinophil. Produksi
leukotriene dan okupasi reseptor berhubungan dengan edema
saluran pernapasan, konstriksi otot polos dan perubahan aktifitas
selular
yang
berhubungan
dengan
proses
inflamasi,
yang
kronik,
tuberkulosis,
amyloidosis
paru-paru);
dan
penyakit
Konseling
Untuk penderita yang mendapat resep dokter dapat diberikan
konseling secara lebih terstruktur dengan Tiga Pertanyaan Utama (Three
Prime Questions) sebagai berikut:
1. apa yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan anda?
2. Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat anda?
3. apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan anda?
Pemakaian pertanyaan Three Prime Questions yang diberikan saat
konseling dimaksudkan agar :
- Membantu pasien rawat inap, rawat jalan dan yang akan keluar dari rumah
sakit untuk memahami rencana pengobatan asma
- Tidak terjadi tumpang tindih informasi, perbedaan informasi dan melengkapi
informasi yang belum diberikan dokter, sesuai kebutuhan .
- Menggali fenomena puncak gunung es dengan memakai pertanyaanpertanyaan terbuka (open ended questions)
- Menghemat waktu.
Penanganan awal asma mandiri (self care)
Bagaimana mengenali serangan asma dan tingkat keparahannya; serta halhal yang harus dilakukan apabila terjadi serangan termasuk mencari
pertolongan apabila diperlukan.
Upaya pencegahan serangan pada pasien asma yang berbeda antar satu
individu dengan individu lainnya yaitu dengan mengenali faktor pencetus
seperti olah raga, makanan, merokok, alergi, penggunaan obat tertentu,
stress, polusi.
yang bervariatif.
Pemberian obat asma dapat dilakukan secara oral, parenteral dan inhalasi
yang
mengandung
kortikosteroid
untuk
meminimalisasi
Apakah obat-obat asma aman untuk diberikan kepada wanita hamil dan
penderita agar tetap masuk sekolah/ kerja dan mengurangi biaya pengobatan
karena berkurangnya serangan akut terutama bila membutuhkan kunjungan ke
unit gawat darurat/ perawatan rumah sakit. Edukasi tidak hanya ditujukan
untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang membutuhkan seperti
:
-
pertama
Kunjungan berikut (III)
Kunjungan-kunjungan berikutnya
Edukasi sebaiknya diberikan dalam waktu khusus di ruang tertentu,
dengan alat peraga yang lengkap seperti gambar pohon bronkus, phantom
rongga toraks dengan saluran napas dan paru, gambar potongan melintang
saluran napas, contoh obat inhalasi dan sebagainya. Hal yang demikian
mungkin diberikan di klinik konseling asma. Edukasi sudah harus dilakukan
saat kunjungan pertama baik di gawat darurat, klinik, klub asma; dengan
bahan edukasi terutama mengenai cara dan waktu penggunaan obat,
menghindari pencetus, mengenali efek samping obat dan kegunaan kontrol
teratur pada pengobatan asma.
Bentuk pemberian edukasi :