Oleh
NURHAYATI
027002002/TNH
PA
K O L A
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
TESIS
Oleh
NURHAYATI
027002002/TNH
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Direktur,
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
ABSTRAK
Nurhayati. 027002002. Ekstensifikasi pertanian akhir-akhir ini cenderung bergeser
dari lahan-lahan subur ke lahan-lahan marginal, seperti tanah gambut, disebabkan
terjadinya alih fungsi penggunaan lahan-lahan subur ke sektor non pertanian. Tanah
gambut sangat berpotensi untuk dikembangkan , namun disisi lain tanah gambut
mempunyai masalah yang begitu komplek , untuk digunakan sebagai lahan pertanian,
sehingga beberapa sifatnya yang berpengaruh terhadap tanaman perlu diperbaiki.
Tujuan penelitian untuk melihat pengaruh beberapa jenis bahan perbaikan tanah
(kapur, lumpur laut dan beberapa jenis pupuk hayati) terhadap beberapa sifat tanah
gambut (pH, DHL, C-Organik tanah, C/N tanah, N total tanah, P tersedia tanah),
serapan hara N dan P tanaman, infektivitas Bradyrhizobium dan mikoriza,
pertumbuhan dan produksi kedelai pada tanah gambut. Hipotesis pemberian beberapa
jenis bahan perbaikan tanah (kapur, lumpur laut dan beberapa jenis pupuk hayati)
berpengaruh terhadap sifat tanah gambut (pH, DHL, C-Organik tanah, C/N tanah, N
total tanah, P tersedia tanah), serapan hara N dan P tanaman, Bradyrhizobium dan
mikoriza, pertumbuhan dan produksi kedelai di tanah gambut. Penelitian
dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian USU, Laboratorium Biologi Tanah,
Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian USU dan Laboratorium Analisis Tanah di
RISPA, sejak bulan Maret hinggga November 2007. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial yang terdiri dari dari 13 perlakuan dan 2
ulangan. Perlakuan yang diuji meliputi, kontrol (A0), kapur dolomit (A1), lumpur
laut (A2), kapur+lumpur laut (A3), Bradyrhizobium (A4), mos (A5), mikoriza isolat
tanah gambut (A6), mikoriza isolat tanah mineral (A7), Bradyrhizobium+mos (A8),
mos+mikoriza isolat tanah gambut (A9), mos+mikoriza isolat tanah mineral (A10),
Bradyrhizobium+mos+mikoriza
isolat
tanah
gambut
(A11),
Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah mineral (A12). Peubah yang diamati
meliputi pH tanah, Daya Hantar Listrik Tanah, C-Organik tanah, C/N tanah, N total
tanah, P tersedia tanah, serapan N dan P tanaman, tinggi tanaman umur 2, 3, 4 dan 5
minggu setelah tanam, diameter batang umur 5 minggu setelah tanam, berat tajuk
kering, berat akar kering, jumlah bintil akar, derajat infeksi mikoriza, jumlah
polong/pot, berat polong/pot, berat biji kering/pot). Peubah dianalisis secara non
faktorial dengan proggram Excel, uji lanjut DMRT dan analisis koefisien korelasi
dengan program Excel. Pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah (kapur,
lumpur laut, dan beberapa jenis pupuk hayati) berpengaruh sangat nyata terhadap
peningkatan parameter pH tanah, berat polong kering/pot, jumlah bintil akar, derajat
infeksi mikoriza, dan berpengaruh nyata terhadap penurunan parameter Daya Hantar
Listrik tanah, dan peningkatan tinggi tanaman umur 5 minggu setelah tanam, jumlah
polong/pot dan berat biji kering/pot. Pengaruh perlakuan beberapa jenis bahan
perbaikan tanah berdasarkan peubahpeubah tertentu, dari pengaruh yang terbaik ke
yang baik, hingga yang paling buruk diurutkan sebagai berikut : (1) Perlakuan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
unggulan pertama adalah perlakuan kapur (A1), dimana telah terjadi respon positip
terhadap perlakuan pengapuran dengan dolomit (A1) pada tanah gambut percobaan
pot dengan sangat nyata terhadap peningkatan-peningkatan pH tanah, jumlah bintil
akar, derajat infeksi mikoriza, berat polong/pot, sedangkan pengaruh pengapuran
dolomit itu nyata terhadap tinggi tanaman umur 5 MGST, jumlah polong/pot , berat
biji kering/pot dan berpengaruh nyata terhadap penurunan DHL tanah. (2) Perlakuan
unggulan kedua adalah inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat
tanah gambut (A11), dengan sangat nyata meningkatkan pH tanah, jumlah bintil akar,
derajat infeksi mikoriza, berat polong kering/pot, serta dengan nyata meningkatkan
tinggi tanaman umur 5 MGST, jumlah polong/pot, berat biji kering/ pot dan
berpengaruh nyata terhadap penurunan DHL tanah. 3) Perlakuan yang buruk dan
yang paling buruk adalah masing-masing perlakuan lumpur laut+kapur (A3), dan
perlakuan lumpur laut tanpa kapur (A2), dimana akibat perlakuan-perlakuan itu
terjadi respon negatif terhadap penurunan yang sangat nyata pada parameter pH
tanah, jumlah bintil akar, derajad infeksi mikoriza, berat polong kering/pot, dan
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 5 MGST, jumlah polong/pot, berat
biji kering/pot, sedangkan akibat perlakuan-perlakuan itu dengan nyata terjadi
peningkatan DHL tanah. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa perlakuan
unggulan pertama kapur dolomit (A1) dan perlakuan unggulan kedua inokulasi
gabungan Bradyrhizobium+mos+ mikoriza isolat tanah gambut (A11) dapat
diterapkan secara bersama untuk meningkatkan kesuburan tanah gambut,
pertumbuhan dan produksi kedelai di tanah gambut.
Kata Kunci : tanah gambut, kapur, lumpur laut, Bradyrhizobium, MOS, mikoriza
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
ABSTRACT
NURAHAYATI. 027002002. Responsbility Soybean Plant in Peat Soil for Giving
Some Materials Repair of Soil. Based of this researh is agriculture expansion renctely
tend to change from fertile farm to marginal farm, like peat soil caused by the
happening of displacing function use of fertile farm to sector non agriculture. Peat
soil have very potential to be develop, but on the other side peat soil have so much
problem, to be use as agriculture farm, so that some in character having in fluence to
crop require to be repaired. The objective of this research was to know influence
some materials repair of soil ( calcify dolomit, sea mud, and some biofertilizers) to
some nature of peat soil (pH, DHL, C-organik, C/N, soil nitrogen, soil available P), N
and P absorption, the infection of Bradyrhizobium and mikoriza, soybean growth and
production. The reseach was done at green house Faculty of Agriculture USU,
Biological Laboratory Soil, Central Laboratory of Agriculture USU, and Laboratory
Analyse in RISPA from March to November 2007. This research was arranged in
Randomized Bloc Design with thirteen treatments and two replicatin consist of
control (A0), calcify dolomit (A1), sea mud (A2), calcify dolomit+sea mud (A3),
Bradyrhizobium (A4), MOS (A5), peat soil isolat mikoriza (A6), mineral soil isolat
mikoriza (A7), Bradyrhizobium+MOS (A8), peat soil isolat mikoriza+mos (A9),
mineral soil isolat mikoriza+MOS (A10), Bradyrhizobium+MOS+peat soil isolat
mikoriza (A11), Bradyrhizobium+MOS+mineral soil isolat mikoriza (A12). Variable
which to know is pH, DHL, C-Organik, C/N, soil nitrogen, soil available P, N and P
absorption, high of crop at 2, 3, 4, 5 weeks after planting, stem diameter 5 weeks after
planting, dry leaf weight, dry root weigh, amount of root nodule, degree of mikoriza
infection, amount of fruit/pot, heavy of fruit/pot, dry seed weight/pot. Analysis
variable with excel program, continue with Duncan Multiple Range Test (DMRT),
and corelation coeffient analysis with excel program. Giving some material repair soil
(calcify dolomit, sea mud, and some biofertilizers) having an effect on very sigficant
to degree of mikoriza infection, and having an effect significant to decrease of DHL,
and increase high of crop 5 weeks after planting, amount of fruit, dry seed weight/pot.
Treatment influence some materials repair of soil persuant to certain variables from
best influence to worst follows the first highest treatment is calcify dolomit (A1)
where have positip respons on peat soil experiment very sifnificant to increase pH,
amount of roor nodule, degree of mikoriza infection, heavy of fruit/pot,while
influence calcify dolomit signifint to hight of crop 5 weeks after planting, amount
fruit/pot, dry seed weight/pot, and have an effect significat to decrease DHL. The
second highest treatment is Bradyrhizobium+MOS+ peat soil isolat mikoriza (A11)
increase very significant pH, amount of root nodule, degree of mikoriza infection,
heavy dry fruit/pot, and significant increase high crop 5 weeks after planting, amount
fruit/pot, heavy dry seed/pot, and treatment sea mud with out calcify dolomit (A2) is
the worst treatment, where effect of that treatment negative respon to decrease very
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
significant some variabels that, pH, amount of root nodule, degree of infection
mikoriza, heavy dry fruit/pot, and significat to high crop 5 weeks after planting,
amount fruit/pot, heavy dry seed/pot, while effect of treatment significant increase
DHL. From this reseach can be suggested that the fisrt highest treatment is calcify
dolomit (A1) and the scond higest treatment is Bradyrhizobium+MOS+ peat soul
isolat mikoriza (A110 can be applied together to increase fertility of peat soil,
soybean growth and production in peat soil.
Key words : peat soil, calcyfy dolomit, sea mud, Bradyrhizobium, MOS, mikoriza
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
10
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
11
(alm), Ir. M. Syahdan, Nurhasanah dan kakak-kakak iparku kak Nani, kak Ani,
kak Hasnah, kak Agus, serta keponakan-keponakanku tercinta Erwin, Wahyu,
Rudi, Hary, Irfan, Intan, Maulana,Wiwid, Arif dan Hannah Maryam yang telah
memberikan dorongan moril kepada penulis dalam penyelesaian studi di Sekolah
Pascasarjana USU.
Medan,
Nopember 2008
Penulis
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
12
KATA PENGANTAR
Medan.2008
Hormat saya
Penulis
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
13
RIWAYAT HIDUP
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
14
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
15
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... .
ABSTRACT.................................................................................................... .
iii
viii
RIWAYAT HIDUP .
ix
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL............................................................................................
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xv
PENDAHULUAN ..........................................................................................
Latar Belakang .....................................................................................
Rumusan Masalah. ..............................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Keluaran
Hipotesis .............................................................................................
1
1
7
10
10
10
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................
Tanah Gambut dan Permasalahannya
Perbaikan Kesuburan Tanah Gambut dengan Bahan Mineral...
Pengaruh Salinitas Terhadap Tanah dan Tanaman........
Bradyrhizobium.
Mikroorganisme Selulolitik
Mikoriza ...............................................................................................
Tanaman Kedelai..
11
11
16
19
23
29
31
35
38
38
38
39
40
42
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
16
46
46
62
87
87
88
89
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
17
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Judul
Halaman
19
21
47
49
49
50
52
53
55
58
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
18
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1.
97
2.
98
3.
99
4.
100
5.
101
6.
102
7.
103
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
19
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
104
2.
105
3.
106
107
107
6.
108
7.
109
8.
110
9.
111
10.
112
11.
113
12.
114
13.
114
14.
115
15.
115
16.
116
17.
116
18.
117
19.
117
20.
118
21.
118
22.
119
23.
120
24.
120
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
20
25.
121
26.
121
27.
121
28.
122
29.
122
30.
123
31.
123
32.
124
33.
124
34.
125
35.
125
36.
126
37.
38.
127
39.
127
40.
128
41.
128
42.
129
43.
130
44.
130
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
21
45.
130
46.
131
47.
131
48.
132
49.
132
50.
133
51.
133
52.
134
53.
135
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L. Merr), merupakan sumber protein nabati yang
kebutuhannya cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk,
sehingga
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
1
USU Repository 2008
23
tanah terluas kedua setelah podsolik dan merupakan negara ke-4 dalam luasan
gambut setelah negara Kanada, Uni Soviet dan Amerika Serikat (Radjagukguk 1998).
Kenyataan ini jelas menyebabkan tanah gambut cukup potensial untuk perluasan
areal pertanian mengingat arealnya yang cukup luas.
Lahan gambut di Indonesia pada umumnya telah diusahakan sebagai lahan
pertanian oleh penduduk lokal, bahkan akhir-akhir ini pembukaan lahan gambut
meningkat akibat kebutuhan untuk ekstensifikasi pertanian usaha pertanian tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan. Selain pemanfaatan gambut sebagai bahan
amelioran juga banyak dilakukan, khususnya untuk perbaikan teknologi budidaya
pada tanah-tanah mineral. Namun demikian, keberhasilan pemanfaatan gambut baik
untuk usaha budidaya maupun sebagai bahan ekstraksi masih jauh dari yang
diharapkan, karena ada kendala yang berasal dari sifat-sifat gambut bawaan (inheren
properties) serta paket teknologi reklamasi yang diterapkan belum memadai.
Pada kondisi alami, tanaman pertanian umumnya sulit tumbuh di tanah
gambut disebabkan faktor penghambat yang dimiliki tanah gambut begitu kompleks
mencakup kesuburan kimia, fisik dan biologi yang kurang menguntungkan. Hal ini
antara lain disebabkan pH rendah, kejenuhan basa rendah, KTK tinggi, rasio C/N
tinggi, sehingga ketersediaan hara makro dan mikro bagi tanaman rendah, aktivitas
mikroba rendah, adanya pengaruh intrusi garam dan lapisan sulfat masam, drainase
yang buruk, dan daya dukung tanah rendah dan berbagai faktor-faktor penghambat
lainnya seperti keberadaan asam organik yang bersifat toksik. Faktor-faktor
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
24
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
25
memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah gambut merupakan alternatif
yang tepat. Hal ini sejalan dengan kebijakan yang dipilih dalam budidaya tanaman
yakni efisiensi energi dan selaras dengan lingkungan.
Kapur dolomit merupakan bahan yang sering digunakan untuk meningkatkan
pH tanah karena mengandung unsur Ca dan Mg. Penggunaan bahan lain yang
mengandung unsur yang sama yang dikandung kapur seperti lumpur laut dapat
digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan pH tanah gambut. Pemanfaatan
lumpur laut haruslah diperhatikan secara seksama pengelolaannya, karena lumpur
laut memiliki tingkat kegaraman (salinitas) yang tinggi yang dapat mengganggu
fisiologis tanaman dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada tanaman.
Hasil penelitian Pronoto (2005), pemberian lumpur laut dengan pengering
udara selama satu bulan dapat meningkatkan pertumbuhan kedelai pada tanah
bergambut. Pemberian lumpur laut tanpa pengeringudaraan selama satu bulan
menurunkan pertumbuhan tanaman kedelai dan bahkan menyebabkan kematian pada
akhir fase vegetatif.
Pemberian lumpur laut dan kapur dapat meningkatkan basa-basa dan kejenuhan
basa disertai turunnya KTK tanah gambut (Sagiman dan Pujianto 1994 dan Suyadi
1995). Kandungan basa-basa yang tinggi dan sejumlah unsur hara mikro pada lumpur
laut akan meningkatkan KB tanah, ketersediaan hara dan memperkecil pengaruh
toksik dari asam fenolat.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
26
dan mikoriza
secara terpisah telah banyak diuji. Beberapa hasil penelitian tentang Bradyrhizobium,
menunjukkan bahwa jumlah N yang ditambat dari udara melalui simbiosis adalah
sekitar 40 sampai 70 % dari seluruh N yang diperlukan untuk pertumbuhan kedelai.
Tanah gambut mengandung bahan organik yang tinggi tetapi sangat bertolak
belakang dengan kandungan unsur hara tanahnya, disebabkan proses dekomposisi
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
27
bahan organik belum sempurna, sehingga status hara tanah gambut sangat miskin.
Diharapkan dengan pemberian mikroorganisme selulolitik dapat memecahkan
masalah tersebut.
Disamping itu bentuk hara P pada tanah gambut didominasi bentuk P
organik yang disebut fosfolipida. Fosfolipida tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh
tanaman, oleh karena itu mikoriza sangat berperan untuk menghidrolisis fosfolipida
dan kemudian menghasilkan enzim fosfatase yang dapat merubah senyawa fosfor
menjadi tersedia bagi tanaman. Menurut Sutanto (2002), mikoriza dapat menghemat
pupuk fosfat sekitar 20% sampai 30%.
Studi tentang peranan bioinokulan dalam meningkatkan produktivitas tanah
gambut memang sudah dilakukan oleh Rianto dkk. (1997) tetapi hal itu terbatas pada
pemanfaatan bakeri bintil akar. Anggraini dan Sahar Hanafiah (2003) dalam
penelitian mereka menemukan pemberian berbagai jenis bahan amandemen yang
dikombinasikan dengan inokulan campuran Bradyrhizobium, mikroorganisme
selulolitik, mikroba pelarut fosfat dapat meningkatkan pH tanah dari 4.17 sampai
dengan 5.45 dan penurunan C/N tanah dari 32.18 hingga 23.44. Namun Anggraini
dan Sahar Hanafiah (2003) dalam penelitian tersebut menggunakan isolat yang
berasal dari tanah mineral dengan dosis 6 cc/pot, diduga hal ini juga merupakan salah
satu penyebab tidak tercapainya produksi seperti yang diharapkan atau dosis
pemberian pupuk hayati dan amandemen mungkin yang belum tepat.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
28
Rumusan Masalah
Budidaya tanaman pada tanah gambut akan terbentur pada masalah
kesuburan fisik, kimia dan biologi yang kurang mendukung untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman. Sifat kimia tanah gambut yang menjadi kendala diantaranya reaksi
tanah yang masam sampai sangat masam. Rendahnya nilai pH ini disebabkan oleh
tingginya konsentrasi ion H+ yang ada pada larutan maupun pada permukaan koloid
organik tanah. Menurut Noor (2001) adanya asam-asam organik akan mampu
mengeluarkan sejumlah ion H+ melalui disosiasi asam organik. Kondisi ini
memberikan dampak yang kurang baik bagi tanaman. Kemasaman tanah dapat
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
29
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
30
anorganik seperti kapur dan lumpur laut. Penggunaan bahan perbaikan tanah
anorganik (kapur, lumpur laut) dan pupuk hayati pada tanah gambut diharapkan dapat
memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah gambut. Pemberian kapur atau
lumpur laut dapat meningkatkan pH tanah gambut dan sekaligus memperbaiki status
hara tanah gambut dan secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah dan aktivitas
mikroba pada tanah gambut seperti mikroba perombak selulosa yang berperan dalam
merombak bahan organik, mikroba penambat N simbiotik, dan mikoriza. Diharapkan
dengan pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah seperti kapur, lumpur laut
dan beberapa jenis pupuk hayati
dapat mengatasi
faktor-faktor penghambat
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
31
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh beberapa jenis bahan
perbaikan tanah (kapur , lumpur laut, dan beberapa jenis pupuk hayati) terhadap
beberapa sifat tanah gambut (pH, Daya Hantar Listrik, C organik tanah, C/N tanah, N
total tanah, P tersedia tanah), serapan hara N dan P tanaman, infektivitas
Bradyrhizobium dan mikoriza pertumbuhan dan produksi kedelai pada tanah gambut.
Keluaran
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam usaha
meningkatkan kesuburan tanah gambut dengan sistem ramah lingkungan melalui
pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah (kapur, lumpur laut dan beberapa
jenis pupuk hayati).
Hipotesis
Pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah (kapur, lumpur laut dan
beberapa jenis pupuk hayati) berpengaruh terhadap beberapa sifat tanah gambut (pH,
Daya Hantar Listrik, C organik tanah, C/N tanah, N total tanah, P tersedia tanah),
serapan hara N dan P tanaman, infektivitas Bradyrhizobium dan mikoriza
pertumbuhan dan produksi kedelai pada tanah gambut.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
TINJAUAN PUSTAKA
32
33
1976). Kadar bahan organik dan nitrogen yang tinggi (Murayama dan Abu Bakar
1996) disebabkan tanah gambut berasal dari sisa-sisa tumbuhan. Dengan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
34
perbandingan C/N yang tinggi, apabila tanah gambut direklamasi maka sebagian
besar unsur N akan diambil oleh jasad renik sebagai sumber energi dalam proses
pelapukan bahan organik, sehingga ketersediaan hara bagi tanaman akan berkurang.
Ratio C/N tanah gambut umumnya 25-35. Hal ini menunjukkan bahwa perombakan
belum sempurna sehingga terjadi immobilisasi N. Perombakan dikatakan sempurna
jika nisbah C/N lebih kecil dari 20 (Murayama dan Abu Bakar 1996). Kandungan
hara N, P, K dan Mg tergolong rendah. Kandungan N total umumnya berkisar antara
2000-4000 kg N/ha pada lapisan 020 cm tetapi yang tersedia bagi tanaman kurang
dari 3 % dari jumlah tersebut. Dibandingkan dengan tanah mineral tanah gambut
mempunyai kapasitas fiksasi P sangat rendah, karena itu ketersediaan P pada tanah
gambut umumnya lebih baik daripada tanah mineral. Kandungan hara
mikro
khususnya Cu, Mn, Bo dan Zn sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya
senyawa organo-metal yang menyemat (fixation) unsur-unsur tesebut (Noor 2001).
Kapasitas tukar kation (KTK) tanah gambut umumnya sangat tinggi mencapai 90
200 meq/100 g yang disebabkan oleh gugusan karboksil dan fenolik, dan mungkin
gugusan fungsional yang lain. Gugusan-gugusan fungsional tersebut bertambah
dengan semakin lanjut dekomposisi bahan organik sehingga kapasitas tukar kation
dapat meningkat sampai 200 meq/100 g atau lebih. Kejenuhan basa tanah gambut
umumnya sangat rendah, kurang dari 10 % (IPB 1998). Gambut ombrogen memiliki
kejenuhan basa lebih rendah dari gambut topogen, semakin tebal gambut kejenuhan
basa semakin rendah. pH tanah dan kesuburan tanah meningkat dengan meningkatnya
kejenuhan basa. Menurut Tan (1994) kesuburan tanah tinggi bila kejenuhan basa 80
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
35
%, kesuburan sedang bila kejenuhan basa kurang dari 80 % tetapi lebih dari 50 %,
dan rendah bila kejenuhan basa < 50 % (dengan 1 N NH4OAc pH 7). Kation-kation
Ca2+, Mg2+, K+, sangat diperlukan oleh tanaman, ketersediaannya meningkat dengan
meningkatnya nilai kejenuhan basa. Pada tanah gambut secara umum kejenuhan basa
harus mencapai 35 % apabila dikehendaki tanaman lebih mudah menyerap basa-basa
(Soepardi 1997).
Menurut Flaig, Beuteelspacer dan Rietz (1975 dalam Sagiman 2001) dari
hasil biodegradasi lignin akan dihasilkan asam-asam fenolat, dan dari selulosa atau
hemiselulosa akan dihasilkan asam-asam karboksilat.
Urutan peracunan asam-asam fenolat berdasarkan penelitian Tadano et al.
