Anda di halaman 1dari 7

DIAGNOSIS DIARE

Pasien dengan diare akut dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebabnya penyakit.
Keluhan diarenya berlangsung kurang dari15 hari.1
Diagnosis pasien diare akut infeksi bakteri memerlukan pemeriksaan sistematik dan
cermat. Perlu ditanyakan riwayat penyakit, Latar belakang dan lingkungan pasien,riwayat
pemakaian obat terutama antibiotik, riwayat perjalanan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.2

1. Anamnesis3
-Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja, lendir dan/darah
dalam tinja
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir, demam,
sesak, kejang, kembung
-Jumlah cairan yang masuk selama diare
-Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan yang tidak
biasa
-Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum

BAKTERI NON INVASIF4


Bakteri gejala
Stafilococcus aureus Gejala terjadi dalam waktu 1 6 jam
setelah asupan makanan
terkontaminasi. mual, muntah, dan
nyeri abdomen, yang kemudian
diikuti diare. Demam sangat jarang
terjadi. Lekositosis perifer jarang
terjadi, dan sel darah putih tidak
terdapat pada pulasan feses.
Bacillus cereus Gejala dapat ditemukan pada 1 6
jam setelah asupan makanan
terkontaminasi, dan masa
berlangsungnya penyakit kurang dari
24 jam. Gejala akut mual, muntah,
dan nyeri abdomen, yang seringkali
berakhir setelah 10 jam. Gejala diare
terjadi pada 8 16 jam setelah
asupan makanan terkontaminasi
dengan gejala diare cair dan kejang
abdomen. Mual dan muntah jarang
terjadi.
Clostridium perfringens Gejala berlangsung setelah 8 24
jam setelah asupan produk-produk
daging yang terkontaminasi, diare
cair dan nyeri epigastrium, kemudian
diikuti dengan mual, dan muntah.
Demam jarang terjadi. Gejala ini akan
berakhir dalam waktu 24 jam.
Vibrio cholera Gejala awal adalah distensi abdomen
dan muntah, yang secara cepat
menjadi diare berat, diare seperti air
cucian beras. Pasien kekurangan
elektrolit dan volume darah. Demam
ringan dapat terjadi.
Escherichia coli patogen Kebanyakan pasien dengan ETEC,
EPEC, atau EAEC mengalami gejala
1 Enterotoxigenic E. coli (ETEC). ringan yang terdiri dari diare cair,
2 Enterophatogenic E. coli (EPEC). mual, dan kejang abdomen. Diare
3 Enteroadherent E. coli (EAEC). berat jarang terjadi, dimana pasien
4 Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) melakukan BAB lima kali atau kurang
5 Enteroinvasive E. Coli (EIHEC) dalam waktu 24 jam. Lamanya
penyakit ini rata-rata 5 hari. Demam
timbul pada kurang dari 1/3 pasien.
Feses berlendir tetapi sangat jarang
terdapat sel darah merah atau sel
darah putih. Lekositosis sangat
jarang terjadi. ETEC, EAEC, dan EPEC
merupakan penyakit self limited,
dengan tidak ada gejala sisa.

