Anda di halaman 1dari 7

Sintesis Dilantin

Arbhyando Tri Putrananda (1406529784), Larasati Denaputri Sudewo (1406603176),


Nuur Indah Wulan Sari (1406557094)
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
Kampus UI Depok, 16424, Depok, Jawa Barat, Indonesia
E-mail: arbhyando@gmail.com

Abstrak
Pada percobaan sintesis dilantin kali ini bertujuan untuk mengetahui proses reaksi
sintesis dilantin dalam suasana basa, dari reagen utama senyawa benzil dan urea. Metode
yang digunakan pada percobaan ini yaitu metode pencampuran benzil dengan urea
pada suasana basa sebagai katalis. Sintesis yang dilakukan menggunakan sistem tertutup
dengan refluks untuk mencampurkan larutan. Hasil yang didapt berupa senyawa dilantin
yang berwujud padatan dengan berat 0.42 gram.
Kata kunci: benzi, dilantin, refluks, urea

1.

2.

Pendahukuan
Pada tahun 1938, suatu senyawa yang dapat mengatur kejang-kejang pada
penderita epilepsi ditemukan. Material tersebut, yang sekarang dinamai dilantin,
terbukti sangat bernilai karena pada dosis umum, dilantin tidak disebut sedative dan
tidak mempengaruhi kesadaran, tidak seperti fenobarbital yang telah banyak
digunakan sebelumnya.
Fenobarbital yang awalnya dipakai untuk menginduksi tidur kemudian
diketahui mempunyai efek antikonvulsan dan menjadi obat pilihan selama
bertahun-tahun. Sejumlah obat lain yang juga digunakan sebagai pengganti
fenobarbital termasuk pirimidone dan fenitoin (dilantin) yang kemudian menjadi first
line drug epilepsy utama untuk penanganan parsial dan generalisata sekunder.
Fenitoin dapat disintesis dengan cara mereaksikan benzil dan urea dengan
bantuan kondensasi katalis basa. Proses ini dilakukan dengan refluks dan sistem
tertutup. Kini, fenitoin sangat berperan dalam bidang kesehatan karena sifat
antikonvulsan. Berdasarkan teori di atas, maka dilakukan percobaan untuk membuat
dilantin (fenitoin) dari benzil dan urea dengan kondensasi basa.
Tinjauan Pustaka
2. 1. Dilantin
Dilantin (phenytoin) adalah obat untuk penderita epilepsi yang juga
disebut anticonvulsant. Obat ini bekerja dengan cara menurunkan system
kerja impuls pada otak yang dapat menyebabkan penyerangan. Dilantin
digunakan untuk mengontrol penyerangan, namun tidak dapat menangani

segala jenis gejala epilepsi.


Obat
dilantin
ini
akan
sangat
direkomendasikan dokter untuk penderita epilepsi. Dilantin dapat
disintesis dari benzil dan urea denganreaksi kondensasi bantuan katalis basa.

Gambar 1. Struktur Dilantin


2. 2.

Benzil
Benzil bisa didapatkan dari senyawa benzoin -ketoalkohol yang
mengalami olksidasi. Dengan reaksi:

2. 3.

2. 4.

Gambar 2. Reaksi Oksidasi Pembentukan Senyawa Benzil


Benzil yang didapat direaksikan dengan urea dalam suasana basa, reaksi ini
menghasilkan dilantin yang biasa digunakan untuk obat antiepilepsi.
Urea
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen dengan rumus CONH atau (NH)CO. Urea juga
dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa.
Urea bersama dengan senyawa benzil bisa membentuk dilantin yang dapat
digunakan sebagai obat antiepilepsi.

Gambar 3. Struktur Urea


Reaksi Kondensasi Katalis Basa
Prinsip dari reaksi sintesis dilantin adalah reaksi kondensasi antara
katalis basa dari benzil dengan urea yang menghasilkan turunan heterosiklik
dilantin. Reaksi kondensasi merupakan reaksi ketika dua molekul atau gugus
fungsi bergabung untuk membentuk satu molekul dengan kehilangan satu
molekul kecil. Oksidasi benzoin akan menghasilkan senyawa -diketon yang
dapat mengalami penataan ulang dalam suasana basa. Reaksi senyawa ini jika
direaksikan dengan urea maka akan membentuk senyawa yang memiliki
aktivitas sebagai obat anti epilepsi yaitu dilantin.

