Anda di halaman 1dari 2

Buku Orang Miskin Dilarang Sakit oleh Eko Prasetyo adalah buku yang

menceritakan pandangan Eko Prasetyo terhadap kesehatan di Indonesia. Buku


ini dicetak pertama tahun 2004 sehingga pandangan Eko Prasetyo adalah
pandangan kesehatan pada saat itu. Pada tahun 2004 ke belakang salah satu
masalah yang sangat banyak di Indonesia adalah masalah kesehatan. Dalam
bukuny, Eko Prasetyo memberi penjelasan yang singkat, padat dan mudah
dipahami tentang keadaan kesehatan Indonesia. Saya membaca buku ini
memang karena diminta, namun saya rasa itu tidak masalah karena berkat
permintaan itulah saya mendapat suatu pandangan baru tentang Indonesia. Eko
Prasetyo memberi kritikan kepada pemerintah tentang cara mereka dalam
menangani kesehatan. Bukan hanya pemerintah, dokter, suster dan pengusaha
obat, dan segala instansi kesehatan dikritik oleh Eko. Eko berpendapat bahwa
biaya yang ditetapkan pemerintah terhadap kesehatan sangat merugikan warga
yang kurang mampu ( miskin ) karena harus mengeluarkan biaya hanya untuk
membeli obat. Selain itu, penanganan dokter kepada pasien demi keuntungan
dokteri itu sendiri. Dokter memberikan informasi palsu tentang obat, hanya agar
pasien membeli obat tersebut. Dokter juga memberikan resep yang meminta
pasien untuk mengonsumsi obat obatan yang banyak demi kesembuhan, yang
pada akhirnya membuat pasien harus mengeluarkan banyak uang. Bukan hanya
masalah pada obat, ada banyak masalah yang dilakukan oleh pihak kesehatan
untuk memperoleh keuntungan. Masalah yang sering dihadapi berhubungan
dengan biaya adalah pasien dipaksa untuk membayar semua biaya ketika pasien
berobat sampai pasien sembuh. Jika dalam hasil pemeriksaan harus dirujuk
maka biaya keluar, kemudian harus dioperasi dan hasilnya adalah sembuh atau
tidak sembuh yang rugi adalah pasien. Jika adadokter melakukan pelanggaran
hukum, pada akhirnya dokter selalu diuntungkan walaupun dia yang seharusnya
bersalah. Selain tiu, dokter juga pilih kasih terhadap pasiennya. Contohnnya di
rumah sakit, kamar pasien dibedakan menjadi kamar biasa dan kamar luar biasa
seperti di hotel. Jika kamar biasa seperti kamar kos biasa, kamar luar biasa
dianggap seperti hotel kelas atas. Fasilitas yang disediakan juga berbeda jauh.
Selama pasiennya kaya pasti dilayani seperti tamu VIP, tapi jika pasien miskin
hanya dijadikan korban untuk menguras uangnya.
Itulah beberapa maslah yang menurut saya masih berlangsung sampai saat ini
walaupun tidak sebanyak dulu.Hal ini menjadi sebuah bukti bahwa Indonesia
masih belum berkembang dalam menagani kesehatan. Eko berpendapat bahwa
lebih banyak masalah pada kesehatan jika berhubungan dengan orang miskin
yang menandakan bahwa Eko berpihak pada orang miskin. Namun, menurut

saya kita tidak bisa melihat suatu masalah dari satu arah, tetapi dari arah
berbeda juga. Saya memandang masalah ini dari sudut pandang tenaga
kesehatan seperti dokter, suster dan instansi kesehatan lainnya. Dalam hal biaya,
dokter sebenarnya memberi biaya yang mahal karena ada hubungannya dengan
teknologi yang digunakan. Teknologi yang dipakai hampir semua produk buatan
luar negeri dan pemakaian biayanya tidak murah. Sehingga dokter tidak
memliki pilihan lain selain meningkatkan harga untuk menyeimbangkan dengan
biaya yang dikeluarkan demi alat. Saya merasa bahwa Eko memberi kritikan
kepada instansi kesehatan yang sangat banyak. Hal ini bisa memberi inspirasi
kepada pembaca dan memberikan pengaruh pada pemikiran mereka. Inspirasi
yang di peroleh bisa berupa keinginan untuk menghilangkan semua
permasalahan tersebut. Dalam pemikiran, banyaknya masalah yang dijelaskan
oleh Eko bisa juga memberi gambaran bahwa kesehatan di Indonesia lebih
banyak hal negatifnya. Hal ini bisa membuat kurangnya rasa kepercayaan antara
dokter dengan pasiennya. Bahkan bisa menimbulkan perpecahan yang nantinya
akan menjadi semakin rumit. Dari sudut pandang suster, suster sebenarnya tidak
jauh beda dengan masyarakat miskin karena walaupun mereka juga bekerja
dengan dokter namun tidak peduli baik pasien itu miskin atau kaya, gaji yang
diperoleh suster tetap sedikit. Dalam hal ini suster tidak jauh beda dengan
masyarakat miskin. Selain memberi kritikan setidaknya da juga kata kata yang
ditujukan kepada dokter sebagai ucapan terima kasih karena membantu pasien.
Seperti penjelasan di awal paragraf tadi, saya mendapatkan suatu pandangan
yang berbeda tentang kesehatan di Indonesia. Ini membuat saya memiliki
pendapat yang berbeda tergantung sudut pandang yang saya ambil. Tetap saja
walaupun dilihat dari sudut pandang lain maslah kesehatan di Indonesia masih
terus berkembang. Ini juga bisa menjadi inspirasi bagi para remaja yang
membacanya memberikan mereka suatu tujuan yang nantinya akan mengubah
keadaan Indonesia menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai