suatu
pendekatan
dalam
menjalankan
usaha
yang
mencoba
untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungannya.
Act.
Keterlibatan global.
Kualitas adalah suatu perhatian internasional. Produk-produk perusahaan yang
akan bersaing di pasar internasional harus memenuhi ekspetasi akan kualitas,
desain, dan harganya secara global.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
Kepuasan pelanggan terjamin.
Manfaat TQM bagi institusi adalah:
Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
Staf lebih termotivasi
Produktifitas meningkat
Biaya turun
Produk cacat berkurang
Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:
Pemberdayaan
Lebih terlatih dan berkemampuan
Lebih dihargai dan diakui
Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di
masa yang akan datang adalah:
1. Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar pengikut
(follower)
Membantu terciptanya tim work
Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan
Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah
2.
3.
4.
5.
objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan
preferensi individual.
3. User-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau
cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.
4. Manufacturing-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang
produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratan
(conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi
yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas
adalah standar standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang
menggunakannya.
5. Value-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
Kualitas didefinisikan sebagai affordable ascellence. Oleh karena itu kualitas dalam
pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum
tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling
tepat beli.
Berdasarkan perspektif kualitas, Garvin dalam Yamit mengembangkan dimensi
kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis
terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang menghasilkan barang kedelapan dimensi
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
8. Percived Quality : Yaitu menyangkut Citra atau reputasi produk serta tanggung jawab
perusahaan terhadap produk.
Atarimae Hinshitsu: berfokus pada efek intangible pada proses dan optimisasi dari efek
tersebut.
Kansei: meneliti cara penggunaan produk oleh konsumen untuk peningkatan kualitas
produk itu sendiri.
Miryokuteki Hinshitsu: manajemen taktis yang digunakan dalam produk yang siap untuk
diperdagangkan. Penerapan Total Quality Management dipermudah oleh beberapa piranti,
yang sering disebut alat TQM. Alat-alat ini membantu kita menganalisis dan mengerti
masalah-masalah serta membantu membuat perencanaan.
2.
Sistem organisasional
Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini
mencakup tenaga kerja, material, mesin/teknologi proses, metode operasi dan
pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi, dan pembuatan keputusan.
3.
untuk melakukan pengujian kualitas produk secara kontinu. Dengan perbaikan kualitas
produk secara kontinu, akan dapat memuaskan pelanggan.
Prinsip-prinsip TQM:
Menurut Hensler dan Brunell (1993), ada empat prinsip utama dalam TQM yakni :
a
Kepuasan pelanggan, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak
lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas
tersebut ditentukan oleh pelanggan. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan
dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan dan ketepatan waktu. Kualitas
yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai (value) yang diberikan dalam rangka
padasituasi
tertentu
yang
vital.
2).
Variasi
(variation)
variabilitas
Metode TQM
Dua macam pendekatan Model TQM adalah sebagai berikut:
7
merancang
TQMitu
sendiri.
Akibatnya
adalahpendekatan
ini
dapat
pendekatan
ini
adalah
Rat
Race
atau
perburuan
hadiah
yang
akanmenimbulkan cara-cara tidak sehat atauRun end atau kinerja yang mendadakberhenti
ketika seorang karyawanmerasa tidak mampu ataupun sudahpuas.
b
pendapat
adalah
alat
perencanaan
yang
dapat
digunakan
untuk
Analisis SWOT adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis
masalah-masalah dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).
4. Ranking Preferensi
Alat ini merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih
gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.
5. Analisis Tulang Ikan
Analisis tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat) merupakan alat
analisis, antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu
masalah dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.
6. Penilaian Kritis
Penilaian kritis adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa
setiap proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk
memikirkan apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif
yang lebih baik.
7. Benchmarking
Benchmarking adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita dan
dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini akan
menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus. Tujuan
benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan sehingga menjadi
yang terbaik.
8. Diagram Analisa Medan Daya (Bidang Kekuatan)
Diagram medan daya merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, antara lain
untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan
mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah
atau peluang.
BAB II
HUBUNGAN KUALITAS, KEPUASAN PELANGGAN, DAN KEMAMPUAN
BERSAING SUATU ORGANISASI
9
3. Dapat pula dilakukan melalui telepon daftar pemesanan berupa nama dan nomor seperti yang
dilakukan oleh Indigo sebuah restauran terkenal di Atlanta. Dimana rumah makan ini hanya
memberikan layanan reservasi meja kepada pelanggan setianya atau pelanggan yang sering
mengunjugi rumah makan ini (Peppers et al. 1999, h. 29).
4. Bila perusahaan mempunyai banyak cabang, maka perusahaan dapat melakukanya dengan
menerapkan frequencymarketing plan, yaitu: suatu taktik yang dapat membantu pemasar
untuk mendapatkan informasi dari pelanggan. Dan memberikan balas jasa berupa point atau
diskon kepada pelanggan setiap kali mereka mengidentifikasikan diri mereka (Peppers et al.
1999, h. 30).
2. Situasi Tatap Muka Secara Tidak Langsung
Jika perusahaan tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan tatap muka secara
langsung dengan pelanggan maka perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Product web sites and registrations
2. Recipies and cooking clubs for food product consumer
3. Contest and sweeptakes
4. Toll- free product information and comment centers
11
3. Jika produk dari perusahaan memerlukan perawatan secara rutin, maka perusahaan dapat
mendapatkan identitas dari pemakai akhir pada saat mereka melakukan perawatan secara
rutin tersebut.
4. Melengkapi produk dengan fasilitas koneksi melalui web site (web enabled connectivity).
Melengkapi produk dengan kemampuan untuk terhubung secara langsung dengan perusahaan
melalui web site.
5. Menganjurkan pada pemakai akhir agar mendaftarkan produk yang dibelinya kepada
perusahaan yang membuat produk yang bersangkutan, yang dapat dilakukan melalui telepon,
web site, atau melalui surat.
6. Menawarkan katalog kepada pelanggan, sehingga mereka bisa mendapatkan informasi
mengenai produk atau menyertakan formulir berlangganan majalah khusus untuk pengguna
produk tersebut secara gratis.
Ekspektasi dasar dari pelanggan atau yang disebut ekspektasi implisit, yaitu
tingkatan terendah dalam model hirarki ekspektasi pelanggan, yang mencakup tingkat
kinerja minimum yang selalu diasumsikan ada, dan jika karakteristik produk ini
hilang maka pelanggan akan selalu tidak puas. Contohnya produk mobil adalah badan
mobil yang anti karat telah diasumsikan merupakan atribut dasar yang otomatis ada
pada mobil itu sehingga diharpkan tidak akan berkarat dalam selang waktu tertentu.
Ekspektasi tingkat kedua dari pelanggan atau yang disebut ekspektasi eksplisit,
dimana mencakup spesifikasi dan kebutuhan, yang terdiri dari pilihan-pilihan dan
trade-offs yang tersedia untuk dipilih oleh pelanggan. Pada tingkat ini spesifikasi
dan kebutuhan ditentukan dan dinegoiasikan antara pelanggan dan pihak penjual atau
pembuat produk. Contohnya pada pembelian mobil, terdapat karakteristik seperti
hemat bahan bakar, akselerasi yang tinggi, warna mobil, kemampuan tenaga, harga,
dan proteksi jaminan, dimana semua spesifikasi dan kebutuan ini merupakan features
dari mobil itu.
12
suatu
kerangka
kerja
berdimensi
dua,
dimana
dimensi
pertama
mengklasifikasikan pendekatan yang dilakukan oleh pemasok (supplier) bergerak dari mode
reaktif ke proaktif, sedangkan dimensi kedua mengindikasikan tingkat pemahaman yang
mungkin dicapai oleh setiap mekanisme. Untuk memahami ekspektasi pelanggan dapat
dibagi kedalam tiga tingkat, yaitu ;
Mekanisme
ini
didefinisikan
sebagai
pendekatan
yang
menjaring informasi dari pelanggan. Mekanisme lain pada tingkat tertinggi ini adala
mystery shopper, dimana pihak pemasok menempatkan diri mereka sebagai
pelanggan yang akan menggunakan produk yang dihasilkan itu. Benchmarking dapat
dikategorikan sebagai pendekatan level 3, dimana benchmarking merupakan seuatu
pendekatan proaktif yang memungkinkan pihak manajemen perusahaan memahami
bisnis yang dilakukan, pasar yang dilayani, serta dapat memotivasi manajemen
memfokuskan
perhatian
mengimplementasikan
pada
manajemen
usaha-usaha
perubahan.
perbaikan
terus-menerus
Benchmarking
menjadi
dan
alat
fleksibel,
tergantung
pada
tujuan.
Implementasi
competitive
14
pada
pembandingan
terhadap
pesaing
langsung.functional
menterjemah
kebutuhan
konsumen
kedalam
karakteristik
produk
serta
quality management, QFD dapat diartikan sebagai alat perencanaan yang digunakan untuk
memenuhi kepuasan pelanggan. Hal ini termasuk dengan desain produk, keteknikan dan
produksi produk.
QFD dapat memberikan beberapa keuntungan jangka pendek seperti mengurangi
hambatan lintas-fungsional yang terkait dengan tim pengembangan produk dan membantu
perubahan budaya perusahaan. Dalam jangka panjang, QFD telah terbukti manfaat-manfaat
nyata seperti lebih mengurangi waktu siklus, mengurangi biaya pembangunan, dan
produktivitas meningkat. Manfaat terpenting dari QFD adalah efektivitas dalam menangkap,
memprioritaskan dan menstabilkan kebutuhan pelanggan.
Menurut Lou Cohen, manfaat utama yang diperoleh dari penerapan QFD yaitu:
1. Terciptanya rangcangan produk dan jasa berbasis kepuasan pelanggan, karena
keinginan pelanggan diketahui.
2. Akan lebih mudah dalam merancang produk yang fokus pada pelanggan
3. Membandingkan produk/jasa terhadap pesaing untuk saling memenuhi kebutuhan
pelanggan.
4. Lebih fokus dalam mendesain produk untuk memuaskan pelanggan sehingga waktu
pemasaran cepat.
5. Membantu dalam merencanakan desain terbaru untuk di masa depan, biaya tidak
terlalu tinggi.
6. Mendorong terciptanya kerja sama antara departemen
7. Data terkumpul dengan baik dalam membantu mengambil keputusan.
Tahapan QFD
Tahap perencanaan dan pengembangan fase model QFD dapat disebut juga matriks,
adapun matriks perencanaan dan pengembangan QFD adalah sebagai berikut:
1. Matriks perencanaan produk (house of quality) .
Menjelaskan tentang customer needs, technical requirements, co-relationship,
relationship, customer competitive evaluation, competitive technical assement, dan
targets. HOQ terdiri dari tujuh bagian utama tersebut.
2. Matriks perencanaan part (part of deployment) .
Merupakan faktor-faktor teknis yang critical terhadap pengembangan produk.
3. Matriks perencanaan proses (process planning)
Merupakan matriks proses pembuatan pengembangan suatu produk
4. Matriks perencanaan produksi (production plannning)
Memaparkan tindakan yang perlu diambil didalam perbaikan kualitas produk.
16
Tingkat
persaingan dalam bisnis semakin tinggi, sehingga para pelaku bisnis tidak lagi bisa hanya
menjual produk tanpa ada planning dan strategi. Pelaku bisnis harus mampu merebut hati
konsumen supaya bisnis mereka dapat berjalan terus bahkan memberikan keuntungan yang
diharapkan.
memuaskan hati konsumen menjadi hal yang penting bagi suatu bisnis.
Kotler (1996) mengidentifikasi 4 metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yakni :
A. Sistem Keluhan dan Saran.
Setiap organisasi yang berorientasi kepada pelanggan (customer oriented) perlu
memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran,
pendapat dan keluhan mereka. Media yang digunakan dapat berupa kotak saran yang
diletakan di tempat-tempat strategis, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa dan
sebagainya. Informasi-informasi yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ideide baru dan masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya untuk
bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul.
B. Ghost Shopping.
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah
dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap
sebagai pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka
memberikan laporan mengenai hasil kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing
berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut.
C. Lost Customer Analysis.
Perusahaan ada baiknya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli
atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi, dan juga agar
dapat mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya
17
exitinterview saja yang diperlukan, melainkan customer loss rate juga penting, dimana
peningkatan customer loss rate menunjukan kegagalan perusahaan dalam memuaskan
pelanggannya.
D. Survey Kepuasan Pelanggan.
Banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan yang dilakukan dengan cara
penelitian survey dengan berbagai macam media. Melalui survey perusahaan akan
memperoleh tanggapan dan umpan balik (feed back) secara langsung dari para pelanggan dan
juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan memberikan perhatian terhadap
parapelanggannya.
BAB III
ALAT DAN METODE PENGUKURAN KUALITAS, SERTA IDENTIFIKASI
MASALAH KUALITAS
Pengenalan data dan variabilitas
Salah saatu elemen penting dari manajemen kualitas terpadu (Total Quality Management)
adalah membuat keputusan berdasarkan data (fakta) bukan opini. Data diperoleh melalui
pengukuran kinerja kualitas.
Pengukuran kinerja kualitas yang dilakukanoleh produsen akan sangat bermanfaat
sebagai langkah positif dalam memacu kinerja bisnis itu sendiri. Pengukuran kualitas paling
18
sedikit akan memberikan duamanfaat untuk pembuatan keputusan, yaitu informasi tentang
status kinerja bisnis saat sekarang, dan identifikasi untuk pervaikan kinerja bisnis itu.
Secara konseptual pengukuran kinerja dari perusahaan kelas dunia berfokus pasar dan
pelanggan. Secara sederhana sistem pengukuran kinerja terdiri dari dua elemen fungsional,
yaitu elemen komunikasi yang menghubungkan kebutuhan pelanggan dengan proses bisnin
dan umpan balik yang menghubungkan persepsi pelanggan tentanng kepuasan yang diterima
dari produk dan pelayanan yang diberikan oleh proses bisnis dengan pemilik proses (orang
yang bertanggung jawab dalam menendalikan dan meningkatkan kinerja proses).
Kebutuhan spesifik pelanggan dapat diterjemahkan secara tepat ke dalam karakteristik
kinerja yang ditetapkan oleh manajemen organissasi, selanjutnya karakteristik kinerja itu
diuni atau diperbandingkan terhadap karakteristik proses, untuk mengetahui apakah
karakteristik proses yang ada mampu memenuhi standar-standar karakteristik kinerja yang
telah ditetapkan itu. Pemahaman secara konseptual terhadap sistem metric dalam pengukuran
kinerja sangat memainkan peranan penting untuk melaksanakan proyek peningkatan kinerja
kualitas.
Pengukuran proses-proses kerja menggunakan sistem metric merupakan satu-satunya cara
untuk meningkatkan kualitas, kepuasan pelanggan, keuntungan dan pertumbuhan perusahaan
sepanjang wakut. Peningkatan-peningkatan kinerja tidak dapat dilakukan tanpa data.Produk
dan pelayanan yang diberikan harus dapar diterjemahkan ke dalam bentuk data kinerja.
Melalui data kinerja yang diringkaskan dan dilaporkan secara mudah, akan menciptakan
pemahaman terhadap kegagalan dan mengapa terjadi kegagalan itu.
Pengukuran yang dilakukan terhadap performansi kualitas saja tidak cukup, tetapi perlu
juga menganalisis bagaimana keadaan dalam suatu proses berdasarkan dari hasil pengukuran
kualitas itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal, penting juga untuk mengetahui
bagaimana suatu proses itu bervariasi dalam menghasilkan output sehingga dapat diambil
tindakan-tindakan perbaikan terhadap proses itu secara tepat.
Selain mengacu kepada data yang harus diperoleh dalam melakukan pengukuran kualitas,
juga harus memperhatikan variabilitas data yang ada. Variabilitas adalah ketidakseragaman
dalam sistem produksi atau operasional sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas
pada output (barang dan/atau jasa) yang dihasilkan. {Pada dasarnya dikenal dua sumber atau
penyebab timbulnya variabilitas, yang diklasifikasikan sebagai berikut :
19
1. Variabilitas penyebab khusus (Special-causes variation) adalah kejadiankejadian diluar sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus
dapat bersumber dari faktor-faktor : manusia, peralatan, material, lingkungan,
metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola nonacak (non
random paterns) sehingga dapat diidentifikasi/ditemukan, sebab mereka tidak
selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses
sehingga menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses statistikal
menggunakan peta-peta kendali atau kontrol (control charts), jenis variasi ini
sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau keluar dari
batas-batas pengendalian yang didefinisikan (defined control limits).
2. Variabilitas penyebab umum (Common-causes Variation) adalah faktor-faktor di
dalam sistem atau yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi
dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum sering disebut juga sebagai
penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem (system causes). Karena
penyebab umum ini selalu melekat pada sistem, untuk menghilangkan kita harus
menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen yang
dapat memperbaikinya, karena pihak manajemenlah yang mengendalikan sistem
itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dengan menggunakan peta-peta
kendali atau kontrol (control charts), jenis variasi ini sering ditandai dengan titiktitik pengamatan yang berada dalam batas-batas pengendalian yang didefinisikan
(defined control limits).
dengan cara bahwa setiap orang menggunakan prisedur kerja, material, dan peralatan yang
sama. Di samping itu pihak manajemen industri harus mempelajari proses, mencari sumbersumber potensial dari variasi, mengumpulkan variasi, mengumpulkan data, dan kemudian
menghilangkan variasi penyebab khusus. Sedangkan variasi penyebab umum merupakan
tiondakan konkret berikut sebagai bkti komitmen dari manajemen industri untuk perbaikan
proses terus menerus (continounsimprovement) setelah variasi penyebab-khusus dihilangkan
dari proses itu.
perlu.
4) Mengetahui dimana pengukuran dapat dilakukan.
5) Menggambarkan sistem secara keseluruhan.
Brainstorming adalah cara untuk memacu pemikiran kreatif guna mengumpulkan ideide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif singkat. Ide dalam brainstorming
dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Alat yang sering membantu analisis
tersebut antara lain cause and effect diagram, affinity diagram, dan tree diagram.
Cause and effect diagram digunakan untuk menganalisis persoalan dan faktor-faktor
yang menimbulkan persoalan tersebut. Diagram tersebut dapat digunakan untuk
menjelaskan
sebab-sebab suatu
persoalan.
Cause
and
effect
diagram
ini
dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa yang juga disebut sebagai Ishikawa Diagram.
Diagram tersebut juga disebut Fishbone Diagram karena berbentuk seperti kerangka
ikan.
Affinity diagram dikembangkan oleh Jiro Kawakita pada tahun 1950-an dan sering
menggunakan hasil brainstorming untuk mengorganisasikan informasi sehingga
21
mudah dipahami untuk mengadakan perbaikan proses. Affinity diagram ini sangat
berguna untuk menyaring data yang berjumlah besar dan menciptakan pola pikir
baru.
Terdapat enam macam alat yang menggunakan data numerik, diantaranya adalah
lembar pengamatan (check sheet), diagram pareto (pareto chart), Histogram, diagram sebaran
(Scatter diagram), run chart, dan peta kontrol (control chart).
Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa sering
sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data.
Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan ke dalam grafik seperti
pareto chart ataupun histogram untuk kemudian dilakukan analisis terhadap hasil
tersebut.
Pareto chart merupakan diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli yang
bernama Vilfredo Pareto. Pareto chart adalah alat yang digunakan untuk
membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya untuk
menentukan prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang
akan dianalisa, sehingga dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang
pengukuran
kualitas
berorientasi
pada
proses
kerja,
seyogjanya
tanggungjawab dari pengukuran kualitas berada pada setiap individu yang terlibat
dalam proses kerja pada sistem itu.
23
4. Pengukuran seharusnya dapat memunculkan data, dimana nantinya data itu dapat
ditunjukkan atau ditampilkan dalam bentuk peta, diagram, tabel, hasil perhitungan
statistik, dan lain-lain. Data seharusnya dipresentasikan dalam cara yang termudah.
5. Pengukuran
kualitas
yang
menghasilkan
informasi-informasi
utrama
seharusnyadicatat tanpa distorsi, yang berarti harus akurat.
6. Perlu adanya komitmen secara menyeluruh untuk pengukuran performansikualitas
dan perbaikannya. Kondisi ini sangat penting sebelum aktivitas pengukuran kualitas
mulai dilaksanakan.
7. Program-program pengukuran dan perbaikan kualitas seharusnya dapat dipecahpecah atau diuraikan dalam batas-batas yang jelas sehingga tidak tumpang tindih
dengan program yang lain.
Pengukuran kualitas dapat dilakukan pada tiga tingkat, yaitu: pada tingkat proses
(process level), tingkat output (output level), dan tingkat outcome (outcome level).
Pengukuran pada tingkat proses mengukur setiap langkah atau aktivitas dalam proses
dan karakteristik input yang diserahkan oleh pemasok (supplier) yang mengendalikan
karakteristik output yang diinginkan. Tujuan dari pengukuran pada tingkat ini adalah
mengindentifikasikan perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses, dan
menggunakan ukuran-ukuran ini untuk mengendalikan operasi serta memperkirakan output
yang akan dihasilkan sebelum output itu diproduksi atau diserahkan ke pelanggan. Beberapa
contoh ukuran pada tingkat proses yang menggambarkan kualitas adalah: lama waktu
menjawab panggilan telepon, banyaknya panggilan telepon yang tidak dikembalikan ke
pelanggan, konformasi terhadap waktu penyerahan yang dijanjikan, presentase material cacat
yang diterima dari pemasok, siklus waktu produk (product cycle times), banyaknya inventori
barang setengah jadi (work-in-process inventory), dan lain-lain.
Pengukuran pada tingkat output mengukur karakteristik output yang dihasilkan
dibandingkan dengan spesifikasi karakteristik yang diinginkan pelanggan. Beberapa contoh
ukuran pada tingkat output adalah banyaknya unit output yang tidak memenuhi spesifikasi
tertentu yang ditetapkan (banyak produk cacat), tingkat efektivitas dan efisiensi produksi,
kualitas dari produk yang dihasilkan, dan lain-lain.
Pengukuran pada tingkat outcome mengukur bagaimana baiknya suatu produk
memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, jadi mengukur tingkat kepuasan pelanggan
dalam mengkonsumsi produk yang diserahkan. Pengukuran pada tingkat outcome merupakan
tingkat tertinggi dalam pengukuran kualitas. Beberapa contoh ukuran pada tingkat outcome
24
adalah: banyaknya keluhan pelanggan yang diterima, banyaknya produk yang dikembalikan
oleh pelanggan, tingkat ketepatan waktu penyerahan produk sesuai dengan waktu yang
dijanjikan, dan lain-lain.
(supllier) yang
mengendalikan karakteristik output yang diinginkan. Tujuan dari pengukuran pada tingkat
ini adalah mengidentifikasi perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses, dan
menggunakan ukuran-ukuran ini untuk mengendalikan operasi serta memperkirakan
output yang akan dihasilkan sebelum output itu diproduksi atau diserahkan ke pelanggan.
Beberapa contoh ukuran pada tingkat proses yang menggambarkan performansi kualitas
adalah : lama waktu menjawab panggilan telepon, banyaknya panggilan telepon yang
tidak dikembalikan ke pelanggan, konfirmasi terhadap waktu penyerahan yang dijanjikan,
persentasematerial cacat yang diterima dari pemasok, siklus waktu produk (product cycle
times), banyaknya inventori barang setengah jadi (work-in-processinventory), dan lainlain.
b. Pengukuran pada tingkat output, yangmengukur karakteristik output yang dihasilkan
dibandingkan terhadap spesifikasi karakteristikyang diinginkan pelanggan. Beberapa
contoh ukuran pada tingkat output adalah banyaknya unit produk yang tidak memenuhi
spesifikasi tertentu yang ditetapkan (banyaknya produk cacat), tingkat efektivitas dan
efisiensi produksi, karakteristik kualitas dari produk yang dihasilkan, dan lain-lain.
c. Pengukuran pada tingkat outcome, yang mengukur bagaimana baiknya suatu produk
yang memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, jadi mengukur tingkat kepuasan
pelanggan dalam mengkonsumsi produk yang diserahkan. Pengukuran pada tingkat
outcome merupakan tingkat tertinggi dalam performansi kualitas. Beberapa contoh
ukuran pada tingkat tertinggi dalam pengukuran performansi kualitas. Beberapa contoh
25
ukuran pada tingkat outcome adalah : banyaknya keluhan pelanggan yang diterima,
banyaknya produk yang dikenbalikan oleh pelangan, tingkat ketepatan waktu sesuai
dengan waktu yang dijanjikan, dan lain-lain.
Riset harus berfokus pada harapan pelanggan yang berkaitan dengan kualitas dan
jenis produk yang diinginkan serta persepsi pelanggan tentang apa yang pelanggan
yakini akan diperolehnya kalau mereka mengkonsumsi produk itu, bukan pada
26
mereka sehari-hari.
Data kualitatif dan kuantitatif harus dikumpulkan.
Pertanyaan-pertanyaan dalam survai atau wawancara harus spesifik serta bersifat
operasional yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang nilai kualitas. Melalui suatu
survai pendahuluan yang bersifat eksploratif, dapat diidentifikasi semua atribut produk yang
menentukan kepuasan pelanggan dan persepsi pelanggan tentang nilai kualitas dari produk
itu. Atribut-atribut ini kemudian merupakan basis dari instrumen riset. Atribut-atribut yang
sesuai dalam pengukuran akan berbeda untuk setiap perusahaan, tetapi pada umumnya atribut
yang dipertimbangkan dalam pengukuran kualitas adalah sebagai berikut:
1. Kualitas produk, yang mencakup:
a. Performansi (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu.
b. Features, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.
c. Keandalan (reliability), berkaitan dengan tingkat kegagalan dalam penggunaan
produk itu.
d. Serviceability, berkaitan dengan kemudahan dan ongkos perbaikan.
e. Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk
terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan
pelanggan.
f. Durability, berkaitan dengan daya tahan atau masa pakai dari produk itu.
g. Estetika (aesthetics), berkaitan dengan desain dan pembungkusan dari produk itu.
h. Kualitas yang dirasakan (perceived quality) bersifat subjektif, berkaitan dengan
perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk itu seperti: meningkatkan harga
diri, moral, dan lain-lain.
2. Dukungan purna-jual terutama yang berkaitan dengan waktu penyerahan dan bantuan
yang diberikan, mencakup beberapa hal berikut:
a. Kecepatan penyerahan, berkaitan dengan lamanya waktu antara waktu pelanggan
memesan produk dan waktu penyerahan produk itu.
b. Konsistensi, berkaitan dengan kemampuan memenuhi jadwal yang dijanjikan.
27
28
BAB IV
KUALITAS PELAYANAN DAN MANAJEMEN PROSES
Defenisi, Klasifikasi dan Karakteristik Jasa
Jasa adalah semua tindakan atau kegiatan yang dapat tawarkan oleh satu pihak kepada
pihak lainnya yang tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan apapun. Kotler dan
Armstrong (1993:494) Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan kepada
pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Sementara itu Robert D. Reid (1989:29) memberikan penjelasan mengenai jasa adalah
sesuatu yang tidak berwujud, tidak seperti produk yang berwujud Jasa bukan barang fisik,
tetapi sesuatu yang menghadirkan kegiatan atau perbuatan. Kehadirannya ini umumnya
dilakukan atas dasar personal sering berhadap-hadapan langsung antara individu. Christian
Gonroos (1990:27) mencoba memadukan pengertian jasa sebagai aktivitas dari suatu hakikat
yang tidak berwujud yang berinteraksi antara konsumen dan pemberi jasa dan/sumber daya
fisik atau barang dan sistem yang memberikan jasa, yang memberikan solusi bagi masalahmasalah konsumen.
Ada lima klasifikasi jasa, yaitu:
1.
Barang berwujud murni yaitu penawaran yang terdiri dari barang berwujud, tidak ada
jasa yang menyertai produk itu. Contoh : garam, gula, merica, sabun, pasta gigi.
2. Barang berwujud disertai layanan yaitu penawaran berupa barang berwujud yang
disertai dengan satu atau beberapa jenis jasa untuk meningkatkan daya tarik konsumen.
Contoh : perusahaan dealer mobil tidak hanya menjual produknya saja tetapi disertai
jasa pendukung dari awal, proses dan sesudah produk tersebut terjual.
3. Campuran yaitu penawaran terdiri barang dan jasa dalam proporsi yang sama. Contoh :
orang datang ke restoran untuk mendapatkan makanan dan pelayanan yang diberikan.
29
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan yaitu penawaran terdiri dari jasa
utama yang disertai dengan jasa tambahan atau barang pendukung. Contoh :
penumpang pesawat terbang membeli jasa transportasi udara
5. Jasa murni yaitu penawaran hanya terdiri dari jasa. Contoh : psikiater, guru, laundry,
psikolog
Dari pengertian tentang jasa, dapat dikatakan bahwa jasa, mempunyai beberapa
karkteristik. Menurut Philip Kotler (1994:466), ada empat karekteristik utama jasa yang
berpengaruh besar pada perencanaan program pemasaran yaitu:
1. Intangibility (tidak berwujud) yaitu jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar,
atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bila barang merupakan suatu objek, alat,
material, atau benda; maka jasa justru merupakan perbuatan, tindakan, pengalaman,
proses, kinerja (performance), atau usaha
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan) yaitu Kegiatan jasa tidak dapat dipisahkan dari
pemberi jasa, baik perorangan ataupun organisasi serta perangkat mesin/teknologi.
3. Variability (berubah-ubah/aneka ragam) yaitu Bahwa kualitas jasa yang diberikan oleh
manusia dan mesin/peralatan berbedabeda, tergantung pada siapa yang memberi,
bagaimana, memberikannya, serta waktu dan tempat jasa tersebut diberikan.
4. Perishability (tidak tahan lama) yaitu Bahwa jasa tidak bisa disimpan untuk kemudian
dijual atau digunakan, sehingga pada dasarnya jasa langsung dikonsumsi pada saat
diberi. Daya tahan suatu jasa tidak akan menjadi masalah jika permintaan selalu ada
dan mantap karena menghasilkan jasa di muka dengan mudah. Bila permintaan turun,
maka masalah yang sulit akan segera muncul.
Sementara itu Lovelock (1984:30) menyatakan bahwa jasa mempunyai tiga
karakteristik utama :
1. More intangible than tangible (cenderung tidak berwujud) yaitu Jasa merupakan
perbuatan, penampilan, atau suatu usaha sehingga bila konsumen membeli jasa maka
umumnya jasa tersebut tidak berwujud, tetapi bila konsumen membeli suatu barang
maka pada umumnya barang tersebut berwujud sehingga dapat dipakai atau
ditempatkan disuatu tempat.
2. Simultaneous production and consumption (produksi dan konsumsi serentak) yaitu Jasa
diproduksi dan dikonsumsi dalam waktu yang sama artinya penghasil jasa hadir secara
fisik pada saat konsumsi berlangsung.
30
3. Less standardized and uniform (kurang terstandarisasi dan seragam) yaitu Industri jasa
cenderung dibedakan berdasarkan orang (people based) dan peralatan (equipment
based).
mungkin kurang terlatih atau tidak mampu atau tidak mau memenuhi standar.
4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal : Harapan konsumen
dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat para wakil perusahaan.
5. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan : Kesenjangan ini
terjadi bila memiliki persepsi yang keliru tentang kualitas jasa tersebut.
31
puncak, maka usaha untuk meningkatkan kualitas hanya berdampak kecil terhadap
perusahaan.
2. Pendidikan
Personil perusahaan dari manajer puncak sampai karyawan operasional harus
memperoleh pendidikan mengenai kualitas. Aspek-aspek yang perlu mendapatkan
penekanan dalam pendidikan tersebut meliputi konsep kualitas sebagai strategi
bisnis, alat dan teknik implementasi strategi kualitas, dan peranan eksekutif dalam
implementasi strategi kualitas.
3. Perencanaan
Proses perencanaan strategik harus mencakup pengukuran dan tujuan kualitas yang
dipergunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapai visinya.
4. Review
Proses review merupakan satu-satunya alat yang paling efektil bagi manajemen
untuk mengubah perilaku organisasional. Proses ini merupakan suatu mekanisme
yang menjamin adanya perhatian yang konstan dan terus- menerus untuk mencapai
tujuan kualitas.
5. Komunikasi
lmplementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh proses komunikasi
dalam perusahaan. Komunikasi harus dilakukan dengan karyawan, pelanggan, dan
stakeholder perusahaan lainnya, seperti pemasok, pemegang saham, pemerintah,
masyarakat umum, dan lain-lain.
6. Penghargaan dan pengakuan (Total Human Reward)
Penghargaan dan pengakuan merupakan aspek yang penting dalam implementasi
strategi kualitas. Setiap karyawan yang berprestasi balk perlu diberi penghargaan
dan prestasinya tersebut diakui. Dengan demikian dapat meningkatkan motivasi,
moral kerja, rasa bangga, dan rasa kepemilikan setiap orang dalam organisasi, yang
pada gilirannya dapat memberikan kontribusi besar bagi perusahaan dan bagi
pelanggan yang dilayani.
33
Model perbaikan proses dimulai dari penetapan atau spesifikasi sistem mana
yang terlibat, agar usaha-usaha dapat terfokus pada proses bukan pada output.
Aktivitas spesifik dalam langkah 1 ini adalah:
Identifikasi output
Identifikasi pelanggan
Defenisi kebutuhan pelanggan
Identifikasi proses yang menghasilkan output ini
Identifikasi pemilik proses.
2. Identifikasi dan dokumentasi proses
Diagram alir (flowchart) merupakan alat yang umum dipergunakan untuk
mendeskripsikan proses. Pembuatan diagram alir dari proses akan memungkinkan kita
untuk melakukan lima aktivitas perbaikan, yaitu:
Mengidentifikasi peserta (partisipants) dalam proses, berdasarkan nama,
ide-ide
itu
perlu
diuji
terlebih
dahulu
sebelum
ide-ide
tersebut
suatu model yang disebut sebagai modelm perbaikan kualitas proses bisnis ( business process
quality improrement, BPQI ) dapat dilihat pada bagan berikut ini :
INPUT
PEMASO
K
AKTIVITA
S
(PROSES)
OUTPUT
PELANGGAN
PENGUKURAN
Pengujian
dan evaluasi
MENGHILANGK
AN PENYEBAB
KECACATAN
identifikasi
kecacatan
CACAT
36
Analisis penyebab
Mengembangkan
AKAR
PENYEBAB
kecacatan
tindakan korektif
Dari bagan di atas tampak bahwa model perbaikan kualitas proses bisnis mengkaji
keseluruhan rantai pemasok-pelanggan, dimana suatu kebutuhan dari pelanggan merupakan
masukan bagi industri untuk diteruskan kepada pemasok.pengukuran dilakukan pada
keseluruhan sistem, dimana apabila ditemukan suatu kecacatan maka harus diidentifikasi
kecacatan itu, lalu dianalisis penyebab kecatatan yang terjadi dalam proses secara
keseluruhan. Hasil temuan berupa akar penyebab kegagalan/keacatan itu selanjutnya melalui
pengembangan tindakan korektif harus dihilangkan. Kemudian dilakukan tindakan pengujian
dan evaluasi untuk mengetahui apakah tindakan korektif tersebut telah efektif menghilangkan
kecacatn tersebut.
37
Control Charts, Peta kontrol itu untuk mengtahui data tingkatan kualitas produk
terhadap kecacatan produk terhadap waktu yang ada. tujuannya untuk mendapatkan
keseragaman kualitas sehingga jika terjadi peningkatan grafik (jumlah cacat lebih)
maka perlu dilakukan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).
pengawasan produk akhir. Memang perlu disadari bahwa tidak ada produk yang sempurna
dan mempunyai spesifik produk yang sama dengan apa yang ditentukan dalam standar. Tetapi
dengan adanya batasan-batasan pengawasan dan batasan toleransi tertentu dapat diambil
keputusan apakah produk tersebut layak.
Pengawasan kualiatas statistik adalah alat bantu manajemen untuk menjamin kualitas,
karena pada dasarnya tidak ada dua produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi itu
sama benar, tidak dapat dihindarkan adanya variasinya. Pengujian statistik diperlukan untuk
menyelesaikan masalah seperti ini, dalam pengendalian kualitas statistik teknik-teknik
tersebut diaplikasikan guna memeriksa dan menguji data untuk menentukan standar dan
mengecek kesesuaian produk untuk mencapai operasi manufaktur yang maksimum, dan
biasanya menghasilkan biaya kualitas yang lebih rendah dan menaikkan tingkat posisi
kompetitif. Rancangan percobaan dapat digunakan dalam hubungannya dengan pengendalian
proses statistik untuk meminimumkan variabilitas proses, yang menghasilkan produksi yang
pada akhirnya bebas cacat (Purnomo, 2004). Keuntungan Pengendalian Kualitas Statistik
Pengendalian kualitas statistik merupakan alat manajemen secara ilmiah.
BAB V
BIAYA KUALITAS
40
jelek yang mungkin ada. Definisi mencakup dua aktivitas yaitu aktivitas pengendalian
(control activities) dan aktivitas kegagalan (failure activities).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya barang yang diproduksi
mengalami kegagalan (cacat) atau biaya yang dikeluarkan karena adanya barang cacat yang
diakibatkan dari kualitas barang yang rendah. Jadi biaya kualitas adalah biaya yang
berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian,perbaikan, dan pencegahan kerusakan.
Biaya kualitas tidak hanya terdiri atas biaya untuk mencapai mutu, tetapi juga biaya
yang terjadi karena kurangnya kualitas. Untuk memahami dan meminimalkan biaya kualitas,
jenis biaya kualitas harus diidentifikasi dan dibedakan ke dalam beberapa kategori. Menurut
Ross yang diterjemahkan oleh M. N.Nasution dalam buku Manajemen Mutu Terpadu
biaya kualitas dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu:
a.
41
b.
c.
42
d.
persyaratan-persyaratan
yang
diketahui
setelah
produk
tersebut
dikirimkan kepada pelanggan. Dari semua biaya, kategori ini merupakan biaya yang
paling membahayakan karena dapat menyebabkan reputasi perusahaan buruk,
kehilangan pelanggan, dan penurunan pangsa pasar.Biaya kegagalan eksternal terdiri
atas beberapa macam biaya, diantaranya adalah sebagai berikut :
Biaya penanganan keseluruhan selama masa garansi. Biaya ini meliputi
semua biaya yang terjadi karena adanya keluhan-keluhan tertentu, sehingga
Biaya kualitas ini juga dapat kelompokkan menjadi dua bagian yaitu pertama biaya
pencegahan dan biaya penilaian dapat digolongkan sebagai biaya pengendalian yaitu biaya
yang timbul karena ada aktivitas pencegahan kerusakan dari proses produksi, sedangkan
biaya kegagalan internal dan eksternal merupakan biya kegagalan yang timbul selama proses
produksi atau setelah produk tersebut dikirimkan pada konsumen.
2. Konsep dan Perilaku Biaya Kualitas
43
Sebagai alat strategi bisnis, konsep biaya kualitas adalah salah satu konsep yang mendukung
perbaikan peningkatan kualitas bagi perusahaan. Konsep biaya kualitas memberikan
kesempatan bagi perusahaan untuk dapat mengidentifikasi aktivitas maupun biaya yang
semestinya dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Identifikasi atas biaya
kualitas yang termasuk dalam biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal
dan eksternal membuat perusahaan untuk merencanakan aktivitas produksi yang berkualitas
sehingga terhindar dari kegagalan produk, dimanan untuk aktivitas yang mengeluarkan biaya
pencegahan termasuk ke dalam aktivitas yang bernilai tambah, sedangkan biaya penilaian,
biaya kegagalan internal dan eksternal termasuk dalam biaya yang menghasilkan aktivitas
tidak bernilai tamabah. Namun perbaikan kualitas ini bertujuan untuk memenuhi kepuasan
pelanggan.
Kualitas yang makin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi pula. Unsur kualitas,
seperti kinerja dan karakteristik tambahan menimbulkan biaya yang lebih besar dalam
hal tenaga kerja, bahan baku, desain, dan sumber daya ekonomis lainnya. Manfaat
tambahan dari peningkatan kualitas tidak dapat menutupi biaya tambahan.
2.
3.
Biaya kualitas merupakan biaya yang besarnya melebihi biaya yang terjadi bila barang
atau jasa yang dihasilkan secara benar sejak saat pertama (exactly right the first time)
produksi. Pandangan ini dianut oleh pendukung filosofi TQM. Biaya tidak hanya
menyangkut biaya langsung, tetapi juga akibat kehilangan pelanggan, kehilangan
pangsa pasar, dan banyak biaya yang tersembunyi lainnya serta peluang yang hilang dan
tidak terindentifikasi oleh sistem akuntansi biaya modern.
Menurut Juran, struktur biaya kualitas sangat dipengaruhi oleh interaksi antara
keempat jenis biaya kualitas, yaitu pencegahan, biaya penilaian, biaya kerusakan internal, dan
biaya kerusakan eksternal. Biaya pengendalian, yaitu biaya pencegahan dan biaya penilaian
meningkat seiring dengan peningkatan kualitas, sedangkan biaya kegagalan (internal dan
eksternal) menurun seiring dengan peningkatan kualitas. Dalam hal ini disarankan agar
manajemen dapat menemukan level atau tingkat kualitas (jumlah kerusakan) yang tepat
sehingga akan meminimumkan biaya kualitas total.
Berdasarkan pendekatan tradisional, beranggapan bahwa kesalahan tidak dapat
dihindari sehingga sangatlah mahal biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki semua
kerusakan dan juga mengatakan bahwa biaya terendah dicapai pada tingkat nonzero defect.
Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa biaya untuk mengatasi kesalahan meningkat
dengan semakin banyaknya kesalahan yang terdeteksi dan berkurang apabila ada sedikit yang
dibiarkan.
Sedangkan menurut TQM berpendapat bahwa biaya terendah dicapai pada tingkat zero
defect (tingkat kerusakan nol). Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa meskipun
kesalahan yang ada itu berjumlah besar, tetapi hal ini tidak memerlukan lebih banyak biaya
untuk memperbaiki kesalahan yang terakhir tersebut dibandingkan dengan mengoreksi
kesalahan yang pertama. Oleh karena itu, biaya total akan menurun sampai kesalahan terakhir
diatasi. Dalam hal ini TQM berpendapat bahwa quality is free.
Menciptakan keunggulan Bersaing dengan Penerapan Biaya Kualitas
Konsep keunggulan bersaing perusahaan banyak dikembangkan dari strategi generik
yang dikemukakan oleh Porter (1985). Hal-hal yang dapat mengindikasikan variabel
keunggulan bersaing adalah imitabilitas, durabilitas, dan kemudahan menyamai. Keunggulan
bersaing adalah jantung kinerja perusahaan dalam pasar bersaing. Keunggulan perusahaan
pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan perusahaan bagi para
45
Biaya kualitas memusatkan perhatian pada berapa besar biaya dari kualitas yang
rendah, walaupun ukuran-ukuran biaya kualitas kadang-kadang tidak memasukkan
biaya yang penting tapi sulit diukur seperti pengaruh kualitas yang rendah terhadap
hubungan baik dengan konsumen.
Ukuran biaya kualitas finansial adalah cara yang bermanfaat untuk membandingkan
antara proyek-proyek peningkatan kualitas yang berbeda dan untuk menetapkan
prioritas pengurangan biaya yang maksimum.
dicapai melalui perbaikan kualitas. Penerapan biaya kualitas yang diajalankan dengan efektif
dan efisien tentunya akan memperoleh kesesuaian dengan standar yang mampu memberikan
kepuasan konsumen dan diukur berbasis proses perbaikan berkesinambungan. Kualitas
ditentukan pada desain produk dan dicapai dengan pengendalian proses yang efektif dimana
produk cacat dihindari dalam keberlangsungannya. Sehingga kualitas merupakan bagian dari
setiap fungsi tahap daur hidup produk yang menuntut manajemen bertanggungjawab serta
hubungan terbina dengan pemasok bersifat jangka panjang pada orientasi kualitas.
Singkatnya proses menjadi perhatian dalam pandangan yang kompetitif tentang kualitas.
46
BAB VI
BUDAYA KUALITAS DAN REKAYASA ULANG PROSES BISNIS
activities.
2. Strategik and value added. Target utama rekayasa ulang proses bisnis adalah stratgei
dan nilai tambah. Untuk memaksimalkan tingkat pengembalian investasi dalam
rekayasa ulang, perusahaan mulai memfokuskan pada proses yang terpenting dalam
perusahaan, yaitu tidak hanya strategi dan nilai tambah tetapi keseluruhan system,
kebijakan dan struktur organisasi yang mendukung proses.
3. Optimization of work flow and productivity in organization, yaitu meningkatkan
produktivitas, pangsa pasar, pendapatan, tingkat pengembalian investasi dan asset.
Rekayasa ulang proses bisnis dapat diukur dari pengurangan biaya per unit.
4. Rapid, radical and redesign. Rekayasa ulang harus dilaksanakan secara cepat dan
radikal serta merancang kembali proses bisnis untuk menghilangkan aktivitas yang
tidak perlu.
Tujuan rekayasa ulang proses bisnis adalah perbaikan proses untuk meningktkan
kepuasan total baik bagi pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Tujuan rekayasa
ulang proses bisnis menurut Andrews dan Stalick (1994 : 8) adalah sebagai berikut:
1. Meningktkan kemampuan organisasi dalam menghasilkan barang atau jasa
yang khusus serta mempertahankan produksi masal.
2. Meningktkan kepuasan atas barang atau jasa sehingga pelanggan akan memilih
barang atau jasa perusahaan daripada perusahaan pesaing.
3. Membuat lebih mudah dan menyenangkan bagi pelanggan untuk melakukan
bisnis dengan perusahaan.
4. Memutuskan batasan organisasional, membawa pelanggan kepada saluran
informasi melalui komunikasi, jaringan dan teknologi komputer.
5. Mempercepat waktu respon kepada pelanggan, mengeleminasi kesalahan dan
ketidak puasan, serta mengurangi pengembangan barang atau jasa dalam waktu
siklus pabrik.
6. Memproses permintaan pelanggan yang lebih dan peningkatan volume dari
setiap pelanggan serta menetapkan harga value-driven untuk pelanggan tanpa
mengurangi profitabilitas.
7. Memperbaiki kualitas kerja dan kemampuan individu dalam memberikan
kontribusi pada perusahaan dan,
8. Memperbaiki pembagian dan kegunaan pengetahuan organisasi sehingga
organisasi tidak tergantung pada keahlian beberapa orang saja.
48
Pendapat
lain
mengatakan
rekayasaulangproses
bisnisbertujuanuntukmencapaihasilyangefektifdalam
empatfaktorkunci(Tan,VictorS.L.,1994), yaitu :
1.
2.
3.
4.
Memaksimalkanprosesbernilaitambah.
Mengurangiwaktusiklusdarialurproses.
Memaksimalkanfleksibilitas.
Memenuhikebutuhankonsumen.
aktivitas
yang
memberikan
nilai
tambah
serta
mencoba
49
tujuan sama, tetapi lebih spesifik tahap pengerjaan untuk menanggulangi kejadian
khusus ini.
5. Pekerjaan dialukan pada tempat yang paling berarti (Work is performed where it make
the most sense)
Pekerjaan benar benar dilakukan pada tempat atau waktu yang sesuai, sebagai
contoh jika melakukan pemesanan barang, bukan dilakukan pada bagian pemesanan
barang di perusahaan, tetapi benar benar langsung memesan pada produsen atau
toko yang mungkin dilakukan dengan menggunakan credit card perusahaan. Hal ini
jelas pemesanan barang lebih sesuai dilakukan pada produsen atau toko tempat barang
dijual, bukan pada bagian pemesanan barang, yang nantinya akan memesan lagi
barang tersebut ke produsen atau toko.
6. Pemeriksaan dan control yang berkurang (Checks and controls are reduced)
Beberapa pemeriksaaan dan kontrol dimana biaya kontrolnya lebih besar dari pada
biaya perbaikan apabila suatu ancaman terjadi lebih baik dihilangkan.
7. Rujukan minimum (Reconciliation is minimized)
Pencocokan berkas berkas yang dirasa tidak perlu diminimalisasi sekecil mungkin,
sebagai contoh pada proses procurement yang dulunya dilakukan pencocokan tiga
berkas (purchase order, receiving report, invoice) hanya menjadi dua berkas (purchase
order dan invoice ) dimana saat barang diterima langsung dilakukan pencocokan
antara invoice yang dibawa bersama barang dengan purchase order.
8. Manajer kasus membuat satu titik kontak (A case manager provides a single point of
contact (for customers))
Pada proses bisnis yang telah mengalami rekayasa ulang, di buatnya suatu proses baru
dimana setiap proses yang lain melaporkan pada proses ini status dari masing masing
proses, sebagai contoh yaitu proses bisnis permohonan kredit, yang melalui banyak
tahap pemeriksaan kelayakan, pada setiap tahap setelah selesai dari tahap tersebut
wajib melaporkan pada suatu proses sehingga apabila seorang pelanggan menanyakan
permohonan kreditnya, maka proses ini yang disebut juga customer service
representative dapat menjawab pertanyaan pelanggan ini, karena ia mengetahui semua
keadaan proses didalam proses bisnis tersebut.
9. Hybrid centralized/decentralized operations are prevalent
Yang
dimaksud
dengan
pelaksanaan
suatu
proses
bisnis
Hybrid
50
mencakup wilayah yang luas dan juga memiliki respon time yang cepat, tentu saja hal
ini dibantu oleh adanya teknologi masa kini.
10. Process without added value aree limited
Proses proses yang tidak memberikan nilai tambah dihilangkan pada suatu proses
bisnis.
Kesepuluh karakteristik diatas bisa aja dilihat secara bersamaan pada suatu proses
bisnis yang telah mengalami rekayasa ulang, tetapi bisa juga tidak ada satupun yang terlihat,
ini tentu saja dikarenakan situasi dan kondisi suatu proses bisnis tersebut itu sendiri yang
tidak memungkinkan untuk direkayasa ulang sesuai dengan ciri-ciri diatas.
Rethink, Memikirkan kembali tujuan yang akan dicapai saat sekarang dengan
asumsi yang diperlukan untuk menentukan apakah tujuan tersebut masih bisa
digunakan pada komitmen yang baru untuk memenuhi kepuasan pelanggan di
Menurut Manganelli dan Klein (1994 : 30) metodologi rekayasa ulang proses bisnis
meliputi lima tahap, yaitu :
1) Persiapan. Tahap ini dimulai dengan pengembangan dari persetujuan bersama yang
telah disepakati oleh eksekutif pada terobosan tujuan dan sasaran, yang mewakili
maksud untuk keberadaan organisasi serta proyek rekayasa ulang. Persiapan
membentuk hubungan yang utama antara tujuan bisnis dan kinerja proses rekayasa
ulang, dan mendefinisikan parameter proyek yang menyangkut jadwal, biaya, resiko
dan perubahan organisasional. Pada tahap ini, teknik manajemen mengidentifikasikan
penetapan tujuan, fasilitasi, kelompok membangun, motivasi, manajemen perubahan,
taksiran sendiri, taksiran lingkungan dan manajemen proyek.
2) Identifikasi. Tahap ini mengembangkan model bisnis yang berorientasi pelanggan,
mengidentifikasi proses strategi nilai tambah, dan peta organisasi, sumber daya dan
volume untuk proses yang spesifik dan prioritas, serta merekomendasikan proses
spesifik sebagai akibat target rekayasa ulang yang tertinggi. Teknik manajemen yang
digunakan adalah model pelanggan, pengukuran kinerja dan analisis waktu siklus,
proses model, integrasi pemasok dan program kerja sama, ananlisis alur kerja, peta
organisasional, analisis biaya berdasarkan kegiatan, manajemen perubahan dan
fasilitasi.
3) Visi. Melihat peluang terobosan bisnis, analisis dan struktur sebagai visi dari
perubahan radikal. Teknik manajemen yang digunakan adalah: ananlisis alur kerja,
analisis proses nilai, benchmarking, manajemen perubahan, manajemen proyek dan
fasilitasi.
4) Pemecahan / solusi. Tahap ini dibagi dua, yaitu :
52
a)
Rancangan Teknis: Tujuan tahap ini adalah untuk menetapkan dimensi teknis
dari proses yang baru. Spesifikasi ini akan menghasilkan deskripsi tentang
teknologi, standar prosedur, system dan kontrol bagi karyawan, perancangan
interaksi elemen social dan teknik, persiapan perencanaan untuk pengembangan,
perolehan, fasilitas, pengujian, konversi dan penyebaran. Teknik manajemen
yang digunakan adalah analisis alur kerja, informasi teknik mesin, pengukuran
kerja, strategik otomatisasi, manajemen perubahan, manajemen proyek dan
b)
fasilitasi.
Rancangan Sosial: Tujuannya untuk menetapkan dimensi social proses bisnis
yang baru. Tahap ini menghasilkan gambaran tentang organisasi, staf, pekerjaan,
jalur karir, insentif bagi karyawan, perancangan interaksi elemen teknik dan
social, dan perencanaan awal untuk perekrutan, pendidikan dan pelatihan,
organisasi ulang dan penyebaran ulang. Teknik manajemen yang digunakan
adalah kekuasaan karyawan, acuan keahlian, kelompok membangun, mengatur
ulang organisasional, danpeta organisasional, pekerjaan produksi, broadbanding,
manajemen perubahan, manajemen proyek, fasilitasi, penghargaan karyawan dan
insentif.
5) Transformasi. Tahap ini bertujuan untuk mewujudkan visi proses rekayasa ulang.
Tahap ini adalah tahap akhir untuk melakukan implementasi pada perencanaan proses.
Teknik manajemen yang digunakan adalah proses model, informasi teknik mesin,
acuan keahlian, kelompok membangun, perbaikan terus-menerus, pengukuran kinerja,
manajemen perubahan, manajemen proyek dan fasilitasi.
Sedangkan menurut Victor SL Tan,penerapan suatu rekayasa ulang prose bisnis perlu
memiliki metode yang terdiri atas beberapa tahapan yaitu:
a) memahami proses yang sedang berlangsung.
Langkah pertama adalah mendokumentasikan alur proses bisnis yang terjadi saat ini
dengan memetakan interaksi saat ini, sampai dengan memetakan interaksi dari unit unit
yang
hubungan masukan dan keluaran antara supplier, unit organisasi, dan pelanggan.
b) mencari titik lemah proses saat ini.
Tahapan ini merupakan tahap kritis dimana penerimaan asumsi terdahulu akan
dipertanyakan.
c) menyelidiki alternatif rencana ulang,.
Pencarian proses revolusioner yang dapat memberikan peningkatan performa secara
signifikan memerluka pendekatan yang kreatif. Hal ini berarti melanggar dan
mengabaikan model kuno, peraturan dan perintah yang berlaku. Kecuali kalau perusahaan
53
Pervasiveness berarti karyawan relative pasif, dan membiarkan perubahan itu terjadi,
dan menganggap itu bukan dari bagiannya.
Thirst for Vision berarti karyawan mencari-cari arah dari perubahan itu, bila
perubahan tidak diinformasikan secara jelas, maka karyawan akan bimbang dan
mencari arahan, sangat buruk bila arahan yang diterima justru berlawanan arah.
54
Violation of Trust justru terjadi pada sisi leader, leader yang tidak memahami dan
tidak sepakat biasanya menyalah gunakan kepercayaan dan kemudian mengingkari
tanggung jawab yang diembannya.
perusahaan, maka pilihannya hanya ada dua, yaitu melakukan rekayasa ulang bisnis proses,
atau mati pelan-pelan. Dan ketika memilih harus berubah, waspadai berbagai penyebab
kegagalannya.
Hal-hal yang berkaitan dengan implementasi rekayasa ulang dari proses bisnis adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi proses
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan identifikasi proses :
Seringkali proses tersebut tidak jelas terlihat karena terpilah-pilah oleh struktur organisasi.
Oleh karena itu diperlukan suatu nama untuk mengidentifikasi setiap proses. Identifikasi yang
diberikan oleh Joe peppard & Philips Roland (1995) dengan menggunakan peta proses
produksi manufaktur dan system informasi (batas pekerjaan). Peta proses memberikan
gambaran yang menyeluruh dari mulai input sampai dengan output, sehingga dapat diperoleh
gambaran aktivitas yang memberikan/tidak memberikan kontribusi pada hasil. Dibawah ini
diuraikan keuntungan dan kerugian dari pemetaan proses :
Keuntungan :
Kerugian :
Diperlukan peta yang memberikan kemudahan dari pelaksana operasi, hal ini
perludiperhatikan bila pemetaan dilakukan oleh staf pusat atau konsultan.
55
Hal-hal yang perlu tercantum pada peta proses adalah sebagai berikut :
2. Pemahaman proses
Setelah mengidentifikasi proses yang ada dalam perusahaan perlu adanya perhatian pada
pemahaman proses pemenuhan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu pelanggan tidak perlu
dianalisa pada proses yang telah ada. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya rekayasa
ulang dari proses bisnis harus dimulai dari komitmen maka diperlukan pernyataan yang
memberikan alasan mengapa rekayasa ulang dilaksanakan secara singkat dan persuasif.
Sejarah mencatat bahwa tidak semua rekayasa ulang perusahaan berhasil baik, bisa
juga gagal. Michael Hammer dan James Champy dalam bukunya Reengineering The
Corporation: A Manifesto For Business Revolution terbitan Gramedia mendaftar berbagai
alasan mengapa banyak perusahaan gagal dalam melakukan rekasaya ulang bisnis prosesnya,
yaitu:
rekayasa ulang.
Memungkinkan budaya-budaya dan sikap manajemen yang ada untuk mencegah
tersebut.
Setengah-setengah dalam menyediakan sumber daya untuk rekayasa ulang.
Mengukur rekayasa ulang ditengah agenda perusahaan.
56
Mengusahakan rekayasa ulang saat CEO kurang dua tahun lagi pension.
Gagal membedakan antara rekayasa ulang dengan program-program peningkatan
bisnis lain.
Secara ekslusif berkonsentrasi pada perancangan.
Berusaha melakukan rekayasa ulang tanpa menyakiti hati siapapun.
Mundur jika orang-orang menolak melakukan rekayasa ulang.
Mengulur-ulur rekayasa ulang.
Seluruh sumber kegagalan tersebut memang sungguh kontras dengan definisi dari
rekayasa ulang bisnis proses. Ada beberapa kata kunci didalam definisi rekayasa ulang bisnis
proses tersebut, yaitu fundamental, radikal, dramatis. Kata fundamental berarti mendasar
sehingga berbagai alasan kegagalan seperti daftar diatas banyak yang disebabkan karena
rekayasa ulang tidak dilakukan secara mendasar.Kata radikal berarti dilakukan cepat dan
mengabaikan banyak pertimbangan yang biasanya pertimbangan tersebut adalah kekawatiran,
dan keinginan untuk tidak rock the boat. Dramatis menjelaskan bahwa hasil yang dicapai jauh
berbeda dibandingkan dengan perbaikan-perbaikan biasa.
Pendapat lain mengatakan, Terdapat beberapa sebab atau upaya rekayasa ulang dapat
gagal. Berikut adalah berbagai perangkap yang harus dihindari :
Kurangnya visi
Rasionalisasi proses
57
Tom Watson mengatakan, Jika Anda ingin menjadi perusahaan yang terbaik, Anda harus
mulai bertindak seperti perusahaan yang terbaik sekarang juga. Berikut adalah beberapa
pedoman untuk sukses dalam rekayasa ulang sehingga dapat berhasil :
Menantang semua doktrin dan proses tradisional dan menciptakan yang baru.
Menghubungkan berbagai aktivitas dalam proses yang bersamaan, bukan dalam tugas
yang berurut. Pastikan setiap aktivitas dilakukan dalam tata cara yang wajar.
Pusatkan perhatian pada nilai yang berasal dari setiap proses (kontribusi proses pada
nilai pemegang saham dan keunggulan kompetitif), bukan pada tugas perorangan
yang membentuk proses tersebut.
Bertindaklah pada keputusan dan masalah yang sulit. Atasilah hal-hal yang sulit itu.
Ciptakan tim lintas fungsi yang terdiri dari orang-orang dari tingkat yang tepat da
mempunyai ketrampilan yang sesuai. Gunakan sumber daya eksternal seperti
konsultan.
58
Realistislah terhadap besarnya upaya. Rekayasa ulang itu sulit, radikal, dan sangat
berarti.
Jenis-Jenis Perubahan
Tujuan dari perubahan adalah mempertahankan kehidupan. Berubah juga dapat diartikan
sebagai adaptasi, menyesuaikan diri, dan menjadi lebih berdaya untuk mempertahankan dan
meneruskan kehidupan.
Teknologi informasi dapat mendukung berbagai tingkatan perubahan dalam
perusahaan. Empat macam perubahan struktural organisasi yang disebabkan oleh teknolog
informasi ialah:
1. Otomatisasi
Adalah Bentuk paling umum dari perubahan organisasional yang dimungkinkan oleh
teknolog informasi. Penerapan pertama dari teknologi informasi antara lain adalah
membantu para karyawan melakukan tugas-tugas mereka secara lebih efisien dan
efektif.
2. Rasionalisasi,
Adalah Bentuk perubahan organisasional yang lebih mendalam yang langsung
mengikut otomatisasi awal. Rasionalisasi prosedur adalah pemangkasan prosedurprosedur operasional standar.
3. Rekayasa ulang,
Bentuk perubahan organisasional yang lebih kuat adalah rekayasa ulang proses
bisnis,yang melalui nya, proses-proses bisnis dianalisis, disederhanakan, dan
dirancang ulang. Rekayasa ulang bisnis menata ulang aliran-aliran kerja,
menggabungkan langkah-langkah untuk mengurangi limbah dan mengeliminasi
tugas-tugas yang banyak menggunakan kertas dan sifatnya repetitive (kadang-kadang
rancangan yang baru juga menghilangkan beberapa pekerjaan).
4. Pergeseran paradigma setiapnya membawa imbalan dan resiko yang berbeda-beda.
pergeseran paradigm adalah Perubahan bisnis yang lebih yang lebih radikal.
Selain itu jenis jenis perubahan juga terbagi dua. Perubahan operasional adalah
perubahan-perubahan kecil bersifat parsial dan tidak menimbulkan dampak luar biasa bagi
divisi dan unit-unit lainnya dalam perusahaan. Misalnya perubahan kemasan produk,
perubahan seragam karyawan dan lain-lain.
Perubahan strategis adalah perubahan yang berdampak luas dan memerlukan
koordinasi dan dukungan dari semua komponen perusahaan. Jenis perubahan strategis yaitu
59
diantaranya: perubahan budaya dan nilai-nilai dasar perusahaan, perubahan arah/fokus bisnis,
perubahan cara kerja.
Dalam perubahan strategis ada perubahan visi kepemimpinan yang memerlukan
perubahan empat komponen utama (McCann, 1991), yaitu:
teknologi,
budaya perusahaan.
Perubahan strategis diperlukan karena adanya perubahan lingkungan eksternal,
PERUBAHAN
PERUBAHAN
INKREMENTAL
RADIKAL
Untuk keseimbangan
Mengubah Paradigma
Umum Organisasi
dan mendasar
Mengubah
Transformasi
Bagian Kecil
Seluruhnya
Manajemen Biasa
Perbaikan / Penyempurnaan
Terobosan (Breakthrough)
Teknologi
Teknologi
Penemuan Produk Baru
Perbaikan Produk
Atau Pasar Baru
Sumber : Alan D. Meyer, James B. Goes dan Geoffrey R Brooks, Organization in
Disequilibirium: Environmental Jolts and Industry Revolution, dalam George
Huber dan William H., Glick eds. Organizational Change and Redesign.
61
Pada Sigmoid Curve (gambar pada halaman 7), transformasi dilakukan ketika
perusahaan sedang berada di titik A. Tujuannya agar perusahaan bisa bergerak
mulus menuju ek titik C mengikuti alur kurva pertama, atau pindah ke kurva kedua
(titik C1). Transformasi perlu dilakukan untuk mencegah agar jangan sampai
perusahaan bergerak alamiah menuju titik B1 atau B yang artinya menuju
kemunduran.
b. Manajemen Turnaround.
Hal ini biasanya dilakukan bila perusahaan menghadapi masalah yang pelik dan
melibatkan pihak-pihak yang lebih luas. Namun, pada tahapan ini, perusahaan
62
masih mempunyai sumber daya (pada sisi aset) dan tersedia waktu untuk
melakukan manuver perbaikan. Misalnya, perusahaan masih bisa memperbaiki
kinerja karena masih memiliki produk unggulan, reputasi baik dan ada aset yang
kurang produktif sebagai contoh, perubahan bentuk turnaround yang dilakukan oleh
Abdul gani sebagi direktur utama garuda Indonesia (1998). Latar belakang masalah
yang dihadapi adalah sebagai berikut;
Masalah Keuangan:
Kegiatan bisnis yang merugi.
Cashflow operasi yang negatif.
Kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo sebesar $ 1,8 juta.
Net worth negatif $ 234 juta.
Sistem Informasi Manajemen yang tidak dapat dikendalikan.
Masalah Operasional
Rute-rute yang diterbangi sebagian besar tidak menguntungkan.
Terlalu banyak jenis pesawat
Utilisasi pesawat rendah
Ketepatan waktu buruk, yield rendah.
Masalah Manajemen
Manajemen tidak solid dan tidak efektif
Budaya perusahaan tidak mendukung strategi (tidak fit dengan kebutuhan).
Produktivitas rendah.
c.
Manajemen Krisis.
Biasanya dilakukan kalau perusahaan sudah memasuki masa krisis, yaitu saat
perusahaan mulai kehabisan darah (cashflow) dan energi (reputasi, motivasi). Pada
titik ini perusahaan mulai tampak sulit memenuhi kewajiban-kewajiban pembayaran
jangka pendek yang jatuh tempo, mulai dari tagihan para pemasok bahan baku, kredit
jangka pendek, sampai gaji karyawan. Pada tahap ini perusahaan sudah benar-benar
berada pada posisi berbahaya dan eksistensinya diragukan. Berikut ciri-ciri
perusahaan yang berada dalam krisis:
Keadaan fisik
SDM
Produk andalah
Konflik
Energi
Demo Karyawan
Proses hukum
Bag. Keuangan
Pada Sigmoid Curve, titik ini berada pada B, dimana orang yang tersisa
besar kemungkinan adalah orang-orang lama yang kurang produktif dan perusahaan
nyaris tak punya apa-apa lagi.
Ketiga strategi ini menunjukkan keterkaitannya satu sama lain. Pada saat
perusahaan telah memasuki tahap berbahaya, yaitu tahap B, mustahil melakukan
turnaround. Pada tahap ini eksekutif harus menerapkan Manajemen Krisi terlebih
dahulu berupa langkah-langkah penyelamatan strategis. Langkah ini dalam bisnis
sering disebut dengan istilah stop the bleeding atau hentikan pendarahan. Darah
adalah penyambung nyawa yang sangat vital, wujudnya dapat berupa cash flow, nama
baik, dan kepercayaan semua pihak.
Kalau titik B berhasil diatasi, pemimpin baru dapat melakukan langkahlangkah turnaround seperti perbaikan modal kerja, kualitas produk, restrukturisasi
utang dan sebagainya.
Sebaliknya, perusahaan yang mengalami berbagi persoalan, begitu mencatat
angka kerugian (sekecil apapun), atau bahkan mengalami penurunan pendapatan,
64
Lingkungan bisnis
Nilai organisasi
Role model budaya
Organizational rites, rituals, dan customs
65
Cultural transmitters
Sistem
nilai
pengambilan
keputusan
dari
executive-level
seringkali
dapat
Sebuah strategi jangka panjang yang sukses tidak dapat dirumuskan tanpa terlebih dahulu
memungkinkan sebuah budaya organisasi diarahkan pada keunggulan bisnis. Oleh sebab itu
diperlukan adanya perubahan budaya dalam suatu bsnis dengan melakukan rekayasa ulang
proses bisnis. Salah satu manfaat utama yang dibawa oleh keunggulan bisnis adalah
customer-centric, kualitas berfokus efisiensi, menyebabkan pengendalian biaya operasional.
Untuk menanamkan budaya rekayasa ulang diarahkan dari sudut ini:
1. Strategi. Mendefinisikan strategi bisnis diarahkan keunggulan bisnis merupakan
langkah penting dalam proses. Jika Anda memikirkan budaya perusahaan sebagai
proses bisnis, perubahan itu tidak lagi merupakan tantangan bagi tim proses bisnis
rekayasa ulang. Karena budaya perusahaan, pada dasarnya, terdiri dari orang,
kebijakan, dan proses melalui mana semua berinteraksi, budaya sendiri dapat
diasimilasikan dengan proses bisnis yang kompleks.
2. Manajemen perubahan. Keberhasilan pelaksanaan perubahan dan stabilitas jangka
panjang dari pengembangan keunggulan bisnis budaya tergantung pada seberapa baik
manajemen perubahan dijalankan. Dengan perubahan proses yang paling kompleks,
perubahan budaya didasarkan pada analisis proses bisnis, yang hasilnya dapat dibagi
66
67
Daftar Pustaka
: vincharisto Publication
69