Simpan ke Favorit
Bram, Kita tinggal di dunia dimensi tiga, Aku, kamu, binatang, tumbuhan dan
masih banyak lagi. Alam semesta kita terdiri dari berbagai macam dimensi.
Empat, lima atau enam, entahlah.. Aku sejenak merebahkan badan di atas
rumput, lalu menarik ranselku untuk dijadikan bantal. Suasana di taman
belakang rumahku menjadi hening. Hanya sepoi angin malam yang berlalu
lalang di depan kami berdua. Sepi tapi tenang.
Bram diam saja, dirinya lebih memilih untuk berpikir dahulu, daripada
mengucapkan pendapat asal. Hmm.. Jangan kau cerita padaku soal begituan.
Aku bukan dukun atau ahli agama, lagian itu kan urusan sang pencipta, gak
usahlah diperdebatkan. Gak akan nyampe logika kita.
Bukan maksudku untuk lancang membahas hal yang tidak pantas kita ketahui,
tapi.. Air mataku mulai beranjak bangun dari matras kecilnya.
Tapi kenapa?
Aku merindukan pria itu.
kakekmu? Bram memandangku.
Aku mengangguk, Baru setahun kakek pergi, dunia terasa berbeda. Aku rindu
ketika dia bercerita tentang banyak hal, impian, juga harapan. Aku memang
paling dekat dengannya, bahkan bisa dikatakan, kami berdua seperti ayah dan
anak saja. Aku menyeka air mataku.
Sudahlah Jean, manusia tidak ada yang abadi, semua pasti mati. Sekarang,
tinggal usaha kita untuk mempersiapkan amalan yang cukup sebelum
menghadap-NYA.
Aku tahu itu.. Senyumku mengembang.
Kalau kamu mau, besok akan kuantar kau ke Bogor, ke rumah kakekmu, kita
ziarah membawa oleh-oleh untuknya
Maksudmu?
Kakekmu tidak ingin dilupakan Jean. Kita oleh-olehnya. Bram tersenyum
memandangku, sekilas mataku dan matanya berpandangan. Dapat kulihat bola
matanya yang coklat terang, memancarkan rasa kemisteriusan yang amat
dalam. Tetapi melegakan bagiku.
Subuh ini, sebelum si jago keluar dari tempat tidurnya, kami berdua berangkat.
Membawa perasaan Rindu yang tidak biasa, antara dimensi ketiga dan dimensi
kelima. Sudah kubilang tadi bahwa aku dan kakek dulu dekat sekali. Kakek
adalah seorang guru yang baru pensiun. Ia mengajar di sebuah sekolah dasar di
kampungnya. Kakeku terkenal ramah dan selalu menebar senyum kepada setiap
orang yang ditemuinya. Tetapi sikap kakek yang pendiam, membuatnya kurang
bergaul dengan orang-orang desa. Kakek lebih memilih menghabiskan waktunya
untuk mengurung diri membaca buku di depan perapian yang hangat. Yang aku
suka adalah koleksi buku yang banyak sekali. Aku menerka-nerka kalau
jumlahnya sampai 3000 buku. Sastra, seni, cerita, novel, semua jenis buku telah
tinggal di rak bukunya yang sudah mulai rapuh itu. Kakek pernah bilang padaku,
kalau ia sangat mencintai buku-bukunya. Bahkan sempat menjadi istri keduanya
setelah nenek meninggal.
Rumah kakek sekarang dijaga oleh mang Paes, yang dulu bekerja sebagai
tukang kebun di rumahnya. Mang Paes berbadan besar, berambut gondrong,
kedipan matanya yang menantang, menyurutkan nyali setiap orang yang
berbicara dengannya. Aku agak kurang suka dengannya. Sebagai pencinta
keramahan, aku sangat anti kemarahan, kebengisan dan sejawatnya. Aku juga
tidak sepenuhnya benar. Prinsipku meyakinkan untuk tidak menilai orang dari
penampilannya.
Akhirnya kami sampai juga di rumah Kakek. Rumah berlantai kayu itu sangat
kurindukan, imajinasiku memutar balik ke masa lampau ketika kakek dan nenek
masih hidup di sini. Ketika mereka berdua duduk-duduk di teras setiap sore.
Sangat tentram suasananya. Namun seiring waktu mereka menjadi semakin tua
dan mulai lemah. Akhirnya berpulang di panggil Tuhan. Sungguh aku tak sempat
menemani kakek di malam terakhirnya. Yang kurasakan hanya kegelisahan yang
tak berujung hari itu. Seperti ada gelombang yang menerjang segala keresahan
di dadaku.
Aku dan Bram bergegas keluar dari mobil menuju teras untuk sekedar dudukduduk santai menunggu si penjaga rumah membukakan pintu. Matahari
sebentar lagi turun ke pangkuannya. Senja semakin dekat. Angin gunung begitu
dingin merasuk ke baju, badan kemudian tulang.
Neng Jean sudah dari kapan disini?. Tiba-tiba mang Paes muncul dari belakang
rumah. Suaranya terdengar tidak seperti biasanya, ada sedikit kegugupan yang
aku lihat darinya. Matanya yang nampak merah, dengan nafas yang tersengalsengal. Keringatnya bercucuran, seraya berjalan gontai menuju kami.
Baru saja. Oh iya, tolong bukakan pintunya mang
Baik neng Mang Paes mengambil kunci dari sakunya, kemudian membuka
pintu rumah kakek yang sudah rusak terkelupas lebar.
Aku dan Bram masuk ke dalam secara bersamaan. Mang Paes pergi ke arah
dapur untuk membuatkan minuman. Kami berdua duduk di kursi tamu yang
terbuat dari rotan. Mata kami saling mengawasi keadaan rumah ini. Sangat
kotor, seperti gudang yang tidak terurus. Aku mendengus kesal, karena mang
Paes tidak becus menjaga rumah kakek. Padahal uang bulanan selalu ku kirim
dengan rutin. Kalau di suruh memilih, aku ingin tinggal di rumah ini, untuk
merawatnya. Siapa yang tidak mau tinggal di kawasan daerah pegunungan yang
masih asri ini. Masih terikat dengan dunia perkuliahan. itulah alasanku untuk
tidak tinggal disini.
Tiba-tiba dari arah dapur terdengar suara orang terjatuh. Bram bergegas
menuju asal suara tersebut, aku mengikut di belakangnya. Terlihat Mang Paes
sudah tergeletak di lantai. matanya melotot, keringatnya bercucuran. Kucoba
untuk mengangkatnya. Tapi badannya panas sekali. Lantas bram
menggendongnya seraya merebahkannya di atas kasur. Aku bergegas menuju
mobil untuk mengambil obat-obatan yang tersedia. Ketika aku kembali ke kamar
dengan membawa sekotak obat. Bram terduduk di lantai. Badannya menyandar
ke dinding yang dingin. Mukanya tegang menyiratkan ketakutan dan
kehampaan. Seketika aku melihat tubuh orang tergeletak, dengan mulut
mengeluarkan darah sudah tak bernyawa.
Jean.. dia sudah mati Suara Bram berhembus parau.
Terpaan sinar matahari pagi datang dengan bijaksana untuk membangunkan
seluruh penghuni alam yang masih terlelap. Berbondong-bondong orang desa
berlalu lalang di depan kuburan ini. Sekedar memberi penghormatan terakhir
meninggalnya mang Paes secara misterius. Menurut warga desa, Akhir-akhir ini
mang Paes selalu gelisah, jarang bicara dan terlihat lunglai. Desas-desusnya,
mang Paes meninggal karena Ilmu hitam.
Mang Paes dikenal memiliki sebuah kotak kayu yang disimpan di kamarnya.
Katanya kotak kayu itu dibuat dari kayu pohon cemara di dalam hutan angker
kawasan gunung Sewu yang letaknya tak jauh dari rumah kakek. Mang Paes
berjalan berhari-hari melintasi hutan-hutan rimba, yang konon katanya pohonya
bernyawa dan dapat berpindah-pindah. Orang yang miskin ilmu ghaib dapat
terkatung-katung dibuatnya. Bahkan sudah banyak orang yang tidak kembali
lagi. Terdengar kabar bahwa mereka dikawini oleh dedemit-dedemit hutan.