(1992 dalam Sagiman 2001) adalah asam ferulat<p-kumarat <vanilat=siringat>phidroksibenzoat. Pengaruh peracunan ternyata juga berbeda antara satu tanaman
dengan lainnya, pengaruh peracunan tertinggi pada tomat dan paling rendah pada
padi, tomat>jagung = kedelai >gandum>padi. Dengan konsentrasi kritis <0.05 mM
pada tomat; 0.25 mM pada jagung dan kedelai dan 0.5 mM pada gandum dan padi.
Mengingat asam fenolat merupakan senyawa yang dapat meracuni tanaman maka
Sabiham (1996) menganjurkan untuk mengatasi masalah keracunan tanaman sebelum
tanah gambut dimanfaaatkan untuk kepentingan pertanian. Tadano et al. (1992 dalam
Basyaruddin 2001) melaporkan hasil penelitiannya yang menunjukkan asam-asam
organik tanah gambut pada konsentrasi tertentu menjadi racun bagi tanaman sehingga
menekan pertumbuhan tanaman.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
36
Tanah gambut mempunyai kerapatan lindak (bulk density) yang sangat rendah
dan bervariasi sesuai dengan tingkat dekomposisi bahan organik dan kandungan
mineral (Hardjowigeno 1997).
Berdasarkan tingkat dekomposisinya histosol dibagi menjadi 3 sub ordo yaitu
fibrik<hemik<saprik. Secara umum, tingkat dekomposisi menentukan sifat-sifat fisik,
biologi dan kimia gambut.
Beberapa upaya untuk melihat potensi mikroorganisme dalam memacu
perombakan telah diteliti. Hasil penelitiaan Komariah et al. (1994) menunjukkan
penggunaan mikroorganisme perombak selulosa dapat meningkatkan ketersediaan
hara dan perombakan gambut, tetapi belum mampu menurunkan nisbah C/N. Triana
dan Sahar Hanafiah (2003) meneliti pengaruh pemberian pupuk hayati dan
amandemen pada tanah gambut yang berasal dari Indragiri Hilir Riau terhadap
serapan hara tanaman kedelai. Hasil penelitian menunjukkan pemberian inokulan
campuran rhizobia, mikroorganisme perombak selulosa, mikroba pelarut fosfat
disertai amandemen dapat meningktkan pertumbuhan tanaman kedelai di tanah
gambut namun penggunaaan mikroorganisme perombak selulosa tanpa amandemen
dapat meningkatkan ketersediaan hara tetapi belum mampu menurunkan nisbah C/N.
Pemberian amandemen seperti abu janjang bersama mikrooraganisme perombak
selulosa dapat menurunkan nisbah C/N tanah gambut dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman kedelai di tanah gambut. Peningkatan pH akibat pemberian
amanden tanah dapat meningkatkan aktivitas mikroba pada tanah gambut. Lambatnya
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
37
perombakan pada tanah gambut karena aktivitas mikroornisme yang rendah. Hal ini
dipengaruhi antara lain oleh potensial redoks, nisbah C/N, pH, suhu, dan kelembaban.
Keberadaan sifat-sifat inheren baik dari segi kimia, fisika, dan biologi yang
kurang menguntungkan menyebabkan tanah gambut digolongkan sebagai tanah
marginal (Limin et al. 2000).
Untuk itulah perlunya usaha untuk mengelola tanah gambut dengan
semestinya.
Perbaikan Kesuburan Tanah Gambut dengan Bahan Mineral
Dalam pengembangan dan pengelolaan tanah gambut ditemukan berbagai
macam kendala. Dari segi kesuburan kimia beberapa kendala yang sering dijumpai
pada tanah gambut adalah (1) reaksi tanah tergolong sangat asam yang berasal dari
berbagai asam organik yang terbentuk selama pelapukan; (2) kandungan hara makro
dan mikro rendah; (3) kapasitas tukar kation yang tinggi sedangkan kejenuhan basa
rendah sehingga kation-kation Ca, Mg dan K sukar tersedia bagi tanaman; (4) karena
gambut kaya akan bahan organik maka unsur mikro seperti Cu, Mn dan Fe
membentuk khelat dengan senyawa organik sehingga sukar tersedia bagi tanaman dan
(5) pelapukan senyawa organik menyebabkan gambut kaya dengan asam-asam
organik yang meracuni tanaman, terutama senyawa fenol (Sabiham 1996).
Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam perbaikan tanah gambut adalah
melalui pemupukan, pengapuran, penambahan abu (asal gambut atau serbuk gergaji),
pemberian pupuk kandang, penambahan abu vulkan, pencampuran dengan bahan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
38
mineral seperti lumpur laut. Salah satu cara memperbaiki sifat gambut untuk media
tumbuh tanaman dengan penambahan bahan mineral berupa kapur dan lumpur laut
merupakan kajian yang akan diungkapkan dalam tulisan ini. Pemberian pupuk dan
amandemen dalam komposisi dan takaran yang tepat dapat mengatasi masalah
keharaan dan kemasaman tanah gambut.
Pengapuran pada tanah gambut dapat memperbaiki kesuburan tanah gambut,
namun efek residunya tidak berlangsung lama hanya 3-4 kali musim tanam, sehingga
pengapuran harus dilakukan secara periodik. Pengapuran selain dapat mengurangi
kemasaman tanah juga meningkatkan kandungan kation basa yaitu Ca dan Mg
maupun kejenuhan basa gambut (IPB 1998). Kapur mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melalui dua cara yaitu peningkatan ketersediaan unsur Ca, Mg dan
perbaikan ketersediaan unsur-unsur lain yang ketersediaannya tergantung pH tanah.
Dolomit merupakan salah satu jenis kapur pertanian yang mengandung Ca dan Mg.
Kedua unsur hara ini penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Untuk meningkatkan pH tanah dari 3.3 menjadi 4.8 diperlukan kapur
sebanyak 4.4 ton/ha (Driessen 1978 dalam suyadi 1995).
Pemanfaatan tanah mineral untuk perbaikan tanah gambut diperkenalkan ke
Indonsia oleh tentara Jepang selama Perang Dunia ke II kepada para romusha
(pekerja paksa) di tanah gambut sungai Rokan, Riau. Tanah mineral dari pinggir
sungai diangkut dengan sampan dan disebar di atas gambut kemudian dicampur
secara merata. Pemakaian tanah mineral dari tanggul sungai untuk perbaikan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
39
40
pH H2O
KTK
(cmol/kg)
Kejenuhan Basa
(%)
0
2
4
6
8
3.66
3.96
4.26
4.47
4.60
137.60
114.65
107.63
99.21
99.03
15.64
20.67
29.69
31.68
46.32
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
41
Bahan sidemen dapat berasal dari erosi tanah di dataran diangkut oleh aliran sungai
maupun hasil abrasi pantai dan diangkut oleh arus laut kemudian diendapkan pada
garis pantai (Shorelin). Air laut sangat berperan terhadap sifat lumpur laut sehingga
bahan endapan yang dihasilkan kaya akan garam-garam NaCl, Na2SO4, CaCO3 dan
MgCO3 (Tan 1998). Dengan demikian lumpur laut dapat menjadi alternatif sumber
hara bagi tanaman mengingat lumpur laut mengandung ion yang banyak. Namun
tingginya salinitas pada air laut perlu menjadi pertimbangan dalam pemanfaatan hara
dari lumpur laut.
Distribusi hara didalam lumpur laut dipengaruhi oleh sirkulasi air laut, proses
biologi dan mineralisasi serta regenerasi nutrisi dengan adanya migrasi hewan dan
suplai dari daratan.
Garam-garam yang menimbulkan stres tanaman antara lain NaCl, NaSO4,
CaCl2, MgSO4, MgCl2, yang terlarut dalam air. Dalam larutan tanah garam-garam ini
mempengaruhi pH dan daya hantar listrik. Menurut Follet et al. (1981 dalam
Sipayung 2003), tanah salin memiliki pH <8.5 dengan daya hantar listrik > 4
mmhos/cm. Nilai daya hantar listrik (DHL) mencerminkan kadar garam yang terlarut.
Peningkatan konsentrasi garam yang terlarut akan menaikkan nilai DHL larutan yang
diukur dengan menggunkan elektroda platina.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
42
Tabel 2. Pengaruh Tingkat Salinitas Terhadap Tanaman (Follet et al. 1981 dalam
Sipayung 2003)
Tingkat Salinitas
Non Salin
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Konduktivitas
mmhos cm-1
0-2
2-4
4-8
8-16
>16
Garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi sifatsifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Kekurangan
unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi.
Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan
osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang
berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar berkurang
sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman (Follet et
al. 1981 dalam Sipayung 2003).
Dalam proses fisiologis tanaman, Na+, dan Cl- diduga mempengaruhi
pengikatan air oleh tanaman, sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap
kekeringan. Sedangkan Cl diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan
produksi oksigen. Sementara
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
43
Menurut
Sigalingging
(1985
dalam
Sipayung
2003),
salinitas
akan
mempengaruhi sifat fisik, dan kimia tanah, yaitu 1) tekanan osmotik yang meningkat,
2) peningkatan potensi ionisasi, 3) infiltrasi tanah menjadi buruk, 4) kerusakan dan
terganggunya struktur tanah, 5) permeabilitas tanah yang buruk, 6) penurunan
konduktivitas. Salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut yang cukup tinggi akan
menimbulkan stres dan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan tanaman.
Salinitas dapat menghambat pertumbuhan tanaman dengan dua cara yaitu:
a. Dengan merusak sel-sel yang sedang tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman
terganggu.
b. Dengan membatasi jumlah suplai hasil-hasil metabolisme esensial bagi
pertumbuhan sel melalui pembentukan tyloses.
Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein, serta penambahan
biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami steres garam umumnya tidak
menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang
tertekan dan perubahan secara perlahan.
Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang cukup
tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun mengering dibagian ujung
dan gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena konsentrasi garam terlarut yang tinggi
menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air.
Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
44
permeabilitas tanah. Semakin tinggi konsentrasi NaCl pada tanah, semakin tinggi
tekanan osmotik dan daya hantar listrik tanah (Maas dalam Basri 1991).
Selain pengaruh tersebut di atas, kandungan Na+ yang tinggi dalam air tanah
akan menyebabkan kerusakan struktur tanah. pH tanah menjadi lebih tinggi karena
kompleks serapan dipenuhi oleh ion Na+. Hal ini akan meningkatkan persentase
pertukaran natrium (ESP). Secara drastis pertumbuhan tanaman akan menurun bila
ESP mencapai 10% ( Singh, Chabra dan Abrol dalam Basri 1991).
Pertumbuhan sel tanaman pada tanah salin memperlihatkan struktur yang
tidak normal. Penyimpangan yang terjadi meliputi kehilangan integritas memberan,
kerusakan lamela, kekacaun organel sel. Kerusakan struktur ini akan mengganggu
tranportasi air dan mineral hara dalam jaringan tanaman.
Bradyrhizobium
Klasifikasi dan morfologi Bradyrhizobium
Bradyrhizobium adalah bakteri tanah termasuk divisi protophyta,
kelas schizomycetes, ordo Eubacteriales, famili Rhizobiaceae mempunyai
kemampuan membentuk bintil akar pada tanaman legum, kriteria ini sering
digunakan untuk mengenal bakteri bintil akar (Anas 1989 dalam Elfiati 2000).
Famili dari Rhizobiacea dibedakan menjadi 4 genus yaitu : Rhizobium,
Bradyrhizobium, Azorhizobium dan Sinorhizobium (McCardell, Sadowsky dan
Cregan, 1993 dalam Sagiman 2001). Genus Rhizobium, Azorhizobium dan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
45
sinorhizobium
merupakan
bakteri
yang
tumbuh
cepat,
sedang
kedelai
Rhizobium
japonicum
sekarang
digolongkan
sebagai
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
46
pelekatan
bakteri pada bulu-bulu akar, (2) Penyerbuan bakteri bintil akar ke dalam bulu-bulu
akar melalui benang-benang infeksi, (3) Perjalanan bakteri bintil menuju akar utama,
(4) Pembentukan struktur bakteroid dan dimulainya penambatan nitrogen, (5)
Pembelahan sel tanaman terus-menerus sehingga terbentuk bintil akar.
Menurut Subba Rao (1994); Salisburry dan Ross (1995), Infeksi bakteri ke
dalam akar tanaman inang merupakan awal dari mulai terbentuknya bintil akar
legum. Pembentukan bintil akar berawal dari dikeluarkannya asam-asam amino dan
lainnya pada rhizosfer oleh akar legum, sehingga meningkatkan jumlah
Bradyrhizobium di sekitar akar. Pengenalan akar makrosimbion (akar rambut kedelai)
oleh mikrosimbion (bakteri Bradyrhizobia) dapat terjadi karena akar kedelai
mengeluarkan lectin (protein) yang dapat dikenal oleh receptor spesifik pada
permukaan bakteri, sehingga bakteri dapat menempel pada akar rambut kedelai.
Pelekatan Bradyrhizobium pada bulu-bulu akar bergantung pada ketepatan senyawa
makromolekul yang dikeluarkan oleh tanaman dengan polisakarida yang terdapat
pada permukaan sel bakteri Bradyrhizobium. Salah satu jenis lektin yang sering
dikeluarkan akar tanaman legum adalah adalah trifolin, sedangkan polisakarida yang
sering terdapat pada permukaan sel bakteri bintil akar tersebut adalah 2-
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
47
deoksiglukosa dan secara selektif berinteraksi dengan lectin asal akar tanaman legum
tertentu. Penggabungan kedua senyawa ini dapat membentuk suatu ikatan yang kuat,
sehingga terjadi pelekatan bakteri pada bulu-bulu akar. Triptofan yang dikeluarkan
bakteri kemudian diubah menjadi Indoleacetic acid (IAA). Senyawa IAA inilah yang
merangsang pembengkokan bulu akar, setelah terjadi pembengkokan Bradyrhizobium
akan masuk ke dalam bulu-bulu akar dan segera membentuk benang-benang saluran
infeksi. Bradyrhizobium akan masuk ke dalam sel kortek dari akar, di dalam sel
kortek bakteri akan menempati sitoplasma, membentuk sel yang disebut bakteroid,
dan menghasilkan stimulan yang menyebabkan sel kortek aktif membelah sehingga
menghasilkan
sel-sel
poliploid.
Pembentukan
sel
ini
akan
menyebabkan
48
dengan
2 NH4+ + ADP + 12 Pi + 4 H+
Pada reduksi N2 oleh enzim nitrogenase memerlukan energi yang berasal dari
ATP (adenosine triphosphate) yang dihasilkan melalui fosforilasi oksidatif, ion Mg,
agen pereduksi sebagai sumber elektron dan kondisi aerobik. Energi yang diperlukan
untuk mereduksi N2 menjadi NH3 setara dengan 12 molekul ATP untuk setiap
molekul N2. Agar kebutuhan energi yang tinggi dapat dipenuhi maka bakteroid
melakukan respirasi aerob dan membutuhkan O2, akan tetapi konsentrasi O2 harus
sangat rendah karena O2 dalam konsentarsi yang tinggi dapat menghambat
penambatan nitrogen karena nitrogenase sangat sensitif terhadap oksigen bebas.
Konsentrasi O2 di dalam bintil akar diatur oleh leghemoglobin sebagai suatu senyawa
protein yang dapat mengikat O2. Hasil reduksi N2 adalah NH3 yang kemudian akan
tergabung membentuk asam glutamat, glutamin, asam aspartat dan alanin. Hasil
sintesis asam amino itu kemudian akan ditransportasikan ke bagian tanaman melalui
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
49
jaringan xilem sehingga dapat dipakai oleh tanaman inang (Rao 1994; Brown et al.
1995; Killham dan Foster 1995).
Selain itu bakteri bintil akar ini juga mempunyai enzim nitrogenase yang
dapat mengoksidasi H2 menjadi ion H+ dan elektron sehingga keduanya dapat
digunakan kembali untuk mereduksi N2 dan pembentukan ATP. Pembawa elektron
dalam struktur bakteroid bakteri bintil akar adalah feredoksin dan flavodoksin. Asam
B-hidroksibutirat merupakan suatu senyawa yang diakumulasikan dalam jumlah
besar sebagai suatu polimer dalam bakteroid dan mempunyai kemampuan untuk
memberikan donor elektron kepada N melalui koenzim NaDH (Rao 1994).
Pada simbiosis antara bakteri dan tanaman inang, tanaman inang
(makrosimbion) akan memberikan subtrat karbon sebagai sumber energi, dan bakteri
mereduksi N2 menjadi NH3 yang kemudian ditransportasi ke jaringan tanaman untuk
sintesis protein (Rao 1994). Kemampuan bakteri bintil akar menyusup ke dalam akar
rambut dan membentuk bintil akar dinyatakan sebagai infektivitas. Kemampuan
bakteri bintil akar menambat N2 disebut efektivitas. efektivitas inokulan dapat
diperiksa dengan mencabut dan melihat bintil akar pada umur 20 hari. Strain bakteri
bintil akar yang tidak efektif akan membentuk bintil akar yang tidak efektif juga.
Bintil akar yang tidak efektif umumnya berukuran kecil, bulat, putih dan menyebar
pada seluruh sistem perakaran. Sebaliknya, strain bakteri bintil akar yang efektif akan
membentuk bintil akar yang efektif. Strain ini hanya membentuk beberapa bintil
tetapi berukuran lebih besar, berwarna pink dan berbentuk memanjang dan letaknya
cenderung menggumpal pada leher dan daerah-daerah sekitarnya (Rao 1994).
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
50
Mikroorganisme Selulolitik
Gambut terbentuk dari serasah organik oleh karena itu menurut Noor (2001)
komposisi senyawa kimia tanah gambut terdiri dari hemiselulosa, selulose, lignin,
protein, dan senyawa dapat larut dalam ether, alkohol dan air. Biomasa lignoselulosa
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
51
umumnya sulit dihidrolisis baik secara kimia maupun secara enzimatis (Darnoko
1994).
Dekomposisi senyawa organik merupakan proses biodegradasi (perombakan
secara biologis) terhadap senyawa organik dan mikroorganisme tanah mempunyai
peranan penting dalam proses ini. Mikroorganisme yang berperan dalam perombakan
bahan organik yang mengandung selulosa dinamakan mikroorganisme selulolitik
yang dapat berupa fungi, bakteri, aktinomisetes maupun protozoa. Diantara
mikroorganisme selulolitik yang sudah banyak dipelajari adalah dari golongan jamur
antara lain (Chaetonium sp., Tricoderma sp., Aspergillus sp,. dan Humicola sp.), dari
golongan bakteri (Cellumonas sp., Cytophage sp., Clostridium sp.), dari golongan
aktinomycetes (Nocardia sp., dan Streptomyces sp.) (Rao 1994).
Mikroorganisme selulolitik mempunyai kemampuan tumbuh pada selulosa
dan dapat mendekomposisi bahan-bahan selulosa sebagai respon terhadap adanya
selulosa dalam lingkungan tempat hidupnya, karena mikroorganime selulolitik ini
dapat menghasilkan enzim selulase yang berperan sebagai katalisator dalam proses
hidrolisis selulosa.
Mikroorganisme selulolitik seperti jamur, bakteri, dan aktinomicetes banyak
terdapat pada-tanah pertanian, hutan, jaringan hewan atau tumbuhan yang telah
membusuk. Beberapa diantaranya seperti aktinomisetes dan myxobakteria meliputi
genus Imperfekti Cyitophage dan Sporocytophage dapat dengan mudah merombak
selulosa seperti penambahan inokulasi pada pembuatan kompos adalah usaha untuk
mempercepat proses pengomposan (Azhari 2000).
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
52
Kondisi tanah gambut yang miskin hara dengan nisbah C/N yang tinggi maka
untuk mempercepat proses dekomposisi perlu penambahan mikroorganisme
selulolitik yang berfungsi merombak selulosa yang terdapat pada tanah gambut
sehingga
Mikoriza
Pengertian Mikoriza
Mikoriza adalah suatu struktur sistem perakaran yang termasuk sebagai
manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara cendawan (Mices) dan perakaran
(Rhiza) tumbuhan tinggi. Dalam fenomena ini jamur menginfeksi dan mengkoloni
akar tanpa menimbulkan nekrosis sebagaimana biasa terjadi pada infeksi jamur
patogen, dan mendapatkan pasokan nutrisi secara teratur dari tanaman (Rao 1994).
Dalam hal ini cendawan tidak merusak atau membunuh tanaman inangnya tetapi
memberi suatu keuntungan kepada tanaman inang (host) dimana tanaman inang
menerima hara mineral, sedangkan cendawan memperoleh senyawa karbon dari hasil
fotosintesis tanaman inangnya. Hubungan kedua mahluk ini hanya terjadi pada akar
tanaman khususnya pada akar yang halus dan masih muda, dan tidak pernah terjadi
pada bagian yang lain. Mengapa hubungan ini hanya terjadi pada akar lateral yang
muda, masih belum ada jawaban yang pasti. Mungkin kemampuan infeksi hifa
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
53
cendawan hanya pada sel korteks atau dinding sel yang masih lembut, atau ada
enzim-enzim tertentu yang dimiliki oleh hifa cendawan yang hanya mampu
menembus dinding sel tumbuhan pada batas umur tertentu.
Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza
dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza.
Endomikoriza dibedakan lebih lanjut menjadi 4 tipe yaitu :
1. phicomicetes atau lebih dikenal sebagai MVA
2. orcidaceous
3. ericoid
4. arbutoid (ektendomikoriza)
Diantara tipe-tipe ini MVA memiliki daerah sebaran yang sangat luas, baik
sektor pertanian, perkebunan maupun kehutanan. Hal ini mungkin disebabkan
manfaat yang diberikan oleh tipe asosiasi mikoriza ini dalam meningkatkan produksi
atau pertumbuhan ketiga sektor tersebut, dimana secara tidak langsung akan
meningkatkan kesejahteraan umat manusia, sehingga keduanya selalu menjadi
perhatian.
Jenis-jenis jamur yang membentuk MVA adalah dari genus-genus
Acauospora, Gigaspora, Glomus, dan Sclerocystis dari famili Endogonaceae, kelas
Phycomycetes. Jamur-jamur tersebut belum dapat ditumbuhkan dalam media buatan
tanpa tanaman inang (Mosse 1981, Gianinazzi-Pearson dan Diem 1982). Jamur
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
54
55
4. Produksi hormon.
Dalam kaitan dengan pertumbuhan tanaman, Munyanziza et el. (1997)
mengusulkan suatu formula yang dikenal dengan istilah "relatif field mycorrhizal
depedency" (RFMD) :
RFMD = [ (BK. tanaman bermikoriza - BK. tanaman tanpa mikoriza) / BK. Tanaman
tanpa mikoriza ] x 100 %
Infektivitas diartikan sebagai daya jamur untuk menginfeksi dan mengkoloni
akar tanaman. Infektifitas dalam hal ini dinyatakan sebagai proporsi akar tanaman
yang terinfeksi. Efektifitas menunjukkan perbandingan besarnya peranan atau
pengaruh mikoriza.
Infektivitas dan efektivitas mikoriza dipengaruhi spesies cendawan, tanaman
inang, interaksi mikrobial, tipe perakaran tanaman inang, dan kompetisi antara
cendawan mikoriza yang disebut sebagai faktor biotik, dan faktor lingkungan tanah
yang disebut sebagai faktor abiotik (Solaiman dan Hirata 1995).
