Anda di halaman 1dari 26

TUGAS INDUSTRI PETRO DAN OLEOKIMIA

PROSES PEMBUATAN GLISEROL

Disusun O l e h :
Kelompok VI/Kelas B
Devi Permatasari

(0707132218)

M.Wawan Juniansah (0807121047)


M.Ridwan Afitra

(0907114251)

Nurul Aini Thaibil F (0907120923)


Rahmat Afandi

(0907114257)

Ryan Prakarsa Putra (0907136039)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul, Proses Pembuatan
Gliserol telah dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas
industri petro dan oleokimia. Untuk bisa mewujudkan makalah ini, penulis beserta
anggota kelompok menemui berbagai kendala yang harus dilalui. Namun, berkat
dorongan dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat juga diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menghasilkan hasil yang terbaik. Namun penulis mengharapkan kritik dan
saran guna penyempurnaan tulisan makalah ini. Penulis dan anggota berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga ALLAH SWT senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Karunia-nya kepada kita semua, Amin.

Pekanbaru, Mei 2011

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
I.A. LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu tugas mata kuliah Industri Petro dan Oleokimia, membuat
makalah

tentang

suatu

bidang

industri

pada

mata

kuliah

ini

serta

mempresentasikannya menjadi tolak ukur keaktifan mahasiswa yang mengambil mata


kuliah ini. Landasan tersebut adalah alasan utama kami untuk menyajikan tugas
dalam bentuk makalah ini.
Adapun topik yang akan kami coba untuk menjelaskannya pada makalah ini
adalah Industri Gliserin / Gliserol. Alasan utama kami membahas topik ini karena
memang kelompok kami ditugaskan untuk mengupas tuntas tentang materi ini.
I.B. TUJUAN PENULISAN
Secara garis besar dapat kami jelaskan beberapa tujuan dari penulisan
makalah tentang Industri Gliserin adalah sebagai berikut :
Sebagai penjelasan terhadap bahan ataupun pertanyaan atas materi Industri

Gliserin yang menjadi salah satu bagian penting mata kuliah ini.
Sebagai salah satu jalan keluar atas tuntutan tugas dalam mata kuliah
Pengantar Industri Petro dan Oleokimia, yang merupakan mata kuliah penting

untuk program studi teknik kimia S-1


Menjadi sumber literatur bagi penulis lain yang membahas masalah yang
sama

I.C. METODA PENULISAN

Metoda pengumpulan bahan serta teori pada pengembangan makalah ini dapat
kami bagi menjadi beberapa aspek, yaitu:

Study kepustakaan, yakni dengan membaca dan memahami pelbagai referensi


seperti; buku teks, jurnal ilmiah yang berhubunga dengan topic yang kami

bahas ini.
Browsing internet, hal ini menjadi sumber materi kami yang penting, dengan
mencari beberapa tinjauan pada beberapa situs kami mendapat banyak

landasan teori yang teranyar dan informasi mengenai topic yang kami bahas.
Tanya jawab langsung dengan narasumber yang lebih memahami seperti,
beberapa senior yang telah lulus mata kuliah ini.

I.D. MANFAAT PENULISAN


Secara kasat mata, dapat sedikit kami jelaskan mengenai manfaat yang
diperoleh setelah terbacanya makalah ini adalah sebagai berikut:
Dapat menambah literatur dan referensi mengenai topik Industri Gliserin
Dapat menjadi suatu makalah yang dapat menyelesaikan serta menjelaskan
pertanyaan seputar topik ini.

BAB II
ISI

II.1. Proses Pembuatan Gliserin


II.1.1 Pemecahan Lemak/ Lemak atau Fat Splitting (Hidrolisis)
Minyak atau lemak merupakan campuran dari ester-ester asam lemak dan
gliserol yang membentuk gliserida, dan ester-ester tersebut dinamakan
trigliserida. Pada suhu kamar minyak berwujud fase cair, sedangkan lemak dalam
fase padat. Karakteristik trigliserida ditentukan oleh komponen asam lemak
pembentuknya, karena sebagian besar dari komponen trigliserida adalah asam
lemak. Trigliserida yang direaksikan dengan air pada temperatur dan tekanan
tertentu akan menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Minyak atau lemak dapat dihidrolisis atau dipecah menjadi zat asam yang
mengandung lemak dan gliserin, reaksinya sebagai berikut :

Proses pemisahan lemak ada empat macam :


1. Proses Twitchell
2. Proses Autoclave Batch
3. Proses Kontinu
4. Proses secara Enzimatik
II.1.1.A. Proses Twitchell
Proses Twitchell adalah proses yang mula-mula dikembangkan pada
splitting. Proses ini masih menggunakan cara yang sederhana, disebabkan murah
serta kemudahan dari instalasi dan operasi. Tetapi proses ini membutuhkan energi
yang besar

dan kualitas produk yang rendah. Proses splitting menggunakan

reagen Twitchell dan H2S sebagai katalis dalam hidrolisis. Reagennya adalah
campuran dari oleic atau asam lainnya dengan naptalen tersulfonasi.
Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan asam.
Kandungan yang terdiri dari air yang jumlahnya dari lemak, H 2S 1-2 % dan
reagen Twitchell 0,75-1,25 % dipanaskan sampai mendidih pada tekanan atmosfer
selama 36-48 jam, menggunakan steam terbuka. Proses biasanya diulangi dua
sampai empat kali, fasa tiap tahap menghasilkan larutan gliserin dan air. Pada
tahap akhir, air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga mendidih
guna mencuci asam yang tertinggal.
Pada periode reaksi yang panjang, steam yang dibutuhkan menjadi tinggi
dan diskolorisasi asam lemak tidak merata sehingga pemakaian proses ini tidak
menguntungkan.
II.1.1.B. Proses Autoclave Batch
Proses ini adalah metode komersial yang paling awal untuk hidrolisis
umpan minyak / lemak dengan kualitas yang lebih baik untuk menghasilkan asam
lemak yang warnanya baik (light-colored). Proses ini lebih cepat dibandingkan
dengan proses Twitchell, butuh waktu selama 6-10 jam sampai selesai. Hidrolisis
menggunakan katalis zinc, Mg atau kalsium oksida. Dari semua katalis yang
paling aktif adalah zinc. Sekitar 2-4 % katalis digunakan dan sejumlah dari serbuk
zinc ditambahkan untuk meningkatkan warna dari asam lemak.
Autoclave merupakan silnder yang tinggi, dengam diameter 1220-1829
mm dan tinggi 6-12 m dibuat dari alloy yang tahan terhadap korosi (corrosionresistant alloy) dan terlindungi secara penuh. Penginjeksian steam menyebabkan
terjadinya pengadukan, meskipun pada beberapa kondisi digunakan mesin
pengaduk.
Dalam operasi, autoclave diisi dengan lemak dan air yang jumlahnya
(sekitar dari lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna menggantikan
udara terlarut dan autoclave ditutup. Steam yang digunakan untuk menaikkan
tekanan sampai 1135 kPa dan diinjeksikan secara kontiniu, sementara sebagian

kecil kisi-kisi menjaga agitasi dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih
dari 95% setelah 6-10 jam. Isi dari autoclave dipindahkan ke tangki, dimana
terbentuk asam lemak dibagian atas dan gliserin pada bagian bawah. Asam lemak
yang terbentuk ditambahkan asam mineral untuk memisahkan kandungan sabun
dan selanjutnya dilakukan pencucian kembali guna memisahkan sisa asam
mineral.
II.1.1.C. Proses Kontinu
Proses kontinu merupakan proses pemisahan lemak dengan menggunakan
suhu dan tekanan yang tinggi. Proses hidrolisis ini lebih dikenal dengan proses
Coltage-Emery, merupakan metode yang paling efisien dalam hidrolisis lemak.
Suhu dan tekanan tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi. Aliran
counter current dipenuhkan oleh minyak dan air guna menghasilkan suatu derajat
hidrolisis yang maksimal tanpa memerlukan katalis, tetapi katalis juga dapat
digunakan untuk meningkatkan laju reaksi.
Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses ini. Kebanyakan
dari menara pemisah mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara
yang sama. Tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pad diameter
508-1220 mm dengan tinggi 18-25 m dan terbuat dari bahan tahan korosi seperti
baja stainless 316 atau campuran logam yang dirancang untuk beroperasi pada
tekanan sekitar 5000 kPa.
Gambar

di

bawah

menunjukkan

suatu

rancangan

Single-stage

Countercurrent splitting, lemak terdeaerasi dimasukkan dengan cincin sparge


(sparge ring) sekitar 1 meter dari dasar dengan sebuah pompa bertekanan tinggi.
Air terdapat pada bagian atas dengan perbandingan 0-50% dari berat lemak.
Temperatur pemisahan yang tinggi (250-260 oC) cukup menjamin agar air dapat
melarut dalam minyak, sehingga tidak diperlukan lagi alat untuk membuat air dan
minyak berkontak..
Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah
lewat sebagai fase yang saling bersentuhan dari dasar atas menara, sementara

cairan lebih berat mengalir turun sebagai fase terdispersi melewati campuran
lemak dan asam. Derajat pemisahan dapat dicapai hingga 99%. Proses continiu
countercurrent tekanan tinggi memecah lemak dan minyak dengan lebih efisien
dari pada proses lain dengan lama reaksi 2-3 jam.

Gambar 1. Single Stage Counter Current Splitting


II.1.D. Proses secara Enzimatik
Lemak atau minyak dapat terhidrolisis denagn adanya enzim alami. Proses
hidrolisis dengan enzim ini memakan biaya yang besar dan waktu reaksi yang
lama.
Hidrolosis enzimatik menggunakan enzim lipase dari Candida Rugosa,
Aspergillus niger, dan Rhizopus arrhizus pada kondisi suhu 26-46 dengan waktu
48-72 jam. Proses ini dapat mencapai konversi 98 %.

Tabel 1 : Perbandingan proses-proses hidrolisis

Parameter

Twitchell

Batch

Suhu / C
Tekanan
Katalis

100-105
atmosferik
H2S

Autoclave
150-240
250
1135 kPa
5 kPa
Zn, Mg, atau Tanpa katalis

Model

Batch

Ca oksida
Batch

Kontinu

Operasi
Waktu/jam
Konversi
Keunggulan

36-48
85-98 %
Suhu

6-10
95-98 %
Investasi

2-3
97-99 %
Perolehan

48-72
98 %
Perolehan
tinggi

Kontinu

Enzimatik

dan

awal lebih

lebih

tekanan

rendah

tinggi

rendah

daripada

Biaya

proses

gliserin

investasi

kontinus

tinggi

awal

26-46
atmosferik
biokatalis

Konsentrasi

Lebih

Pengendali

relatif

cepat

an

rendah

daripada

akurat

lebih

proses
Kekurangan

Twitchell
Wak Investasi

tu reaksi

lebih

lama

tinggi

Kon Waktu
sumsi

lebih

steam

lambat

tinggi

dari

Lebi
h

kontinu.

dari Lebih dari

Waktu

Investasi
awal tinggi

reaksi

Suhu

lama

tekanan
tinggi

dan

Investasi
awal
tinggi

satu

satu tahap

tahap

Dari tabel perbandingan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses yang paling baik
adalah hidrolisis lemak atau lemak dengan proses kontinu, dengan alasan sebagai
berikut :
1. konversi produk yang dihasilkan tinggi
2. dapat dilakukan tanpa katalis
3. waktu reaksi yang relatif singkat
4. konsentrasi gliserin yang diperoleh tinggi
II.1.2.Saponifikasi Lemak atau Minyak
Jika minyak atau lemak disafonifikasi dengan soda kaustik, persamaan
reaksinya sebagai berikut :

Terjadi sabun dari hasil saponifikasi dan sisanya terdiri 8-12% gliserin.
Lemak dan minyak bisa disaponifikasi melalui proses perebusan. Proses saponifikasi
bisa secara singkat seperti di atas.

Campuran lemak dan minyak dimasukkan kedalam ketel dan ditakar dulu
sejumlah cairan sabun dengan konsentrasi sufisien dan garam yang ditambahkan.
Campuran tersebut direbus dengan optimal memakai coil steam tertutup, sampai
saponifikasi hampir selesai. Untuk memastikan bahwa sisa cairan sabun yang
menyusun gliserin punya alkalinitas minimum,.soda kaustik dalam sisa cairan sabun
dinetralisir selama perlakuan berikutnya berlangsung.
Garam dalam cairan yang dipakai perlu untuk menjaga sabun dalam hal
ini terjadi pemisahan dari sabun dan sisa cairan. Selanjutnya digambarkan setelah
diset dan ditransfer ke dalam proses pembuatan gliserin.
Artinya, sabun yang hilang selama perebusan dan penghitungan yang
lengkap pada pencucian untuk melengkapi saponifikasi dan menghasilkan gliserin
sebanyak mungkin sebelum habis menjadi sabun.
II.1.3. Transesterifikasi lemak / minyak
Transesterifikasi lemak dan minyak adalah proses yang digunakan untuk
produksi metil ester, kecuali dalam kasus yang diinginkan metil ester dari asamasam lemak tertentu. Reaksinya adalah :

Minyak / Lemak

Metanol

Metil Ester

Gliserol

Trigliserida bisa dengan cepat ditransesterifikasi secara batch pada


tekanan atmosfer dan temperatur 60-70oC dengan metanol berlebih dan katalis
alkali. Sebelum ditransesterifikasi, lemak atau minyak harus dibersihkan dari

Asam Lemak Bebas (ALB). Perlakuan ini tidak dibutuhkan jika reaksinya
dilakukan pada tekanan hingga 9000 kPa dan temperatur yang tinggi (240 oC)
dibawah kondisi ini esterifikasi dan transesterifikasi berjalan secara simultan.
Campuran pada akhir reaksi dialirkan ke settle. Lapisan sebelah bawah adalah
gliserin dikeluarkan, sementara lapisan atas metil ester dicuci untuk membuang
sisa gliserin dan untuk diproses lebih jauh. Kelebihan metanol didapatkan kembali
dikondensor, dikirim ke kolom pembersihan untuk pemurnian, dan kemudian di
recycle.
Transesterifikasi secara kontinu juga baru bisa diterapkan untuk kapasitas
yang besar bergantung pada kualitas feed. Unit-unitnya didesain untuk beroperasi
pada tekanan dan temperatur yang tinggi atau pada tekanan dan temperatur yang
rendah.

Gambar 2. Manufacture of methyl ester by transesterification

Henkel proses dioperasikan pada 9000 kPa dan 240oC menggunakan umpan
minyak yang belum murni (unrefined oil). Unrefined oil, metanol berlebih, dan
katalis diketahui jumlahnya dan dipanaskan hingga 240oC sebelum diumpankan
ke dalam reaktor. Kelebihan metanol yang besar dari reaktor menuju bubble
fried column untuk pemurnian. Metanol yang diperoleh direcycle ke sistem.
Campuran dari reaktor masuk ke separator dimana gliserin lebih dari 90%
konsentrasi dipisahkan. Kemudian metil ester diumpankan menuju kolom
distilasi untuk pemurnian.
Tabel 2 : Perbandingan Proses Pembuatan Gliserin
Hidrolisis Minyak

Parameter
Temperatur, oC
Tekanan, atm
Konsentrasi
gliserin,%
Konversi,%
Produk
Samping
Kelebihan

Saponifikasi

Transesterifikasi

70
1

50-70
1

12-20

10-25

25-35

97-99

98

99

Asam lemak

Sabun

Metil Ester

(Fat Splitting)
250
50

Bisa diproses

Tanpa katalis

Konversi

dengan atau tanpa

produk yang

katalis

tinggi

Bahan baku
murah

Konsentrasi
gliserin yang
tinggi
Kebutuhan
energi rendah
Produk samping
(metil ester)
lebih ekonomis

daripada
produk proses
lain

Konsumsi energi

emulsi, dapat

yang besar

mengurangi

(karena butuh

konversi

suhu dan tekanan

Kekurangan

gliserin

yang tinggi)

Konsentrasi

Terbentuknya

gliserin rendah

Banyak air
garam yang
harus dibuang

Dari perbandingan proses tersebut maka proses yang dipilih pada perancangan pabrik
gliserin ini adalah transesterifikasi. Beberapa dasar pertimbangan pemilihan proses
yaitu :
1. Konsumsi energi yang rendah
Produksi gliserin dengan metanolisis membutuhkan suhu dan tekanan reaktor
yang lebih rendah dibandingkan hidrolisis dan saponifikasi
2. Peralatan yang tidak terlalu mahal
Gliserin adalah produk samping dari produksi metil ester. Metil ester bersifat
non-korosif dan diproduksi pada kondisi operasi suhu dan tekanan yang
rendah, sehingga bisa diproses dalam alat yang terbuat dari Carbon Steel.
Sedangkan asam lemak dari proses hidrolisis bersifat korosif dan
membutuhkan alat dari stainless steel.
3. Gliserin yang dihasilkan lebih tinggi
Transesterifikasi adalah reaksi yang kering dan menghasilkan konsentrasi
yang tinggi. Sementara hidrolisis dan saponofikasi menghasilkan gliserin-air

yang mengandung lebih dari 80% dan 75% air, lebih dan sehingga pemurnian
selanjutnya membutuhkan lebih banyak energi.
4. Lebih mudah dimurnikan
Gliserol hasil proses transesterifikasi lebih mudah dipisahkan daripada proses
hidrolisis dan saponifikasi. Karena busa yang terbentuk sedikit.
II.2.Metoda Pencucian Gliserin
Gliserin diperoleh melalui proses produksi di atas belum lagi murni dan harus
melelui proses pemurnian konsentrasinya. Ada dua proses pemurnian yang dipakai.
II.2.A.Metoda konvensional
Yaitu dengan cara memisahkan cairan sabun dari gliserol dengan aluminium
atau besi klorida dengan cara evaporasi, distilasi deodorisasi dan bleaching.
Pada dasarnya, langkah-langkah memproduksi gliserin berkadar tinggi dengan
kemurnian 99% sama saja.penghasilan cairan sabun atau gliserol ditambah asam
mineral untuk pemecahan berbagai molekul sabun dan pembebasannya dari asam
lemak. pH disesuaikan dan alumunium atau besi klrida sebagai floccolant
ditambahkan untuk mendapatkan kemurnian ,yang setelah itu disaring. Kemudian
disesuaikan pHnya 6,5 ke atas, sebelum diumpankan ke dalam evaporator.
Tipe evaporator yang memakai single atau multiple efek berdasarkan volume
material yang diproses. Gliserin kasar setelah evaporasi punya konsentrasi 80-88%.
Garam yang dipisahkan dan dikeluarka selama evaporasi dari perlakuan cairan sabun
gliserol.
Akumulasi dalam tepat garam di bawah evaporator. Basa direcover dan
direcycle ke pembuatan sabun.
Gliserin kasar dari evaporator didistilasi dalam keadaan vakum 660-1330 Pa.
panas didalamnya dijaga selama evaporasi agar temperature di bawah 2000 C. ini
dilakukan untuk mencegah polimerisasi dan dekomposisi gliserin. Yang dimulai pada
suhu 2040 C. pengontrolan kondensaai dari pemisahan uap gliserin dari uap air.

Kondensasi gliserinyang mencapai 99% kemurnian melalui deodorisasi dengan


memasukka panas kedalamnya pada penampung deodorisasi keadaan vakum. Gliserin
akhirnya dibleaching dengan karbon aktif dan disaring untuk menghasilkan
konsentrasi lebih dari 99%.
II.2.B. Metoda Pertukaran Ion
Metoda pertukaran ion dari pemurnian gliserin merupakan hal lazim dan
diterima

luas

karena

operasi

yangsederhana

dan

energy

konsumsi

yang

rendah.metode ini didasarkan pada penggunaan resin penukar ion yang cocok dan
partikel yang sesuaiuntuk menyaring gliserin dari pemecahan lemak atau
transesterifikasi. Jika khaddar garam tinggi,pada saponifikasi perlu proses untuk
merubah garam tersebut.
Pemurnian dengan pertukaran ion, tergantung lanjutan sebelum penyaringan
material berdasarkan hasil dengan memakai kation kuat, anion lemah dan tempat
campuran anion-kation kuat. Pertukaran ion beroperasi secara efisien dengan cairan
24-40% gliserin.
Caranya berdasarkan eliminasi permukaan resin bekas asam lemak bebas,
lemak hewan dan mineral lain yang akan dimurnikan. Makanya konsentrasi
pemurnian cairan gliserin didasarkan pada evaporasi (penguapan) memakai multipleefek evaporator untuk memproduksi gliserin dengan kemurnian lebih dari 99%. Akhir
dekolorisasi berdasarkan dengan mengaktifkan permukaan karbon atau perlakuan
dengan karbon aktif berdasarkan filtrasi menghasilkan gliserin yang bagus.
Perbandingan metode konvensional dengan metoda pertukaran ion. Metoda
konvensional butuh fleksibilitas lebih besar tapi memkai energi lebih banyak,
berdasarkan hal itu maka air harus diuapkan dan gliserin tersebut di distilasi pada
temperature yang lebih tinggi.

