Anda di halaman 1dari 1

Saldo Laba

Saldo laba adalah laba yang dikumpulkan setelah dipotong PPh sehingga
menurut akutansi komersial laba ini tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pospos yang seharusnya diperhitungkan pada perhitungan laba rugi tahun berjalan. Pos
saldo laba biasanya disajikan terpisah dari pos modal saham. Saldo laba juga
disediakan untuk dibagikan sebagai dividen, namun apabila dianggap perlu maka
saldo laba dapat di cadangkan untuk keperluan lain. Misalnya, untuk ekspansi
perusahaan sehingga tidak seluruh saldo laba didistribusika. Pembayaran yang
bersumber pada saldo laba tidak dapat digunakan sebagai biaya untuk tahun
berikutnya, seperti biaya pembayaran bonus, jasa produksi, dan tantiem kepada
pegawai serta pengrus yang diambil dari saldo laba tidak boleh dihitung sebagai
biaya karena menurut ketentual fiskal pembayaran tersebut bukan merupakan
biaya.
Dalam perpajakan, penjualan saham kepada pihak ketiga yang dilakukan di
bura efek akan dikenakan PPh yang bersifat final. Berdasarkan PP 14 tahun 1997 jo.
KMK-282/KMK.04/1997 jo. SE-09/PJ.24/1997 jo. SE-15/PJ.42/1997 maka untuk saham
pendiri, pemilik saham pendiri akan dikenakan tambahan PPh sebesar 0,5% dari
nilai saham perusahaan pada saat penutupan bursa diakhir tahun 1996. Jadi, PPh
total yang dikenakan adalah 0,6% dari nilai saham perusahaan.
Saat terutangnya/potongan PPh 23/26 ataupun PPh final atas pembayaran
dividen atau bagian keuntungan dari PT dalam negeri dengan dengan ini
disampaikan penegasan sabagai berikut.
1. Bagi PT yang tertutup, saat saat terutangnnya PPh final ialah pada saat
disediakan untuk dibayarkan, yaitu pada saat pembagian dividen di
umumkan/ ditentukan

dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

tahunan.
2. Bagi PT yang terbuka, kewajiban peusahaan untuk memotong PPh 23/26
ataupun PPh final baru timbul pada tanggal penentuan kepemilikan
pemegang saham yang berhak atas dividen.

Anda mungkin juga menyukai