Walau MVA tidak mempunyai spesifitas tertentu tanaman inang, namun
kemampuan menginfeksi dan mengkoloni akar berbeda antar spesies yang satu
dengan yang lainnya. Hal ini diduga karena perbedaan dalam daya adaptasi terhadap
kondisi tanah, keberlimpahan propagul dan sifat fisiologi propagul serta
perkembangan jamur di dalam akar setelah infeksi (Mosse 1981).
Jenis tanaman yang berbeda akan menunjukkan reaksi yang berlainan
terhadap infeksi mikoriza dan secara tak langsung mempengaruhi perkembangan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
56
infeksi dan kolonisasi jamur mikoriza. Perbedaan reaksi tersebut sangat dipengaruhi
oleh aras kepekaan tanaman terhadap infeksi dan sifat ketergantungan tanaman pada
mikoriza dalam serapan hara terutama di tanah yang kekurangan P. Kedua sifat
tersebut ada kaitannya dengan tipe perakaran dan keadaan fisiologi atau
perkembangan tanaman (Mosse 1981).
Faktor lingkungan tanah yang mempengaruhi MVA terutama sekali bahan
organik dan residu akar, unsur hara, pH, suhu, serta kadar air tanah (GianinazziPearson 1982).
Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis, tanaman
ini memerlukan unsur hara untuk pertumbuhannya. Unsur hara yang dibutuhkan
tanaman terutama unsur hara N, P dan K disamping beberapa macam unsur hara
makro dan mikro lainnya. Pemupukan untuk tanaman kedelai pada tanah gambut
berbeda dengan pemupukan pada tanah mineral, hal ini dikarenakan kandungan hara
yang rendah pada tanah gambut. Dosis untuk tanaman kedelai yaitu 45 kg N/ha, 60
kg P2O5 kg/ha dan 60 kg K2O/ha (Noor, 2001).
Tanaman kedelai dapat diusahakan di dataran rendah mulai dari 0 500 m
d.p.l. dengan curah hujan relatif rendah (suhu tinggi), tetapi membutuhkan air yang
cukup untuk pertumbuhan tanamannya. Sebagai barometer untuk mengetahui apakah
keadaan iklim di suatu daerah, cocok atau tidak untuk tanaman kedelai, dapat
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
57
merupakan
salah
satu
tanaman
leguminosa
yang
mampu
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
58
dapat
dibenahi,
termasuk
menurunkan
permukaan
air
tanahnya.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
59
60
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan
faktorial dengan 13 perlakuan dan 2 ulangan. Faktor yang diteliti adalah beberapa
jenis bahan perbaikan tanah yaitu:
AO
= kontrol
A1
A2
A3
A4
= Bradyhizobium 10 cc/pot
A5
= mos 10 cc/pot
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
61
1 cc = 108 sel
Dengan demikian terdapat 26 satuan percobaan.
Model matematika rancangan percobaan yang digunakan:
Yik = + k + i + ik
Yijk = Angka pengamatan dari pengaruh pemberian amandemen dan
pupuk hayati taraf ke i, dalam ulangan ke k.
62
tanaman yang dipanen pada fase akhir vegetatif (40 hst), sedangkan kelompok
kedua untuk tanaman yang dipanen pada masa reproduktif.
sesuai
perlakuan.
Mos
diberikan
pada
saat
tanam,
sedangkan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
63
Benih kedelai sebelum ditanam direndam dahulu dengan air selama 1 jam.
Setiap pot percobaan ditanam 3 butir dengan kedalaman tanam 3 cm dari
permukaan tanah. Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan
meninggalkan 2 tanaman/pot yang pertumbuhannya dianggap baik. Pemeliharaan
tanaman meliputi penyiraman untuk menjaga ketinggian air genangan di dalam
baskom, penyiangan dan pemberantasan hama penyakit.
e. Pemanenan.
Pemanenan dilakukan dua kelompok. Kelompok pertama pemanenan untuk
tanaman yang dipanen pada fase akhir vegetatif (40 hst). Kelompok kedua untuk
tanaman yang dipanen setelah masak.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
64
masing-masing perlakuan.
6. pH tanah
Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH meter (pH H2O
1: 2.5).
7. Kandungan C dan N tanah
Analisis kandungan C tanah dilakukan dengan metoda Walkley and Black
dan untuk N dengan metoda Kjedhal.
8. Nilai C/N tanah
9. Daya Hantar Listrik (DHL) tanah
Pengukuran DHL tanah dilakukan dengan metoda elektrometri
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
65
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
66
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
67
68
Tabel 3. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap pH Tanah dan
DHL Tanah
Perlakuan
pH Tanah
DHL Tanah
A0
= kontrol
4.14 AB
5.50 abcd
A1
= kapur
5.52
3.25 a
A2
= lumpur laut
3.57
8.50 e
A3
= kapur+lumpur laut
4.56 BC
7.00 de
A4
= Bradyrhizobium
4.30 ABC
5.25 abcd
A5
= mos
4.11 AB
5.50 abcd
A6
4.28 ABC
4.50 abcd
A7
4.06 AB
5.00 abcd
A8
= Bradyrhizobium+mos
4.09 AB
6.75 cde
A9
4.25 abc
gambut
A10 = mos+mikoriza isolat tanah gambut
4.06 AB
6.00 bcde
5.09 CD
3.75 ab
4.16 BC
4.00 ab
tanah gambut
A12 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat
tanah mineral
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
69
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata menurut
Uji Beda Rataan Duncan pada P <.05 dan P<0.1
Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan unggulan pertama terhadap parameter pH
tanah adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) yang menghasilkan pH tanah
tertinggi (5.52) dengan peningkatan pH tanah sebesar 33.33 % lebih tinggi dari
perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua adalah perlakuan inokulasi
gabungan
Bradyrhizobium+mos+mikoriza
isalat
tanah
gambut
(A11)
yang
sebesar 40.91 % lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua
terhadap
penurunan
DHL
tanah
adalah
perlakuan
inokulasi
gabungan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
70
(A3) dan perlakuan lumpur laut (A2) cenderung terjadi peningkatan DHL tanah yang
menghasilkan DHL tanah masing-masing 7.00 mmhos/cm dan 8.50 mmhos/cm,
dengan peningkatan DHL tanah masing-masing 27.27 %, 54.55 % lebih tinggi dari
perlakuan kontrol (A0).
C Organik Tanah, C/N Tanah, N Total Tanah dan P Tersedia Tanah
Hasil analisis sidik ragam (uji F) (Lampiran 17, 19, 22 dan 23) pemberian
beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap C organik
tanah, C/N tanah, N total tanah dan P tersedia tanah. Pengaruh beberapa jenis bahan
perbaikan tanah terhadap C organik tanah, C/N tanah, N total tanah dan P tersedia
tanah disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
71
Tanah
A0
= kontrol
6.48
19.12
A1
= kapur
5.00
16.83
A2
= lumpur laut
5.69
31.67
A3
= kapur+lumpur laut
5.00
21.54
A4
= Bradyrhizobium
5.14
19.35
A5
= mos
4.63
19.62
A6
6.95
22.24
A7
6.13
26.49
A8
= Bradyrhizobium+mos
5.22
17.88
A9
6.55
18.28
3.76
19.59
5.18
13.99
6.05
16.76
gambut
A12 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah
mineral
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
72
Tabel 5.
Perlakuan
N Total
N Total
P Tersedia
Tanah
Tanah
(%)
(ppm)
A0
= kontrol
5.00
137.50
A1
= kapur
6.47
153.00
A2
= lumpur laut
5.69
93.00
A3
= kapur+lumpur laut
6.48
147.00
A4
= Bradyrhizobium
5.14
74.00
A5
= mos
4.63
134.00
A6
6.95
147.00
A7
6.13
81.00
A8
= Bradyrhizobium+mos
5.22
148.00
A9
6.55
113.00
3.76
152.50
5.18
178.50
6.05
161.00
gambut
A12 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah
mineral
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
73
Analisis serapan hara dalam penelitian ini adalah serapan N tanaman, dan
serapan P tanaman. Hasil pengukuran terhadap serapan N tanaman dan serapan P
tanaman disajikan pada Lampiran 24 dan Lampiran 26. Sedangkan sidik ragamnya
disajikan pada Lampiran 25 dan Lampiran 27.
Hasil analisis sidik ragam (uji F) (Lampiran 25 dan Lampiran 27) pemberian
beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap serapan N
tanaman dan serapan P tanaman. Pengaruh beberapa jenis bahan perbaikan tanah
terhadap serapan N tanaman dan serapan P tanaman disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Serapan Hara N
dan P Tanaman
Serapan N
Serapan P
Tanaman
Tanaman
(%)
(%)
A0 = kontrol
492.75
45.45
A1 = kapur
773.20
65.15
A2 = lumpur laut
199.85
13.55
Perlakuan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
74
A3 = kapur+lumpur laut
323.55
28.95
A4 = Bradyrhizobium
578.25
48.45
A5 = mos
496.40
48.65
584.90
54.20
557.05
54.25
A8 = Bradyrhizobium+mos
700.10
51.10
A9 = Bradyrhizobium+mikoriza isolat
366.40
63.10
545.30
57.40
584.10
86.85
727.35
74.30
tanah gambut
A10 = mos+mikoriza isolat tanah
gambut
A11 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza
isolat tanah gambut
A12 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza
isolat tanah mineral
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
75
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
76
A0 = kontrol
A1 = kapur
A2 = lumpur laut
Tinggi Tanaman
Diameter Batang
Umur 5 Minggu
Umur 5 Minggu
Setelah Tanam
Setelah Tanam
(cm)
(mm)
81.25ab
0.23
128.25 e
0.36
71.50 a
0.19
A3 = kapur+lumpur laut
86.00 abc
0.21
A4 = Bradyrhizobium
107.25 bcde
0.24
A5 = mos
111.50 cde
0.26
119.00 de
0.24
118.75 de
0.26
A8 = Bradyrhizobium+mos
A9 = Bradyrhizobium+mikoriza isolat
113.50 cde
116.25 de
0.27
0.28
tanah gambut
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
77
93.50 abcd
0.24
Gambut
A11 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza
119.00 de
0.32
118.75 de
0.31
kedua
adalah
perlakuan
inokulasi
gabungan
dolomit (A3) dan perlakuan lumpur laut tanpa kapur (A2) cenderung terjadi
penurunan tinggi tanaman yang menghasilkan tinggi tanaman masing-masing (86.00
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
78
cm) dan (71.5 cm), dengan penurunan tinggi tanaman masing-masing lebih rendah
5.85 % dan 12..31% dari perlakuan kontrol (A0).
Berat Tajuk Kering dan Berat Akar Kering
Hasil analisis sidik ragam (uji F) (Lampiran 39 dan Lampiran 41 ) pemberian
beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap berat tajuk
kering dan berat akar kering. Pengaruh beberapa jenis bahan perbaikan terhadap berat
tajuk kering dan berat akar kering disajikan pada Tabel 8.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
79
Berat Tajuk
Berat Akar
Kering
Kering
(g)
(g)
A0 = kontrol
10.85
0.95
A1 = kapur
17.15
2.85
A2 = lumpur laut
4.45
0.30
A3 = kapur+lumpur laut
8.55
0.70
A4 = Bradyrhizobium
15.05
1.35
A5 = mos
12.80
1.40
14.30
1.70
12.60
1.65
A8 = Bradyrhizobium+mos
15.75
1.40
A9 = Bradyrhizobium+mos
11.30
1.55
12.50
1.45
2.00
1.80
A11= Bradyrhizobium+mos+mikoriza
gambut
A12= Bradyrhizobium+mos+mikoriza
mineral
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
80
kering/pot. Hasil
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
81
Jumlah Polong
Berat Polong
(buah /pot)
Kering
(g/pot)
(g/pot)
A0 = kontrol
22.50 abc
A1 = kapur
50.00 e
A2 = lumpur laut
15.50 a
12.50 AB
21.15 C
8.40 ab
16.40 c
6.55 A
4.60 a
A3 = kapur+lumpur laut
22.50 ab
11.55 AB
4.80 a
A4 = Bradyrhizobium
34.00 bcd
16.55 BC
11.95 bc
A5 = mos
36.50 cde
15.50 BC
11.00 bc
A6 = mikoriza isolat
38.50 de
13.55 ABC
9.30 ab
tanah gambut
A7 = mikoriza isolat
37.00 cde
10.75 AB
9.25 ab
12.05 AB
8.05 ab
14.10 BC
9.90 ab
tanah mineral
A8 = Bradyrhizobium+
26.00 abcd
mos
A9 = Bradyrhizobium+
32.50 bcd
mikoriza isolat
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
82
tanah gambut
A10 = mos+mikoriza
29.00 abcd
16.55 BC
9.10 ab
40.50 de
17.45 BC
12.25 bc
39.00 de
16.65 BC
12.05 bc
yang
83
polong masing-masing (20 buah/pot) dan (15 buah/pot) dengan penurunan jumlah
polong/pot masing-masing lebih rendah 11.11 % dan 33.33 % dari perlakuan kontrol
(A0).
Untuk
terlihat bahwa
perlakuan unggulan pertama adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) yang
menghasilkan berat polong kering (21.15 g/pot) dengan peningkatan berat polong
kering/pot 72 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua
adalah perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah
mineral (A11) yang menghasilkan berat polong kering (17.45 g/pot) dengan
peningkatan berat polong kering/pot 39.60 % lebih tinggi dari kontrol (A0) namun
tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan A0, A1, A3, A4, A5, A6, A7, A8, A9,
A10 dan A12.
Pada Perlakuan kombinasi lumpur laut+kapur dolomit (A3) dan perlakuan
lumpur laut tanpa kapur (A2) cenderung terjadi penurunan berat polong kering /pot
yang menghasilkan berat polong kering masing-masing (11.55 g/pot) dan (6.55
g/pot), dengan penurunan berat polong kering/pot masing-masing 8.23 % dan 47.60
% lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0).
Untuk parameter berat biji kering/pot dari Tabel 9 terilihat bahwa perlakuan
unggulan pertama adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) menghasilkan
berat biji kering tertinggi yaitu (16.40 g/pot) atau 0.98 ton/ha dengan peningkatan
produksi 95.24 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
84
perlakuan lumpur laut (A2) cenderung terjadi penurunan berat biji kering/pot yang
menghasilkan berat biji kering masing-masing (4.80 g/pot) atau 0.29 ton/ha dan (4.60
g/pot ) atau 0.28 ton/ha dengan penurunan berat biji kering/pot masing-masing
42.86 % dan 45.24 % lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0).
Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap
Infektivitas Bradyrhizobium dan Mikoriza
Parameter infektivitas mikroba yang diamati dalam penelitian ini adalah
jumlah bintil akar/pot, dan derajat infeksi mikoriza. Hasil pengukuran terhadap
parameter-parameter tersebut disajikan pada Lampiran 48 dan Lampiran 50.
Sedangkan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 49 dan Lampiran 51.
Hasil analisis sidik ragam (uji F) ( Lampiran 49 dan Lampiran 51)
pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah bintil akar, dan derajat infeksi mikoriza. Hasil uji beda rataan pengaruh
beberapa jenis bahan perbaikan tanah terhadap jumlah bintil akar, dan derajat infeksi
mikoriza disajikan pada Tabel 10.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
85
Tabel 10. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Jumlah Bintil
Akar dan Derajat Infeksi Mikoriza
Perlakuan
Jumlah Bintil
Derajat Infeksi
Akar
Mikoriza
(buah/pot)
(%)
A0
= kontrol
43.00 AB
30.00 A
A1
= kapur
131.00 BC
96.00 B
A2
= lumpur laut
1.50
10.00 A
A3
= kapur+lumpur laut
2.00
17.00 A
A4
= Bradyrhizobium
98.50 BC
20.00 A
A5
= mos
55.00 AB
27.00 A
A6
= mikoriza
isolat
80.00 B
isolat
85.00 B
gambut
A7
= mikoriza
mineral
A8
A9
= Bradyrhizobium+mos
106.00 BC
25.00 A
86.00 B
43.00 AB
85.00
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
86
gambut
A11 = Bradyrhizobium+mos+
mikoriza
isolat
154.50 C
99.00 B
112.00 BC
97.00 B
tanah
gambut
A12 = Bradyrhizobium+ mos+
mikoriza isolat tanah
mineral
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata
menurut Uji Beda Rataan Duncan pada P <.01
Tabel 10 terlihat bahwa perlakuan unggulan pertama terhadap jumlah bintil
akar adalah perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat
tanah gambut (A11)
buah/pot) dengan peningkatan jumlah bintil akar 259.30 % lebih tinggi dari perlakuan
kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua terhadap jumlah bintil akar/pot
adalah
perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) yang menghasilkan jumlah bintil akar
(131/pot) dengan peningkatan jumlah bintil akar/pot sebesar 204.65 % lebih tinggi
dari perlakuan kontrol (A0), namun tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan A0,
A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10, A11 dan A12. Pada perlakuan kombinasi lumpur
laut+kapur dolomit (A3) dan perlakuan lumpur laut (A2) cenderung terjadi penurunan
jumlah bintil akar yang menghasilkan jumlah bintil akar masing-masing (2 buah/pot)
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
87
dan (1.50 buah/pot) dengan penurunan jumlah bintil akar/pot masing-masing 95.35
% dan 96.51 % lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0).
Untuk parameter derajat infeksi mikoriza
perlakuan unggulan
pertama
terhadap
bahwa
masing-
masing (17 % ) dan (10 % ) dengan penurunan derajat infeksi akar masing-masing
43.33 dan 66.67 % lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0).
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan
Tanah, 2008
USU Repository 2008
61
Tabel 11. Rangkuman Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah (Kapur, Lumpur Laut dan Beberapa Jenis Pupuk Hayati )
Terhadap Aspek Fisik, Kimia Tanah, Mikrobiologi Tanah, serta Aspek Vegetatif dan Generatif Tanaman
Perlakuan
A0
A1
A2
A3
= kontrol
= kapur dolomit
= lumpur laut
= kapur dolomit+lumpur
laut
A4 = Bradyrhizobium
A5 = mos
A6 = mikoriza isolat tanah
gambut
A7 = mikoriza isolat tanah
mineral
A8 = Bradyrhizobium +mos
A9 = Bradyrhizobium
+mos+mikoriza isolat
tanah gambut
A10 = mos+mikoriza isolat
tanah gambut
A11 = Bradyrhizobium
+mos+mikoriza isolat
tanah ganbut
A12 = Bradyrhizobium +
mos + mikoriza isolat
tanah mineral
Aspek Tanah
pH
DHL
Tinggi
Tanaman
Jumlah Efek
Unggul
AB
D
A
BC
abcd
a
e
de
AB
BC
A
A
A
B
A
A
abe
e
a
abc
6
1
-
ABC
AB
ABC
abcd
abcd
abcd
BC
AB
ABC
A
A
B
bcde
cde
de
bcd
cde
de
BC
BC
ABC
bc
bc
ab
AB
abcd
de
cde
AB
ab
AB
ABC
cde
abc
A
B
A
B
cde
de
abcd
bcd
AB
BC
ab
ab
AB
bcde
abcd
abcd
BC
ab
CD
ab
de
de
BC
bc
BC
ab
BC
de
de
BC
bc
1
3
1
4
1
1
14
2
1
Catatan :
1. Huruf yang ditebalkan dan dikursif-kan menandakan hasil yang diharapkan.
2. Perlakuan unggulan pertama adalah perlakuan kapur dolomit (A1), diikuti dengan perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah gambut
(A11) yang merupakan perlakuan unggulan kedua
88
PEMBAHASAN
Pengaruh Kapur Dolomit
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan unggulan pertama adalah
perlakuan kapur dolomit (A1) terhadap parameter pengamatan pH tanah, DHL
tanah, tinggi tanaman umur 5 minggu setelah tanam, jumlah polong/pot,, berat
polong kering/pot, dan berat kering biji/pot, sedangkan untuk parameter jumlah
bintil akar/pot, derajat infeksi mikoriza, perlakuan kapur dolomit merupakan
perlakuan unggulan kedua.
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kapur dolomit menghasilkan pH
tanah tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, seperti yang disajikan
pada Tabel 3. Hal ini disebabkan kapur dolomit mengandung unsur Ca dan Mg,
dimana kedua jenis unsur ini melalui reaksi hidrolisis dapat melepaskan ion OHyang berpengaruh terhadap peningkatan pH tanah (Nyakpa dkk. 1988).
Hasil penelitian Tabel 4 perlakuan kapur dolomit dapat menurunkan DHL
tanah. Fenomena ini disebabkan peningkatan pH tanah akibat pemberian kapur
dolomit dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah pada tanah gambut
yang menghasilkan asam-asam organik sebagai hasil sekresi mikroba dan sangat
berperanan dalam penurunan DHL tanah, mungkin melalui proses pengkhelatan
anion dan kation yang berpotensi meningkatkan kadar garam tanah. Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien korelasi antara pH tanah dengan DHL tanah
berkorelasi negatip (r=-0.58). Menurut UN-FAO (2005), DHL tanah memberikan
indikasi tentang jumlah elektrolit dalam larutan tanah, artinya semakin tinggi
nilainya semakin banyak pula garam yang terlarut dalam larutan tersebut.
89
90
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
91
awal tanah gambut) menjadi 110.59 (hasil analisis tanah gambut setelah
diinkubasi selam 8 minggu). Pada kondisi alami tanah gambut memiliki KB yang
rendah, sehingga menghambat penyediaan hara bagi tanaman terutama K, Ca, dan
Mg (Hardjowigeno, 1997). Hasil penelitian Institute Pertanian Bogor (1986 dalam
Saeri Sagiman, 2001), mengungkapkan bahwa perbaikan produksi pertanian
melalui pendekatan gatra hara tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Hambatan tumbuh pada tanah gambut terutama bersumber dari KB yang sangat
rendah. Tanaman dapat menghasilkan setelah KB gambut ditingkatkan melalui
penambahan kapur. Tanaman akan tumbuh normal pada tanah gambut jika nilai
KB sekitar 25-30 %. Peningkatan KB tersebut akan menyebabkan basa-basa
seperti K, Ca dan Mg dapat meningkat. Hal ini dapat dipahami karena kapur
dolomit mengandung Ca dan Mg. Menurut (Nurhaida, 1988) pemberian kapur
dolomit pada tanah gambut selain dapat menaikkan pH tanah, juga meningkatkan
ketersediaan P, K dan Mg tukar sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan
juga hasil tanaman kedelai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi antara pH
tanah dengan tinggi tanaman umur 5 minggu setelah tanam yang berkorelasi
positip dan nyata (r=0,69) dan dengan berat biji kering/pot (r =0.71). Sedangkan
menurut Soeprapto (1994), tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tingkat
kemasaman tanah 5.0-7.0. Hal ini sangat sesuai dimana dengan perlakuan kapur
nilai
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
92
akan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
93
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
94
penelitian
menunjukkan
perlakuan
inokulasi
gabungan
infeksi
mikoriza,
perlakuan
inokulasi
gabungan
tanaman kedelai. Fenomena ini dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan tingkat
kompatibilitas antara mikoriza isolat tanah gambut dan mikoriza isolat tanah
mineral pada tanah gambut. Menurut Bianciotto et al. (1989), kompabatibilitas
mikoriza dengan tanaman inang sangat bervariasi bergantung pada sepesies
mikoriza, spesies tanaman inang dan kondisi lingkungannya.
