Anda di halaman 1dari 13

Rangkuman Mata Kuliah Semester 7

Rabu, 12 Juni 2013


Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan PDGK4306

Modul 1
Pemikiran Tokoh Pembelaaran Berwawasan Kemasyarakatan

Kegiatan Belajar 1 : Pandangan Kritik Sosial dalam Pembelajaran (Teori Belajar


Humanistik)
Teori Humanstik dipelopori oleh Jurgen Habermas. Menurut teori humanstik,
proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan
manusia itu sendiri. Menurut Ausbel (Rene: 1996) belajar bermakna meaning
learning, belajar merupakan asimilasi bermakna. Sedangkan menurut Kolb
(Rene: 1996) membagi tahap-tahap belajar menjadi 4 tahap, yaitu :
1.
Tahap pengalaman konkret. Seseorang mampu atau dapat mengalami
suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
2.
Tahap pengamatan aktif dan reflektif, seseorang makin lama akan semakin
mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
3.
Tahap konseptualisasi, seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat
abtraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hokum dan prosedur tentang
suatu yang menjadi objek pengmatannya.
4.
Tahap eksperimentasi aktif. Seseorang sudah mampu mengaplikasikan
konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
Habermas membagi tipe belajar ke dalam tiga bagian, yaitu (1) belajar teknis,
(2) belajar praktis, dan (3) belajar emansipatoris.
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat
kelompok, yaitu : (1) kelompok aktivis, (2) kelompok reflector, (3) kelompok
teoris, (4) kelompok pragmatis.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan teori humanitis, yaitu :
a.

Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran

b.

Menentukan materi pembelajaran

c.

Menngidentifikasi kemampuan awal peserta didik

d.
Mengidentifikassi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara
aktif melibatkan diri dalam belajar.
e.
f.

Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran


Membimbing siswa belajar secara aktif

g.
Membimbing siswa untuk memahami hakikat atau makna dari pengalaman
belajarnya
h.

Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya

i.
Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam
situasi nyata
j.

Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Kegiatan Belajar 2 : Pandangan Progresif dalam Pembelajaran


Pandangan progresivisme berasal dari pikiran John Dewey (Tilaar: 2000). Peserta
didik dipandang sebagai orang yang merupakan bagian dari masyarakat,
sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi terhadap masyarakat.
Dewey menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan kegiatan yang biasa
dipergunakan di sekolah, yaitu :
1)
Untuk anak pendidikan pra-sekolah diperlukan latihan berkenaan dengan
pengembangan kemampuan panca indera dan pengembangan koordinasi fisik.
2)
Menggunakan bahan belajar yang bersumber dari lingkungan yang dapat
merangsang minat anak belajar agar mampu membangun, mencoba dan
mengambangkan kretivitas.
3)
Anak menemukan ide-ide atau gagassan, mengujinya, dan menggunakan
ide-ide atau gagasan tersebut untuk memecahkan persoalan yang sama.
Pikiran-pikiran progresivisme berbeda dalam cara pandang terhadap pendidikan
tradisional, dalam hal ; (1) guru memiliki kendali dalam pembelajaran, (2) hanya
percaya bahwa buku sebagai satu-satunya sumber informasi, (3) belajar yang
pasif, dan cenderung tidak faktual, (4) memisahkan sekolah dengan masyarakat,
dan (5) menggunakan hukuman fisik dalam menegakkan disiplin.
Terdapat lima prinsip pendidikan progresif, yaitu (1) berikan kebebasan pada
anak untuk berkembang secara alamiah, (2) minat dan pengalaman langsung
merupakan rangsangan paling baik untuk belajar, (3) guru memiliki peran
sebagai narasumber dan pembimbing kegiatan belajar, (4) mengembangkan
kerja sama antara sekolah dengan keluarga, (5) sekolah profresif harus menjadi
laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan.
Kegiatan Belajar 3 : Pandangan Sosiokultural Konstruktivis dalam Pendidikan
Resolusi Konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam sejarah
pendidikan. Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky, yang
keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsikonsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru.

Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandaskan kepada teori Vygotsky


yang telah digunakan dalam menunjang metode pengajaran yang menekankan
pada pembelaaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan
(Mohamad Nur: 1999).
Terdapat empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori konstruktivisme modern,
yaitu :
1)

Penekanannya pada hakikat sosial dari pembelajaran.

2)
Ide bahwa belajar paling baik apabila konsep itu berada dalam zona
perkembangan mereka.
3)
Adanya penekanan terhadap keduanya, yaitu hakikat sosial dari belajar
dan zona perkembangan terdekat yang dinamakan dengan pemagangan kognitif.
4)
Pada proses pembelajaran menekankan kemandirian atau belajar
menggunakan media.
Menurut teori konstruktivis, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu
kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif
seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Von Galserfeld mengemukakan beberapa kemampuan yang diperlukan dalam
proses kognitif pengetahuan, yaitu (1) kemampuan mengingat dan
mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan dan
mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, (3) kemampuan untuk
lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari padda yang lainnya.
Paradigma kontruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal
tersebut menjadi dasar dalam mengonstruksi pengetahuan yang baru.
Pendekatan Vygotsky menganjurkan pngetesan lapisan bawah dan atas zona itu
sehingga mengetahui tentang tingkat status dan kemampuan normal siswa saat
ini di samping juga berapa banyak siswa mendapatkan manfaat dari jenis-jenis
bantuan tertentu.
Kegiatan Belajar 4 : Pandangan Ki Hadjar Dewantoro terhadap Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa
menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain baik
lahir ataupun batin. Kemerdekaan yang dimaksud dari 3 macam, yaitu : berdiri
sendiri, tidak bergantung pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Lahirnya pendidikan Taman Siswa juga diilhami oleh model pendidikan barat
yang tidak menyelesaikan persoalan peningkatan kualitas sumber daya manusia
waktu itu. Menurutnya Pendidikan barat memiliki ciri : perintah, hukuman dan
ketertiban. Ki Hadjar Dewantoro merupakan salah satu perkosaan terhadap
kehidupan batin anak-anak. Oleh karena itu, tidak heran apabila hasil pendidikan
barat melahirkan anak dengan budi pekerti rusak sebagai akibat dari anak yang
hidup di bawah paksaan dan hukuman, yang biasanya tidak setimpal dengan
kesalahannya.
Beberapa falsafah Ki Hadjar Dewantoro berkenaan dengan pendidikan, yaitu :

1.
Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai denngan
kodratnya
2.
Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan
berbagai kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapa hidup tertib
dan damai
3.

Adat istiaddat sifatnya selalu berubah (dinamis)

4.
Untuk mengetahui karakteristik mesyarakat saat ini diperlukan kajian
dalam mendalam tentang kehidupan masyrakat tersebut di masa lampau,
sehingga dapat diprediksi kehidupan yang akan datang pada masyarakat
tersebut.
5.
Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur lain.
Hal ini terjadi karena terjadinya pergaulan bangsa.

Modul 2
Ruang Lingkup Kebudayaan dalam Pendidikan

Kegiatan Belajar 1 : Hakikat Kebudayaan


Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddayah yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkut paut dengan budii atau akal. Adapaun istilah
culture yang merupakan istilah bahasa asing sama artinya dengan kebudayaan,
berasal dari kata latin colere, yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu
mengolah tanah atau bertani. Dari asal kata tersebut (colere) kemudian culture
diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan
mengubah alam.
Menurut Tylor (1871) kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup
kesemuanya yan didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebgai anggota
masyarakat.
Tilaar (2002) merinci definisi yang dikemukakan E.B. Tylor sebagai berikut :
1)

Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks.

2)
Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang bukan
material, artinya berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti : ilmu
pengetahuan, kepercayaan, dan seni.
3)

Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni

4)
Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti
hokum, adat istiadat yang berkesinambungan.
5)

Kebudayaan diperoleh dari lingkungan.

6)
Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia soliter atau terasing
tetapi yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu.
J.J. Honingmann membuat perbedaan atas tiga gejala kebudayaan, yakni : (1)
ideas, (2) activities, (3) artifacts. Namun demikian Koentjaraningrat (1996)
menyarankan agar kebudayaan dibeda-bedakan sesuai empat wujudnya, yang
terdiri dari : (1) artifacts, (2) sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola, (3)
sistem gagasan, (4) sistem idiologis.

Kegiatan Belajar 2 : Unsur-unsur Pokok Kebudayaan


Menuurt Melville J. Herskovits (Soekanto: 1990) ada 4 unsur pokok kebudayaan,
yaitu :
1.

Alat-alat teknologi

2.

