Anda di halaman 1dari 7

PENGENALAN ALAT-ALAT DIAGNOSA KLINIK

Kelompok 9
Lola Adriana N1 (O11114003), Muthia Milasari (O11114010), Ririwan D.A Massale
(O11114504), Sriwulan (O11111253)
Asisten : Rizki Pratiwi
2

Bagian Bedah & Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi


Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)
Korespondensi penulis : lola.adrianan96@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui alat yang digunakan dalam menunjang
suatu diagnosis klinik. Kemudian mengetahui fungsi dan cara menggunakan alat tersebut.
Dari praktikum ini diketahui alat-alat yang biasanya digunakan dalam mendiagnosis pasien di
Klinik Hewan Pendidikan, Kampus Baraya Universitas Hasanuddin antara lain stethoscope
(berfungsi untuk mendengar bunyi dalam rongga tubuh dan organ dalam seperti jantung),
reflex hammer (berfungsi untuk melihat refleks dari bagian tubuh tertentu), Penlight
(berfungsi sebagai alat bantu penerangan), Thermometer (berfungsi sebagai alat pengukur
suhu tubuh), Otoscope (berfungsi sebagai alat pemeriksa saluran telinga), Ophtalmoscope
(berfungsi untuk memeriksa keaadan mata), Laryngoscope (untuk memudahkan dalam
melihat daerah larynx dan sekitarnya), Woodlamp (kaca pembesar untuk mendeteksi jamur),
Elektrokardiagram (EKG) (suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung), dan
Ultrasonography (USG) (suatu alat monitoring organ internal, otot, struktur serta ukuran).
Pengenalan alat diagnosa adalah kompentensi yang harus diketahui oleh seorang dokter
hewan dalam mendiagnosa dengan mengetahui fungsi penggunannya.
Kata kunci : Ala-alat diagnosis, cara menggunakan alat, diagnosis klinik, fungsi alat
diagnosis, pasien
PENDAHULUAN
Pengkajian kesehatan terdiri dari tiga
komponen; (1) wawancara dan riwayat
kesehatan; (2) pengamatan umum dan
pengkuran tanda-tanda vital; dan (3)
pemeriksaan
fisik,
yang
meliputi
diagnostik, impretasi fisik menyeluruh
(Jones, 2009).
Dunia diagnostika kedokteran hewan
terbagi dalam 2 (dua) kegiatan besar, yaitu
diagnostika klinik dan diagnostika postmortem. Diagnostika klinik merupakan
rangkaian pemeriksaan medik terhadap
fisik hewan hidup untuk mendapatkan
kesimpulan berupa diagnosis sekaligus
pemeriksaan dengan menggunakan alat

bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk


mendapatkan
peneguhan
diagnosis
(Widodo, 2011).
Diagnostika sejatinya adalah suatu
cabang ilmu tentang mengenali dan
menamai
penyakit
atau
membuat
diagnosis. Membuat diagnosis dapat di
tujukan kepada seekor hewan yang di
tangani seorang dokter hewan, dapat pula
ditujukan kepada seekor hewan yang di
tangani seorang dokter hewan,dapat pula
ditujukan kepada sekelompok atau
sekawanan hewan melalui pemeriksaan
acak dan yang terakhir adalah ditujukan
untuk maksud pemberian status kesehatan
suatu peternakan atau wilayah usaha
peternakan. Dalam hal ini diagnostika
lebih banyak ditujukan kepada peternakan

dari hewan produksi (farm dan food


animal husbandry) (Widodo, 2011).
Untuk menegakkan pemeriksaan
fisik
maka
diperlukan
instrument
penunjang berupa alat-alat diagnostik yang
bervariasi dan dirancang khusus sesuai
dengan kegunaan dan fungsi masingmasing. Yang paling umum adalah
stetoskop yang berfungsi untuk mendengar
bunyi dalam rongga tubuh dan organ
dalam seperti jantung dan berbagai alat
diagnostik lainnya. Dalam laporan ini akan
dibahas lebih lanjut tentang alat-alat
diagnostik beserta fungsi dan cara
penggunannya
berdasarkan
hasil
praktikum.
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosa adalah suatu proses untuk
menentukan dan mengamati perubahan
yang terjadi pada ternak atau hewan
melalui tanda-tanda atau gejala klinis yang
terlihat sehingga suatu penyakit dapat
diketahui penyebabnya (Cipto, 2010).
Diagnosis yang tepat dari penyakit
hewan tergantung pada tiga faktor penting
(Cipto, 2010) :
1. Identifikasi organ vital dan struktur
tubuh.
2. Pengetahuan tentang gejala penyakit
dan lesi.
3. Sebuah rencana yang sistematis untuk
memeriksa tubuh hewan.
Sedangkan menurut Handayani dan
Tole (2008), proses diagnostik merupakan
perpaduan dari aktivitas intelektual dan
manipulatif. Diagnosa sendiri diartikan
suatu proses penting pemberian anam dan
pengklasifikasian
penyakit-penyakit
pasien, yang menunjukkan nasib pasien
dan yang mengarahkan pada pengobatan
tertentu. Diagnosa banding sebagaimana
halnya dengan penelitian-penelitian ilmiah,
didasarkan atas metode hipotesis.
Dalam merumuskan hipotesis untuk
sebaian
besar
gangguan
klinik,
pemeriksaan fisik mempunyai arti yang
kurang penting, jika kita bandingkan
dengan riwayat yang tersusun dengan jelas
dan teratur menurut rangkaian kejadiannya.
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang

paling penting di dalam memperkuat


penemuan-penemuan yang berhasil kita
dapatkan dari riwayat yang tela kita ambil
dan menambah atau mengurangi pilihan
diagnosis yang dapat kita lakukan (Delf,
1996).
Di berbagai negara maju, hampir
semua rumah sakit memiliki sarana dan
prasarana yang lengkap dan memadai. Di
bidang penyakit jantung, misalnya, mereka
memiliki sarana diagnostik yang lengkap
mulai dari Echocardiography tiga dimensi,
Magnetic Resonance Imaging (MRI), CTScan, kateterisasi dengan fasilitas rotator
blade, dan sebagainya. Dengan modal
sarana dan prasarana seperti itu, tidak
sedikit rumah sakit di negara-negara maju
yang berani menawarkan program one day
diagnostic
service
dimana
mereka
mengklaim dapat menegakkan diagnosis
penyakit tertentu dalam waktu 24 jam
setelah pasien diterima di rumah sakit
(Mochtar, 2009).
Banyaknya peralatan baik yang saat
ini
digunakan
untuk
menambah
pemeriksaan, merangsang keterampilan
dan pengalam pemeriksa. Hal ini dengan
tepat sekali diperlihatkan oleh bangkitnya
kembali minat serta perhatian dan fasilitas
pada pemeriksaan dengar (auskultasi)
jantung, yang dipercepat oleh pemakaian
meluas alat-alat seperti fonokardiografi,
ekhokardiografi, dan angiografi (Delf,
1996).
Membuat diagnosis dapat ditujukan
kepada seekor hewan yang ditangani
seorang dokter hewan, dapat pula
ditujukan kepada sekelompok atau
sekawanan hewan (Widodo, 2011).
Tata cara pemeriksaan fisik hewan
dapat dilakukan dengan catur indera
pemeriksa, yakni dengan penglihatan,
perabaan, pendengaran, serta penciuman
(pembauan) antara lain dengan cara
inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi
atau mengetuk, auskultasi atau mendengar,
mencium atau membaui, mengukur dan
menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi,
pemeriksaaan laboratorium klinik serta
pemeriksaan dengan alat diagnostik lain
(Widodo, 2011).

Inspeksi dapat dilakukan langsung


atau tidak langsung. Selama inspeksi
langsung, bergantung sepenuhnya pada
penglihatan, pendengaran, dan penciuman.
Selama inspeksi tidak langsung digunakan
alat-alat seperti spekulum hidung atau
vagina,
atau
oftalomoskop,
untuk
membuka jaringan internal atau untuk
meningkatkan penglihatan pada area tubuh
tertentu (Morton, 2003).
Stetoskop adalah alat yang
digunakan untuk membantu auskultasi.
Stetoskop modern menghantarkan dan
mengumpulkan bunyi dan memilih
frekuensi (Adams, 2005).
Menurut Jones (2009) alat-alat yang
digunakan untuk pemeriksaan fisik
komprehensif dilakukan oleh dokter.
Peralatan
yang
dibutuhkan
untuk
pemeriksaan fisik secara menyeluruh
adalah : Pena cahaya (penlight), meteran,
sarung tangan, otoscope, depressor lidah
(Tongue spatel), stethoscope, palu refleks,
dan
peralatan
tambahan
seperti
thermometer, sfigmanometer, jam, dan
skala.
MATERI DAN METODE
Praktikum pengenalan alat ini
dilakukan di kampus Unhas Baraya dengan
menggunakan alat-alat yaitu stethoscope,
thermometer, penlight, reflelx hummer,
woodlamp, otoscope, opthalmoscope,
laryngoscope, Electrokardiogram (EKG),
dan Ultrasonography (USG).
Metode praktikum adalah metode
deskriptif demonstrasi dimana asisten
memaparkan nama alat-alat diagnostik
klinik secara langsung, menjelaskan fungsi
serta cara penggunaannya.

didengarkan suara jantung dan suara


paru-paru (resonan atau pekak).
Cara menggunakannya yaitu
memasang ear piece pada kedua
telingan kemudian tempelkan chest
piece pada area yang ingin diketahui
bunyinya.
kemudian
dengarkan
suaranya. Pastikan pasien dalam
keadaan rileks.

2. Thermometer
Alat ini berfungsi untuk
pengukur suhu. Thermometer terbagi
dua yaitu thermometer air raksa dan
thermometer digital yang dimana
keduanya mempunyai kekurangan dan
kelebihan masing-masing, jika di
gunakan dengan tepat maka yang
paling akurat adalah thermometer air
raksa tetapi untuk lebih mudahnya
thermometer digital lebih di anjurkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Stethoscope Sprague rappaport
Stethoscope terbagia atas 4 bagian
besar, yaitu earpiece, binaural, tube dan
chest piece (diafragma, bell, stem).
Digunakan untuk mendengar bunyi
pada bagian tubuh tertentu, umumnya
pada bagian tubuh yang berongga.
Misalnya pada bagian thorax dan
abdomen. Pada bagian thorax dapat

3. Reflex hummer
Ada dua bagian dari Reflex
hummer yakni gagang untuk pegangan
dan palu sebagai bantalan pukulan.

Digunakan untuk menguji kemampuan


refleks saraf di bagian-bagian tubuh
tertentu. Cara menggunakannya yaitu
dengan cara mengetuk (perkusi),
biasanya digunakan pada lutut tepatnya
bagian Ligamentum patella.

4. Penlight
Ada dua jenis penlight, yang
bercahaya putih dan kuning. Penlight
digunakan
sebagai
alat
bantu
penerangan dan juga digunakan untuk
melihat kondisi pada mata serta
menguji refleks (kontriksi/dilatasi)
pupil mata. Penlight bercahaya putih
biasanya lebih sering digunakan
dibanding penlight bercahaya kuning
karena cahaya putih sesuai dengan
warna bola mata sehingga dapat
menghindari kesalahan diagnosa.

5. Laryngoscope
Pada alat ini terdapat dua
bagian
yakni
gagang
sebagai
pegangan dan bagian atas untuk
melebarkan Larynx yang bentuknya

menyerupai mulut yang dapat di buka


tutup. Digunakan sebagai alat abntu
untu membuka rongga mulut dalam
melihat lebih jelas keadaan rongga
dalam Larynx dan sekitarnya.

6. Woodlamp
Alat yang digunakan untuk
mendeteksi adanya jamur pada tubuh,
namun jamur yang bisa dideteksi
terbatas pada microsporum sp. Karena
jamur ini memiliki zat metabolik yang
akan terpendar berwarna hijau terang
ketika terkena cahaya dari woodlamp.
Terdapat lampu deteksi jamur dan kaca
pembesar untuk mempermudah. Cara
penggunaannya yaitu dengan menyusur
woodlamp pada bagian kulit yang ingin
kita amati sambil melihat hasilnya
dikaca pembesar.

7. Otoscope
Alat
ini
digunakan
untuk
memeriksa bagian dalam telinga yang
juga dilengkapi dengan lampu untuk

memudahkan melihat bagian dalam


secara jelas. Cara menggunakannya
yakni dengan memasukkan otoscope ke
dalam lubang telinga secara perlahan
kemudian amati bagian dalam telinga
dimonitor/layar. Pada saat praktikum
ada dua macam otoscope yang
diperlihatkan, yakni tanpa monitor dan
yang satu lebih canggih lagi dengan
monitor.

gelombang khas yang disebut sebagai


gelombang P, Q, R, S, dan T, sesuai dengan
penyebaran
eksitasi
listrik
dan
pemulihannya melalui sistem hantaran dan
miokardium. Terdiri dari beberapa bagian
ada kabel untuk sumber listrik, kabel
elektroda
extremitas
atau
dada,
monitor/layar untuk melihat hasil EKG,
kertas
EKG,
dan
empat
buah
elektroda/lead.
Cara penggunaannya yaitu dengan
mengoleskan gell pada ke empat lead,
kemudian jepit keempat lead masingmasing dua di extremitas cranial dan dua
di extremitas caudal atau bisa juga pada
dada, tunggu beberapa menit sampai
monitor memperlihatkan grafik yang
konstan. Hasilnya dapat di print maupun
disimpan di mesin EKG.

8. Opthalmoscope
Alat ini digunakan untuk
melihat bagian dalam mata. Cara
menggunakannya
yaitu
dengan
memegang
bagian
gagangnya
kemudian proyeksikan cahaya melalui
prisma dan membelokkan cahaya
dengan sudut 90 derajat, dengan
demikian memungkinkan pemeriksa
melihat retina.

9. Elektrokardiagram (EKG)
suatu alat pencatat grafis aktivitas
listrik jantung. Pada EKG terlihat bentuk

10. Ultrasonography (USG)


Alat ini digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas
hampir semua bagian tubuh kecuali
bagian yang berongga dan bertulang.
Alat ini yang sering digunakan untuk
melihat perkembangan janin dalam
tubuh hewan yang bunting. Alat ini
terdiri dari kabel monitor/layar dan

transducer. Transducer terbagi dua ada


yang linear dan ada yang konkaf,
penggunaanya
sesuai
dengan
kebutuhan, linear jika melakukan
Pemeriksaan kebuntingan (PKB)
dengan
palpasi
rektal,
konkaf
digunakan jika yang diperiksa adalah
untuk permukaan tubuh.
Cara menggunakannya dengan
menempelkan atau meletakkan alat
transducer ke bagian tubuh yang ingin
diamati bagian dalamnya. Sebelumnya
oleskan ujung konkaf transducer
dengan gell. USG yang telah diberikan
gelombang ke abdomen atau orgat
target lainnya kemudian melihat
hasilnya di monitor. Warna yang
dihasilkan ada 3 lead yaitu abu-abu
tua, abu-abu muda, dan hitam.

saraf dari bagian tubuh tertentu), Penlight


(berfungsi sebagai alat bantu penerangan),
Thermometer (berfungsi sebagai alat
pengukur suhu tubuh), Otoscope (berfungsi
sebagai alat pemeriksa saluran telinga),
Ophtalmoscope
(berfungsi
untuk
memeriksa keaadan mata), Laryngoscope
(untuk memudahkan dalam melihat daerah
larynx dan sekitarnya), Tongue spatel
(berfungsi untuk menekan lidah untuk
memudahkan pemeriksaan kerongkongan),
Woodlamp
(kaca
pembesar
untuk
mendeteksi jamur), Elektrokardiagram
(EKG) ( suatu alat pencatat grafis aktivitas
listrik jantung), dan Ultrasonography
(USG) (suatu alat monitoring organ
internal, otot, struktur serta ukuran).
Daftar Pustaka
Adams. 2005. Diagnosis Fisik Edisi 17.
Jakarta : EGC
Cipto, Dwi. 2010. Dasar-Dasar Diagnosa
Penyakit. [online]. (http://blogs.unpad.
ac.id/dwicipto/files/2011/02/Kuliah-5.Dasar-dasar-Diagnosa-Penyakit.pdf di
akses pada hari Minggu tanggal 9
Oktober 2016 pukul 15.31 WITA)
Delf, Mohlan H. 1996. Major Diagnosis
Fisik. Jakarta : EGC
Handayani, L dan Sutikno, T. 2008. Sistem
Pakar untuk Diagnosis Penyakit THT
Berbasis Web dengan e2gLite Expert
System
Shell. Jurnal
Teknologi
Industri, Volume 12, Nomor 1.
Jones, Rhonda M. 2009. Prinsip dan
Meode Pemeriksaan Fisik.

KESIMPULAN
Dari praktikum dapat diambil
kesimpulan bahwa adapun alat-alat yang
biasanya digunakan dalam diagnosis klinik
yaitu stethoscope (berfungsi untuk
mendengar bunyi dalam rongga tubuh dan
organ dalam seperti jantung), reflex
hammer (berfungsi untuk menguji refleks

Mochtar, Iqbal. 2009. Dokter Juga


Manusia. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Morton, Patricia Gonce. 2003. Panduan
Pemeriksaan Kesehatan dengan
Dokumentasi Soapie. Jakarta : EGC
Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik
Hewan Kecil. Bogor : IPB Press

Anda mungkin juga menyukai