Sepertinya mang Paes memerlukan kotak itu untuk menyimpan suatu benda
pusaka. Keris, badik, mata tombak aku tak yakin. Hutan cemara di daerah
gunung Sewu memang menjadi suatu tempat sejarah yang masih diragukan
kebenarannya sampai saat ini. Konon dahulu ketika pasukan kerajaan Sunda
melewati daerah itu. Mereka di jegal kawanan perampok yang mempunyai anak
buah raksasa-raksasa haus darah. Seketika pasukan itu takluk dalam satu
serangan. Kemudian mayat-mayatnya menjadi santapan pohon-pohon cemara
hidup. Aku memang tak terlalu percaya pada cerita rakyat macam itu. Hanya
saja membayangkannya menjadikan diriku agak bergidik dihantui ketakutan
yang tidak pasti.
Di luar, udara malam cukup dingin. Orang-orang bernyawa sudah tewas dimakan
tempat tidurnya. Sudah lewat tengah malam aku masih terjaga. terduduk di
depan perapian hanya untuk menciumi buku-buku kakek. Bau debu sudah
seperti melati, menusuk ke dalam indera penciuman berganti menjadi aroma
kenangan.
Terlihat Bram datang membawa dua cangkir kopi. Bau wangi itu merayuku untuk
meliriknya.
Secangkir kopi teman menikmati malam yang indah, nona jean Bram menaruh
secangkir kopi di atas meja.
Dengan senang hati. Aku mengambil dan menyeruputnya dalam-dalam.
Kau ingat dengan kotak pusaka mang Paes?. Bram membuka pembicaraan.
Tentang mitos-mitos tidak masuk akal itu.
Hmm.. bisa saja itu nyata, kau tahu bahwa pohon cemara itu dapat hidup
hingga ribuan tahun?
Benarkah?, coba jelaskan lebih detail.
pergi jauh tanpa diduga-duga. Aku masih penasaran apa yang dilakukan kakek
di akhir hidupnya.
Sebelum berangkat kusempatkan untuk melihat kotak itu. Kuturunkan pelanpelan dari atas lemari. Aku tak menduga ternyata kotak itu sangat ringan. Benda
macam apa yang ada di dalamnya, aku semakin penasaran. Kuperhatikan di
sekitar kotak. Nampak sebuah kertas putih yang ditempel, tertulis sebuah
kalimat:
Milik Bastian Sutedjo, segala yang berharga akan tetap berharga jika
dimanfaatkan secara baik-baik, hartaku yang amat kucintai.
Ternyata kotak ini punya kakek. Aku terdiam sejenak, apa yang harus
kulakukan. Membuka dengan ketidaksiapan, atau meletakan kembali ke atas
seakan tidak pernah kulihat sebelumnya. Lantas kotak tidak bertuan ini akan
dilupakan seiring waktu yang berjalan.
buka saja.
oh ternyata kau Bram. Aku terhentak kaget
Jangan takut Jean. Kadang hal-hal yang kita khawatirkan tidak selalu sesuai
dengan kenyataan, ingat itu.
t tapi.. Bram.
Mang Paes tewas karena terkena pes, Jean. Aku sudah menduganya dengan
melihat kondisi fisiknya waktu itu. Jadi bukan karena ilmu hitam. Aku perlu lebih
banyak bukti untuk mendukung kesimpulanku. Dan tadi pagi saat aku berkeliling
rumah, kulihat banyak tikus-tikus berkeliaran. Kondisi rumah kakekmu sangat
mendukung tertularnya penyakit itu Jean.
Ternyata memang benar cerita itu hanya bualan belaka. Aku bernafas lega.
Aku berpaling dari Bram. Fokusku hanya kepada kotak itu sekarang. Dengan
degup jantung berdebar-debar, kubuka kotak itu dengan hati-hati.
Mataku masih memperhatikan benda itu secara seksama. Bukan keris, mata
tombak ataupun badik, melainkan hanya timbunan kertas-kertas catatan seperti
jurnal yang bertumpuk-tumpuk layu. Kuperiksa lembar demi lembar, dan di
kertas paling besar, tertulis sebuah tulisan dengan tinta merah:
Aku sudah berpuluh tahun hidup di dunia, beribu buku dari seantero dunia sudah
kukecap di dalam sekat-sekat otaku. mungkin kali ini saatnya untuk puasa
membaca, sudah banyak ide yang terbuang sia-sia. Bukannya sudah tugasnya
Judul :
Kisah Roro Jonggrang dan Bandung
Bondowoso
Pada zaman dahulu kala ada raja yang dipanggil orang orang
sebagai Prabu Baka. Wilayah kerajaannya meliputi wilayah
Prambanan. Prabu baka juga terkenal sebagai raksasa dan
memiliki banyak pengikut.
Seperti banyak cerita raja raja besar, Prabu baka juga tidak bisa
Orientasi adalah awal dari sebuh cerita yang biasanya berisi dengan perkenlan tokoh-tokoh
dalam cerita yang akan kaia baca.
contoh orientasi: pada zaman dahulu hidup lah seeroang anak anjing yang
sedang berjalan di taman dengan bahagia, karean ia baru saja mendapatakan
tulang ayam yang saat ini sedang ia gigit. ia berjalan-jalan sambil
menbanggakan dirinya
Komplikasi adalah saat terjadinya sebuah masalah yang dihadapi oleh sang tokoh utama
dalam cerita.
Resolusi adalah dimana sang tokoh utama mendapatkan ide unutk memecahkan masalah
yang berada dalam komplikasi.
contoh resolusi: sang anjing yang bahagia tadi pun mendapatakan ide untuk
menyelesaikan masalahnya dengan anjing yang ingin mengambil tulangnya.
akhirnya anjing bahagia tersebut memabagiakan tulang ayamnya kepada
anjing yang ingin mengambil tulangnya tadi.
Koda adalah akhir dari cerita yang mengandung makna dari cerita atau amanat yang dapat
diambil dari cerita tersebut.
contoh koda: kita harus saling membagi terhadap apa yanng kita milikidan
tifak boleh memamerkan apa yang kita punya kepada orang lain.
Pada postingan sebelumnya, kita sudah membaca cerita narasi yang menarik. Berikut
mengidentifikasi ciri umum cerita tersebut. Narasi merupakan cerita fiksi yang berisi
perkembangan kejadian/ peristiwa. Rangkaian peristiwa dalam cerita disebut alur. Rangkaian
peristiwa dalam cerita digerakkan dengan hukum sebab-akibat.
Cerita berkembang dari tahap pengenalan (apa, siapa, dan dimana kejadian terjadi),timbulnya
pertentangan, dan penyelesaian/akhir cerita. Rangkain cerita ini disebut alur.
Tokoh dan watak tokoh merupakan unsur cerita yang mengalami rangkaian peristiwa. Narasi
memiliki tema/ ide dasar cerita yang menjadi pusat pengembangan cerita. Tema dapat
dirumuskan dari rangkaian peristiwa pada alur cerita.
Amanat merupakan unsur cerita yang menjadi pesan pengarang melalui ceritanya. Amanat
berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan yang dapat disimpulkan dari isi cerita.
Ciri Umum Cerita Fantasi
dalam berbagai latar waktu. Tokok dapat ada pada seting waktu dan tempat yang berbeda
zaman (bisa waktu lampau atau waktu yang akan datang/ futuristik).
Bersifat fiksi
Cerita fantasi bersifat fiktif (bukan kejadian nyata). Cerita fantasi bisa diilhami oleh latar
nyata atau objek nyata dalam kehidupan tetapi diberi fantasi. Misalnya, latar cerita dan objek
cerita Ugi Agustono diilhami hasil observasi penulis terhadap komodo dan Pulau Komodo.
Tokoh dan latar difantasikan dari hasil observasi objek dan tempat nyata. Demikian juga
Djoko Lelono memberi fantasi pada fakta kota Wlingi (Blitar), zaman Belanda, Gunung
Kelud.
Bahasa
Penggunaan sinonim dengan emosi yang kuat dan variasi kata cukup menonjol. Bahasa yang
digunakan variatif, ekspresif, dan menggunakan ragam percakapan (bukan bahasa formal).
Buku Sumber:
Bahasa Indonesia SMP/MTs. Kelas VII, Edisi Revisi 2016, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 2016.
Perjuangan Semut
Judul Cerpen Perjuangan Semut
Cerpen Karangan: Aleanzah
Kategori: Cerpen Fabel (Hewan), Cerpen Fantasi
(Fiksi)
Lolos moderasi pada: 19 October 2016
Namaku Joe si semut pemberani. Semut semut membuat sebuah kelompok dan mereka akan
berperang dengan kelompok lain untuk membuat suatu daerah kekuasaan. Mungkin
kelompok kami bisa dibilang kelompok terlemah, karena kami tidak memiliki satu pun
daerah kekuasaan.
Saat itu kami sedang tidur karena sudah larut malam, namun tiba tiba ketua kami berteriak
dan meyuruh kami untuk merebut daerah kekuasaan dari kelompok Azza. Mungkin jika kita
merebut pada malam hari kita bisa menang ucap ketua kami dengan penuh semangat. Nama
kelompok kami adalah kelompok Sin. Nama ketua kami adalah Dr Garko.
Semua semut sudah bersiap untuk berperang, kami pun mulai menyerang. Perang pun selesai,
seperti biasa kelompok kami kalah. Namun yang lebih menyedihkan adalah ketua kami yaitu
Dr Garko meninggal dunia. Kami pun beberapa hari tanpa ketua namun akhirnya kami
mencari ketua baru. Awalnya anak Dr Garko yaitu Lars akan menjadi ketua namun dia
menolak karena dia rasa dia tidak cocok menjadi ketua. Lalu Kami menunjuk Gora si semut
cerdik untuk menjadi ketua namun tidak jadi karena Gora sudah terlalu tua. Akhirnya aku pun
ditunjuk menjadi ketua dengan penuh percaya dari aku berkata Baik mulai dari sekarang aku
ketua dari kelompok ini.
Hari pun mulai gelap seperti biasa semua semut berkumpul untuk tidur. Sebelum tidur aku
mencari kubangan untuk minum namun tiba tiba aku bertemu dua semut yang sudah sangaat
tua. Dunia semut butuh perdamaian ucap semut ke satu. Kami percaya kau bisa membuat
semua damai ucap semut kedua. Aku bingung dan hendak bertanya, namun sebelum aku
mengeluarkan suara mereka berdua batuk keras dan meninggal dunia. Akhirnya aku memiliki
tekad untuk membuat dunia semut menjadi damai.
Keesokan harinya aku berpidato dan membicarakan sebuah kedamaian. Semua semut
menolak, aku pun dikeluarkan dari kelompok. Namun ternyata beberapa semut setuju
denganku dan membantuku untuk mendamaikan dunia semut.
Kami berjalan sangat jauh dan tiba tiba seekor belalang menyerang kami. Karena sudah biasa
berperang sang belalang pun kami lumpuhkan. Sang belalang berkata sebenernya aku tidak
ingin menyerang kalian, namun aku kesal kepada semut yang selalu berperang. Aku sangat
ingin kedamaian. Akhirnya dia menjadi pengikutku dan kami dibawa terbang oleh sang
belalang. Namun bukannya pergi untuk mendamaikan dunia semut dia malah membawa kami
ke sarangnya yang penuh dengan belalang lainnya. Kami sudah pasrah dengan semua ini, tiba
tiba banyak sekali semut yang datang. Mereka akhirnya menangkap semua belalang. Ternyata
mereka adalah kelompokku dulu yaitu kelompok Sin.
Kami salah telah mengeluarkanmu. Ternyata kau benar dunia semut butuh perdamaian.
Akhirnya kami bersama sama mencari perdamaian.
Ternyata semua semut dalam kelompok lain berpikiran sama dengan pikiranku. Namun
mereka takut untuk berkata perdamaian jadi mereka tidak pernah mencari perdamaian.
Akhirnya semua semut berdamai. Dan sejak saat itulah aku dibuatkan patung lengkap dengan
tulisan PERJUANGAN SEMUT dalam mencari perdamaian.
Tamat