Sistem ekonomi

3.

Keluarga

4.

Kekuasaaan politik

Menurut Malinowski (Soekanto: 1990) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan


adalah sebagai berikut :
1.
Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat di dalam supaya menguasai alam sekelilingnya.
2.

Organisasi ekonomi

3.

Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan

4.

Organisasi kekuatan

Menurut C. Kluckhohn (1953) menyebutkan unsur-unsur pada kebudayaan yang


ada di dunia ini secara universal terdiri atas :
1.
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dsb)
2.
Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dsb)
3.
Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum dan sistem pekawinan)
4.

Bahasa (lisan maupun tertulis)

5.

Kesenian (seni rupa, seni rupa, seni gerak, dsb)

6.

Sistem Pengetahuan

7.

Religi (sistem kepercayaan)

Unsur-unsur normative yang merupakan bagian dan kebudayaan adalah sebagai


berikut :
1.

Unsur-unsur yang menyangkut penilaian, misalnya baik dan buruk, dsb

2.
Unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang seharausnya, seperti
perilaku.
3.
Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan, seperti mengadakan upacara
adat saat kelahiran, dsb.

Kegiatan Belajar 3 : Fungsi Pendidikan dalam Kebudayaan


Di dalam transmisi kebudayaan terdapat tiga unsur utama, yaitu :
1.

Unsur-unsur yang ditransmisikan

2.

Proses transmisi

3.

Cara transmisi

Pada masyarakat modern, sekolah merupakan salah satu lembaga utama yang
dipergunakan oleh orang dewasa dalam mewariskan kebudayaan kepada anakanaknya. Oleh karena itu, guru atau tenaga kependidikan harus memiliki
pemahaman yang jelas tentang budaya yang berkembang di masyarakat, baik
secara makro maupun secara mikro yang meliputu nilai, kepercayaan, dan
norma.
DAntonio (1983) mendefinikan keluarga sebgai suatu unit yang terdiri dua orang
atau lebih yang hidup bersama untuk suatu periode waktu, dan diantara mereka
saling berbagi dalam suatu hal atau lebih, yang berkaitan dengan pekerjaan,
seks, kesejahteraan, dan makanan anak-anak, kgiatan intelektual, spiritual, dan
rekreasi.
Rollin dan Galligen (1978) mendefinikan keluarga sebagai suatu sistem interaksi
semi tertutup di antara orang-orang yang bervariasi umur dan jenis kelaminnya,
dimana interaksi tersebut terorganisasi dalam arti hubungan proses sosial
dengan norma dan peranan yang ditentukan, baik oleh individu yang beriteraksi
mauupun oleh masyarakat sebgai suatu ciri dari sistem tersebut.

Zimmerman (1983) mengemukakan fungsi utama keluarga adalah sebagai


berikut :
1.

Pemeliharaan fisik dan kesejahteraan anggota keluarga

2.

Meambah anggota keluarga baru, baik melalui kelahiran amupun adopsi

3.
Sosialisasi anak-anak tehadap orang dewasa, seperti sebgai orang dewasa,
pekerja, anggota masyarakat, dll
4.

Pengendali sosial anggota keluarga

5.
Pemelihara moral keluarga dan motivasi untuk memastikan kinerja tugas
baik di dalam keluarga maupun dalam kelompok sosial lain.
6.
Produksi dan konsumsi peralatan dan pelayanan yang diperlukan untuk
mendorong dan memelihara inti keluarga

Di dalam proses pembudayaan terdapat pengertian-pengetian seperti invensi


dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis,
dan prediksi masa depan.
Menurut kajian Bremeld (Tilaar: 2000) proses kebudayaan mempunyai tiga aspek
yang saling berkaitan satu dengan lainnya, yaitu :
1.
Kebudayaan mempunyai tata susunan (order) yang kompleks namun
merupakan suatu anyaman yang berpola
2.

Nilai-nilai kebudayaan ditransmisikan dengan proses-proses acquiring, dan

3.

Proses pembudayaan mempunyai tujuan

MODUL 3
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan

Kegiatan Belajar 1 : Arah Baru Pendidikan Menuju Demokratisasi


Dengan terjadinya pergeseran peran pendidikan, maka secara mendasar
pendidikan perlu memiliki karakteristik sebgai berikut :
1.

Mampu mangembangkan kreativitas, kebudayaan, dan peradaban

2.

