Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN BIOGAS DARI AMPAS TAHU

Pamilia Coniwanti, Anthon Herlanto, Inneke Anggraini Y.


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Abstrak
Hasil penelitian membuktikan bahwa biogas dapat dibuat dari bahan-bahan organik homogen yang
berbentuk padat maupun cair. Limbah ampas tahu dari pabrik pembuatan tahu merupakan salah satu dari
alternatif bahan baku yang bisa digunakan dalam proses pembuatan biogas. Dari sejumlah penelitian yang
telah dilakukan, penelitian biogas kebanyakan dibuat dari kotoran sapi dan mulai berkembang pada limbah
ampas tahu. Mengingat volume limbah ampas tahu yang dihasilkan sangat banyak di Indonesia yang tidak
dimanfaatkan lebih lanjut, dimana pemanfaatan limbah ini sebenarnya dapat memberikan nilai ekonomi
yang lebih. Beberapa manfaat dari biogas yang terbuat dari ampas tahu adalah mengurangi volume limbah
dilingkungan, mengurangi efek rumah kaca, and menjadi gas alternatif menggantikan LPG yang biasa
digunakan untuk masak.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio perbandingan kadar ampas tahu dengan
kandungan air dan waktu fermentasi. Rasio perbandingan kadar ampas tahu dengan air adalah 100%:0%,
80%:20%, 60%:40%, 40%:60%, dan 20%:80%, dan Waktu fermentasi adalah 168, 180, 192, 204, dan 216
Jam. Pada penelitian ini, biogas terbaik dihasilkan pada rasio perbandingan kadar ampas tahu 60% dengan
kandungan air 40% dan waktu fermentasinya adalah 168 jam.
Kata Kunci : ampas tahu, fermentasi, biogas
Abstract
The result of research proving biogas can be made from homogen organic substances which from of
solid and also melt (liquid). Waste from tofus dregs from the factory that producing tofu is representing as
one of alternative of raw material which can be used in course of making biogas. From some of research that
have been done, most of research biogas is made by ox dirt and start to expand at waste of tofus dregs.
Considering with volume products of tofus dregs are plenty in Indonesia is not exploited furthermore,
although, in fact this waste exploiting can be assign more value of economic. The benefits from biogas is
made from tofus dregs are less the waste, less impact of glasshouse effect, and alternative fuel of LPG that
used to cook.
Variable used by this research are rate comparison of tofus dregs with rate comparison of water, and
ferment time. Value in rate comparison of tofus dregs with water are 100%:0%, 80%:20%, 60%:40%,
40%:60%, and 20%:80%, and value in time of fermentation are 168, 180, 192,204, and 216 hour. In this
research, the best value of biogas at ratio comparison rate of tofus dregs is 60% with rate comparison of
water is 40% and time of fermentation at 168 hour.
Keywords : tofus dregs, ferrmentation, biogas
I.

PENDAHULUAN
Dengan timbulnya kelangkaan bahan bakar
minyak yang disebabkan oleh kenaikan harga
minyak dunia yang signifikan, pemerintah
mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah
energi ini secara bersama-sama karena kenaikan
harga yang mencapai 115 dolar/barel ini termasuk
luar biasa.
Adapun hal yang menyebabkan keharusan
setiap
warga
untuk
melakukan
proses
penghematan adalah karena pasokan bahan bakar
yang berasal dari minyak bumi merupakan sumber

38

energi fosil yang tidak dapat diperbarui


(unrenewable),
sementara
permintaan
menunjukkan
kecenderungan
yang
terus
meningkat dan demikian pula dengan kondisi
harga sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan
antara permintaan dan penawaran. Salah satu jalan
untuk melakukan penghematan BBM adalah
dengan mencari sumber energi alternatif terutama
yang dapat diperbarui (renewable). Sebagai
contoh energi biogas.
Selain itu, di Indonesia banyak terdapat
industri pembuatan tahu yang menghasilkan baik
Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16, Januari 2009

limbah cair maupun limbah padat setiap harinya.


Pembuangan limbah ini mempunyai akibat yang
cukup membahayakan bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar. Selain aromanya yang kurang
enak, pembuangan limbah ini juga bisa menjadi
tempat munculnya berbagai bibit penyakit,
pengaruh efek rumah kaca, merusak keindahan
lingkungan dan akibat-akibat lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perbandingan jumlah kadar ampas tahu
dengan kandungan air dengan perbandingan
jumlah kadar ampas tahu (%) dengan kandungan
air (%) : terdiri atas = 100:0, 80:20, 60:40, 40:60,
dan 20:80 (%), dan waktu fermentasi terhadap
komposisi biogas yang dihasilkan dengan waktu
fermentasi (jam) : terdiri atas = 168, 180, 192,
204, dan 216 jam.
II. FUNDAMENTAL
2.1. Kedelai sebagai Bahan Dasar Pembuatan
Tahu
Sebagai bahan makanan manusia maupun
hewan, kedelai memiliki nilai gizi yang tinggi.
Kadar protein biji kedelai berada di atas 30%,
sedangkan kandungan protein kasar hijauannya
berkisar antara (15-20)%. Kandungan protein
kasar hijauan ini jauh lebih tinggi dari pada
kandungan protein kasar rumput-rumputan yang
pada umumnya berkisar antara (6-10)% dari bahan
kering.
Limbah kedelai seperti ampas tahu dan
bungkil, sebenarnya masih mengandung protein
cukup dan kandungan gizi dari ampas tahu juga
masih tinggi, walaupun tidak setinggi kandungan
gizi bungkil atau tepung kedelai.
2.2. Manfaat Ampas Tahu
1) Dibuat sebagai isi dari bakpia.
2) Meningkatkan produksi broiler yang
digunakan untuk minimisasi limbah.
3) Meningkatkan produksi maggot.
4) Untuk Pakan ternak ikan, sapi, unggas,
cacing tanah dan lainnya.
5) Menjadi bahan dasar beberapa makanan
ringan (jajanan pasar).
6) Dibuat menjadi tepung ampas tahu
7) Bahan baku pembuatan tempe gembus
2.3. Pengertian Biogas
Biogas adalah setiap bahan bakar baik padatan,
cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahanbahan organik. Biogas dapat dihasilkan secara
langsung dari tanaman atau secara tidak langsung
dari limbah industri, komersial, domestik atau
pertanian.
Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16, Januari 2009

Ada tiga cara untuk pembuatan biogas:


1. Pembakaran limbah organik kering (seperti
buangan rumah tangga, limbah industri dan
pertanian);
2. Fermentasi limbah basah (seperti kotoran
hewan, ampas tahu, dsb) tanpa oksigen untuk
menghasilkan biogas;
3. Fermentasi
tebu
atau
jagung
untuk
menghasilkan alkohol dan ester; dan energi
dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman
yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).
2.4. Tahap Pencernaan Material Organik
1) Hidrolisis.
Pada tahap ini, molekul organik yang
komplek diuraikan menjadi bentuk yang lebih
sederhana, seperti karbohidrat (simple
sugars), asam amino, dan asam lemak.
2) Asidogenesis.
Pada tahap ini terjadi proses penguraian yang
menghasilkan amonia, karbon dioksida, dan
hidrogen sulfida.
3) Asetagenesis.
Pada tahap ini dilakukan proses penguraian
produk acidogeness, menghasilkan hidrogen,
karbon dioksida, dan asetat.
4) Methanogenesis.
Ini adalah tahapan terakhir dan sekaligus
yang paling menentukan, yakni dilakukan
penguraian dan sintesis produk tahap
sebelumnya untuk menghasilkan gas methana
(CH4). Hasil lain dari proses ini berupa
karbon dioksida, air, dan sejumlah kecil
senyawa gas lainnya.
2.5.Manfaat-Manfaat Biogas
1) Biogas merupakan energi tanpa menggunakan
material yang masih memiliki manfaat termasuk
biomassa sehingga biogas tidak merusak
keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan
oleh penggundulan hutan (deforestation) dan
perusakan tanah.
2) Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi
pengganti bahan bakar fosil sehingga akan
menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan
emisi lainnya.
3) Metana merupakan salah satu gas rumah kaca
yang keberadaannya di atmosfer akan
meningkatkan
temperatur,
dengan
menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka
akan mengurangi gas metana di udara.
4) Limbah merupakan material yang tidak
bermanfaaat, bahkan bisa mengakibatkan racun
yang sangat berbahaya. Aplikasi anaerobik

39

digestion akan meminimalkan efek tersebut dan


meningkatkan nilai manfaat dari limbah.
5) Selain keuntungan energi yang didapat dari
proses
anaerobik
digestion
dengan
menghasilkan gas bio, produk samping seperti
sludge. Meterial ini diperoleh dari sisa proses
anaerobik digestion yang berupa padat dan cair.
Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk
berupa pupuk cair dan pupuk padat.
2.6. Syarat-Syarat Kondisi Operasi
Hal ini menyangkut nilai atau bandingan
antara unsur C (karbon) dengan unsur N
(nitrogen) yang secara umum dikenal dengan
nama rasio C/N. Hal lain yang perlu diperhatikan
yaitu rasio C/N terlalu tinggi atau terlalu rendah
akan mempengaruhi proses terbentuknya biogas,
karena ini merupakan proses biologis yang
memerlukan persyaratan hidup tertentu, seperti
juga manusia. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa aktivitas metabolisme dari bakteri
methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N
sekitar 8-20.
8) Kadar air bahan yang terkandung dalam
bahan yang digunakan
Air berperan sangat penting di dalam proses
biologis pembuatan biogas. Artinya jangan terlalu
banyak (berlebihan) juga jangan terlalu sedikit
(kekurangan).
9) Temperatur selama proses berlangsung
Karena ini menyangkut "kesenangan" hidup
bakteri pemproses biogas antara 28-35C. Dengan
temperatur itu proses pembuatan biogas akan
berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda
kalau nilai temperatur terlalu rendah (dingin),
maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih
lama.
10) Kehadiran mikroorganisme pengurai
Untuk menjamin agar kehadiran jasad renik
atau mikroba pembuat biogas (umumnya disebut
bakteri metan), sebaiknya digunakan starter, yaitu
bahan atau substrat yang di dalamnya sudah dapat
dipastikan mengandung mikroba metan sesuai
yang dibutuhkan.
2. Aerasi atau kehadiran udara (oksigen)
selama proses.
Dalam hal pembuatan biogas maka udara
sama sekali tidak diperlukan dalam bejana
pembuat. Keberadaan udara menyebabkan gas
CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana
pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup
rapat.

40

III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Analisa sample yang diperoleh dilakukan di
Dinas Laboratorium Pusat PT. Pupuk Sriwidjaya
pada unit Laboratorium Gas, Kalibrasi dan
Pengujian. Penelitian dimulai sejak bulan Februari
2008 sampai Juli 2008.
3.2. Metode yang Dilakukan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Metode Fermentasi Anaerob.
3.3. Variabel yang Diteliti
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang
dipelajari yaitu pengaruh variasi perbandingan
antara kadar ampas tahu dengan kandungan air
(100%:0%, 80%:20%, 60%:40%, 40%:60% dan
20%,80%) dan pengaruh lamanya waktu
fermentasi (168jam, 180jam, 192 jam, 204 jam,
dan 216 jam) yang dilakukan terhadap jumlah
komposisi senyawa yang dihasilkan dalam biogas.
Hal yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah
berapa besar komposisi senyawa metana dan
senyawa lainnya dalam biogas yang dihasilkan
pada berbagai variasi perbandingan kadar ampas
tahu dengan kandungan air dan berbagai variasi
waktu fermentasi. Senyawa-senyawanya adalah
sebagai berikut :
1. Metana (CH4)
2. Karbon Dioksida (CO2)
3. Nitrogen (N2)
4. Oksigen (O2)
5. Hidrogen (H2)
6. Hidrogen Sulfida (H2S)
3.4. Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan yaitu ampas tahu.
b. Bahan kimia pendukung
Bahan kimia pendukungnya merupakan bahan
tambahan yang dipakai dalam proses pembuatan
biogas yang terdiri dari :
1. Air biasa
2. NaOH
3. Bakteri EM-4
4. Urea
3.5. Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Digester
2. Drum Penampung Gas
3. Pengaduk
Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16, Januari 2009

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Ember
Selang Plastik
Balon
Timbangan
Beaker Gelas
Pipet Volume
pH meter
Neraca Analitik
Gas Chromatograft
Orsat

3.6. Prosedur Penelitian


Proses pembuatan biogas dilakukan dengan
langkah-langkah berikut :
a. Persiapan alat
1. Menyiapkan
bahan-bahan
yang
dibutuhkan, seperti digester, selang plastik
sebagai
penghubung
dan
drum
penampungan gas.
2. Rangkai alat-alat tersebut sehingga siap
digunakan.
3. Bersihkan rangkaian alat.
b. Persiapan bahan baku
1. Menyiapkan ampas tahu yang akan
digunakan sesuai dengan massanya.
2. Mencampurkan ampas tahu dengan air
dengan perbandingan yang ditentukan.
3. Tambahkan NaOH sampai kadar keasaman
(pH) mencapai rasio antara 6,5-8.
4. Tambahkan bakteri EM-4 (yang telah
diencerkan) sebanyak 5 ml per 100 gr
ampas tahu.
5. Tambahkan urea sebanyak 10 gr per 100 gr
ampas tahu. Yang dilarutkan dalam air.
c. Pembuatan biogas
1) Campuran ampas tahu yang telah
disiapkan, dimasukkan ke dalam reaktor
(gester). Tutup kerangan gas yang
terhubung dengan tempat penampungan
gas.
2) Setelah 3 hari buka kerangan gas yang
terhubung dengan tempat penampungan
gas.
3) Gas yang terbentuk akan tertampung
dengan sendirinya dan mengalir melalui
pipa saluran menuju tempat penampungan
yang telah disiapkan.
4) Dari tempat penampungan gas, gas
mengalir ke dalam balon yang telah
dipasang pada salah satu sisi dari tempat
penampungan gas tersebut.
5) Setelah waktu yang ditentukan tercapai,
tutup kerangan keluaran gas yang
terhubung dengan balon dan ikat balon
yang telah mengembang.
Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16, Januari 2009

6) Pasang balon baru dan buka kembali


kerangan keluaran gas.
7) Lakukan kembali prosedur no 5 dan no 6
untuk sampel berikutnya.
8) Lakukan kembali prosedur no 1 sampai no
7 untuk variabel lainnya.
3.7. Prosedur Analisa
3.7.1. Prosedur Kerja Alat Orsat
1. Tempatkan alat pada tempat yang datar
2. Naikkan leveling bulb L1 dan buka kerangan
V pada posisi V1, dengan hati-hati
impitkan permukaan air hingga skala paling
atas (perbatasan kerangan buret (V) lalu
tutup kerangan V pada posisi vertikal atau
horizontal.
3. Dengan hati-hati buka kerangan S pada
posisi S2 dan V pada posisi V2
turunkan leveling bulb L1 hingga level
penyerap KOH 30% tepat diperbatasan
penyerap dan kerangan S, lalu tutup S
pada posisi S1.
4. Buka kerangan V dan masukkan gas
contoh melalui orifice O dan turunkan
leveling bulb L1 hingga gas contoh akan
mendorong air pada buret hingga dibawah
skala 100.
5. Dengan membuka kerangan V pada posisi
V1 dan menaikkan leveling bulb L1.
Impitkan permukaan air pada buret tepat
pada skala 100.
6. Buka S pada posisi S2, dan buka V
pada posisi V2, naikkan L1 hingga gas
dalam buret akan masuk ke dalam penyerap.
7. Lakukan hal yang sama hingga pembacaan
air pada buret konstan (A).
Perhitungan :
CO2, % Vol = 100 (A)
3.7.2. Prosedur
Kerja
Alat
Gas
Chromatograph (GC)-15A Shimadzu
a. Kondisi Operasi GC untuk Analisa Gas
Bumi.
Ukuran Lopp
: 1,5 ml
Kolom
: 30% DC 200/500 on
Chrom P/AW 60/80 SS,9 m x 1/8
Temp. Kolom
: 60C
Temp. Injektor
: 100C
Detektor
: TCD
Temp. Detektor
: 150C
Bridge Current
: 100 mA
Jenis Carrier
: Helium
Carrier Flow
: 20-30 ml/menit

41

42

Menghidupkan GC
Sebelum alat dihidupkan, buka aliran Carrier
Gas dengan membuka Valve Input Carrier
pada bagian samping kanan GC. Yakinkan
tidak ada kebocoran.
Setelah Carrier Gas mengalir dengan stabil,
hidupkan GC dengan menekan tombol
Heater, Fan, dan Line ke pada posisi
On.
Tekan tombol Set. Reg kemudian tekan
tombol Enter.
Setelah menu keluar, pilih GC Parameter
kemudian tekan tombol Enter.
Akan tampil GC Parameter set kemudian
tekan tombol Enter.
Arahkan Pointer ke Column Oven
Temperature.
Naikkan temperatur kolom dengan mengetikan
angka 60 kemudian Enter.
Naikkan juga temperatur injektor dengan
mengetikkan angka 100 kemudian Enter.
Tekan tombol Start.
Tunggu sampai semua temperatur dicapai
yang ditunjukkan oleh lampu hijau dalam
posisi Ready.
Aktifkan hubungan ke TCD dengan menekan
tombol TCD pada bagian samping kanan GC.
Naikkan
temperatur
detektor
dengan
mengetikan angka 150 kemudian Enter.
Naikkan temperatur TCD block dengan
mengetikan angka 200 kemudian Enter.
Setelah temperatur tercapai, mulai naikkan
Current secara bertahap (5, 25, 50, 75, 100)
dengan cara mengetikan angka tersebut,
kemudian Enter.
Setelah Current berada pada posisi 100 dan
penujukkan signal pada Chromatopac CR5A stabil, GC siap digunakan.
Injeksikan contoh, kemudian tekan Start
pada Chromatopac CR-5A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Komposisi Metana
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI
METANA TERHADAP WAKTU FERMENTASI
60
55
50
KADAR AMPAS
TAHU (100 : 0)
KADAR AMPAS
TAHU (80 : 20)
KADAR AMPAS
TAHU (60 : 40)
KADAR AMPAS
TAHU (40 : 60)
KADAR AMPAS
TAHU (20 : 80)

45
KOMPOSISI (% VOL)

c.

Kondisi Operasi GC untuk Analisa Gas


Sintesa
Ukuran Lopp
: 1,5 ml
Kolom : Molecular Sieve 5A, 4 m x 1/8
Temp. Kolom : 60C
Temp. Injektor : 100C
Detektor
: TCD
Temp. Detektor : 150C
Bridge Current : 100 mA
Jenis Carrier
: Helium
Carrier Flow
: 20-30 ml/menit

40
35
30
25
20
15
10
5
0
-5

168

180

192

204

216

WAKTU FERMENTASI (JAM)

Grafik 4. 1. Grafik Hubungan Antara Komposisi Metana


Terhadap Waktu Fermentasi

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa gas


Metana terbanyak dihasilkan pada kondisi
perbandingan kadar ampas tahu 60% dengan
kandungan air 40% dalam waktu fermentasi 168
Jam.
4.2. Komposisi Karbon Dioksida
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI KARBON
DIOKSIDA TERHADAP WAKTU FERMENTASI

K O M P O S IS I (% V O L)

b.

30
KADAR AMPAS TAHU
(100 : 0)

25
20

KADAR AMPAS TAHU


(80 : 20)

15

KADAR AMPAS TAHU


(60 : 40)

10
5

KADAR AMPAS TAHU


(40 : 60)

0
168

180

192

204

216

WAKTU FERMENTASI (JAM)

KADAR AMPAS TAHU


(20 : 80)

Grafik 4. 2. Grafik Hubungan Antara Komposisi Karbon


Dioksida Terhadap Waktu Fermentasi

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa gas


Karbon Dioksida yang terbanyak dihasilkan dari
perbandingan kadar ampas tahu 60% dengan
kandungan air 40% dalam waktu fermentasi 168
Jam.

4.3. Komposisi Nitrogen

Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16, Januari 2009

4.5. Komposisi Hidrogen


GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI
HIDROGEN TERHADAP WAKTU FERMENTASI

KADAR AMPAS
TAHU (100 : 0)

100
80

25

KADAR AMPAS
TAHU (80 : 20)

60
40

KADAR AMPAS
TAHU (60 : 40)

20

KADAR AMPAS
TAHU (40 : 60)

0
168

180

192

204

216

KADAR AMPAS
TAHU (20 : 80)

WAKTU FERMENTASI (JAM)

4.4. Komposisi Oksigen

80

168

40

KADAR AMPAS
TAHU (60 : 40)

20
0
-20

168

180

192

204

WAKTU FERMENTASI (JAM)

216

KADAR AMPAS
TAHU (40 : 60)
KADAR AMPAS
TAHU (20 : 80)

Grafik 4. 4. Grafik Hubungan Antara Komposisi Oksigen


Terhadap Waktu Fermentasi

180

192

204

Grafik 4. 5. Grafik Hubungan Antara Komposisi Hidrogen


Terhadap Waktu Fermentasi

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa gas


Hidrogen terbanyak dihasilkan pada perbandingan
kadar ampas tahu 100% dengan kandungan air 0%
dalam waktu fermentasi 216 Jam.
4.6. Komposisi Hidrogen Sulfida
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI
HIDROGEN SULFIDA TERHADAP WAKTU
FERMENTASI
KADAR AMPAS
TAHU (100 : 0)

20
15
10

KADAR AMPAS
TAHU (80 : 20)

KADAR AMPAS
TAHU (60 : 40)

0
-5

168

180

192

204

WAKTU FERMENTASI (JAM)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa gas


Oksigen terbanyak dihasilkan pada saat
perbandingan kadar ampas tahu 100% dengan
kandungan air 0% saat waktu fermentasinya 192
Jam.

216

WAKTU FERMENTASI (JAM)

KADAR AMPAS
TAHU (80 : 20)

60

KADAR AMPAS
TAHU (40 : 60)
KADAR AMPAS
TAHU (20 : 80)

KADAR AMPAS
TAHU (100 : 0)

100

KADAR AMPAS
TAHU (60 : 40)

10

-5

K O M P O S IS I (% V O L )

K O M P O S I S I (% V O L )

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI


OKSIGEN TERHADAP WAKTU FERMENTASI

15

Grafik 4. 3. Grafik Hubungan Antara Komposisi Nitrogen


Terhadap Waktu fermentasi

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa gas


Nitrogen terbanyak dihasilkan pada perbandingan
kadar ampas tahu 20% dengan kandungan air 80%
dalam waktu fermentasi 168 Jam.

KADAR AMPAS
TAHU (100 : 0)
KADAR AMPAS
TAHU (80 : 20)

20
KOMPOSISI (% VOL)

K O M P O S I S I (% V O L )

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI


NITROGEN TERHADAP WAKTU FERMENTASI

216

KADAR AMPAS
TAHU (40 : 60)
KADAR AMPAS
TAHU (20 : 80)

Grafik 4. 6. Grafik Hubungan Antara Komposisi Hidrogen


Sulfida Terhadap Waktu Fermentasi

Dari grafik dapat dilihat bahwa gas Hidrogen


Sulfida terbanyak dihasilkan
pada saat
perbandingan kadar ampas tahu 20% dengan
kandungan air 80% dalam waktu fermentasi 204
Jam.
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Pembuatan biogas dengan bahan baku ampas
tahu akan berlangsung maksimal pada saat
kondisi perbandingan antara kadar ampas

Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16, Januari 2009

43

2.

tahu dengan airnya berada pada rasio 60%


ampas tahu dan 40% air. Hal ini ditandai
dengan tingginya komposisi gas Metana
yang dihasilkan yaitu sebesar 58,89% vol.
Waktu fermentasi yang dapat menghasilkan
biogas dari ampas tahu secara maksimal
adalah 168 jam. Hal ini dapat dilihat pada
rasio perbandingan kadar ampas tahu 60%
dengan kandungan air 40%, dimana gas
Metana yang banyak dihasilkan adalah pada
saat waktu fermentasinya 168 jam.

5.2. Saran
1. Dapat dilakukan penelitian dengan variasivasiasi yang lain, seperti perbedaan suhu,
jumlah bakteri yang digunakan, perbedaan
kadar keasaman (pH) dan lain sebagainya.
2. Dapat dilakukan penelitian menggunakan
bahan baku organik lainnya dalam
pembuatan biogas yang dapat menghasilkan
gas Metana dengan komposisi yang lebih
baik.

http://humas.jogja.go.id/index/extra.detail/1863
http://maluku.litbang.deptan.go.id/index.php
http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek2005-11-30-Reaktor-Biogas-SkalaKecil%20or%20Menengah-(BagianPertama).shtml
http://www.blogger.com/rsd.g?blogID=25785713
60424316113
http://www.chem-is-try.org/rss
http://www.detiksurabaya.com/index.php/indexbe
rita.main
http://www.dikti.org/?q=node/99
http://www.dikti.org/?q=node/154
http://www.gizi.net/pengumuman/index.shtml

VI. DAFTAR PUSTAKA


Analisis Vitamin A dengan Gas Chromatografhy.
Diakses dari www.pdf.org

http://www.kabblitar.go.id/forum/detailartikel.php?id=60
http://www.kapanlagi.com/h/pernik.html

Anonim. 1977. Digester Gas Bio, Kerjasama


Pusat Teknologi Pembagunan ITB dengan
Program Badan Urusan Tenaga Kerja
Sukarela Indonesia (BUTSI) Departemen
Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi.
Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi
PTP-ITB.
Ampas Tahu Tingkatkan Produksi
Diakses dari www.pdf.org

Broiler.

Dewan Redaksi Bhrata. 1995. Biogas, Cara


Membuat dan Manfaatnya, Kerjasama
Penerbit Bharata dengan Food and
Agriculture Organization of The United
Nations. Jakarta : Bharata.
Harpandi dan Nazirin. 2006. Pengolahan Limbah
Cair Industri Tahu dengan Menggunakan
Membran
Keramik,
Laporan
Riset
Mahasiswa. Indaralaya : Universitas
Sriwijaya.

http://www.liputan6.com/sosbud
http://www.pikiranrakyat.com/cetak/kampus/2005/150905/lainn
ya.htm
Juanda dan M. Rayendra. 2001. Pengaruh
Efektivitas
Mikroorganisme
(EM-4)
Kecepatan Pengadukan dan Laju Aerasi
untuk Menurunkan Kadar Polutan Limbah
Cair Industri, Laporan Riset Mahasiswa.
Indaralaya : Universitas Sriwijaya.
Kusuma, Koko Nata dan Yahya Budiman. 2003.
Pemanfaatan Ampas Tahu sebagai Isolat
Protein,
Laporan
Riset
Mahasiswa.
Indralaya : Universitas Sriwijaya.
Setiawan, Ade Iwan. 2007. Memanfaatkan
Kotoran Ternak, Solusi Masalah Lingkungan
dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Jakarta :
Penebar Swadaya.

http://cetak.kompas.com/nusantara
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpk
bppk-gdl-grey-2001-nasliniwaty-86-jajanan
44

Manfaatkan Alam untuk Hemat Energi, Sulap


Limbah Tahu Jadi Gas. Diakses dari
www.pdf.org
Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16, Januari 2009

Paimin, Ferry B. 1995. Alat Pembuat Biogas dari


Drum. Jakarta : Penebar Swadaya.
Pedoman-Pedoman Penerapan Metode ASME
untuk Analisa Gas Buang. Di akses dari
www.pdf.org
Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu dalam Ransum
Broiler Sebagai Upaya Minimisasi Limbah.
Diakses dari www.pdf.org
Program Bio Energi Pedesaan (BEP) Biogas Skala
Rumah Tangga. Di akses dari www.pdf.org
Rahman, Burhan. 1984. Petunjuk Teknis
Pembuatan Alat Pembangkit Gas Bio.
Jakarta : Direktorat Bina Produksi
Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan.
SNI Urea. Di akses dari www.pdf.org

Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16, Januari 2009

45

Anda mungkin juga menyukai