2. 5.

3.

Sistem Refluks
Prinsip dari metode refluks yaitu pemanasan, pendinginan dan tertutup
dimana pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi,
namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.

Metode Percobaan
3. 1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu bulat,
pengaduk kaca, gelas ukur, pipet tetes, kondensor. Bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah senyawa benzil, urea, NaOH, metanol,
dan aquades.
3. 2. Prosedur Percobaan
Awalnya 0.4 gram benzil ditempatkan dalam labu bulat 25 ml bersama
dengan 0.2 gram urea, 6 ml etanol absolut, dan 1.2 ml NaOH 30%. Batu didih
ditambahkan dan labu bulat, dipasangkan ke kondensor. Campuran dipanaskan
dalam reflux selama 35 menit. Setelah itu, campuran didinginkan sebelum
ditambahkan 10 ml akuades. Larutan yang sudah jernih kemudian diasamkan
dengan menambahkan HCl pekat. Produk dikumpulkan dengan penyaring
Buchner kemudian dicuci dengan air.
3. 3. Penentuan Persen Yield Reaksi dan Persen Kesalahan Relatif
Persen Yield dapat ditentukan dengan menggunakan rumus,

% =
100%

Sedangkan, penentuan persen kesalahan relatif (%KR) dapat ditentukan
dengan rumus,

% =
100%

4.

Hasil, Pengolahan Data, dan Pembahasan


4. 1. Hasil dan Pengolahan Data
Berdasarkan Percobaan:
Massa Dilantin
= (Massa Endp. + Krt.Srg) Massa Krt.Srg
= 1.39 gram 0.97 gram
= 0.42 gram
Berdasarkan Literatur:
Massa Benzil
= 0.4 gram
Mr Benzil
= 210.23 gram/mol
Mol Benzil

0.4
210.23 /

Massa Urea
Mr Urea

= 0.0019 mol
= 0.2 gram
= 60.06 gram

Mol Urea

0.2
60.06 /

= 0.0033 mol
Persamaan Reaksi:

M
0.0019
R
0.0019
S
Mr Dilantin
Massa Dilantin

0.0033
0.0019
0.0019
0.0014
0.0019
= 252.27 gram /mol
= 0.0019 mol x 252.27 gram/mol
= 0.479 gram
Persen Kesalahan Relatif dan Persen Yield:

% =
100%

0.42 0.479
% =
100%
0.479
% = 12.31%

% =
100%

0.42
% =
100%
0.479
% = 87.68%

4. 2.

Pembahasan
Pada percobaan dilakukan sinstesis senyawa dilantin dengan tujuan
untuk mengetahui proses reaksi sintesis dilantin dalam suasana basa, dari
reagen utama senyawa benzil dan urea. Prinsip dari reaksi sintesis dilantin
adalah reaksi kondensasi antara katalis basa dari benzil dengan urea yang
menghasilkan turunan heterosiklik dilantin. Reaksi kondensasi merupakan
reaksi ketika dua molekul atau gugus fungsi bergabung untuk membentuk
satu molekul dengan kehilangan satu molekul kecil. Oksidasi benzoin akan
menghasilkan senyawa -diketon yang dapat mengalami penataan ulang dalam
suasana basa. Reaksi senyawa ini jika direaksikan dengan urea maka akan
membentuk senyawa yang memiliki aktivitas sebagai obat anti epilepsi yaitu
dilantin.
Awalnya dilakukan pencampuran sejumlah urea dengan NaOH dalam
labu bulat. NaOH merupakan senyawa yang akan memberikan suasana basa,
dan menyerang gugus hidrogen- pada urea sehingga urea dapat berikatan
dengan benzil. Urea yang merupakan reagen utama memiliki gugus fungsi
diamida dan memiliki atom hidrogen- yang bersifat sangat asam. Suatu basa
H- akan dengan mudah lepas dan dapat diserang dengan mudah oleh suatu
nukleofilik.
Selanjutnya larutan ditambahkan dengan senyawa benzil yang
merupakan reagen utama. Benzil memiliki gugus diketo yang apabila bereaksi
dengan urea dapat membentuk suatu amida siklik. Kemudian campuran tadi
ditambahkan etanol. Fungsi etanol di sini adalah sebagai pelarut yang
melarutkan ketiga jenis reagen di atas menjadi satu fasa homogen, mengingat
ketiga reagen tersebut tidak dapat bereaksi karena terdapat perbedaan
kepolaran. Pada labu bulat yang berisi campuran, ditempatkan batu didih
untuk mencegah bumping, serta berfungsi untuk meratakan panas sehingga
panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan menghindari titik
lewat didih.
Campuran kemudian direfluks. Prinsip dari metode refluks yaitu
pemanasan, pendinginan dan tertutup dimana pelarut volatil yang digunakan
akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan
kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun
pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan
tetap ada selama reaksi berlangsung. Setelah direfluks, larutan didinginkan
dalam suhu ruang dan dialiri dengan air keran.
Lalu dilakukan pendinginan larutan dengan ice-bath dan kemudian
melakukan penambahan air. Padatan dilantin belum terbentuk dikarenakan
dilantin tidak dapat mengendap pada suasana larutan basa. Maka selanjutnya
dilakukan penambahan larutan HCl pekat yang akan memberikan suasana
asam pada larutan sampai terbentuknya endapan putih dilantin. Kemudian
endapan disaring dengan penyaring buchner dan melakukan pencucian dengan

air agar diperoleh endapan yang lebih murni karena hilangnya pengotorpengotor polar dari larutan.
Mekanisme reaksi yang terjadi pada proses sisntesis dilantin dari
senyawa benzil dan urea adalah:

Gambar 5. Mekanisme Reaksi Sintesis Dilantin


Mekanisme reaksi yang terjadi dalam reaksi sintesis dilantin diawali
dengan terdeprotonasinya urea oleh OH dari NaOH. Pada tahap selanjutnya
terjadi reaksi kondensasi aldol antara urea yang terdeprotonasi dengan salah
satu gugus karbonil dari benzil. Etanol melakukan protonasi atom oksigen
sehingga berubah menjadi gugus alkohol. Anion etoksida yang terbentuk
kemudian melakukan deprotonasi amina. Tahap ini terjadi kembali untuk
gugus amina lain yang masih tersisa Setelah itu reaksi aldol intramolekul
terjadi sehingga terbentuk cincin lima yang menjadi struktur inti dilantin.
Reaksi rearrangement benzil-asam benzilat kemudian terjadi sehingga kedua
gugus fenil terletak dalam satu arom karbon yang sama. Hal ini mungkin
disebabkan kestabilan imida (-CO-NH-CO-) yang menyebabkan terjadinya
pergeseran gugus fenil tersebut. Salah satu amina kemudian terdeprotonasi
tetapi akan terprotonasi kembali seiring dengan penambahan asam sehingga
terbentuk produk akhir dilantin.

Berdasarkan percobaan diperoleh massa endapan dilantin sebesar 0.42


gram dengan persen kesalahan relatif sebesar 12.32% dan persen yield sebesar
87.68%.
5.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dilantin dapat disintesis dengan reagen utama urea dan benzil. Dilantin
disintesis dengan reaksi kondensasi dan dengan metode refluks. Produk dilantin yang
diperoleh berwujud padat berwarna putih. Massa dilantin yang di dapat adalah sebesar
0.42 gram dengan persen kesalahan relatif dan persen yield berturut-turut adalah
sebesar 12.32% dan 87.68%.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden. (1992). Kimia organik. Jakarta : PT. Gramedia.
Gorzynski, Janice. (2008). Organic Chemistry 2nd Ed. New York: McGrawHill.
Riswiyanto. (2009). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Tim KBI Kimia Organik. (2016). Diktat Penuntun Praktikum Sintesis Kimia Organik. Depok:
Departemen Kimia FMIPA UI.

Anda mungkin juga menyukai