TINJAUAN PUSTAKA
A. Sputum
1. Pengertian Sputum
Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru,
bronkus dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau
ditelan. Kata sputum yang dipinjam langsung dari bahasa Latin
meludah, disebut juga dahak (Kamus Kesehatan, 2011).
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui mulut biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland,
1992). Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistennya karena kondisi
sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik
pada pembentukan sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum diperlukan
jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran
pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran
sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan
sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa diatasnya,
sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur encer dan terdapat
gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian
bawah sedangkan sputum yang
10
11
3. Klasifikasi Sputum
Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson
a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan
kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung bukan berasal
dari saluran napas bagian bawah.
b.
c.
12
berbau
busuk
kemungkinan
tanda
abses
paru/bronkhiektasis.
i. Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis.
j. Berwarna-biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam
pneumonia).
k. Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk
untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronkitis kronis.
l. Warna (mukopurulen) berwarna kuning-kehijauan menunjukkan
bahwa pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
m. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase .
n. Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotik
tidak akan efektif dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat
berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus meskipun
penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
o. Berbusa putih-mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.
13
Kondisi sputum yang baik ada 5 kriteria yang didapatkan ketika menerima
spesimen sputum yaitu :
a. Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket.
b. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna
kuning kehijauan.
c. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental.
d. Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah.
e. Saliva yaitu Air liur.
5. Pemeriksaan Sputum
a. Indikasi pemeriksaan
Indikasi pemeriksaan sputum adalah untuk mengetahui adanya infeksi
penyakit tertentu seperti pneumonia dan Tuberculosis Paru.
Sputum
dikumpulkan
untuk
pemeriksaan
dalam
Secara
umum
kultur
sputum
digunakan
dalam
14
dengan
pewarnaan
gram
dapat
memberikan
BTA
dilakukan
untuk
menentukan
adanya
15
6) Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam pemeriksaan
kualitatif harus sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi
merupakan saliva, lendir, pus atau bukan. Jika bahan yang
dikeluarkan berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi
parenkim paru (pneumonia).
2.) Bau
Syarat pemeriksaan: harus diuji dalam keadaan segar karena
sputum yang dibiarkan beberapa lama akan busuk. Bau busuk pada
sputum segar didapat pada ganggren dan abses pulmonum, pada
tumor yang mengalami nekrosis dan pada empyema yang
menembus
ke
bronchi,
kalau
abses
dibawah
diafragma
3.) Warna
Warna sputum berbeda-beda tergantung stadium penyakit yang
diderita oleh pasien:
16
Jika ada warna merah yang melapisi darah perhatikan juga pada
darah itu bercampur baur dengan sputum atau hanya melapisi
secara tidak merata ada bagian luarnya saja dan apakah darah
tersebut berbusa dan muda warnanya, ciri-ciri itu mungkin
memberi petunjuk kepada loklisasi perdarahan.
4.) Konsistensi
Ciri-ciri ini juga dipengaruhi oleh penyakit dan stadiumnya.
a) Sereus: edema pukmonum, sputum mucoid pada bronchitis,
asma, pneumonia lobaris pada stadium tertentu.
b) Purulent: abses , brinchiectasi, stadium terakhir bronchitis dll.
c) Seropurulent.
d) Mucopurulent.
e) Serohemoragik.
Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan sediaan natif dan sediaan
pulasan.
1. Sediaan Natif
Pilihlahs ebagian dari sputum yang mengandung unsur-unsur,
taruhlah diatas objek dan tutuplah dengan kaca penutup.
Gunakanlah objektif 10x dan 40x untuk pemeriksaan ini dan
periksakan:
a. Leukosit dan eritrosit .
b. Sel-sel yang mengandung pigmen:
1) Heart failure cells, yaitu sel besar, berinti satu yang
mengandung hemisiderin berupa butir kuning. Untuk
membutikan adanya hemosiderin itu boleh dipakai reaksi
17
dianggap
penting
untuk
menemukannya,
untuk
identifikasi
selanjutnya
diperlukan
2. Sediaan pulasan
Pulasan yang dipakai ialah menurut Wright atau Giemsa, pulasan
Gram dan pulasan terhadap kuman tahan asam yang penting ialah
pulasan Ziehl-nelsen dan pulasan Gram. Agar pemeriksaan gram
18
19
8. Kualitas Sputum.
Butir keju yaitu potonganpotongan kecil berwarna kuning yang berasal
dari jariangan nekrotik. Uliran (spiral) curschman yaitu benang kuning
bergulir, tuangan bronchi, bahan tuangan itu ialah fibrin besarnya
tergantung dari besarnya bronchus tempat membentuknya, Sumbat dittrich
20
yaitu benda kuning putih yang dibentuk dalam bronchi atau bronchiole.
Warna abuabu atau kuning biasanya disebabkan oleh pus dan sel epitel,
merah segar oleh pendarahan, merah coklat disebabkan oleh darah tua, dan
didapat pada permukaan pneumonia lobaris, pada gangren. Bau busuk
dalam sputum segar didapat pada grangren dan abces pulmonum, pada
tumor yang mengalami necrosis dan pada empyema yang menembus ke
bronchi, kalau abces dibawah diafragma menembus keatas akan didapat
bau seperti tinja (Depkes RI, 2011).
9. Kuantitas Sputum
Kuantitas sputum adalah jumlah sputum yang dihasilkan dengan diukur
berdasarkan volume sputum (dalam ml) pada tiap pengambilan. Jumlah
atau volume setiap produksi sputum, ketika pasien diwawancara untuk
mendapatkan informasi tentang produksi sputum, seseorang dapat
membantu mereka memperkirakan jumlah atau volume sputum yang
mereka hasilkan dengan menggunakan langkah-langkah seperti satu
sendok teh (sekitar 5 ml), sendok makan (sekitar 15 ml) atau segelas penuh
(sekitar 1 ons atau 30 ml). Perkiraan yang sama berguna di samping
tempat tidur, meskipun kuantifikasi lebih tepat volume dapat diperoleh
dengan menggunakan sputum cangkir dikalibrasi (satu dengan ml
menandai di samping). Ketika mengukur volume produksi sputum dari
waktu ke waktu, adalah penting bahwa pasien diminta untuk meludah
hanya ke dalam wadah yang tepat dan menghindari expectorating sekresi
oral.
Kuantitas sputum menurut Depkes RI, 2005:27, sebagai berikut:
Baik: Volume 35 ml tiap pengambilan
Tidak baik: Volume tiap pengambilan kurang dari 3 ml.
21
b. Suhu Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan
pertumbuhan mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba
dalam dua cara yang berlawanan:
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan
pertumbuhan dipercepat, sebaliknya apabila suhu turun maka
kecepatan
metabolism
akan
menurun
dan
pertumbuhan
diperlambat.
2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis tingkat pertumbuhan
akan terhenti kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga
sel-sel menjadi mati. Berdasarkan hal di atas maka suhu yang
berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme digolongkan
menjadi tiga yaitu:
a) Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya
maka pertumbuhan terhenti.
22
pertumbuhan
tidak
terjadi,
sehubungan
dengan
mikroba digolongkan
Thermodurik
d. Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam
kebutuhannya
akan
oksigen.
Mikroorganisme
dalam
hal
ini
digolongkan menjadi:
1) Aerobik: hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
2) Anaerob: hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
3) Anaerob fakultatif: dapat tumbuh baik dengan atau tanpa
oksigen bebas.
4) Mikroaerofilik: dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah
kecil.
23
b. Batuk
Batuk adalah reaksi refleks yang terjadi akibat stimulasi saraf-saraf di
lapisan dalam saluran pernapasan.
c. Postural Drainage
Adalah suatu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
segmen paruparu dengan menggunakan pengaruh gaya grafitasi.
Prosedur:
-
Cuci tangan
area
yang
tesumbat,
minta
pasien
24
perlu.
-
Tutup area yang akan diperkusi dengan handuk atau pakaian untuk
mengurangi sakit.
e. Vibrasi
Adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat
yang diletakkan datar pada dinding dada pasien.
1) Tujuan:
Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbelensi
udara ekspirasi dan melepaskan mucus yang kental.
2) Prosedur:
-
25
g.
h.
Lung biopsy
Biopsi paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan
paru-paru untuk pemeriksaan (Depkes RI, 2011).
26
Beri label pada dinding pot tabung memuat nomor identitas sediaan
sputum (Formulir TB 6), buka pot sputum dan berikan pot kepada suspek,
berdiri dibelakang pasien minta dia memegang pot itu dekat kebibirnya
dan membatukkan ke dalam pot tutup pot dengan erat petugas harus cuci
tangan dengan sabun dan air (Depkes RI, 2011).
27
B. Batuk Efektif
1. Pengertian Batuk Efektif
Pengertian batuk efektif adalah metode batuk yang dilakukan dengan
benar untuk mengeluarkan lendir yang terdapat dalam saluran pernafasan
secara maksimal, metode atau teknik batuk efektif yang dilakukan
dengan benar tidak akan membuat penderita kehilangan energi sehingga
mengalami kelelahan. Memahami pengertian batuk efektif beserta teknik
melakukanya akan memberikan banyak manfaat. Diantaranya untuk
melonggarkan dan melegakan pernafasan maupun mengatasi asma akibat
adanya lendir yang memenuhi saluran pernafasan. Lendir baik dalam
bentuk sputum maupun secret dalam hidung, timbul akibat adanya infeksi
pada saluran pernafasan maupun karena sejumlah penyakit yang diderita
seseorang (Depkes RI, 2007).
28
29
C. Tuberculosis Paru
1. Pengertian dan Penyebab Tuberculosis Paru
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis, yang menyerang terutama paru dan
disebut juga Tuberculosis Paru. Bila menyerang organ selain paru
(kelenjar limfe, kulit, otak, tulang, usus, ginjal) disebut Tuberculosis
Ekstra Paru (Aditama, 2007).
30
Bila hanya satu spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih
lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan sputum Sewaktu, Pagi,
Sewaktu (SPS) diulang, kalau hasil rontgen mendukung Tuberculosis
Paru, maka penderita di diagnosis sebagai penderita Tuberculosis Paru
BTA Positif, kalau hasil rontgen tidak mendukung Tuberculosis Paru,
maka pemeriksaan sputum ulangi dengan SPS lagi (Antoni, 2008).
31
minggu, bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan
Tuberculosis Paru, ulangi pemeriksaan sputum SPS. 1) Kalau hasil SPS
positif, maka di diagnosis sebagai penderita Tuberculosis Paru BTA
positif. 2) Kalau hasil SPS tetap negatif, dilakukan pemeriksaan foto
rontgen dada, untuk mendukung diagnosis Tuberculosis Paru. Bila hasil
rontgen mendukung Tuberculosis Paru, di diagnosis sebagai penderita
Tuberculosis Paru BTA negatif rontgen positif, dan jika hasil rontgen
tidak
mendukung
Tuberculosis
Paru,
penderita
tersebut
bukan
32
SUSPECK TB PARU
Hasil BTA
---
Hasil BTA
+--
Hasil BTA
+++
++-
Tidak Ada
Perbaikan
Ada
Perbaikan
Pemeriksaan dahak
mikroskopis
Hasil BTA
+++
+++--
Hasil BTA- -
BUKAN TB
TB
Bagan 2.1: Pedoman Pengendalian Tubercolosi Paru: diagram alur diagnosis Tubercolosis Paru
(Depkes RI, 2011).
dapat
dilakukan
bersamaan
dengan
foto
toraks
dan
33
34
Tingkat keparahan penyakit, ringan atau berat. Saat ini sudah tidak
dimasukkan dalam penentuan definisi kasus. Manfaat dan tujuan
menentukan klasifikasi dan tipe adalah: Menentukan paduan pengobatan
yang
sesuai
untuk
(undertreatment),
mencegah
menghindari
pengobatan
pengobatan
yang
yang
tidak
tidak
adekuat
perlu
35
dengan
Tuberculosis
Paru
dan
Tuberculosis
Ekstra
Paru
36
37
Obat
Pyrazinamide (Z)
Rifampicin (R)
Streptomicyn (S)
Amikacin (Am)
Capreomycin (Cm)
Isoniazid (H)
Ethambutol (E)
Kanamycin (Km)
Ofloxacin (Ofx)
Levofloxacin (Lfx)
Ethionamide (Eto)
Prothionamide (Pto)
Cycloserine (Cs)
Clofazinamine (Cfz)
Linezolid (Lzd)
Amoxicilin-Clavulanate
(Amx-Clv)
Moxifloxacin (Mfx)
Paraamino salisilat
(PAS)
Thioacetazone (Thz)
Clarithromycin (Clr)
Imipenem (lpm)
Oba
t
Dosis
(mg/kgBB/H
r)
R
H
Z
E
8-12
4-6
20-30
15-20
10
5
25
15
Intermitten
(mg/kgBB/
Hr)
10
10
35
30
15-18
15
15
Harian
(mg/kgBB/Hr)
1000
< 40
40-60
> 60
300
150
750
750
Sesuai
BB
450
300
1000
1000
600
450
1500
1500
750
1000
b.
Prinsip Pengobatan
Pengobatan Tuberculosis Paru dilakukan dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan.
Jangan
gunakan
OAT
tunggal
(monoterapi).
38
Capreomisin,
Levofloksasin,
Ethionamide,
39
3) Paket Kombipak.
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam
pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberculosis (OAT) disediakan dalam bentuk
paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan
menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai.
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa
pengobatan.
a) KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan
Tuberculosis Paru:
Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga
menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping,
mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan
penulisan resep, jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit
sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan
kepatuhan pasien.
40
Obat
R
H
Z
E
8-12
4-6
20-30
15-20
15-18
Dosis
(mg/kgBB/H
ari)
Harian
(mg/kgBB/
Hari)
10
5
25
15
15
Dosis
Maksi
mum
Intermitten
(mg/kgBB/
Hari)
10
10
35
30
600
300
15
1000
< 40
40-60
> 60
300
150
750
750
Sesuai
BB
450
300
1000
1000
600
450
1500
1500
750
1000
30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
71 kg
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RZE (150/75/400/275)
2 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT
Lama
Pengoba
tan
Intensif
Lanjutan
2 bulan
4 bulan
Tablet
Isoniasid
@300mgr
1
2
Kaplet
Rimfamicin
@450 mgr
1
1
Tablet
pirazinamid
@ 500 mgr
3
-
Tablet
Ethambutol
@250 mgr
3
-
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
56
48
41
Berat Badan
Selama 28
hari
Selama 56 hari
30 - 37 kg
30 - 54 kg
55 - 70 kg
71 kg
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150/150) + E
(400)
2 Tablet 4KDT
+500 mg Streptomicin inj
3 Tablet 4KDT
+750 mg Streptomicin inj
4 Tablet 4KDT
+ 1000mg Streptomicin inj
5 Tablet 4KDT
+ 1000 mg Streptomicin
inj
Selama 20 minggu
2 tablet 2 KDT
+2 tab Etambutol
3 tablet 2 KDT
+3 tab Etambutol
4 tablet 2 KDT
+4 tab Etambutol
2 Tab 4KDT
3Tab 4KDT
4 Tab 4KDT
5 tablet 2 KDT
+5 tab Etambutol
5 Tab 4KDT
Tahap
Pengobata
n
Lama
Pengo
batan
Tablet
Isonias
id
@300
Mgr
Kaple
Rimfam
i cin
@450
mgr
Tablet
pirazinami
d @500
mgr
Tahap
Inten
sif (dosis
harian)
Tahap
Lanjutan
(dosis 3x
seminggu)
2
bulan
1
bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
4
bulan
Strept
omicin
inj
Jumlah
hari/kal
i
menela
n obat
0,75
gr
-
56
28
60
42
Laman
ya
Pengob
atan
Tablet
Isoniasid
@300
mgr
Kaplet
Ripamficin
@450
mgr
Tablet
pirazinami
d @ 500
mgr
Tablet
Ethabutol
@250mgr
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
1 bulan
28
Tahap
Intensif
(dosis
harian)
43
D. Kerangka Teori
Suplai Nutrisi
Suhu / Temperatur
Keasaman / Kebasaan
( pH )
Kesediaan Oksigen :
-
Aerobik
Batuk
Standar
Anaerobik
Efektif
Kuantitas sputum
Anaerob Fakultatif
Mikroaeerofilik
Bagan 2.2
Kerangka teori modifikasi dari Depkes RI, 2011.
44
E. Kerangka Konsep
Penelitian ini digambarkan dengan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Batuk Efektif
Kuantitas Sputum
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Bagan 2.3
Kerangka konsep penelitian hubungan batuk efektif dengan kuantitas sputum pada pemeriksaan
BTA suspek Tuberculosis Paru di Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan.
(Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Nursalam, 2008).
F. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel terikat (dependen), adalah kuantitas sputum pada pemeriksaan
BTA suspek Tuberculosis Paru.
2. Variabel bebas (independen), adalah batuk efektif.
G. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: ada hubungan batuk efektif
dengan kuantitas sputum pada pemeriksaan BTA suspek Tuberculosis Paru di
Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan Tahun 2012.