Mendukung diseminasi nilai keunggulan

3.
Mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan, dan
keagamaan
4.
Mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang
koheren dengan nilai-nilai moral
Dengan acuan buku Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (Jalal
dan Supriadi, 2001), diungkapkan tentang arah pendangan dasar pendidikan
nasional, visi misi tujuan pendidikan nasional dan demokratisasi pendidikan.
Acuan pemikiran dalam penataan, dan pengembangan sistem pendidikan
nasional harus mampu mengakomodasikan berbagai pandangan sehingga terjadi
keterpaduan dalam konteks dengan didasarkan prinsip :
1.

Membangun prinsip kesetaraan

2.

Menciptakan konfigurasi komponen sumber

3.

Menerapkan prinsip pemberdayaaan

4.

Melaksanakan prinsip kemandirian

5.

Menciptakan prinsip toleransi dan consensus

6.

Menyusun dasar perencanaan pendidikan

7.

Menerapkan prinsip rekonstruksionis

8.

Berorientasi pada peserta didik

9.

Berdasar pada prinsip pendidikan multicultural

10. Menerapkan prinsip globalisasi


Visi Pendidikan Nasional adalajh pendidikan yang mengutamakan kemandirian
menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilainilai Pancasila. Misi Pendidikan sesuai amanat UUD 1945 adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa yang ditempuh melalui pembelajaran dan pembudayaan
bangsa dan masyarakat Indonesia agar setiap insan Indonesia berpendidikan,
berbudaya, cerdas, berakar kuat pada moral dan budaya, dan berkeadilan sosial.
Misi Pendidikan Nasional jangka pendek adalah pemulihan dari krisis, misi jangka
menengah adalah pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan, misi
jangka panjangnya adalah tercapainya masyarakat Indonesia baru yaitu
masyarakat madani. Tujuan Pendidikan Nasional mampu menghasilkan manusia
sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas.
Makna demokratis dalam pendidikan yaitu proses pengembalian keputusan
pendidikan melibatkan semua tingkatan secara maksimal, dan upaya harus
dilakukan dalam rangka demokratisasi pendidikan adalah :
1.

Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan

2.

Pendidikan untuk semua

3.

Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan

4.

Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan

5.

Kerja sama dengan dunia usaha dan industry

Kegiatan Belajar 2 : Konsep Pembelajaran Berwawasan kemasyarakatan


Pembelajaran berwawasaan kemasyarakatan dilandasi oleh pemikiran dari
berbagai teori pembelajaran, yaitu teori humanistik, teori progresivisme, dan
teori konstruksivisme, serta pendidikan berbasis masyarakat. Pembelajaran
berwawasan kemasyarakatan harus didasarkan pada hal-hal berikut :
1.

Kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik

2.

Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran

3.
Materi pembelajaran terintegrasi dengan kehdupan sehari-hari peserta
didik
4.
Masalah yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan
kebutuhan peserta didik
5.
Menekankan pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta
didik
6.

Menumbuhkan kerja sama di antara peserta didik

7.

Menumbuhkan kemandirian

Menurut Galbarait (Marzuki: 2004), pendidikan berbasis masyarakat


mengandung beberapa makna, yaitu :

1)

Kemampuan peserta didik meningkat

2)

Partisipasi dan demokrasi

3)

Mobilisasi aksi masyarakat

Dari pendapat tersebut terdapat prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat


disimpulkan, yaitu :
1.

Determinasi Diri (self determination)

2.

Membantu dirinya sendiri (self help)

3.

Mengembangkan kepemimpinan (Leadership Development)

4.

Lokalisasi (localization)

5.

Pelayanan Terpadu (Integrated Delivery of Service)

6.

Menerima Perbedaan (Accept Diversity)

7.

Belajar Terus Menerus (Lifelong Learning)

MODUL 4
Satuan dan Program Pendidikan Masyarakat

Kegiatan Belajar 1 : Satuan dan Program Pendidikan di Masyarakat


Mengacu pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 10, satuan
pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan
jenis pendidikan.
Satuan Pendidikan yang ada di masyarakat menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 pasal 26 ayat 4 adalah lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis.
Program pendidikan yang ada di masyarakat menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 pasal 26 ayat 3 adalah pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan, pendidikan kesetaraan.

Kegiatan Belajar 2 : Pendekatan Pembelajaran dalam Berbagai Satuan Pendidikan


di Masyarakat
Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran pada berbagai satuan
pendidikan adalah pedagogi dan andragogi. Dalam model pedagogi, guru
memiliki peran dalam pembelajaran karena didasari oleh beberapa asumsi
mengenai peserta didik yaitu :
1.

Kebutuhan untuk mengetahui (The need to know)

2.

Konsep diri peserta didik (The leaners self konsep)

3.

Peran pengalaman (The role of experience)

4.

Kesiapan untuk belajar (Readliness to learn)

5.

Berorientasi belajar (Orientation to learning)

6.

Motivasi (Motivation)

Proses pembelajaran pedagogi cenderung teacher centered. Hal ini dilandasi


dengan ciri : 1) adanya dominasi guru dalam pembelajaran, 2) Bahan belajar
terdiiri dari konsep-konsep yang datangnya dari guru, 3) Materi belajar
cenderung bersifat dominan, 4) Peserta didik tinggal menerima instruksi yang
ditentukan oleh guru.
Knowles (1980) mendefinikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu
peserta didik untuk belajar (the science and arts of helping adults learn).
Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran penerapan model.
Menurut pandangan andragogi, setiap pendidik harus mampu membantu peserta
didik dalam penyelenggaraan pendidikan :
1.
Menciptakan suasana kondusif untuk belajar melalui kerja sama dalam
merencanakan program pembelajaran.
2.

Menemukan kebutuhan belajar

3.
Merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan
belajar
4.
Merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta
didik
5.
Melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik, dan
sarana belajar yang tepat
6.
Menilai kgiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar
untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Asumsi yang dijadikan landasan dalam teori andragogi adalah sebagai berikut :
1)

Orang dewasa mempunyai konsep diri

2)

Orang dewasa mempunyai akumulasi pengalaman

3)

Orang dewasa mempunyai kesiapan untuk belajar

4)

Orang dewasa berharap dapat segera menerapkan perolehan belajarnya

5)

Orang dewasa memiliki kemampuan untuk belajar

Modul 7
Pembelaran Multikultural

Kegiatan Belajar 1 :Konsep Dasar Pembelajaran Multikultural


Dalam proses pembelajaran tidak dapat lepas dari unsur-unsur kebudayaan
seperti :
1.

Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks

2.

Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang material.

3.

Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik

4.

Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah

5.

Kebudayaan merupakan suatu realitas yang objektif yang dapat dilihat

6.

Kebudayaan tidak terwujud dalam suatu kehidupan manusia soliter.

Menurut Ki Hadjar Dewatoro, kebudayaan berarti budah budi manusia yang


merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu
alam dan zaman. Rumusan tersebut mengandung makna :
1.
Kebudayaan selalu bersifat kebangsaan (nasional) dan mewujudkan sifat
atau watak kepribadian bangsa.
2.
Tap-tiap kebudayaan menunjukkan keindahan dan tingginya adat
kemanusiaan pada hidup masing-masing bangsa yang memilikinya.
3.
Tiap-tiap kebudayaan sebgai buah kemenangan manusia terhadap
kekuatan alam dan zaman memudahkan dan melancarkan hidupnya serta
memberi alat-alat baru untuk meneruskan kemajuan hidup dan memudahkan
serta memajukan dan mempertinggi taraf kehidupan
Thomas Hickema (Tilaar: 2000) mengungkapkan tentang tugas guru dalam
menerapkan nilai-nilai sebagai inti kebudayaan adalah :
1.

Pendidik haruslah menjadi seorang model

2.

Harus menciptakan masyrakat bermoral

3.

Mempraktekkan disiplin moral

4.

Mencptakan suasana demokratis

5.

Mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum

6.

Menciptakan budaya kerja sama

7.

Menumbuhkan kesadaran karya

8.

Mengembangkan resolusi konflik

Kegiatan Belajar 2 : Strategi Pengelolaan Pembelajaran Multikultural


Menurut Tilaar (2000), rumusan operasional mengenai hakikat pendidikan
mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :
1.

Pendidikan merupakan suaru proses berkesinambungan

2.

Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia

3.

Eksistensi manusia yang memasyarakat.

4.

Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya

5.

Proses bermasyarakat dan membudaya

Javier Perez (Tilaar: 2000) mengungkapkan bahwa perdamaian harus dimulai dari
diri kita masing-masing. Bahan-bahan belajar yang dapat dijadikan acuan dalam
pembelajaran perdamaian adalah :
a.
Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus memberi bantuan praktis
dalam pembelajaran tentang perdamaian
b.
Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus menggunakan berbagai
metode yang dapat mengembangkan peran serta peserta didik secara aktif
c.
Bahan-bahan atau materi pembelajarab harus mampu memenuhi
kebutuhan
d.
Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus merangsang minat peserta
didik untuk lebih memahami kelompok atau kebudayaan lain
e.
Bahan-bahan atau materi pembelajaran berisi kasus-kasus yang
menunjukkan pertikaian antar manusia yang dapat diselesaikan secara damai
f.
Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus mnenrangkan masalahmasalah yang paling penting untuk menciptakan perdamaian.
Strategi untuk mempelajari nilai-nilai inti yang berhubungan dengan hak-hak
asasi manusia adalah : 1) belajar tentang hak-hak asasi manusia, 2) belajar
bagaimana memperjuangkan hak-hak asasi manusia, 3) belajar melalui
pelaksanaan hak-hak asasi manusia.
Strategi pembelajaran untuk demokrasi dapat dilakukan dengan cara : 1) etos
demokrasi harus belaku di tempat pembelajaran, 2) pembelajaran untuk
demokrasi berlangsung secara terus menerus, 3) penafsiran demokrasi harus
sesuai dengan konteks sosial budaya, ekonomis, dan evolusinya.

Kegiatan Belajar 3 : Prosedur Pengelolaan Pembelajaran Multikultural


Prosedur yang ditempuh dalam pengelolaan pembelajaran multicultural adalah
melalui tahapan : 1) kegiatan pendahuluan, 2) kegiatan utama, 3) analisis, 4)
abstraksi, 5) penerapan, dan 6) kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran multikultiral adalah menciptakan
suasana yang kondusif sehingga setiap peserta didik dapat belajar dalam
harmoni kebersamaan.
Kegiatan utama merupakan kegitan instruksional yang menekankan pada
penciptaan pembelajaran yang harmoni untuk membentuk kepribadian peserta
didik yang penuh toleransi didasarkan pada keanekaragaman budaya.
Kegiatan analisis dalam pembelajaran multikultural adalah memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk berbagi pemikiran dan pemahaman pribadi tentang
sesuatu yang sudah dipelajarinya.

Abstraksi dalam pembelajaran multikultural merupakan upaya pendidik untuk


memperjelas materi inti yang harus dipahami oleh peserta didik.
Penerapan dalam pembelajaran multikultural adalah untuk mengukur perubahan
yang terjadi pada peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.
Kegiatan penuup adalah kegiatan akhir dari prosedur pembelajaran multikultural
yang dapat dilakukan sekaligus dengan kegiatan penilaian.

Modul 8
Muatan Life Skills dalam Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan

Kegiatan Belajar 1 : Konsep Dasar Life Skills


Dunia pendidikan di Indonesia menghadapi beberapa tantangan besar,
diantaranya sebagai berikut : 1) Dunia pendidikan dituntut untuk
mempertahankan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai, 2) Dunia
pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang
kompeten, mampu bersaing dalam pasar kerja global, 3) Dunia pendidikan
dituntut mengubah paradigama dengan pendidikan yang demokratis,
mendorong partisipasi masyarakat dan menghargai keragaman kebutuhan dan
konsisi daerah, 4) masih rendahnya pertumbuhan ekonomi dan menurunnya
tingkat kesejahteraan rakyat dan munculnya berbagai masalah sosial yang
mendasar, 5) Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah, 6) Kualitas
manusia dipengaruhi juga oleh kemampuan dalam mengelola sumber daya alam
dan lingkungan hidup.
Broling (1989) life skills adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan
yang sangat penting yang dimiliki oleh seseorang sehingga meraka dapat hidup
mandiri. Kent Davis (2000:1) kecakapan hidup adalah manual pribadi bagi
tubuh seseorang.
Kecakapan hidup/life skills versi Broling dipilah menjadi :
1.
Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal
diri (self awareness), dan kecakapan berpikir rasional (thingking skills)
2.

Kecakapan sosial (social skills)

3.

Kecakapan kademik (academic skills)

4.

Kecakapan vokasional (vocational skills)

Anda mungkin juga menyukai