BAKTERI INVASIF4
Bakteri Gejala
Shigella Shigellosis timbul dengan gejala
adanya nyeri abdomen, demam, BAB
berdarah, dan feses berlendir. Gejala
awal terdiri dari demam, nyeri
abdomen, dan diare cair tanpa darah,
kemudian feses berdarah setelah 3
5 hari kemudian. Lamanya gejala
rata-rata pada orang dewasa adalah
7 hari, pada kasus yang lebih parah
menetap selama 3 4 minggu.
Shigellosis kronis dapat menyerupai
kolitis ulseratif, dan status karier
kronis dapat terjadi.
Salmonella nontyphoid Salmonella nontipoid adalah
penyebab utama keracunan makanan
di Amerika Serikat. Salmonella
enteriditis dan Salmonella
typhimurium merupakan penyebab.
Awal penyakit dengan gejala demam,
menggigil, dan diare, diikuti dengan
mual, muntah, dan kejang abdomen.
Occult blood jarang terjadi. Lamanya
berlangsung biasanya kurang dari 7
hari.
Salmonella typhi Salmonella typhi dan Salmonella
paratyphi adalah penyebab demam
tiphoid. Demam tiphoid
dikarakteristikkan dengan demam
panjang, splenomegali, delirium,
nyeri abdomen, dan manifestasi
sistemik lainnya. Penyakit tiphoid
adalah suatu penyakit sistemik dan
memberikan gejala primer yang
berhubungan dengan traktus
gastrointestinal. Sumber organisme
ini biasanya adalah makanan
terkontaminasi.
Campylobakter Manifestasi klinis infeksi
Spesies Campylobakter ditemukan Campylobakter sangat bervariasi,
pada manusia C. Jejuni dan C. Fetus, dari asimtomatis sampai sindroma
sering ditemukan pada pasien disentri. Masa inkubasi selama 24 -72
immunocompromised.. Patogenesis jam setelah organisme masuk. Diare
dari penyakit toksin dan invasi pada dan demam timbul pada 90% pasien,
mukosa. dan nyeri abdomen dan feses
berdarah hingga 50-70%. Gejala lain
yang mungkin timbul adalah demam,
mual, muntah dan malaise. Masa
berlangsungnya penyakit ini 7 hari.
Vibrio non-kolera Spesies Vibrio non-kolera telah
dihubungkan dengan mewabahnya
gastroenteritis. V parahemolitikus,
non-01 V. kolera dan V. mimikus telah
dihubungkan dengan konsumsi
kerang mentah. Diare terjadi
individual, berakhir kurang 5 hari.
Yersinia Penampilan klinis biasanya terdiri
dari diare dan nyeri abdomen, yang
dapat diikuti dengan artralgia dan
ruam (eritrema nodosum atau
eritema multiforme). Feses berdarah
dan demam jarang terjadi. Pasien
terjadi adenitis, mual, muntah dan
ulserasi pada mulut.
Enterohemoragik E Coli (Subtipe Awal dari penyakit dengan gejala
0157) diare sedang hingga berat (hingga
10-12 kali perhari). Diare awal tidak
berdarah tetapi berkembang menjadi
berdarah. Nyeri abdomen berat dan
kejang biasa terjadi, mual dan
muntah timbul pada 2/3 pasien.
Pemeriksaan abdomen didapati
distensi abdomen dan nyeri tekan
pada kuadran kanan bawah. Demam
terjadi pada 1/3 pasien.
Aeromonas Gejala diare cair, muntah, dan
demam ringan. Kadang-kadang feses
berdarah. Penyakit sembuh sendiri
dalam 7 hari.
Plesiomonas Gejala paling sering adalah nyeri
abdomen, demam, muntah dan diare
berdarah. Penyakit sembuh sendiri
kurang dari 14 hari.

Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering
berhubungan dengan malabsorbsi, dan dehidrasi yang didapatkan. Diare karena kelainian kolon
seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada
sensasi ingin ke belakang.Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Muntah beberapa jam dari
masuknya makanan mengarahkan kira pada keracunan makanan karena toksinyang dhasilkan.1

2. Pemeriksaan fisis3
-Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
-Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit
abdomen menurun
-Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut, dan lidah
-Berat badan
-Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan dalam (asidosis
metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)
-Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
-Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)
-Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
-Keadaan umum baik, sadar
-Ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada , mukosa mulut
dan bibir basah
-Turgor abdomen baik, bising usus normal
-Akral hangat
-Dehidrasi ringan sedang/ tidak berat (kehilanagn cairan 5-10% berat badan)
-Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan
-Keadaan umum gelisah atau cengeng
-Ubun ubun besar sedikut cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering
-Turgor kurang, akral hangat
-Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10%berat badan)
-Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda tambahan
-Keadaan umum lemah, letargi atau koma
-Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering
-Turgor sangat kurang dan akral dingin
-Pasien harus rawat inap

3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebih
dari beberapa hari,diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut antara
lain.pemeriksaan antara lain pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit,
hitung jenis sel leukosit), kadar elektrolit serum, ureum, kreatinin, pemeriksaan tinja dan
pemeriksaan Enzim-linked immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan test
serologic amebiasis, dan x-ray abdomen.1
Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari pemeriksaan feses.
Kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada, dianggap sebagai penanda inflamasi
kolon baik infeksi maupun non-infeksi. Sampel harus diperiksa sesegera mungkin karena
neutrofi l cepat berubah. Sensitivitas leukosit feses terhadap infl amasi patogen (Salmonella,
Shigella, dan Campylobacter) yang dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95%
tergantung pada jenis patogennya.2
Pemeriksaan radiologis, seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya, biasanya tidak
membantu evaluasi diare akut infeksi. Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan
pada pasien-pasien yang tosik, pasien dengan diare berdarah, atau pasien dengan diare akut
persisten. Pada sebagian besar pasien, sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan
awal. Pada pasien dengan AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena
kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma di daerah kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya
dilakukan jika mukosa terlihat inflamasi berat.1
DAFTAR PUSTAKA

K., Marcellus Simadibrata. "Diare Akut." In Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ke enam Jilid I,
by Siti Setiati, 1902-1905. Jakarta Pusat: Ilmu Penyakit Dalam, 2014.

Amin, Lukman Zulkifl i. "Tatalaksana Diare Akut." CONTINUING MEDICAL


ECDOUNCTAITNIUONING, 2015: 505-506.

M.Juffrie. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter
Indonesia, 2009.
Zein, Umar. "Diare Akut Disebabkan Bakteri." e-USU Repository, 2004: 6-10.

Anda mungkin juga menyukai