Metoda pertukaran ion tidak memakai energi tapi tidak bias dipakai untuk
gliserol bila terdiri dari klorida yang tinggi. Klorida kotor berada pada resin
pertukaran ion.
II.3. PENYULINGAN GLISERIN
Penyulingan gliserin dilakukan dengan distilasi.
Distilasi gliserin
Distilasi gliserin dilakukan denagn menggunakan steam dibawah vakum
tinggi dan peningkatan tempertur. Tekanan uap gliserin pada tekanan udara 760
mmHg pada 290oC, dank arena gliserol mulai berpolimerisasi pada 200oC, distilasi
harus dilakukan pada tekanan rendah. Saat distilasi berlangsung pada steam tekanan
parsial gliserol dikurangi, untuk menjaga tekanan total. Denagn persamaan sebagai
berikut:
Berat Gliserin ( fasa uap ) Tekanan uap parsial Gliserin

Berat air ( fasa uap )


Tekanan uap parsial air

Distilasi gliserin dioperasikan pada tekanan absolute 5-6 mmHg dan temperature
165oC. Reaksi kimia yang tidak diinginkan dapat terjadi dalam gliserol mentah atau
kasar.
Pembentukan komponen Nitrogen dari proteinoeus pada gliserin kasar (tidak
dipindahkan dalam proses treatment) dengan gangguan suhu. Bersama dengan produk
dekomposisi yang rusak, impurities di dalam gliserin ikut disuling. Oleh karena itu,
sanagt penting membatasi waktu pada saat temperature maksimum.
Pembentukan gliserol ester oleh reaksi sabun ( Berat Molekul rendah ) dengan
reaksi sebagai berikut :
C3H5(OH)3 + R-COONa

C3H5(OH)2-O-CO-R

+ NaOH

Pembentukan polygliserol dengan bantuan NaOH yang sangat penting untuk


mengontrol alkalinity dari gliserol kasar ke level optimum.
Pembentukan

acrolein

(CH=CHCHO),

dimana

digunakan

dalam

menghilangkan bau zat yang terkotaminasi.


Jumlah total stripping stream dari distilasi sekitar 20% dari jumlah gliserol
yang diproses. Jumlah ini lebih besar dengan kualitas umpan yang kurang baik.
Bagaimanapun tidak semua steam diinjeksi, seperti air yang berasal dari gliserin
kasar (80%) mengalir menuju steam dan dibagi sesuai kebutuhan.
Penarikan dan Pembuangan residu
Residu yang terakumulasi pada dasarnya masih mengandung sedikit gliserol,
Gliserol polimer, Aldehid resin, produk organic dari dekomposisi dan garam.
Sedikitnya ada dua metode untuk memindahkan residu :

Penerima residu yang ditempatkan sedemikian rupa untuk menampung residu,


yang secara periodic akan dipindahkan kedalam tangki cairan untuk diproses
ulang.

Gliserin dipindahkan secara kontinu dan disaring kembali untuk mendapatkan


gliserin

Penyulingan gliserin cara The Crown Iron Work Co. Press, direpresentasikan
secara kontinu pada proses destilasi menggunakan lebih banyak suplai sweet water
atau bahan sabun gliserin mentah.
Gliserin kasar dipanaskan secara regeneratf dengan destilasi gliserin. Cairan
(liquor) kemudian masuk hingga panas mencapai suhu 165 0C dan disirkulasikan oleh
pompa sirkulasi. Cairan (liquor) yang disirkulasikan adalah sebagian uap air yang
diuapkan dengan bantuan vacum (6 mmHg) dan sparging uap air dalam suhu kamar.
Uap air naik melalui bagian separasi menuju alat kondensasi. Disitu uap air
dikondensasikan dalam suatu lapisan dan diedarkan kembali, didinginkan dan gliserin

disuling. Gliserin yang terpadatkan atau terkondensasi (80-90%) glisserin dibawah


standar, yang akan dikirim ke gudang penyimpanan. Gliserin dibawah standar adalah
gliserin refined yang jumlahnya dikumpulkan 2-3 hari dalam tiap bulannya.
Residu yang berada yang ada di dasar merupakan residu yang kaya akan
gliserol (25%). Dalam jumlah kecil (0.5%) asam posporik ditambahkan kedalam
residu agar pH dapat terjaga dan menghambat pembentukan poligliserol. Kemudian,
residu dipanaskan dengan resirkulasi pemanas eksternal hingga suhu 1750C dan
secara parsial diuapkan dibawah vacum dan 24% stripping steam. Lebih banyak uap
yang terkondensasi pada kaki kondensornya dan kemudian menghasilkan gliserin
kasar.
Residu yang berada dibawah kaki kondensor dipindahkan kedalam drum
untuk disimpan. Gliserin didestilasi dari gliserin kasar akan dievaporasi ulang dalam
deodorizer pada temperatur 130oC-140oC dengan vacuum tinggi dan stripping steam
dan panas luar. Untuk menjaga perpindahan agar tetap optimal dari material yang
bersifat odoriferous dan kelembaban residu. Gliserin yang akan dihilangkan baunya
(deodorisasi) didinginkan sebelum di alirkan kekolom karbon aktif, kemudian warna
material dihilangkan. Gliserin yang sudah melalui proses bleaching disring kemudian
dipindahkan ke butir partikel karbon untuk didinginkan lebih lanjut dan dikirim ke
gudang penyimpanan.
II.3.A. ALAT PENUKAR PANAS PERMUKAAN
Metode alternatif dari gliserin adalah dengan menggunakan sistem pengering
film tipis. LCI corp. menjelaskan proses ini secara lanjut dengan menggunakan
metode counter current untuk memisahkan uap dari pengering film tipis ke umpan
cairan yang terdiri dari badan pemanas dan rotor.
II.3.B. STABILISASI DAN PENYIMPANAN
Gliserin kasar dan encer mengandung sedikitnya beberapa materi suspensi
(endapan garam) yang harus dibuang selama proses penyimpanan. Kemudian untuk
menghindari bercampurnya material ini kedalam proses ketika luquor diambil

direkomendasikan untuk menggantikan nozel yang terletak dibawah level terendah


tanki serta pengosongan dan pencucian tanki secara periodik.
Larutan gliserol encer (< 50%) merupakan subjek untuk fermentasi yang akan
mengurangi yield dan mengakibatkan kemunduran produk gliserol yang dihasilkan.
Dan gliserol dijaga pada suhu 700C dan atau pada konsentrasi tinggi yang akan
mencegah masalah ini. Pertambahan konsentrasi gliserin akan menyebabkan kesulitan
dalam pemompaan. Pada suhu yang rendah karena mamiliki viskositas yang tinggi
maka direkomendasikan agar gliserin dipompa pada suhu 40oC-500C, temperatur
yang rendah akan menyebabkan kesulitan saat pemompaan dan suhu yang tinggi akan
mengakibatkan perubahan warna gliserin. Jika menggunakan coil pemanas atau
steam, penting untuk menggunakan tekanan steam rendah sehingga tidak terlalu
memanaskan

gliserol

dan

mengakibatkn

rusaknya

produk

vesel

basa

direkomendasikan untuk mencegah pembentukan asam lemak terdapat didalam tanki


tersebut karena gliserin bersifat higrokopis maka kelembaban dapat dihilangkan dari
tanki penyimpanan gliserin.
Gliserin yang dipanaskan jangan disimpan didalam tanki yang terbuat dari
tembaga atau besi karena garam tembaga atau besi dapat mengkatalis reaksi oksidasi
terhadap gliserin pada kondisi tertentu.
II.3.C. AROMA DAN WARNA
Masalah warna dan rasa dapat dihindari dengan menggunakan bahan mentah
berkualitas, threating dan penyimpanan gliserol kasar dan mencegah kenaikan suhu
untuk waktu yang lama pengotor dalam gliserin kasar khususnya zat organik bukan
trigliserida menyebabkan turunnya kualitas dan kuantitas gliserin yang disaring.
Jika zat organik bukan gliserida dikandung tinggi dari 3-5%, masalah aroma,
rasa dan warna akan timbul pada produk akhir. Trimetilen glikol yang ada bersama
zat organik bukan trigliserida dapat menyebabkan perubahan warna dari gliserin dan
menimbulkan masalah dalam penyimpanan.

II.4. MANFAAT GLISERIN


Kegunaan dari gliserin sangat fenomenal, berdasarkan pengamatan hingga 1700
kegunaan telah diketahui. Gliserin secara luas digunakan dalam :
1. produk alami, tidak beracun dan aman untuk dikonsumsi manusia
2. gliserin adalah humectant, emulsifier dan plasticiser yang baik
3. kompatible dengan berbagai macam material dan bercampur dengan baik
Di bawah ini beberapa kegunaan dari gliserin :
1. perekat, digunakan untuk plasticizing
2. agriculture digunakan dalam bentuk spray dips
3. antifrizer/anti beku
4. pembersih dan pengkilat
5. pencegah korosi digunakan untuk melapisi permukaan logam
6. kosmetik, misalnya, dalam krim kulit dan lotion, sampo dan hair condisioner,
sabun dan deterjen
7. bahan peledak untuk pembuatan trinitro gliserin
8. farmasi, untuk pembuatan antibiotik
9. resin
10. tekstil, untuk perlakuan antistik, anti shrink, dan water proofing.
Diagram kegunaan gliserin

Selain beberapa manfaat di atas, gliserin juga berguna dalam bentuk :


1. Campuran gliserin dengan PK*
Gliserin kalau bercampur dengan kristal PK* akan menimbulkan api kimia.
Tuang gliserin di selembar kertas, lalu ditaburkan kristal PK, tak lama kemudian
kertas itu pasti akan mengepulkan asap putih dan lantas hangus dilahap kobaran api.
Jangan lupa sediakan air untuk menyiram api.
PK* adalah kalium permanganat, merupakan oksidator kuat yang sering
digunakan untuk mengobati penyakit ikan akibat ektoparasit dan bakteri. PK kalau
tercampur air, warnanya merah dan baunya seanyir darah. Larutan serbuk PK yang
dicampur dengan air mandi biasanya digunakan untuk penderita yang menderita
alergi, kudis, kurap, panu dan teman-temanya.
2. Nitrogliserin
Nitrogliserin merupakan salah satu bahan dasar dari propelan jenis double base.
Campuran nitrogliserin dan nitroselulosa merupakan bahan yang umum digunakan
dalam industri bahan peledak. Sampai saat ini kebutuhan bahan peledak masih
diperoleh dari luar negeri termasuk nitrogliserin yang merupakan bahan dasar utama
dalam pembuatan propelan jenis double base. Nitrogliserin dapat dihasilkan melalui
proses nitrasi pada kondisi tertentu dengan menggunakan campuran asam nitrat dan
asam sulfat.
Asam-asam tersebut pada saat ini telah dapat diproduksi di dalam negeri begitu
pula gliserinnya. Dewasa merupakan hasil samping pada industri sabun telah dapat
diperoleh dengan kadar 85-99,5 %. Dengan tersedianya bahan baku nitrogliserin di
dalam negeri, maka Universitas Indonesia bersama BPPIT Dephankam memandang
perlu untuk melakukan studi pembuatan dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada di dalam negeri, yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam memecahkan

masalah ketergantungan dari luar negeri dalam pemenhuhan kebutuhan bahan baku
tersebut.
Disisi lain juga membantu industri itu sendiri di dalam pengembangan diri
dalam berproduksi. Dengan memperhatikan hal tersebut diatas perlu diupayakan
untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam rangka mendukung
kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara.

BAB III
KESIMPULAN
1. Gliserin adalah suatu tribasic alkohol yang terdapat di alam dalam bentuk
trigliserida yang merupakan trigliseril ester dari asam lemak.
2. Cara pembuatan gliserin :

Hidrolisis dari lemak dan minyak dengan bantuan katalis untuk


menghasilkan asam lemak dan gliserin: air manis yang dibentuk terdiri

16-20% gliserin.
Safonifikasi lemak dan minyak memakai soda kaustik yang
merubahnya ke bentuk sabun dan gliserin.
a.

Proses Twitchell

b.

Proses Autoclave Batch

c.

Proses Kontinu

d.

Proses secara Enzimatik

Transesterifikasi yang menghasilkan gliserin dari trigliserida saat


lemak dan minyak direaksikan dengan metanol dengan bantuan katalis
untuk menghasilkan metil ester..

3. Metoda pemurnian gliserin ada dua,yaitu :

Metoda Konvensional

Metode Pertukaran Ion

Penyulingan

4. Proses yang paling baik untuk pembuatan gliserin adalah transesterifikasi


karena Gliserin yang dihasilkan lebih tinggi, lebih mudah dimurnikan,
konsumsi energi yang rendah, dan peralatan yang tidak terlalu mahal
DAFTAR PUSTAKA

Herman, Syamsu dan Khairat,. 2004. Kinetika Reaksi Hidrolisis Minyak Sawit
dengan Katalisator Asam Klorida. Jurusan Teknik Kimia, FT, Universitas
Riau, Pekanbaru.
Hui, Y.H. 1996. Baileys Industrial oil and Fat Products Volume 5, Edisi 5. New
York: Jhon Wiley and Sons, INC.
Khafiya, Nidaan. 2005. Prarancangan Pabrik Gliserol CP (Chemical Pure).
Pekanbaru: Teknik Kimia UNRI.
Sunardi. 2004. Prarancangan Pabrik Gliserin dari Crude Palm Oil (CPO).
Pekanbaru: Teknik Kimia UNRI.
Anonim. Biodiesel Technology , A patented biodiesel technology. developed
at the University of Toronto, www.rendermagazine.com, diakses tanggal 5
Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai