Oleh
Kelompok 2B
TUGAS PRATIKUM
Oleh
Ana Miftahul Jannah
Meisita Tiara Nilamastuti
Mahbub Rahmadhani
Raras Rachmatichasari
Eka Yuli Ana
Ananta Erfrandau
Aris Kurniawan
Md Enstini S P
Ananti Destiari P
Armita Iriyana H
Kezia Sinta Pratiwi
Raditya Putra Yuwana
Mega Puspita Warni
Berlinda Damar Asri
112310101026
112310101052
122310101003
122310101011
122310101013
122310101015
122310101033
122310101035
122310101041
122310101051
122310101057
122310101067
122310101069
122310101077
MANAJEMEN PUSKESMAS
A. Pengertian
Puskesmas adalah pelaksana teknis dinas kesehatan/Kabupaten kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan suatu wilayah.
Puskesmas merupakan satu satuan organisasi yang diberikan kemandirian oleh
dinas
kesehatan
kabupaten/kota
madya
utuk
melaksanakan
tugas-tugas
4
5
6
B. Tupoksi Puskesmas
Puskesmas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional Dinas
Kesehatan di bidang pelayanan, pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan
secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Upaya pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan Puskesmas bersifat holistik,
komprehensif, terpadu dan berkesinambungan. Misi ini berkaitan erat dengan
program yang dilaksanakan Puskesmas. Pada era desentralisasi ini, program
Puskesmas dibedakan menjadi program kesehatan dasar dan program kesehatan
pengembangan. Program kesehatan dasar adalah program minimal yang harus
dilaksanakan oleh tiap Puskesmas, yang dikemas dalam basic six, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Puskesmas
secara
berkala
dalam
rangka
pembinaan
dan
MINILOKAKARYA
Sesuai dengan amanat SKN 2004, dimana Puskesmas merupakan unit
pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang dalam melaksanakan kegiatannya
Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program
kegiatannya. Sehingga perlu didukung oleh kemampuan manajemen yang baik.
Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian,
pengawasan dan penilaian. Penerapan manajemen pergerakan pelaksanaan
dilakukan melalui forum pertemuan yang dikenal dengan Mini Lokakarya atau
Lokakarya Mini. Salah satu mini loka karya yang dilakukan Puskesmas adala
Mini Loka karya Lintas program yang berfungsi untuk memantau pelaksanaan
b)
c)
d)
e)
disusunnya rencana kerja harian petugas selama satu bulan yang akan datang,
f)
g)
h)
MIKROPLANNING
A. Pengertian Microplanning
a) Merupakan penyusunan rencana 5 tahunan dengan tahapan tiap-tiap tahun
di tingkat Puskesmas untuk mengembangkan dan membina Posyandu KB
Kesehatan di wilayah kerjanya, berdasarkan masalah yang dihadapi dan
kemampuan yang dimiliki dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas
b) Perencanaan Tingkat Puskesmas, bertujuan meningkatkan kemampuan
Puskesmas dalam bidang perencanaan, khususnya berpikir analitik,
inisiatif, kreatif dan inovatif
c) Lokakarya Mini Puskesmas, bertujuan meningkjatkan kemampuan
Puskesmas dalam menggerakan stafnya dalam pelaksanaan kegiatan yang
telah direncanakan
d) Stratifikasi Puskesmas, bertujuan meningkatkan kemampuan Puskesmas
dalam melakukan pengendalian dan penilaian Puskesmas
Pendahuluan
Keadaan dan Masalah
Tujuan dan Sasaran
Pokok kegiatan dan Tahapan pelaksanaan tahunannya
Penyusunan kebutuhan sumber daya
Pemantauan dan Penilaian
Penutup
E. Supervisi
a) Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan
eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan
langsung. Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas
kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah terkait.
b) Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan teknis
pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan,
baik terhadap rencana, standar, peraturan perundang-undangan maupun
berbagai kewajiban yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
SURVEILLENCE
Kebijakan Surveilans-Respons dan Sistem Informatika Kesehatan di Pusat
dan Daerah dalam era desentralisasi
A. Pengantar
Surveilans merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau distribusi
penyakit dan mengevaluasi status kesehatan suatu populasi, dimulai dari kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan intrepretasi data yang dilaksanakan secara
berkelanjutan, yang terkait dengan respons segera maupun terencana. Surveilans
harus disertai dengan keputusan sebagai respon sehingga topik kebijakannya
disebut sebagai surveilans-respons. Situasi Indonesia Penelitian yang dilakukan
oleh Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK selama tahun 2006 sd 2009
memberikan hasil sebagai berikut:
Surveilans di Indonesia belum berjalan dengan baik, walaupun menjadi
strategi nasional Di daerah, kegiatan surveilans tidak berjalan efektif. Di 6
propinsi yang diteliti, APBD untuk kegiatan surveilans boleh dikatakan mendekati
nol persen dari total APBD Kesehatan. Surveilans lebih banyak dilakukan oleh
pemerintah pusat melalui program yang cenderung vertikal. Data surveilans yang
diminta pemerintah pusat dikirim langsung ke Jakarta tanpa analisis di daerah
Belum ada penggunaan data surveilans secara efektif di daerah sehingga tidak ada
respon berupa pengambilan keputusan yang yang adekuat. Akibatnya respon di
daerah untuk pencegahan penyakit yang bersifat determinan sosial jarang
dilakukan.
Pada
tahun
2007
dan
2008,
penelitian
PMPK
UGM
ANALISIS SWOT
A. Pengertian
Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik.
Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan
ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini
menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan oleh mereka. Untuk memberikan gambaran hasil analisis
keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan secara menyeluruh
yang digunakan sebagai dasar atau landasan penyusunan objective dan strategi
perusahaan dalam corporate planning. Analisis SWOT merupakan salah satu
metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek
atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal
(luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling
sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan
dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan
sebagai pemecah masalah.
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor yaitu:
a. Strengths (Kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau
konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
b. Weakness (Kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek
atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan
faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis
itu sendiri.
c. Opportunities (Peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi.
Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah,
kondisi lingkungan sekitar.
d. Treaths (Ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Mengetahui kelebihan (Strength dan opportunity) dan kelemahan kita
(weakness dan threat), maka kita melakukan strategi untuk melakukan perbaikan
diri. Mungkin salah satu strateginya dengan meningkatkan Strength dan
opportunity atau melakukan strategi yang lain yaitu mengurangi weakness dan
threat. Analisa SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats).
Ada empat strategi yang bisa kita kembangkan:
1
ada.
Strategi ST: Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mencoba
mengatasi atau; memperkecil ancaman yang kita hadapi.
B. Ruang Lingkup
a. Lingkungan
b. Keadaan Intern Perusahaan
c. Peramalan
neraca pembayaran).
Pemerintah/perundang-undangan (pusat dan daerah, pemerintah
pembeli terbesar, subsidi, perlindungan industri, kebijakan
pemerintah).
Pasar/saingan
(perubahan
struktur
kependudukan,
distribusi
rintangan masuk).
Teknologi (bahan baku, cost of labor, sub-assemblies, dan
perubahan teknologi).
9 Geographies (lokasi, nusantara)
10 Sosial budaya (cita rasa, nilai yang beruang).
b. Analisis Keadaan Intern Perusahaan
1 Organisasi (misi, maksud, dan tujuan; Sarana/fasilitas dan
2
SDM).
c. Peralatan Analisis: Peramalan
1 Arti dan peranan peramalan (REPO: rasional, estimate, preparasi,
dan operasional).
2
3
4
Proses
Masyarakat
Memfungsikan masyarakat
b.
Persiapan sosial :
1. Pengenalan masyarakat
2. Pengenalan masalah
3. Penyadaran masyarakat
Pelaksanaan
c.
d.
Evaluasi
Perluasan
MMD termasuk dalam golongan penyadaran masyarakat, dimana tujuannya
b.
lain).
Musyawarah Masyarakat desa dilaksanakan dibalai desa atau tempat
c.
kesehatan, para kader pelaksana SMD, Kepala Desa & Perangkat Desa,Tokoh
Masyarakat setempat (formal & non-Formal), Karang Taruna, Beberapa KK yang
berada di desa tersebut, Pimpinan Puskesmas atau Institusi Pelayanan Kesehatan,
Pejabat pemerintah (Sosial, BKKBN, KUA, dll), dan Organisasi Masyarakat (NU,
Muhammadiyah, Perempuan, Pemuda, Partai)
Tempat pelaksanaan MMD sebaiknya berada di balai desa atau tempat lain
yang memungkinkan warganya untuk berkumpul. Susunan tempat duduk
sebaiknya berbentuk lingkaran (round table), tidak ada peserta membelakangi
Selanjutnya akan dibuat sebuah rencana tindak lanjut dari hasil evaluasi
tersebut sehingga penanganan maslah tersebut dapat berkelanjutan.
Langkah-langkah pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut :
a. Persiapan : Tenaga kesehatan menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan
selama MMD termasuk hasil analisis yang ditulis dalam lembar balik yang
nantinya akan disampaikan pada MMD 2. Tenaga kesehatan yang ada
membantu Kepala Desa menyiapkan acara, tata ruangan & perlengkapan,
serta memotivasi/mengajak para TOMA, TOGA, pimpinan Ormas yang ada
didesa itu untuk hadir dalam MMD, agar dapat membantu memecahkan
masalah bersama-sama. Selama MMD diharapkan juga ada partisipasi aktif
dari masing-masing tokoh masyarakat agar penanganan masalah kesehatan
dapat terwujud dengan optimal.
b. Proses : Pembukaan dengan menguraikan maksud & tujuan MMD dipimpin
oleh Kades hal ini dilaksanakan pada MMD 1. Selanjutnya adalah
pengenalan masalah kesehatan
Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib Dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa. Pada peraturan tersebut diterangkan bahwa
masyarakat desa mengambil keputusan secara musyawarah mengenai masalah
yang dialami di desa dengan mempertimbangkan aspek musyawarah mufakat.
Termasuk juga didalamnya penanganan masalah kesehatan. Sehingga dengan
demikian maka MMD diperbolehkan untuk dilaksanakan
POSYANDU LANSIA
A. Pengertian
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah
merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa
tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan kelu-arga dan masyarakat sesuai
dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada
kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia
melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah
Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia
merupakan pengembangan
dari
kebijakan
pemerintah
melalui
pelayanan
E. Mekanisme Pelayanan
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota
penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja
seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut :
posyandu,
serta
untuk
memantau
pertumbuhan
dan
POSYANDU BALITA
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan (Cessnasari. 2005).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelanggraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemmudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar/social dasar untuk mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi ( Departemen Kesehatan RI. 2006 ). Posyandu adalah
sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya
yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya
yang
dimaksud
untuk
bantuan
dan
pengarahan
dari
petugas
penyelenggara
dan
menimbang
balitanya
setiap
bulan
agar
terpantau
pertumbuhannya.
Bayi umur 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG
1 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali.
SI)
Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah
dan
kemampuan
masyarakat
untuk
KIA
KB
Imunisasi
Gizi.
Penanggulangan Diare
pihak
yang
berperan
dalam
pengelolaan
Posyandu
dapat
apabila bayi meninggal, maka perlu dicatat tanggal bayi meninggal diwilayah
kerja posyandu tersebut.
c. Register WUS dan PUS diwilayah kerja posyandu. Berisi daftar ibu hamil,
catatan umur kehamilan, pemberian tablet tambah darah, imunisasi,
pemeriksaan kehamilan, tanggal dan penolong kelahiran, data bayi yang
hidup dan meninggal, serta data ibu meninggalndi wilayah kerja posyandu.
d. Register ibu hamil dan nifas di wilayah kerja posyandu. Berisi daftar wanita
dan suami istri usia produktif yang memiliki kemungkinan mempunyai anak (
hamil ).
e. Data posyandu. Berisi catatn jumlah pengunjung (bayi, balita, WUS, PUS,
ibu hamil, menyusui, bayi lahir dan meninggal), jumlah petugas yang hadir
(kader posyandu, kader PKK, PKB/PLKB, paramedic dan sebagainya).
f. Data hasil kegiatan posyandu. Berisi catatan jumlah ibu hamil yang diperiksa
dan mendapat tablet tambah darah, jumlah ibu menyusui, peserta KB ulang
yang dilayani, penimbangan balita, semua balita yang mempunyai KMS,
balita yang timbangannya naik dan di Bawah Garis Merah (BGM), balita
yang mendapatkan vitamin A, KMS yang dikeluarkan (dibagikan), balita
yang mendapat sirup besi, dan imunisasi (DPT, Polio, campak, hepatitis B)
serta balita yang menderita diare.
Mekanisme Operasional Sistem Informasi Posyandu (SIP) :
a. Penggung jawab Sistem Informasi Posyandu (SIP) adalah Pokjanal Posyandu
di Propinsi dan Dati II di tingkat kecamatan adalah Tim Pembina
LKMD/Kelurahan berkoordinasi dengan LKMD Seksi 10.
b. Pemerintah Desa bertanggung jawab atas tersediannya data dan informasi
Posyandu.
c. Pengumpul data dan informaosi adalah Tim Penggerak PKK dan LKMD
dengan menggunakan instrumen :
o Catatan ibu hamil, kelahiran /kematian dan nifas oleh ketua kelompok
Dasa Wisma (kader PKK) .
o Register bayi dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d Desember.
o Register anak balita dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d
Desember.
o Register WUS- PUS alam wilayah ketiga Posyandu bulan Januari s/d
Desember.
o Register Ibu hamil dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d
Desember.
o Data pengunjung petugas Posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan
kematian ibu hamil melahirkan dan nifas.
o Data hasil kegiatan Posyandu.
Pembiayaan Posyandu
Adapun beberapa pembiayaan yang didapatkan untuk melakukan posyandu
didapatkan dari:
1. Sumber Daya Masyarakat
a. Iuran Pengguna Posyandu
b. Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat
c. Sumbangan dari perorangan atau kelompok masyarakat
d. Dana social keagamaa, misalnya zakat, infak dsb
2. Swasta/ Dunia Usaha
Misalnya dengan menjadikan Posyandu sebagai anak angkat perusahaan
dan bantuannya dapat berupa dana, prasarana atau tenaga sukarelawan.
3. Hasil Usaha
Pengurus dan kader Posyandu dapat melakukan usaha dimana hasilnya
dapat disumbangkab untuk pengelolaan Posyandu, contohnya Kelompok
Usaha Bersama (KUB) dan Taman Obat Keluarga (TOGA).
4. Pemerintah
Bantuannya berupa dana stimulant atau dalam bentuk sarana dan prasarana
Posyandu.
KELUARGA HARAPAN
A. Pengertian
Program keluarga harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan
tunai kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memenuhi kriteria
tertentu, dan sebagai syarat atau imbalannya, RTSM penerima program harus
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yaitu pendidikan dan
kesehatan anggota keluarganya.
B. Tujuan
Tujuan utama
c.
Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di
bawah 6 tahun dari RTSM;
d.
Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18 tahun namum
belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar.
2.
3.
Ibu melahirkan
Ibu nifas
Ibu
yang
telah
melahirkan
harus
melakukan
kembang
dengan melakukan
b.
c.
d.
Tablet Fe, vitamin A, obat-obatan dan bahan-bahan pelayanan kesehatan ibu &
bayi baru lahir.
e.
f.
Puskesmas
Puskesmas Pembantu Dan Puskesmas Keliling
Polindes Dan Poskesdes
Posyandu
Bidan praktek
kesehatan
yang
pelayanan/pemeriksaan
kesehatan,
tanggal
diwajibkan,
dan
status
nama/tempat
pelayanan kesehatan.
2) Untuk mengisi status pemberian pelayanan kesehatan:
i. Jika calon peserta PKH sudah pernah memanfaatkan pelayanan
kesehatan di puskesmas dan atau jaringan kerja puskesmas
tersebut, maka petugas puskesmas harus mencocokkan dengan
register yang tersedia di puskesmas (yaitu kohor ibu hamil, KMS,
buku imunisasi, penimbangan, dll). Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari buku register, petugas puskesmas mengklarifikasi
status pemberian pelayanan kesehatan yang sudah diberikan
kepada setiap anggota keluarga peserta PKH.
ii. Jika calon peserta PKH belum pernah memanfaatkan pelayanan
kesehatan di puskesmas dan atau jaringan kerja puskesmas (ini
berarti register calon peserta tersebut tidak tersedia di
puskesmas), maka petugas puskesmas harus menanyakan
langsung kepada calon peserta PKH pada waktu acara pertemuan
awal.
3) Setelah klarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan dilakukan,
petugas
puskesmas
menetapkan
tanggal
dan
nama
sarana
salah satunya dapat diberikan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang
dapat diartikan upaya pembinaan dan pengembangan kebiasaan hidup sehat yang
dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di
sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka
pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah (Effendy,
1998).Sedangkan menurut Azrul Azwar dalam (Effendy, 1998), UKS adalah
usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan
kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka
mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan
prestasi belajar anak sekolah yang setinggi-tingginya. Masalah kesehatan utama
pada anak usia sekolah dasar yaitu cedera, influenza, pneumonia, infeksi,
malnutrisi, dan sakit gigi. Sedangkan untuk sekolah menengah adalah alcohol,
kecanduan obat, cedera, pembunuhan, cedera olahraga, dan masalah mental serta
emosional.Dimana dengan adanya masalah seperti itu, maka diperlukan program
kesehatan sekolah yang ideal. Program kesehatan sekolah yang ideal yaitu yang
mempunyai tim kesehatan interdislipiner yang mencakup dokter, perawat, dokter
gigi, pekerja sosial, konsultan, bagian administrasi sekolah, dan orang tua serta
siswa, (Smeltzer, 2002).
Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat mencakup :
a. Lingkungan fisik, kegiatannya meliputi :
1) Pengawasan terhadap sumber air bersih, sampah air limbah, tempat
pembuangan tinja dan kebersihan lingkungan sekolah.
2) Pengawasan kantin sekolah.
3) Pengawasan bangunan sekolah yang sehat.
4) Pengawasan binatang yang ada di lingkungan sekolah.
5) Pengawasan terhadap pencemaran lingkungan tanah, air dan udara di sekitar
sekolah.
b. Lingkungan psikis, kegiatannya meliputi :
1) Memberikan perhatian pada perkembangan peserta didik.
2) Memberikan perhatian khusus pada anak didik yang bermasalah.
3) Membina hubungan kejiwaan antara guru dan peserta didik.
c. Lingkungan sosial, kegiatannya meliputi :
1) Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan guru.
2) Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik.
3) Membina hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan peserta
didik lainnya.
Yaitu pendidikan kesehatan yang dimasukkan ke dalam kegiatankegiatan ekstra kurikuler dalam rangka menanamkan perilaku sehat pada
peserta didik. Kegiatan-kegiatan dalam pendidikan kesehatan di sekolah
dapat berupa :
o Hygiene perseorangan meliputi pemeliharaan gigi dan mulut, kebersihan
kulit dan kuku, mata, telinga dan sebagainya.
o Pemeriksaan tumbang pada anak
o skrining
o Lomba poster sehat
o Perlombaan kebersihan kelas.
3) perawat sebagai consultant
Perawat sekolah merupakan konsulan kesehatan untuk para guru. Perannya
antara lain:
a. memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan
b. mengajar kelas-kelas kesehatan
c. membantu pengembangan kurikulum pendidikan kesehatan
d. memberikan kesempatan untuk melakukan diskusi terkait masalah
kesehatan yang dialami, (Smeltzer, 2002).
C. Kegiatan Dalam Kegiatan Kesehatan Sekolah
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memelihara, meningkatkan dan menemukan
secara dini gangguan kesehatan yang mungkin terjadi terhadap peserta didik
maupun gurunya. Pemeliharaan kesehatan sekolah dilakukan oleh petugas
puskesmas yang merupakan tim yang dibentuk di bawah koordinator UKS yang
terdiri dari, dokter, perawat, juru imunisasi dan sebagainya.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
sekolah
h. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan guru.
Sedangkan untuk sasaran dari dilakukannya kegiatan kesehatan sekolah ini antara
lain:
a. Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan :
1) Sekolah taman kanak-kanak
2) Pendidikan dasar
a) Kelas satu
Merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan
mulai lepas dari pengawasan orang tua.Pada kelas satu ini dilakukan
penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang
mungkin timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk jenjang
berikutnya.
b) Kelas tiga
Untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan kesehatan di kelas satu
terdahulu dan langkah langkah selanjutnya yang dilakukan dalam
program pembinaan kesehatan sekolah.
c) Kelas enam
Dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang
pendidikan
selanjutnya,
sehingga
3)
4)
5)
6)
b.
1)
2)
3)
4)
5)
memerlukan
pemeliharaan
dan
upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting program kesehatan sekolah.
Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan kebijakan
program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan.
b. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi jalannya
program promosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat
saling belajar dan berbagi pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan
program, tentang caramenggunakan berbagai sumber daya yang ada, serta
memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan untuk melakukan promosi
kesehatan.
c. Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus dapat
dilaksanakan secara optimal.Untuk itu berbagai sektor terkait harus diyakini dapat
memberikan dukungan untuk memperkuat program promosi kesehatan di
sekolah.Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait dalam rangka penyusunan
rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program promosi
kesehatan sekolah.
d. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun usaha
swasta akansangat mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan sekolah.
Disamping itu, dengankemitraan akan dapat mendorong mobilisasi guna
meningkatkan status kesehatan di sekolah.
e. Penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan penilaian
program promosi kesehatan.Bagi sektor terkait, penelitian merupakan akses untuk
masuk dalam mengembangkan promosi kesehatan di sekolah baik secara nasional
maupun regional, disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa
sekolah.
Peningkatan kesehatan
Memberikan keteladanan disekolah meliputi:
Warung sekolah yang memenuhi persyaratan
Kebersihan lingkungan sekolah yang memenuhi persyaratan,
diantaranya: Pengelolaan sampah, saluran air, kebersihan
kecil)
Pencegahan
Penjaringan peserta didik kelas 1
Pemeriksaan kesehatan secara periodik
Imunisasai ulang kelas I dan VI
Pengawasan keadaan air
Penyembuhan dan pemulihan
Pengobatan ringan dan perawatan atau pertolongan
Rujukan medik
Penanganan kasus anemia, gizi
Penatalaksanaan
Pertemuan
komunikasi
terpadu
atarkegiatan
pokok
terdapat
model
yang
dapat
mendukung
keperawatan,
adalah
teori
keperawatan
Betty
kombinasi
fisiologis,sosiokultural
kompleks
dan
yang
variabel
dinamis
dan
perkembangan
yang
terdiri
dari
segala
sesuatu
yang
mempengaruhi
Peran
ini
disebut
pencegahan
pencegahan
primer,
sekunder
penyakit
dan
yang
terdiri
tertier.Primer
dari
meliputi
dihubungkan
pada
program
Usaha
Kesehatan
keperawatan
kesehatan
di
sekolah.
Dalam
pencegahan
yang
dilakukan
pada
fase
awal
sekolah
yang
membutuhkan
perawatan
kesehatan,
tersier
adalah
upaya
untuk
membatasi
pada
anak
yang
membutuhkan
pelayanan
dalam komunitas.
G. Tantangan dan Peluang Perawatan Kesehatan Sekolah
Peluang perlunya diadakan pelayanan kesehatan sekolah
menurut Effendy (1998) karena beberapa alasan diantaranya
yaitu:
1. anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan
terhadap masalah kesehatan;
3. belum adanya visi yang jelas tentang apa yang dapat dicapai
dengan program UKS dan tidak adanya kemampuan untuk
membuat perencanaan yang strategis untuk mencapai visi
tersebut.
Tantangan pelaksanaan UKS menurut Pedoman Pembinaan
dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (2012) antara lain.
1. Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai tingkat yang
diharapkan.
2. Adanya berbagai masalah kesehatan anak usia sekolah.
3. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM).
a. Kurangnya guru yang mengajar pendidikan kesehatan/guru
yang menangani UKS
b. Kurangnya pelatihan untuk kader Kesehatan Sekolah dalam
bidang kesehatan (pendidikan dan pelayanan)
4. Terbatasnya sarana dan prasarana UKS yang meliputi:
a. Pengadaan UKS kit, ruang UKS
b. Pengadaan media seperti poster, leaflet, lembar balik, dan
lain-lain
c. Pengadaan buku pencatatan dan pelaporan
5. Pencatatan dan pelaporan yang masih/kurang terpenuhi:
a. Perlu diaktifkannya kegiatan pencatatan dan pelaporan
b. Setiap TP UKS belum memiliki catatan kegiatan
6. Kurangnya koordinasi dan komitmen dalam pelaksanaan
program UKS
H. Menejemen Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Menejemen kesehatan sekolah dilakukan terutama pada
siswa sekolah, salah satu contoh memenejemen kegiatan UKS
adalah prioritas yang dilakukan pada anak sekolah dasar. Untuk
UKS di sekolah dasar diprioritaskan pada kelas I, III, dan kelas
lebih
besar
karena
ketidaktahuan
dan
ketidak
dan
Pengembangan
UKS
di
Sekolah/Satuan
Pelaksanaan
Tiga
Program
Pokok
UKS
di
meliputi
Ketenagaan,
Pendanaan,
Sarana
B. Kesehatan kerja
Selain faktor keselamatan , hal penting yang juga harus diperhatikan oleh
manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor
kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris health, yang dewasa ini tidak
hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat
mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan
demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (wellbeing). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis
juga berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia
menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau
pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi
lebih sehat (Mily, 2009).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948
menyebutkan
bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Pada
tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan
bahwa pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari,
bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya
sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Menurut Undang- Undang No 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
sosial dan mental yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain:
a. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh
sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak
tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak
mengalami gangguan.
b. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,
emosional, dan spiritual.
1) Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
tercermin
rasa
dari
syukur,
cara
pujian,
seseorang
kepercayaan
dalam
dan
maksimal dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan
ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi
atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja
kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja. Dari definisi
keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan
bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu program yang menjamin
keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja.
Dalam dunia industri dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan,
dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah keselamatan dan
kesehatan kerja, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian
yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific
approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu
program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan
kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan
ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan
risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya
yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya
dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya pelindungan yang
diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut
bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara
aman dan efisien (Sumamur, 2006).
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai
bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada
masa yang akan datang (Prasetyo, 2009).
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan
yang
memungkinkan
terjadinya
kecelakaan.
Maka
menurut
Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai
berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan tenaga adalah sebagai berikut:
a. Beban kerja: fisik dan mental
b. Lingkungan kerja: fisik, kimia, biologi, ergonomic, dan psikologi
c. Kapasitas kerja: ketrampilan, kesegaran, jasmani, status kesehatan, dan
usia
Pelayanan kesehatan kerja per menakertrans No.03/1982:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
D. Asuhan Keperawatan K3
a. Pengkajian
Lingkungan pabrik : kebersihan, sanitasi
Pemeriksaan kes (awal,berkala,khusus)
Jaminan kesehatan
Pemakaian APD
Proses kerja
Keluhan pekerja
Kecelakaan yg sering terjadi
P3K
Jam kerja
b. Analisis
Analisa masalah berdasarkan data focus, misal:
Kecelakaan kerja yg sering terjadi
Perilaku yg tidak sehat
Lingkungan yg tidak sehat
Penyakit akibat kerja
Pengetahuan yg kurang
Kurangnya fasilitas pendukung
c. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Contoh diagnosa keperawatan yang bisa diangkat adalah sebagai berikut:
Resiko peningkatan penyakit akibat kerja berhubungan dengan kurang
pengetahuan pekerja & perusahaan tentang standar keselamatan dan
kesehatan kerja penggunaan APD, posisi kerja yg benar, fasilitas kerja.
d. Rencana Keperawatan
Prioritas masalah menggunakan scoring Intervensi:
Pendidikan kesehatan
Skrining
Pembekalan kader P3K
PIK-R
A. Pengantar
Pusat informasi dan Konseling remaja (PIK-Remaja) adalah suatu wadah
kegiatan program PKBR yang dikelola dari, oleh, dan untuk remaja guna
memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang perencanaan kehidupan
berkeluarga bagi remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Tujuan umum
dari PIK Remaja adalah untuk memberikan informasi PKBR, Pendewasaan Usia
Perkawianan, Keterampilan Hidup, pelayanan konseling dan rujukan PKBR.
Disamping itu, juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lain yang khas dan sesuai
minat dan kebutuhan remaja untuk mencapai Tegar Remaja dalam rangka tegar
keluarga guna mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian
informasi KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan, Keterampilan Hidup, pelayanan
konsleing, rujukan, pengembangan jaringan dan dukungan, serta kegiatankegiatan pendukung lainnya sesuai dengan cirri dan minat remaja. PIK Remaja
cirri kegiatan yang dilakukan, dukungan dan jaringan (resources) yang dimiliki.
Adapun cici-ciri setiap tahapan sebagai berikut:
1) PIK Remaja tahap TUMBUH
a. Materi dan Isi pesan (assets) yang diberikan:
TRIAD KRR dan pendewasaan usia perkawinan
Pendalaman materi TRIAD KRR dan pendewasaan usia perkawinan
Pemahaman tentang hak-hak reproduksi
b. Kegiatan yang dilakukan:
Kegiatan yang dilakukan di tempat PIK Remaja
Bentuk aktifitas penyadaran (KIE) dalam lokasi PIK Remaja berada,
misalnya penyuluhan individu dan kelompok
Menggunakan media cetak
Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan formulir
c. Dukungan dan jaringan yang dimiliki:
Ruang khusus
Memiliki papan nama, dipasang ditempat mudah dilihat oleh khalayak
Struktur pengurus paling tidak memiliki: Pembina, Ketua, Bidang
Administrasi, Bidang Program/Kegiatan, PS dab KS
Dua orang Pendidik Sebaya yang dapat diakses
Lokasi PIK Remaja yang mudah diakses dan disukai oleh remaja
2) PIK Remaja tahap TEGAK
a. Materi dan isis pesan yang diberikan
TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan
Pendalaman materi TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan
Pemahaman tentang Hak-Hak Reproduksi
Keterampilan hidup
b. Kegiatan yang dilakukan:
Kegiatan yang dilakukan didalam dan diluar PIK Remaja
Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) didalam lokasi PIK Remaja
Surat-menyurat
Menggunakan media cetak dan elektronik
Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai formulir
Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk
datang ke PIK Remaja, antara lain:
Pendampingan kepada remaja penyalahguna napza, hamil, di
luar nikah, dan HIV positif
Bedah film
Pelatihan penyiapan karir, contoh: membuat lamaran pekerjaan,
kursus bahasa ingris, browsing internet, dan lain-lain.
Lintas alam/out bound
Bimbingan blajar siswa SLTP/SLTA
Pendataan remaja yang mengalami risiko
TRIAD
Surat-menyurat
Menggunakan media cetak dan elektronik
Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai formulir pelayanan
Melakukan advokasi dan promosi PIK Remaja untuk mengembangkan
jaringan pelayanan
c. Dukungan dan jaringan yang dimiliki:
Ruang secretariat dan ruang pertemuan
Struktur pengurus paling tidak emmiliki Pembina, ketua, bidang
Sistem pencatatan dan pelaporan standar merupakan salah satu cirri pelayanan
gizi menyeluruh yang harus dilaksanakan oleh petugas gizi puskesmas dengan
menggunakan formulir pencatatn dan pelaporan khusus dan mekanisme pelaporan
yang sesuai dengan buku pedoman pelaksanaan pelayanan gizi puskesmas.
(Depkes RI,2001)
B. Pengorganisasian
a. Tingkat pusat
Penanggung jawab : Direktorat Gizi Masyarakat
Tugas dan Fungsi :
1. Mengkoordinir kegiatan yang bersifat kebijaksanaan, pembinaan, pemantauan,
dan penilaian
2. Menyiapkan pedoman pelaksanaan pelayanan gizi (POZI/klinik gizi), pedoman
pelatihan, menyelenggarakan pelatihan, menyusun pedoman diet dan bahanbahan penyuluhan, serta melaksanakan pembinaan serta melaksanakan
pembinaan, pemantauan dan penilaian pelaksanaan klinik gizi di daerah. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi tersebut dibentuk kelompok kerja POZI/klinik
gizi yang anggotanya terdiri dari Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat
Kesehatan Khusus, Direktorat Kesehatan Keluarga, Unit Instalasi Gizi Rumah
Sakit dan Unit-unit lainnya yang terkait. (Depkes RI,2001) .
b. Tingkat Propinsi
Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Tugas dan Fungsi
1. Menjabarkan kebijaksanaan, pedoman pelaksanaan POZI dan bahan-bahan
penyuluhan, pedoman pembinaan, pemantauan dan penilaian yang dikeluarkan
oleh pusat sesuai situasi dan kndisi daerah
2. Menyusun perencanaan logistic dan ketenagaan POZI pada sskala propinsi dan
melakukan bimbingan teknis kepada pelaksana POZI di lapangan, baik dalam
bentuk pelatihan/orientasi maupun dalam kegiatan pemantauan dan penilaian
3. Menyusun laporan pelaksanaan POZI tingkat propinsi setahun sekali
dirujuk
kembali
ke
pustu,
polindes
ataupun
posyandu
bila
Pengkajian gizi yang meliputi : kajian status gizi, kajian klinis, kajian hasil
laboratorium, kajian kebiasaan makan/pola makan dan asupan makanan sehari
Konseling gizi
Konseling gizi adalah kegiatan pemberian informasi/nasehat tentang gizi dan
dietetk yang erat kaitannya dengan gizi dan kesehatan seseorang. Konseling gizi
diawali dengan pengkajian gizi
Dietetik
Dietetik yaitu anjuran pemberian makanan khusus atau diet yang sesuai dengan
penyakit seseorang termasuk pemberian suplementasi gizi
Konseling gizi dan dietetik adalah teknik dan prinsip penerapan gizi dan dietetik
komunikasi dan nasehat gizi kepada pasien berkaitan dengan penyakit. Anamnesa
diet dan terapi diet (Depkes RI,2006).
Adapun yang dimaksud dengan :
1. Pengkajian gizi adalah kegiatan mengkaji hasil pengukuran antropometri yaitu
pengukuran TB, BB terhadap setiap pengunjung POZI di puskesmas,
berdasarkan standar yang telah ditentukan (KMS, IMT, LILA)
2. Pengkajian status gizi adalah proses yang digunakana untuk menentukan status
gizi pasien, mengidentifikasi gizi (kurang atau lebih, untuk menentukan
rencana diet, dan menu makanan yang harus diberikan kepada pasien)
3. Pengkajian klinis adalah kegiatan mengkaji dan mengamati tanda-tanda klinis
atau kelainan secara fisik yang dapat dilihat dari pengunjung (pucat, lesu,
bercak pada mata, rambut kusam, kult kasar, oedem/pembengkakan).
4. Pengkajian laboratorium adalah kegiatan mengkaji hasil pemeriksaan kadar
gula darah, kadar Hb, urin, cacing, sputum.
5. Pengkajian kebiasaan makan adalah kegiatan pengumpulan informasi tentang
kebiasaan makan, pola makan, asupan makanan dalam sehari (anamnesis).
Prosedur Kerja Tetap (Protap) POZI/ Klinik Gizi
Pengunjung yang datang ke Pozi atau klinik gizi akan memperoleh pelayanan
gizi menyeluruh sesuai dengan protap gizi sebagai standar pelayanan gizi. Protap
yang telah disusun untuk memperoleh pelayanan gizi POZI adalah protap diet
tinggi energi tinggi protein (ETPT) untuk penderita KEP, protap diet rendah energi
(RE), untuk penderita kegemukan (obesitas), protap diet rendah garam (RG) untuk
penderita hipertensi, dan protap diabetes mellitus (DM) untuk penderita kencing
manis, protap diet penyakit degeneratif lainnya yaitu: protap diet penyakit
lambung, diet rendah protein, diet rendah kolesterol,dan lemak terbatas, diet
penyakit hati, dan diet penyakit urin.(Depkes RI,2001)
Sejalan dengan perkembangan ilmu penyakit maka rumah sakit sudah
dapat mendeteksi dan menyembuhkan penyakit degeneratif lainnya seperti
penyakit hati, jantung, ginjal, lambung, asam urat dll. Oeh karena itu, POZI di
puskesmas sudah dapat menerima rujukan diet penyakit tersebut dari rumah sakit
untuk kesembuhan penderita setelah diperbolehkan pulang ke rumah. Setelah
dilakukan pengkajiann gizi maka pengunjung dapat dikategorikan dalam gizi baik,
gizi salah (kelainan gizi dan obesitas), dan pengunjung yang menderita penyakit
terkait gizi.(Depkes RI,2001) Masing-masing kategori tersebut dikelompokkan
menurut sasaran penderita menurut jenis penyakitnya: (Depkes RI, 2001)
a. Gizi baik
Pengunjung puskesmas yang tergolong ke dalam gizi baik (bayi, balita, usia
sekolah, remaja, dewasa, ibu hamil, ibu menyusui dan usia lanjut) diberikan
pelayanan berupa penyuluhan tentang gizi seimbang dan pemberian paket
pertolongan gizi ini sudah terintegrasi dalam pelayanan gizi di posyandu berupa
kapsul vitamin A, tablet Fe dan kapsul yudium. Dosis pemberinnya disesuaikan
dengan pedoman yang sudah ada. Untuk pencegahan kekurangan vitamin A pada
bayi usia 6-12 bulan diberikan 1 kapsul vitamin A dosis 100.000 IU, dan anak
balita diatas 1 tahun dosisnya 200.000 IU diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi
2 kalisetahun pada bulan Februari dan Agustus. Untuk ibu nifas diberikan 1
kapsul Vitamin A setelah melahirkan. Untuk pencegahanterjadinya anemia gizi
ibu hamil diberikan tablet Fe sebanyak 1 tablet setiap hari selama 3 bulan
berturut-turut, sedangkan untuk remaja putri diberikan tablet Fe sebanyak 1 tablet
sehari selama masa haid / menstruasi (7-10 hari). (Depkes RI,2001)
b. Gizi salah
Gizi salah atau gangguan gizi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau
kelebihan secara relatif maupun absolute satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001).
Gizi salah satu gangguan gizi adalah suatu kondisi dimana seseorang menderita
kekurangan atau kelebihan gizi. Penyakit yang termasuk dalam gizi salah adalah
penyakit kelainan gizi dan kegemukan (obesitas). Penyakit kelainan gizi
merupakan masalah gizi utama di Indonesia yaitu KEP, KVA, GAKY, dan AGB.
(Depkes RI,2001)
Penyakit Terkait Gizi Lainnya
1. Hipertensi
Hipertensi berkaitan erat dengan terjadinya penyakit jantung, stroke dan penyakit
ginjal. Seseorang dikatakan hipertensi apabila nilai tekanan darah diatas normal
yaitu =>140/90.mmHg, sedangkan nilai normal bagi orang dewasa adalah <
140/90mmHg. (Depkes RI,2001)
2. Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes Mellitus merupakan kelainan metabolik, gula dalam tubuh akan
diubah menjadi energi oleh insulin yaitu suatu zat atau hormon penting yang
dibentuk pada kelenjar pankreas. Bila produksi insulin tidak mencukupi maka
gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh sehingga kadar gula darah
meningkat dan kelebihannya terbuang melalui urin. (Depkes RI, 2001)
E. JADWAL POZI
Jadwal kerja pelayanan POZI disesuaikan dengan kemampuan puskesmas
masing-masing. Bila kemampuan puskesmas terbatas maka POZI dilaksanakan
minimal 1 kali seminggu, bila tenaga pelaksana POZI cukup banyak, maka jadwal
pelayanannya dapat mengikuti pola kerja puskesmas. Hal ini sepenuhnya
diserahkan kepada kemampuan dan kebijaksanaan dalam pengelolaan puskesmas.
(Depkes RI, 2001)
SKRINNING
A. Definisi Skrining
Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau
sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang
diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (Rajab, 2009). Tes skrining
merupakan salah satu cara yang dipergunakan pada epidemiologi untuk
mengetahui prevalensi suatu penyakit yang tidak dapat didiagnosis atau keadaan
ketika angka kesakitan tinggi pada sekelompok individu atau masyarakat berisiko
tinggi serta pada keadaan yang kritis dan serius yang memerlukan penanganan
segera. Namun demikian, masih harus dilengkapi dengan pemeriksaan lain untuk
menentukan diagnosis definitif (Chandra, 2009).
Berbeda dengan diagnosis, yang merupakan
suatu
tindakan
untuk
tersebut.
Tersediannya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi
mereka yang dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan
penyediaan obat dan jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi
cukup lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.
Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat
sensitivitas dan spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan
standard untuk mengetahui apakah di suatu daerah yang dilakukan
pasti.
Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka
yang dinyatakan menderita penyakit tersebut.
Tes skrining pada umumnya dilakukan secara masal pada suatu kelompok
populasi tertentu yang menjadi sasaran skrining. Namun demikian bila suatu
penyakit diperkirakan mempunyai sifat risiko tinggi pada kelompok populasi
tertentu, maka tes ini dapat pula dilakukan secara selektif (misalnya khusus pada
wanita dewasa) maupun secara random yang sarannya ditujukan terutama kepada
mereka dengan risiko tinggi. Tes ini dapat dilakukan khusus untuk satu jenis
penyakit tertentu, tetapi dapat pula dilakukan secara serentak untuk lebih dari satu
penyakit (Noor, 2008).
Uji skrining terdiri dari dua tahap, tahap pertama melakukan pemeriksaan
terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita
penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut tidak menderita
penyakit. Bila hasil tes positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu
pemeriksaan diagnostik yang bila hasilnya positif maka dianggap sakit dan
mendapatkan pengobatan, tetapi bila hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit
dan tidak memerlukan pengobatan. Bagi hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan
pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa proses skrining adalah
pemeriksaan pada tahap pertama (Budiarto dan Anggraeni, 2003).
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan
laboratorium atau radiologis, misalnya :
a Pemeriksaan gula darah.
b Pemeriksaan radiologis untuk uji skrining penyakit TBC.
Pemeriksaan diatas harus dapat dilakukan :
1. Dengan cepat tanpa memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut
(pemeriksaan diagnostik).
2. Tidak mahal.
3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa (Budiarto
dan Anggraeni, 2003).
Contoh pemanfaatan skrining :
Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner (Bustan,
2000).
E. Kriteria Evaluasi
Suatu alat (test) skrining yang baik adalah mempunyai tingkat validitas dan
reliabilitas yang tinggi, yaitu mendekati 100%. Selain kedua nilai tersebut, dalam
memilih tes untuk skrining dibutuhkan juga nilai prediktif (Predictive Values).
1. Validitas
Validitas adalah kemampuan dari tes penyaringan untuk memisahkan mereka
yang benar-benar sakit terhadap yang sehat. Validitas merupakan petunjuk tentang
kemampuan suatu alat ukur (test) dapat mengukur secara benar dan tepat apa yang
akan diukur. Validitas mempunyai 2 komponen, yaitu:
1. Sensitivitas: kemampuan untuk menentukkan orang sakit.
2. Spesifisitas: kemampuan untuk menentukan orang yang tidak sakit.
Besarnya nilai kedua parameter tersebut tentunya ditentukan dengan alat
diagnostik di luar tes penyaringan. Kedua nilai tersebut saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya, yakni bila sensitivitas meningkat, maka spesifisitas akan
menurun, begitu pula sebaliknya. Untuk menentukan batas standar yang
digunakan pada tes penyaringan, harus ditentukan tujuan penyaringan, apakah
mengutamakan semua penderita terjaring termasuk yang tidak menderita, ataukah
mengarah pada mereka yang betul-betul sehat.
Nilai prediktif adalah besarnya kemungkinan dengan menggunakan nilai
sensitivitas dan spesivitas serta prevalensi dengan proporsi penduduk yang
menderita. Nilai prediktif dapat positif artinya mereka dengan tes positif juga
menderita penyakit, sedangkan nilai prediktif negatif artinya mereka yang
dinyatakan negatif juga ternyata tidak menderita penyakit. Nilai prediktif positif
sangat dipengaruhi oleh besarnya prevalensi penyakit dalam masyarakat dengan
ketentuan, makin tinggi prevalensi penyakit dalam masyarakat, makin tinggi pula
nilai prediktif positif dan sebaiknya.
Disamping nilai sensitivitas dan nilai spesifisitas, dapat pula diketahui
beberapa nilai lainnya seperti:
a. True positive, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang benar-benar
menderita penyakit dengan hasil tes positif pula.
HASIL
PEMERIKSAAN
JUMLAH
POSITIF
NEGATIF
PENYAKIT
POSITIF (F/T)
JUMLAH
NEGATIF
A
C
(F/T)
B
D
A+B
C+D
A+C
B+D
A+B+C+D
x 100 %
B
B+ D
x 100 %
b. Spesifisitas :
c. True positive : A
d. False positive : B % False positive :
e. True negative : D
f. False negative : C % False negative :
g. Positive predictive value :
h. Negative predictive value :
Contoh soal 1:
B
B+ D
C
A+ C
x 100 %
x 100 %
True positive
Tru e positive+ false positive
True negative
True negative+ false negative
x 100 %
x 100 %
64.810 wanita usia 40-46 tahun mengikuti program skrining untuk mendeteksi
kanker payudara melalui mamografi dengan pemeriksaan fisik. Setelah 5 tahun,
dari 1115 hasil tes skrining yang positif dikonfirmasi 132 terdiagnosis pasti kanker
payudara.Sementara pada 63.695 peserta yang hasil tes skriningnya negatif,
ternyata hanya 45 orang yang menderita kanker payudara. Hitunglah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
TES
MAMOGRAFI
JUMLAH
POSITIF
NEGATIF
Kanker payudara
POSITIF
NEGATIF
132
983
45
63.650
1115
63.695
177
64.810
64.633
132
132+ 45
100 % = 74,576 %
c. Jumlah negatif palsu = 45
B
d. Spesifisitas = B+ D x 100 % =
983
64.633
x 100 % =
983
983+63.650
132
177
x 100 % =
x 100 % = 1,52 %
132
132+983
JUMLAH
True positive
True positive+ false positive
x 100 % = 11,838 %
x 100 % =
True negative
True negat ive+ false negative
63.650
63.650+45
x 100 % =
x 100 % = 99,929 %
Contoh soal 2:
Hubungan penyakit kanker serviks dengan tes IVA positif
TES IVA
Kanker serviks
POSITIF
6
3
9
POSITIF
NEGATIF
JUMLAH
Hitunglah nilai-nilainya.
a. Sensitivitas =
A
A+ C
b. Spesifisitas =
B
B+ D
NEGATIF
24
67
91
x 100 % =
6
6 +3
x 100 % =
67
24 +67
c. True positive = 6
d. False positive = 24 %FP =
e. True negative = 67
f. False negative = 3 %FN =
g. Positive predictive value =
6
6 +24
JUMLAH
x 100% = 20%
24
24 +67
3
3+ 6
30
70
100
x 100 % = 66,67 %
x 100 % = 73,62 %
x 100% = 26,37%
x 100% = 33,33%
True positive
True positive+ false positive
x 100% =
67
67 +3
True negative
True ne gative+ false negative
x 100%
x 100% = 95,7%
2. Reliabilitas
Bila tes yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan hasil yang konsisten,
dikatakan reliabel. Variliabilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut
(Budiarto, 2003):
1. Variabilitas alat yang dapat ditimbulkan oleh:
a. Stabilitas reagen
b. Stabilitas alat ukur yang digunakan
Stabilitas reagen dan alat ukur sangat penting karena makin stabil
reagen dan alalt ukur, makin konsisten hasil pemeriksaan.Oleh karena itu,
sebelum digunakan hendaknya kedua hasil tersebut ditera atau diuji ulang
ketepatannya.
2. Variabilitas orang yang diperiksa. Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit
atau penyakit dalam masa tunas. Misalnya: lelah, kurang tidur, marah,
sedih, gembira, penyakit yang berat, penyakit dalam masa tunas.
Umumnya, variasi ini sulit diukurterutama faktor psikis.
3. Variabilitas pemeriksa. Variasi pemeriksa dapat berupa:
a. Variasi interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan
yang dilakukan berulang-ulang oleh orang yang sama.
b. Variasi eksterna ialah variasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan
pemeriksaan oleh beberapa orang.
Upaya untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan
dengan mengadakan:
1.
2.
3.
4.
5.
3. Yield
Yield merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai
hasil dari uji tapis. Hasil ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut
(Budiarto, 2003):
1.
2.
3.
4.
rendah, akan dihasilkan sedikit negatif semu yang berarti sedikit pula penderita
yang tidak terdiagnosis. Hal ini dikatakan bahwa uji tapis dengan yield yang
rendah. Sebaliknya, bila alat yang digunakan mempunyai sensitivitas yang
tinggi, akan menghasilkan yield yang tinggi. Jadi, sensitivitas alat dan yield
mempunyai korelasi yang positif.
Makin tinggi prevalensi penyakit tanpa gejala yang terdapat di
masyarakat akan meningkatkan yield, terutama penyakit-penyakit kronis
seperti TBC, karsinoma, hipertensi, dan diabetes melitus. Bagi penyakitpenyakit yang jarang dilakukan uji tapis akan mendapatkan yield yang tinggi
karena banyaknya penyakit tanpa gejala yang terdapat di masyarakat.
Sebaliknya, bila suatu penyakit telah dilakukan uji tapis sebelumnya maka
yield akan rendah karena banyak penyakit tanpa gejala yang telah terdiagnosis.
Kesadaran yang tinggi terhadap masalah kesehatan di masyarakat akan
meningkatkan partisipasi dalam uji tapis hingga kemungkinan banyak penyakit
tanpa gejala yang dapat terdeteksi dan dengan demikian yield akan meningkat
(Budiarto, 2003).
.
PROMOSI KESEHATAN
A. Pengertian
1. Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan yang
terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
(Lawrence Green, 1984)
2. Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol
terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984)
3. Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan
meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau
kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu
memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam
Ottawwa, 1986)
B. Visi dan Misi
Visi Promosi
Kesehatan
berkembang)
memelihara
kesehatannya
shg
jlhnya
dpt
dipertahankan
o Promkes pd Tingkat Preventif
Sasaran : Kelompok orang sehat & kelompok high risk (bumil, bayi, obesitas,
PSK dll)
Tujuan : Mencegah kelompok tsb agar tdk jatuh sakit
Primary Prevention
o Promkes pd Tingkat Kuratif
Sasaran : Para penderita penyakit, utamanya penyakit kronis (DM, TBC,
Hipertensi)
Tujuan : Mencegah penyakit tsb tdk menjadi lebih parah
Secondary Prevention
o Promkes pd Tingkat Rehabilitatif
Sasaran : Para penderita penyakit yg baru sembuh (recovery) dr suatu
penyakit
Tujuan : Segera pulih kembali kesehatannya & / mengurangi kecatatan
seminimal mungkin
Tertiary Prevention
2. Dimensi Tempat Pelaksanaan Promosi Kesehatan atau Tatanan ( Setting)
1.Tatanan RT
2.Tatanan Sekolah
3.Tatanan Tempat Kerja
4.Tatanan Tempat-Tempat Umum
5.Tatanan Institusi Yankes
E.
1.
2.
3.
4.
5.
Peran Perawat
Role model
Fasilitator
Edukator
Konselor
Advokat Klien
F.
1.
o
o
o
o
o
o
o
o
2.
o
o
3.
o
o
4.
o
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
riwayat kesehatan
latihan fisik
pengkajian aktivitas fitness
gaya hidup
kebutuhan spiritual
mereview dukungan sosial
resiko kesehatan yang muncul
stressor pada kehidupan klien
Intervensi
berdasarkan kebutuhan dan prioritas klien
klien dibagi berdasarkan:
tujuan
aktifitas atau intervensi untuk mencapai tujuan
banyaknya dan lamanya aktivitas itu sendiri
metode evaluasi
Implementasi
berdasarkan tanggung jawab individu akan intervensi yang dilakukan
intervensi keperawatan meliputi
pemberian dukungan
konseling
memfasilitasi
mengajarkan
pengaplikasian contoh atau role model
pengubah perilaku klien
Evaluasi
sedang berlangsung
o upaya kolaboratif
o tindakan Klien dapat mencakup:
-Lanjutkan Rencana prioritas
-Reorder strategi
-Mengubah strategi
-Revisi Kontrak
G. Peraturan Pemerintah
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 585/MENKES/SK/V/2007
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN DI
PUSKESMAS
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
Pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal.
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia
ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di
mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini
disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang
serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut. Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini,
khususnya anak TK di antaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta
Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 1.13) sebagai berikut.
1. Anak bersifat unik.
2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.
3. Anak bersifat aktif dan enerjik.
4. Anak itu egosentris.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8. Anak masih mudah frustrasi.
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.
10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
B. Pendidikan Anak Usia Dini
Jalur Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini dalam undang-undang
tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU
Nomor 20 Tahun 2003 (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional) Bab I Pasal
1 Ayat 14). Dalam pasal 28 ayat 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudathul Athfal, atau bentuk lain yang
sederajat. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Satuan pendidikan anak usia dini
merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang memberikan layanan
pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun. Di Indonesia ada beberapa
lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat
luas, yaitu:
a. Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA)
TK merupakan bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4
sampai 6 tahun, yang terbagi menjadi 2 kelompok : Kelompok A untuk
anak usia 4 5 tahun dan Kelompok B untuk anak usia 5 6 tahun.
b. Kelompok Bermain (Play Group)
Kelompok bermain berupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program
pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai
dengan 4 tahun (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 23)
c. Taman Penitipan Anak (TPA)
d. Taman penitipan anak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program
pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 tahun. TPA adalah wahana pendidikan dan
pembainaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga
untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak
memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau
sebab lain (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 24).
C. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini
1. Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini
a. Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
b. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak
dinyatakan bahwa Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak
sebagai makhluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan
diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga
kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan. Sehubungan dengan
pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan
pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa
dalam proses pendidikan yang berlangsung.
3. Landasan Keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini
Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan PAUD
dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa displin
ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak,
antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi serta neuro sains atau ilmu tentang
perkembangan otak manusia (Yulianai Nurani Sujiono, 2009: 10). Berdasarkan
tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini merupakan masa
peletak dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa
yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta
stimulasi dari lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar pada
pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan berpengaruh besar
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya
dengan perkembangan struktur otak. Dari segi empiris banyak sekali penelitian
yang menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting, karena pada
waktu manusia dilahirkan, menurut Clark (dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009)
kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100 200 milyard sel otak yang siap
dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan
optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang
terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi
otak.
D. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
konsep
Pendapat
beberapa ahli tentang pendidikan anak usia dini dan perkembangannya sebagai
berikut:
PAUD
dibedakan
menjadi
tiga
jalur.
Penyelenggaraan PAUD dapat berupa jalur formal (meliputi TK, RA atau bentuk
lain sederajat), jalur nonformal (meliputi KB, TPA atau bentuk lain sederajat), dan
jalur informal (meliputi pendidikan. keluarga atau pendidikan lingkungan).
Kebijakan Pemerintah dalam Pembinaan PAUD, di antaranya:
a. Tiga pilar kebijakan pemerintah (keluarga, masyarakat dan pemerintah)
b. Perluasan dan pemerataan akses PAUD
c. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing PAUD
d. Penguatan tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan public
G. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berumur 0-6 tahun yang sangat
membutukanrangsangan dari lingkungannya. Anak usia dini adalah sosok individu
yang sedang menjalanisuatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental
bagi kehidupan selanjutnya. Menurut Solehuddin (2000), anak usia dini
adalah sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan dengan
sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini
tergolong kedalam anak yang berada pada rentang usia lahir sampai 8 tahun,
dimana masa pra sekolah itu berkisar antara usia 4-6 tahun (Yudha dan Rudiyanto,
2004). Anak usia dini (early childhood) dikatakan sebagai masa keemasan yaitu
usia yang sangat berharga dibandingkan dengan usia-usia selanjutnya.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan, sisdiknas menyatakan bahwa:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian
rangsangan pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Sedangkan menurut Anwar dan Ahmad (2003:2),
pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendidikan yang berfungsi untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan
Berikutnya
sujiono,
Yuliani (2009:6)
menyatakan
bahwa
perkambangananak
serta
sikap
dan
perilakusepanjang
rentang
kehidupannya.
c. Penelitian menunjukan bahwa sejak lahir anak memiliki kurang lebih 100
miliar selotak . sel-sel syaraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan
agar terus berkembang jumlahnya. Jika tidak, jumlah sel tersebut akan
semakin berkurang yang berdampak pada pengikisan segenap potensi
kecerdasan anak.
perkembangan
fisik,psikis,dan
sosial
anak
secara
sedini
mungkin
menyeluruh
yang
yang
meliputiaspek-aspek
merupakan
hak
anak.
Dengan pertumbuhan dan perkembangan itu, anak diharapkan lebih siap untuk
untuk belajar lebihlanjut, bukan hanya belajar akademik disekolah, melainkan
belajar sosial, emosional, moral,dan lain-lain pada lingkungan sosial. Jadi itulah
tujuan utamanya (primary goal). Adapun tujuan penyerta (murturing goal) PAUD
adalah membantu menyiapkan anakmencapai kesiapan belajar (akademik) di
sekolah. Karena itu, menempatkan tujuan penyerta di atas segalanya mengandung
risiko terhadap terjadinya praktik-praktik keliru yang terlalu berbobot akademik
pada PAUD, seperti terbukti pada TK/RA selama ini.
Menurut pasal 28 UU sisdiknas No.20/2003 ayat 1, tentang anak usia dini
adalah 0-6 tahun, namun menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan
penyelenggaraannya di beberapanegara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Adapun ruang lingkup pendidikan anakusia dini yaitu: infant (0-1 tahun), toddler
(2-3 tahun), preschool/kindergarten children (3-6tahun), early primary school (SD
kelas awal) (6-8 tahun).Pada umumnya tujuan PAUD adalah mengembangkan
berbagai potensi anak sejakdini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Tujuan PAUD dalam Depdiknas (2012) antara lain adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
merupakan
pondasi
awal dalam
untuk
d. Memberdayakan
peran
serta
masyarakat
dalam
penyelenggaraan
informal:
pendidikan
keluarga
atau
pendidikan yang
d. Persetujuan Lingkungan kanan dan kri serta depan dan belakang tempat
e.
f.
g.
h.
i.
kualitasnya
5. Masa Berlaku Izin
a. Izin Penyelenggaraan PAUD berlaku selama 3 (tiga) Tahun
b. Izin Penyelenggaraan PAUD wajib daftar ulang 1(satu) bulan sebelum
masa berlakunya habis.
PKK
b.
c.
d.
e.
tugastugas
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
dasar
untuk
terwujudnya pemberdayaan
PKK
Desa/Kelurahan
yang
dapat dibentuk
berdasarkan
masyarakat
melalui
Gerakan
PKK
merupakan
upaya
dan
perkotaan
yang
perlu
ditingkatkan
dan
dikembangkan
(3) Bupati/Walikota
pemberdayaan
melalui
masyarakat
Kepala
di
SKPD
yang
Kabupaten/Kota
membidangi
urusan
menyelenggarakan
STRUKTUR WARGA
PERATURAN
MENTERI
DALAM
NEGERI
REPUBLIK
INDONESIA
adalah
wilayah
kerja
lurah
sebagai
perangkat
daerah
sebagai
mitra
kerja
pemerintah
dan
organisasi
pengendali
dan
penggerak
pada
masing-masing
jenjang
Pasal 3
1. Lembaga, Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra
dalam memberdayakan masyarakat desa.
2. Tugas Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif;
b. melaksanakan,
mengendalikan,
memanfaatkan,
memelihara
dan
rencana,
pelaksana,
pengendali,
pelestarian
dan
Kemasyarakatan
Kelurahan
dalam
melaksanakan
tugas
Pemberdayan
Masyarakat
Desa
atau
Kelurahan
Pasal 8
Lembaga
Pemberdayaan
(LPMD/LPMK)/Lembaga
Masyarakat
Ketahanan
Desa
Masyarakat
atau
Desa
atau
Kelurahan
Kelurahan
swadaya
gotong
royong
masyarakat,
melaksanakan
dan
mengendalikan pembangunan.
Pasal 9
Lembaga
Pemberdayaan
(LPMD/LPMK)/Lembaga
Masyarakat
Ketahanan
Desa
Masyarakat
atau
Desa
atau
Kelurahan
Kelurahan
kualitas
dan
percepatan
pelayanan
pemerintah
kepada
masyarakat;
d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil
pembangunan secara partisipatif;
e. penumbuhkembangkan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya
gotong royong masyarakat;
f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya alam serta
keserasian lingkungan hidup.
Pasal 10
Lembaga Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b mempunyai tugas
untuk membina dan melestarikan budaya dan adat istiadat serta hubungan antar
tokoh adat dengan Pemerintah Desa dan Lurah.
Pasal 11
Lembaga Adat dalam melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud dalam Pasal 10
mempunyai fungsi:
a. penampung dan penyalur pendapat atau aspirasi masyarakat kepada
Pemerintah Desa dan Lurah serta menyelesaikan perselisihan yang
menyangkut hukum adat, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat;
b. pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan kebiasaankebiasaan masyarakat dalam rangka memperkaya budaya masyarakat serta
memberdayakan
masyarakat
dalam
menunjang
penyelenggaraan
pembinaan kemasyarakatan;
c. penciptaan hubungan yang demokratis dan harmonis serta obyektif antara
kepala adat/ pemangku adat/ketua adat atau pemuka adat dengan aparat
Pemerintah Desa dan Lurah.
Pasal 12
1. Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf c mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa/Lurah dan merupakan
mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
2. Tugas Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. menyusun rencana kerja PKK Desa/Kelurahan, sesuai dengan hasil
Rakerda Kabupaten/Kota;
b. melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang disepakati;
c. menyuluh
dan
menggerakkan
kelompok-kelompok
PKK
gagasan
dalam
pelaksanaan
pembangunan
dengan
secara
komprehensif,
terpadu
dan
terarah
serta
berkesinambungan;
d. penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi
muda di lingkungannya;
e. penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung
jawab sosial generasi muda;
f. penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan,
kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
g. pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung
jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan
kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi
kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya;
Pasal 18
1. Lembaga Kemasyarakatan Lainnya di desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf f yang diakui oleh masyarakat ditetapkan dalam Peraturan Desa
dengan berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
2. Lembaga Kemasyarakatan Lainnya di kelurahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf f yang diakui oleh masyarakat ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
BAB V
KEPENGURUSAN
Pasal 19
Pengurus Lembaga Kemasyarakatan memenuhi persyaratan:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. penduduk setempat;
c. mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian;
d. dipilih secara musyawarah dan mufakat
Pasal 20
1. Pengurus Lembaga Kemasyarakatan terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara;
d. Bidang-bidang sesuai kebutuhan.
2.
BAB VI
HUBUNGAN KERJA
Pasal 21
1. Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan pemerintahan desa
bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.
2. Hubungan
kerja
Lembaga
Kemasyarakatan
Desa
dengan
Lembaga
dan
Pemerintah
Provinsi
wajib
membina
Lembaga
Kemasyarakatan.
2. Pemerintah Kabupaten/Kota dan Camat wajib membina dan mengawasi
Lembaga Kemasyarakatan.
Pasal 24
Pembinaan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) meliputi :
a. memberikan pedoman dan standar pelaksanaan Lembaga Kemasyarakatan;
b. memberikan pedoman pendidikan dan pelatihan;
c. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
bantuan
pembiayaan
dari
Provinsi
kepada
Lembaga
Kemasyarakatan;
c. memfasilitasi Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dalam penyusunan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang Lembaga Kemasyarakatan;
d. melakukan pengawasan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang berkaitan
dengan Lembaga Kemasyarakatan;
e. melaksanakan pendidikan dan pelatihan tertentu skala provinsi;
f. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta
pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan;
g. memberikan penghargaan atas prestasi Lembaga Kemasyarakatan tingkat
provinsi.
Pasal 26
Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2) meliputi:
a. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan Lembaga
Kemasyarakatan;
b. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
c. menetapkan bantuan pembiayaan alokasi dana untuk pembinaan dan
pengembangan Lembaga Kemasyarakatan;
d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta
pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan;
e. melakukan
pembinaan
dan
pengawasan
penyelenggaraan
Lembaga
Kemasyarakatan;
f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Lembaga Kemasyarakatan;
g. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan Lembaga
Kemasyarakatan.
Pasal 27
Pembinaan dan Pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(2) meliputi :
a. memfasilitasi penyusunan Peraturan Desa yang berkaitan dengan Lembaga
Kemasyarakatan;
b. memfasilitasi
pelaksanaan
tugas,
fungsi
dan
kewajiban
Lembaga
kemasyarakatan;
c. memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
d. memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat;
e. memfasilitasi kerjasama antar Lembaga Kemasyarakatan dan kerjjasama
Lembaga Kemasyarakatan dengan pihak ketiga;
f. memfasilitasi
bantuan
teknis
dan
pendampingan
kepada
Lembaga
Kemasyarakatan;
g. memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan
Lembaga Kemasyarakatan.
BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 28
Pendanaan Lembaga Kemasyarakatan Desa bersumber dari:
a. swadaya masyarakat;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan/atau
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi;
d. bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 30
Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta karena kedudukannya
sebagai
lbukota
Negara
Republik
Indonesia,
pembentukan
Lembaga
f. hubungan kerja;
g. sumber dana.
3. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota mengenai Lembaga Kemasyarakatan
Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. mekanisme pembentukan mulai dari musyawarah masyarakat sampai
dengan pengesahan;
b. maksud dan tujuan;
c. tugas, fungsi dan kewajiban;
d. kepengurusan meliputi pemilihan pengurus, syarat-syarat pengurus, masa
bhakti pengurus, hak dan kewajiban;
e. keanggotaan meliputi syarat-syarat anggota, hak dan kewajiban;
f. tata kerja;
g. sumber dana.
Pasal 32
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2009. Strategic Mindset; Agar perencanaan anda memiliki
fondasi yang kokoh. Jakarta: Bhuana llmu Popular,
Arisman. 2007. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC.
Departemen kesehatan RI. 2006. Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga. Jakarta.
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika