Anda di halaman 1dari 5

ALASAN DARI PERUBAHAN

KURIKULUM 2013

KURIKULUM

KTSP

KE

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) segera diganti


dengan kurikulum baru, yang akan mulai diterapkan tahun
2014. Dalam perubahan kurikulum tersebut, khusus untuk
jenjang Sekolah Dasar (SD) mengalami banyak perubahan
standar isi kurikulum. Di SD akan diterapkan sistem
pembelajaran
berbasis
tematik
integrative.
Banyak yang mempertanyakan dengan sikap pemerintah
dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) yang melakukan perubahan kurikulum. Di
kalangan masyarakat atau pendidik memang sudah sering
terdengar jika ganti menteri maka akan juga ganti kurikulum.
Kontroversi terhadap perubahan kurikulum ini terus
bermunculan. Banyak pihak menanyakan alasan digantinya
kurikulum
Penataan kurikulum pendidikan yang akan diterapkan Juni
2013 ini adalah salah satu target yang harus diselesaikan
sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014 di sektor pendidikan. Perubahan
kurikulum dilakukan untuk menjawab tantangan zaman
yang terus berubah agar peserta didik mampu bersaing di
masa
depan.
Alasan lain dilakukannya perubahan kurikulum adalah
kurikulum sebelumnya dianggap memberatkan peserta
didik. Terlalu banyak materi pelajaran yang harus dipelajari
oleh peserta didik, sehingga malah membuatnya terbebani.
Perubahan kurikulum ini juga melihat kondisi yang ada selama
beberapa tahun ini. KTSP yang memberi keleluasaan terhadap

guru membuat kurikulum secara mandiri untuk masing-masing


sekolah ternyata tak berjalan mulus.
Untuk tingkat SD terjadi perubahan yang cukup besar. Di SD
yang dulunya ada 10 mata pelajaran dikurangi menjadi 6 mata
pelajaran yaitu empat mata pelajaran utama (PPKn, Agama,
Bahasa Indonesia, dan Matematika) dan dua mata pelajaran
muatan lokal (Seni Budaya dan Penjas).
Berkurangnya mata pelajaran dalam kurikulum baru ini justru
membuat lama belajar peserta didik di sekolah bertambah.
Kemendikbud akan menambah jam belajar di sekolah untuk
menangkal efek negatif dunia luar sekolah. Waktu luang yang
lebih banyak di luar sekolah dianggap memicu peserta didik
melakukan atau bersentuhan dengan tindakan negatif.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari


melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini
merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang
diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari
masyarakat.
Menambah Jam Pelajaran

Strategi pengembangan pendidikan dapat dilakukan pada


upaya meningkatkan capaian pendidikan melalui pembelajaran
siswa aktif berbasis kompetensi; efektivitas pembelajaran
melalui kurikulum, dan peningkatan kompetensi dan
profesionalitas guru; serta lama tinggal di sekolah dalam arti
penambahan jam pelajaran.

1 Konten kurikulum masih terlalu padat yang


ditunjukkan dengan banyaknya matapelajaran dan
banyak materi yang keluasan dan tingkata
kesukarannya melampaui tingkat perkembangan
usia anak.
2. Kurikulum
belum
sepenuhnya
berbasis
kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi belum menggambarkan secara
holistik domain sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai
dengan perkembangan kebutuhan (misalnya
pendidikan karakter, metodologi pembelajaran
aktif,
keseimbangan soft
skills dan hard
skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di
dalam kurikulum.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap
perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal,
nasional, maupun global.

6.

Standar
proses
pembelajaran
belum
menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci
sehingga membuka peluang penafsiran yang
beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran
yang berpusat pada guru.
7. Standar penilaian belum mengarahkan pada
penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil)
dan belum secara tegas menuntut adanya
remediasi secara berkala.
8. KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang
lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
Sementara itu, alasan pengembangan kurikulum
mengacu pada empat masalah pokok, yaitu (1)
tantangan masa depan, (2) kompetisi masa
depan, (3) fenomena negatif yang mengemuka;
dan (4) persepsi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai