Makalah MDG S
Makalah MDG S
BAB I
PENDAHULUAN
acuan
penting
dalam
penyusunan
dokumen
Rencana
BAB II
ISI
2.1.
Development
Goals (MDGs)
pada
dasarnya
mewujudkan
berkembang
untuk
menekankan tanggung
melaksanakan
jawab
Indikator :
1.8 Prevalensi berat badan anak di bawah usia lima tahun
1.9 Proporsi penduduk di bawah tingkat diet konsumsi minimum
(2.100 kkal/per kapita/hari).
Target 2a: Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di manapun, laki
laki maupun perempuan akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar
secara penuh.
Indikator:
2.1 Rasio partisipasi pendidikan dasar
2.2 Proporsi murid mulai kelas 1 yang mencapai kelas terakhir
primer
2.3 Melek Huruf-anak usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki
C. Tujuan
3: Mendukung
Kesetaraan
Gender
dan
Memberdayakan
Perempuan
Dengan Indikator:
3.1 Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di pendidikan
primer, sekunder dan tersier.
3.2 Proporsi perempuan dalam upah kerja di sektor non-pertanian
3.3 Proporsi kursi dipegang oleh perempuan di parlemen nasional
Dengan Indikator:
4.1. Angka kematian balita
4.2. Proporsi anak-anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak
Indikator :
5.1 Rasio kematian ibu
Indikator:
5.3
Prevalensi kontrasepsi
10
o Indikator:
6.5 Proporsi penduduk dengan infeksi HIV lanjut dengan akses
terhadap obat antiretroviral.
11
lain
adalah
rasio
kawasan
lindung
untuk
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
12
Serikat dan hasil dari kedua puluh dua sidang khusus Majelis Umum)
Target 8d: Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai
masalah utang dengan negara-negara berkembang melalui upaya
nasional dan internasional untuk membuat utang berkelanjutan dalam
jangka panjang.
Beberapa indikator yang tercantum di bawah ini dimonitor secara
terpisah untuk negara-negara kurang berkembang (LDCs), Afrika,
13
14
15
2.3.
16
17
18
19
20
RAD
21
rencana
yang
mengantisipasi permasalahan
ditetapkan,
mengidentifikasi
dan
pelaksanaan
22
23
penetapan
kebijakan
regional
terkait
dengan
upaya
Walaupun target MDG-1 yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak
balita dalam posisi on track, namun beberapa provinsi masih menunjukkan
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas angka nasional. Di samping itu
ada masalah stunting prevalensinya mencapai 35,8% (Sedyaningsih E.R,
2012).
24
Strategi terkait MDG-4 untuk menurunkan angka kematian balita 2/3 dari
kondisi tahun 1990 dalam posisi on track. Harus disadari adanya disparitas
angka kematian anak baik antar Provinsi maupun Kabupaten/Kota, pada anak
yang dilahirkan dari keluarga yang memiliki sosio-ekonomi yang rendah serta
mereka yang tinggal di pedesaan. Kesenjangan ini terkait dengan; kemudahan
masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas; keterbukaan
daerah terhadap pembangunan ekonomi; ketersediaan sumber daya, serta;
kebijakan masing-masing daerah. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah
angka kematian neonatal cenderung stagnan. Faktor infeksi dan masalah gizi
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak. Riskesdas 2007
menunjukkan, penyebab kematian balita sebesar 36% adalah masalah
neonatal (Asfiksia, Berat Badan Lahir Rendah dan Infeksi), 17,2% karena
Diare dan 13,2% oleh Pneumonia (Sedyaningsih E.R, 2012).
25
Di wilayah kerja Puskesmas Karang Anyar pada tahun 2014 dari bulan
Januari sampai dengan Juni tidak ditemukan bayi yang meninggal, sehingga
angka kematian bayi sampai dengan saat ini adalah 0%. Angka ini menurun
dibandingkan tahun 2013, dimana didapatkan 9 bayi meninggal sepanjang
tahun 2013. Program yang dilakukan Puskesmas Karang Anyar untuk
menekan angka kematian bayi adalah dengan ANC terpadu selama bayi
dalam kandungan, pemeriksaan dan kunjungan terhadap bayi baru lahir.
26
Program ini diperuntukkan bagi ibu hamil yang tidak memiliki jaminan
persalinan (Sedyaningsih E.R, 2012).
Angka kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas Karang Anyar juga sejak
Januari-Juni 2014 belum ditemukan adanya kasus. Namun sepanjang tahun
2013, terdapat dua ibu yang meninggal karena kehamilan dengan risiko,
yakni kehamilan dengan B21 serta kehamilan dengan ruptur uteri.
Tindakan atau program yang dilakukan oleh Puskesmas Karang Anyar dalam
menekan angka kematian ibu, antara lain dengan pemeriksaan terhadap ibu
hamil dengan ANC terpadu mulai dari K1-K4, ibu bersalin dengan ditolong
oleh bidan sebagai tenaga kesehatan yang ada di setiap desa di wilayah kerja
Puskesmas Karang Anyar, dan ibu nifas dengan pemberian Vitamin A dan
tablet zat besi.
Terkait MDG-6 untuk HIV-AIDS, TB dan Malaria masih dalam posisi off
track. Kemenkes masih menghadapi kendala khususnya pengendalian
penyebaran dan penurunan jumlah kasus HIV-AIDS; Penggunaan kondom
pada kelompok risiko tinggi; Peningkatan pengetahuan tentang HIV-AIDS.
Dalam kata lain, pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS masih rendah.
Strategi yang dilakukan untuk mencapai target MDG 6 adalah peningkatan
sosialisasi; Peningkatan akses pengobatan HIV-AIDS; Implementasi
27
Untuk program TB, Puskesmas Karang Anyar sudah memiliki sistem yang
cukup baik. Namun, target penjaringan pasien dengan TB sebesar 70% belum
terpenuhi hingga Mei 2014, baru 24 % yakni dari 1128 pasien suspek TB,
didapatkan 118 pasien dengan BTA (+). Program pengobatan TB bagi pasien
dengan BTA (+) juga sudah berlangsung cukup baik. Didukung pula dengan
Unit PAL yang dimiliki oleh Puskesmas Karang Anyar sebagai prasarana
konsultasi dan edukasi pasien dan keluarganya.
28
Terkait target MDG-7 yaitu Akses Air Bersih Pada Rumah Tangga, Menkes
menyatakan masih dalam posisi off track. Pencapaian MDG-7 ini sangat
penting bagi
2.5.
29
3:
MENDORONG
KESETARAAN
GENDER
DAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Upaya untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
sebagian besar telah mencapai sasaran MDGs tahun 2015. Pada tahun
2011, Rasio APM perempuan/laki-laki di tingkat SD adalah 98,80; di
tingkat SMP adalah 103,45; dan di tingkat pendidikan tinggi adalah 97,82.
Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 1524 telah mencapai 99,95 persen pada tahun yang sama.
Sementara sasaran yang sejalan dengan target MDGs adalah untuk rasio
APM perempuan/laki-laki di SMA telah mencapai 101,40 pada tahun
2011. Di bidang ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi
perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian, yaitu 36,67
persen pada tahun 2011. Di samping itu, proporsi kursi yang diduduki
perempuan di DPR juga mengalami peningkatan, menjadi 18,4 persen
(2011).
D. TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK
Upaya untuk menurunkan angka kematian anak sudah sejalan dengan
sasaran MDGs. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan angka kematian
30
balita dari 97 (tahun 1991) menjadi 44 per seribu kelahiran hidup (tahun
2007); penurunan angka kematian bayi dari 68 menjadi 34 per seribu
kelahiran; dan neonatal dari 32 menjadi 19 per seribu kelahiran.
Sedangkan proporsi anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak
meningkat dari 44,50 persen (tahun 1991) menjadi 87,30 persen (tahun
2011).
E. TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU
Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih telah berhasil
ditingkatkan dari 40,70 persen (tahun 1992) menjadi 81,25 persen (tahun
2011), namun di sisi lain angka kematian ibu baru dapat ditekan dari 390
(tahun 1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007).
Sementara itu angka pemakaian kontrasepsi bagi perempuan menikah usia
15-49 tahun dengan cara modern meningkat dari 47,10 persen (tahun
1991) menjadi 60,42 persen (tahun 2011).
F. TUJUAN 6:
31
Angka kejadian malaria menurun pesat dari 4,68 (tahun 1990) menjadi
1,75 per 1.000 penduduk (tahun 2011). Sementara itu, angka kejadian
Tuberkulosis sudah berhasil mencapai target MDGs 2015 pada tahun 2011
yaitu dari 343 (1990) menjadi 189 kasus per 100.000 penduduk/tahun.
G. TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Sebagian besar sasaran untuk memastikan kelestarian lingkungan hidup
masih memerlukan upaya keras untuk mencapainya. Rasio luas kawasan
tertutup pepohonan terhadap luas daratan menurun dari 59,97 persen pada
tahun 1990 menjadi 52,52 persen pada 2010, sedangkan jumlah emisi CO
meningkat dari 1.377.983 Gg CO2e (2000) menjadi 1.791.372 GgCOe
(2005). Lebih lanjut, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan
terhadap sumber air minum layak meningkat dari 37,73 persen (1993)
menjadi 42,76 persen (2011), sedangkan untuk fasilitasi sanitasi dasar
layak dari 24,81 persen (1993) menjadi 55,60 persen (2011).
H. TUJUAN
8:
MEMBANGUN
KEMITRAAN
GLOBAL
UNTUK
PEMBANGUNAN
Sistem keuangan dan perdagangan
berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif. Hal ini diukur
dari indikator keterbukaan ekonomi yang ditunjukkan dengan peningkatan
rasio ekspor dan impor terhadap PDB dari 41,60 persen tahun 1990
menjadi 45,00 persen tahun 2011. Sedangkan rasio pinjaman luar negeri
terhadap PDB menurun dari 24,59 persen pada tahun 1996 menjadi 8,28
persen pada tahun 2011.
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Lingkungan sehat
Meningkatnya secara bermakna jumlah wilayah/kawasa sehat, tempat-tempat
umu sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan banguna
sehat, sarana sanitasi, sarana air minum,sarana pembungan limbah, serta
berbagai standard an peraturan perundang-undangan yang mendukung
terwujudnya lingkungan sehat.
41
c. Upaya kesehatan
Meningkatkan secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu,
jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, penggunaan obat generik dalam
pelayanan kesehatan, penggunaan obat secara rasional, memanfaatkan
pelayanan promotif dan preventif, biaya kesehatan yang dikelola secara
efisien, serta ketersediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
d. Manajemen pembangunan kesehatan
Meningkatnya secara bermakna sistem informasi pembangunan kesehatan,
kemampuan
daerah
dalam
pelaksanaan
desentralisasi,
pembangunan
kesehatan, kepemimpinan dan manajemen kesehatan, peraturan perundangundangan yang mendukung pembangunan kesehatan, kerjasama lintas
program dan sektor.
e. Derajat kesehatan
Meningkatnya secara bermakna umur harapan hidup, menurunya angka
kematian ibu dan bayi, menurunnya angka kesakitan beberapa penyakit
penting, menurunya angka kecacatan dan ketergantungan serta meningkatnya
status gizi masyarakat, menurunya angka infertilitas. (Syafrudin, 2009)
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada
dasar-dasar tersebut diatas, maka penyelenggaraan tersebut diatas, maka
penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan umum yang
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kerjasama lintas sektor
42
43
biaya
pelayanan
kesehatan
untuk
penduduk
miskin.
44
terus
untuk
menjamin
terselenggaranya
pemeliharaan
kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan raga yang terkendali. JPKM
diselenggarakan sebagai upaya bersama antara masyarakat, swasta, dan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan yang terus
meningkat.Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa
45
46
untuk
mendukung
perumusan
kebijaksanaan,
membantu
bagian
Pengembangan
penting
ilmu
dari
pengetahuan
pembanguna
dan
kesehatan
teknologi
didorong
daerah.
untuk
47
BAB III
KESIMPULAN
1. Millenium Development Goals (MDGs)
merupakan
perwujudan
dari
pendidikan
dasar,
mendukung
persamaan
gender
dan
48
kemajuan bermakna dan diharapkan dapat dicapai pada atau sebelum tahun
2015. Ketiga, tujuan yang masih memerlukan upaya keras untuk
mencapainya.
5. Strategi
untuk
mewujudkan
tercapainya
target
MDGs
merupakan
DAFTAR PUSTAKA
49