Hasil penelitian ini mikoriza isolat tanah gambut lebih kompatibel
daripada mikoriza isolat tanah mineral yang ditunjukkan oleh efektivitasnya dan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
95
infektivitas yang lebih tinggi pada MVA isolat tanah gambut seperti terlihat pada
Tabel 6 dan Tabel 10.
Perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium + mos + mikoriza isolat
tanah gambut (A11) dapat meningkatkan pH seperti disajikan pada Tabel 3. Hal
ini dikarenakan peranan dari masing-masing mikroorganisme tersebut sangat
mendukung terhadap peningkatan pH tanah gambut. Bradyrhizobium, mos dan
mikoriza dalam aktivitas dan proses metabolismenya melepaskan senyawasenyawa organik. Senyawa-senyawa organik ini berpeluang
untuk mengikat
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
96
peranan
penggunaan
mikroorganisme
perombak
selulosa
dapat
di rumah kaca
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
97
tanah. Hal ini ditunjukkan pula oleh koefisien korelasi antara pH tanah dengan
C/N tanah berkorelasi negatip (r =-0.44).
Dekomposisi bahan organik tanah yang dipacu oleh mos menghasilkan
berbagai bentuk P organik seperti inositol, fosfolipid, asam nukleat, nukleotida,
dan gula fosfat. Bentuk-bentuk P organik ini bila dipacu dengan dekomposisi
yang lebih sempurna lagi maka akan menghasilkan bentuk P anorganik yang
sangat berpotensi dalam peningkatan kadar P tersedia tanah, maupun suplai hara P
ke dalam jaringan tanaman. Walaupun tanaman dapat mengkonsumsi bentukbentuk P organik, namun persentasenya sangat rendah. Selain itu aktivitas
Bradyrhizobium, mos, dan mikoriza juga menghasilkan asam-asam organik yang
sangat berperanan untuk menonaktifkan agen-agen yang aktif mengikat P seperti
Al, Fe, Ca, sehingga ketersedian P tanah dan serapan P tanaman meningkat yang
akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Sementara mikoriza perananan spesifiknya dalam penyediaan hara P.
Diketahui pula bahwa mikoriza adalah perekondisi untuk terjadi nodulasi yang
efektif pada banyak legum (Subba Rao, 1994). Dengan demikian keberadaan mos
dan mikoriza dapat meningkatkan aktivitas Bradyrhizobium, yang sangat relevan
dengan status N tanaman.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
98
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
99
masam ada kemungkinan karena asosiasi kolonisasi mikoriza dengan tanaman dan
kemampuan mikoriza beradaptasi terhadap kondisi pH tanah yang rendah.
Fenomena ini menyebakan tanaman yang bermikoriza (perlakuan A6, A7, A9,
A10, A11, dan A12) secara visual dapat dillihat pada Gambar 3, Gambar 4 dan
Gambar 5, dimana pertumbuhan vegetatif dan generatip yang hebat meskipun
nilai pH masih kriteri rendah berkisar 4 seperti disajikan pada Tabel 3.
Selain itu hal ini berhubungan dengan peranaan mikoriza untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui peningkatan absobsi hara terutama P
karena status hara tanaman tersebut dapat ditingkatkan dan diperbaiki disebabkan
oleh P terbebas dari fiksasi Al maupun akibat terlarutnya ikatan Ca-P pada pupuk
rock fosfat. Fenomena ini dapat terjadi melalui berbagai mekanisme antara lain:
1. Enzim fosfatase yang dihasilkan oleh MVA mampu melepaskan P dari ikatanikatan spesifik. Mekanisme ini dirangsang oleh keberadaan asam-asam
fosfatase yang terdapat pada hifa MVA , sehingga P anorganik dibebaskan
dari sumber P organik pada daerah dekat permukaan sel akar, sehingga dapat
diserap melalui proses serapan hara. Aktivitas enzim fosfatase dipacu dengan
adanya asam-asam fosfatase yang terdapat pada hifa MVA yang sedang aktif.
2. Melalui proses pelarutan dari bentuk P terfiksasi maupun terikat dalam
senyawa Ca-P pada rock fosfat. Hal ini disebabkan karena MVA dapat
menghasilkan asam-asam organik yang berperan dalam hal ini yaitu asam
oksalat yang dapat mengkhelat ion Ca ataupun ion Al dan menyingkirkan dari
larutan tanah dalam bentuk senyawa Ca-oksalat, ataupun Al-oksalat, sehingga
P anorganik dapat terbebas ke larutan tanah.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
100
3. Dalam keadaan tanah non steril, diduga mikoriza mampu berinteraksi dengan
bakteri dan jamur pelarut fosfat. Mikoriza akan menyerap P yang dibebaskan
oleh bakteri dan jamur pelarut fosfat , sehingga P yang terbebas itu tidak akan
terfiksasi oleh agen-agen pengikat P. Menurut Husin (1995) bahwa seiring
dengan peningkatan P tersedia tanah, serapan P tanaman juga meningkat.
Disinilah peranan mikoriza yang dominan, dimana mikoriza tidak dapat
menggantikan pupuk P, tetapi membebaskan P menjadi tersedia dan efesiensi
pupuk lebih meningkat.
Disamping itu peranan mikoriza mampu meningkatkan serapa hara,
disebabkan disamping membentuk hifa interna, mikoriza juga membentuk hifa
eksterna. Pada hifa ekterna akan terbentuk spora, yang merupakan bagian penting
dari mikoriza yang berada di luar akar. Fungsi utama dari hifa ini adalah untuk
menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. P yang terakumulasi pada hifa
ekterna akan segera dirubah menjadi senyawa polifosfat dengan adanya enzim
fosfatase. Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan ke hifa interna dan
arbuskula. Di dalam arbuskula senyawa polifosfat dipecah menjadi fosfat
anorganik yang kemudian dilepaskan kedalam jaringan tananam inang.
Menurut Salisbury dan Ross (1995), keuntungan MVA pada tumbuhan
yang dikenal baik, dengan meningkatkan penyerapan fosfat, meskipun hara
lainnya sering meningkat pula. Peningkatan serapan P oleh akar yang bermikoriza
ini sebagian besar disebabkan oleh perluasan sistem penyerapan yang diberikan
oleh misellia fungi. Hifa jamur yang meluas dalam tanah menyerap ion-ion P yang
terbebas dari mineral tanah atau organisme lain dan mentranlokasikan ke
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
101
akan mampu
meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air. Penyerapan unsur
hara khususnya
P sangat
penyebaran hifa di dalam tanah dan oleh energi kenetik penyebaran hifa (Jakobsen
1992 dalam Hapsoh, 2003). Hifa eksternal mikoriza berperan dalam penyerapan
unsur hara anorganik oleh akar tanaman, distribusi hifa ini ketempat yang kaya
unsur hara dan diduga sangat efektif berkompetisi dengan mikroba tanah lainnya
(Smith dan Read 1997). Dilaporkan peningkatan penyerapan unsur hara oleh
mikoriza dapat merupakan penyerapan hifa secara langsung dan secara tidak
langsung yang disebabkan oleh adanya perubahan morfologi dan fisiologi akarakar
tumbuhan
(Persad-Chinney
dan
Chinnery
1996
dalam
Hapsoh,
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
102
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
103
Bradyrhizobium
dan
mikoriza,
dimana
mikoriza
berperanan
terhadap
N hasil fiksasi
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
104
pertumbuhan buluh kecambah dan hifanya dari spora, proses penetrasi, infeksi
dan kolonisasi akar tanaman inang, keberlimpahan dan agihan propagulnya
didalam tanah sampai dengan peranannya pada pertumbuhan tanaman.
Sieverding (1991 dalam Hara Karti 2003) mengemukakan bahwa spora cendawan
mikoriza arbuskular di dalam tanah terjadi pada kisaran pH 3.8-8.0. pH tanah pada
kondisi ini 4.06 (Tabel 3) ini mendukung eksistensi mikoriza pada kondisi ini.
Hasil penelitian ini terlihat seiring dengan meningkatnya derajad infeksi
mikoriza pada tanaman maka efektivitas mikoriza juga meningkat, dan hal ini
analog dengan terjadinya peningkatan serapan P tanaman seiring
dengan
meningkatnya derajat infeksi. Hal ini ditunjukan oleh koefisien korelasi yang erat
antara derajat infeksi mikoriza dengan P tersedia tanah (r=0.82) dan dengan
serapan P tanaman (r=0.85). Fenomena ini dapat terjadi karena kondisi
lingkungan, atau pengaruh isolat campuran, atau terdapat kompatibilitas antara
mikoriza dengan tanaman kedelai sehingga mampu mendukung perkembangan
dan aktivitas mikoriza.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
105
senyawa pirit (FS2), dan adanya indikasi oksidasi pirit yang dicirikan adanya
SO42- pada lumpur laut yang digunakan.
Pirit dalam keadaan aerob akan teroksidasi menghasilkan ion hidrogen
(H+) dan ion sulfat (SO42-). Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya pH
tanah akibat perlakuan lumpur laut seperti ditampilkan pada Tabel 3. Kondisi ini
dapat menghambat aktivitas mikroorganisme yang berperanan dalam mineralisasi
bahan organik baik yang berasal dari tanah gambut maupun bahan organik yang
terdapat pada lumpur laut yang dicirikan buruknya beberapa sifat tanah gambut,
rendahnya serapan hara dan menghambat pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
106
107
pencucian terhadap pencampuran tanah gambut dan bahan mineral berpirit baik
sebelum diinkubasi maupun setelah peroses inkubasi selama satu bulan dimana
pencucian setelah masa inkubasi memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan
dengan
pencucian
sebelum
diinkubasi.
Hal
inilah
yang
menyebabkan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
108
lumpur laut
ketersedian hara dan serapan hara seperti N dan P terhambat pula, selanjutnya
menyebabkan rendahnya pertumbuhan dan hasil tanaman.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
109
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
110
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
111
keadaan ini tanaman akan berusaha menyesuaikan tekanan osmotik selnya dengan
maksud untuk mencegah dehidrasi dan kematian. Proses ini disebut penyesuaian
osmotik. Tingginya salinitas selain bermasalah terhadap tekanan osmotik yang
merugikan pertumbuhan tanaman, seringkali juga terjadi ketidakseimbangan
ketersediaan hara tanaman. Hal ini disebabkan karena kadar hara tertentu tersedia
dalam jumlah yang tinggi dan dapat menekan ketersediaan unsur hara lainnya.
Disamping itu adanya bahaya racun dari natrium, chlorida dan ion-ion lainnya.
Menurut Bumbla dan Abrol (1981 dalam Delfian 2004) tanaman sampai batasbatas tertentu masih toleran dengan tingginya tekanan osmotik karena tingginya
kandungan garam dalam tanah.
Nilai DHL 1 mmhos/cm akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang
peka, dan 6-8 mmhos/cm baru akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang
toleran terhadap salinitas. Hal ini sangat relevan dengan hasil penelitian ini,
dimana nilai DHL tanah dengan perlakuan lumpur laut tanpa atau dengan kapur
mempunyai DHL masing-masing 8.5 mmhos/cm dan 7 mmhos/cm, oleh karena
itu pada kondisi ini pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman sangat buruk,
seperti terlihat pada Gambar 3 dan Gambar 5.
Selain itu garam terlarut mungkin secara langsung mempengaruhi
organisme tanah melalui pengaruh toksisitas spesifik dari ion-ion dalam
konsentrasi yang tinggi seperti sodium atau klorida, atau oleh efek non spesifik zat
terlarut terhadap potensial osmotik atau potensial air. Semakin rendah (lebih
negatif) potensial air tanah, maka semakin sulit organisme untuk menyerap air
dari dalam tanah. Fenomena ini merupakan petunjuk bahwa rendahnya aktivitas
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
112
mikroba tanah akibat salinitas yang tinggi, hal ini sangat berkaitan
dengan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
113
pengelolaan terhadap penurunan salinitas dan kadar pirit pada lumpur laut., karena
lumpur laut umumnya mengandung pirit tinggi.
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
114
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
87
115
buruk dan yang paling buruk adalah masing-masing perlakuan lumpur laut+kapur
(A3), dan perlakuan lumpur laut tanpa kapur (A2), dimana akibat perlakuanperlakuan itu terjadi respon negatif terhadap penurunan yang sangat nyata pada
parameter pH tanah, jumlah bintil akar, derajad infeksi mikoriza, berat polong
kering/pot, dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 5 MGST, jumlah
polong/pot, berat biji kering/pot, sedangkan akibat perlakuan-perlakuan itu
dengan nyata terjadi peningkatan DHL tanah.
Saran
Dari hasil penelitian ini pengaruh pemberian lumpur laut tanpa atau
dengan
mencoba
berbagai
dosis
atau
dengan
berbagai
perbandingan
Nurhayati : Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Perbaikan Tanah, 2008
USU Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, W. 1976. Chemical Characteristics of the Upper 30 cms of Peat Soil From
Riau. In:Final Report ATA 106. Soil Res. Inst. Bogor.
Alexander. 1978. Introduction to Soil Microbiology. Jhon Wileey and Sonc, Inc.
New York.
Al-Raddad AM. 1995. Mass Production of Glomus mosseae Spores. Mycorrhiza.
Anas, I, Wiwyastuti, R., Hifnalisa. 2002. Bakteri penambat nitrogen dan mikroba
pelarut fosfat dari gambut Kalimantan Tengah. Agrista Vo. 6 No.3.
Asmah, A. E. 1995. Effect of Phosphorus Source and Rate of Aplication on VAM
Fungal, Infection and Growth of Maize. Mycorrhyza.
Anonim. 2002. Kalimantans Peatland Disaster. Inside Indonesia.
Anggraini, T., dan A. Sahar. 2003. Respon Kedelai Terhadap Pemberian Pupuk
Hayati dan Amandemen di Tanah Gambut. Tesis Program Pascasarjana
USU. Medan.
Bernstein L. 1975. Effect of Salinity and Sodicity on Plant Growth. Annu. Rev.
Phytopthol.
Bianciotto V. Palazzo D, Bonfante- Fasolo P. 1989. Germination process and
hyphal growth of vesicular-arbuscular mycorrhizal fungus.Alionia.
Basri, H., 1991. Pengaruh Stres Garam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Empat Varietas Kedelai. Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Brockwell, J., P. J. Bottomley and J. E. Thies. 1995. Manipulation of Rhizobia
Microflora for Improving Legum Productivity and Soil Fertility : Acritical
Assesmen Plant and Soil.
Brown, S., K. J. Opaska, J.L. Sprent, and K. B. Walsh. 1995. Symplastic
Transport in Soybean Root Nudules. Soil Biol. Biochem.
Bago B, Vierheiling H, Piche Y, Azcon-Aguilar C. 1996. Nitrate Delation and pH
Changes
Induced
by
the
Extraradical
mycellium
of
the
Arbuscularmychorrhizal fungus Glomus Interadices grown in monoxenic
culture. New Phytol.
Beauchamp, E.G and D. J. Hume. 1997. Agriculture soil manipulation: The use of
bacteria, manuring and plowing. In Modern soil microbiology. J.D. Van
Elsas., J.T. Trevors and E.M.H.
116
117
Bastoni. 1999. Studi Aspek Kimia dan Kesuburan Campuran Tanah Organik
(Gambut) dan Mineral (Lumpur) yang digunakan untuk Media Tumbuh .
Bulletin Reboisasi.
Basyaruddin, 2001. Tanah Gambut. Medan.
Driessen, P.M. 1978. Peat Soil. Soil and Rice. IRRI. Los Banos. Philiphines.
Dorrenbos J dan Kassam AH. 1979. Yiel Response to Water. Food and
Agriculture Organization of the United Nation. Rome.
Daniels BA. Trappe JM. 1980. Factors Affecting Spore Germination of the
Vesicular-Arbuscular Mycorrhizal Fungus,Glomus Epigaeus. Mycologia
Darnoko. 1994. Potensi Pemanfaatan Limbah Lignoselulosa Kelapa Sawit Melalui
Biokonversi. Berita Penelitian Perkebunan. Vol 2 (2). Puslitbun (RISPA)
Medan.
Delfian, 2004. Respon Pertumbuhan dan Hasil Perkembangan Cendawan
Mikoriza Arbuskular dan Tanaman Terhadap Salinitas Tanah. Karya Tulis.
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Elfiati, D. 2000. Penggunaan Rhizobium dan Mikroba Pelarut Fosfat pada Tanah
Mineral Masam dalam Meningkatkan Pertumbuhan Anakan Sengon.
Disertasi. Program Pascasarjana Bogor. Bogor.
Fakuara, M. Y, Y. Setiadi.1990. Aplikasi Mikoriza Dalam Pembangunan Hutan
Tanaman Industeri. Prosiding Seminar Bioteknologi Hutan. Fakultas
Kehutanan -UGM. Yokyakarta.
Fukoka, M., 1994. Empat Azas Bertani Alami . Kyusei Nature Farming, 03 (2)
: 42 46.
Fransiska, E. 2005. Uji Kompatibilitas Mikoriza Vesikular Arbuskula Terhadap
Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Media Tanam
Ultisol dan Histosol. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Gianinazzi-Pearson, V and H. G. Diem. 1982. Endomycorrhizae in The Tropical
Soil. In Y. R. Dommergues and H. G. Diem (eds). Microbiollogy of
Tropical Soil and Plant Productivity. Martinus Nijholf/Dr . W. Junk Pub.
London. P. 37-73.
Hasibuan, E. B., Adiwiganda, T. Y., Ritonga, D. M., Rotinga, M. 1989. Pengaruh
Pemupukan N, P, dan K Serta Pengapuran Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung pada Tanah Gambut.Kumpulah Makalah
Seminar Tanah Gambut untuk Perluasana Pertanian. Fakultas Pertanian
Islam Sumatera Utara. Medan.
117
118
Husin EF. 1992. Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Tanah Podsolik Merah Kuning
dengan Pemberian Pupuk Hijau Sesbania rostrata dan Inokulasi Mikoriza
Vesikular Arbuskular serta Efeknya terhadap Serapan Hara dan Hasil
Tanaman Jagung. Disertasi Program Pasca sarjana Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Hanum,. H. 1997. Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza-VA untuk
Meningkatkan Ketersediaan Hara N dan P Berkaitan dengan Produksi
Kedelai pada Tanah Tambunan A Langkat. Tesis Program Pascasarjana
USU.Medan.
Hardjowigeno, S. 1997. Pemanfaatan Gambut Berwawasan Lingkungan. dalam :
Alami 2 (!) : 3-6. BPP. Tehnologi Jakarta.
Halvin, J.L., J. D. Beaton, S. L. Tisdale., and W. L. Nelson. 1999. Soil Fertility
and Fertilizer. An Introduction to Nutrient Management. Sixth ed. Prentice
Hall. New Jersey.
Handayani, P. I. 2001. Studi Pemanfaatan Gambut Asal Sumatera:Tinjauan
Fungsi Gambut sebagai Bahan Ekstraktif, Media Budidaya dan
Peranannya dalam Retensi Carbon. Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu. Bengkulu. Sumatera.
Hartatik, W., dan Nugroho. 2001. Effect of Different Ameliorant Sources to
Maize Growth in Plant Soil From Air Sugihan Kiri, South Sumatera.
Dalam Proceeding of the International Syimposium on Tropical Peat
Lands. J.O. Riely and S.E. Jakarta.
Hapsoh. 2003. Kompabilitas MVA dan Beberapa Genotip Kedelai pada Berbagai
Tingkat Cekaman Kekeringan Tanah
Hara Karti P. D. M. 2003. Respon Morfologi Rumput Toleran dan Peka
Aluminium terhadap Penambahan Mikrorganisme dan Pembenah Tanah.
Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pedalaman
Johanis. 2003. Pemanfaatan Berbagai MVA pada Pertumbuhan Sorgum. Tesis.
IPB. Bogor.
Illmer, P., A. Barbato dan F. Schinner. 1995. Solubilizing of hardly soluble AlPO4
with P-solubilizing micoorganism. Soil Biol. Biochem.
IPB. 1998. Gambut untuk Lahan Pertanian. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kalimantan Tengah. Fakultas Pertanian IPB.
Komariah, S. Prihatini, T. dan Suryadi, M.E. 1994. Aktivitas Mikroorganisme
dalam Reklamasi Tanah Gambut Dalam: Pros. Pertemuan Teknis
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
Tan, K.H.1997. Principle of Soil Chemistry. Marcel Dekker. Inc, New York.
_______ 1998. Principles of Soil Chemistry. Revised and Explanded Ed. Marcel.
Dekker, New York.
Todano, T., K. Yonebayosi and Saito. 1992.Effect of Phenolic acid on the
Growth and Occurance of Sterility in Crop Plants. In Kyuma, P.
Vijarnsorn and A. Zakaria (eds). Coastal Low Land Ecosystem in Southern
Thailand and Malaisia. Showodo Printing Co. Skayutu. Kyoto.
UN-FAO. 2005. 20 Hal Untuk Diketahui Tentang Dampak Air Laut Pada Lahan
Pertanian di Propinsi NAD. Panduan Lapang FAO. Nanggroe Aceh
Darussalam.
Vaughan, D., R. E. Malcolm, and B.G. Ord.1985. Influence of Humic Substances
on Biochemichal Processes in Plants. In Organic Matter and Rice. IRRI.
Los Banos, Philipines.
Wellington . Marcel Dekker, New York. Brockwell, J., P. J. Bottomley and J. E.
Thies. 1995. Manipulation of Rhizobia Microflora for Improving Legum
Productivity and Soil Fertility : Acritical Assesmen Plant and Soil
Widada J. Kabirun S. 1997. Peranan Mikoriza Vesikular Arbuskular dalam
Pengelolaan Tanah Mineral Masam Tropica. Dalam:Pros. Kongres
Nasional IV HITI
123
124
Ulangan II
A2
A7
A0
A1
A1
A5
A5
A2
A4
A6
A7
A4
A6
A8
A8
A3
124
125
125
126
A0
A4
A8
A1
A2
A5
A9
A3
A7
A6
A10
A11
A12
126
127
A0
A1
A4
A8
A2
A5
A9
A3
A6
A10
A11
A7
A12
127
A0
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
128
129
129
130
130
131
132
Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penyusunan Laporan
132
133
133
134
Akar dipotong
134
135
135
136
136
137
Jenis Analisa
Hasil
Kriteria
Metode
Ph
6.12
Sedang
pH meter
DHL
10.50
Tinggi
Konduktometer
(mmhos/cm)
3
C (%)
3.59
Tinggi
Spectrophotometri
4
N (%)
0.22
Sedang
Kjeldhal
5
C/N
16.32
Tinggi
6
P-available (ppm)
67.50
Sangat Tinggi Spectrophotometri
7
P-HCl (25 %) (%)
0.103
Sangat Tinggi Spectrophotometri
8
Na-dd (me/100g)
8.43
Sangat Tinggi AAS
9
Ca-dd (me/100g)
15.96
Sangat Tinggi AAS
10
Mg-dd (me/100g)
24.50
Sangat Tinggi AAS
11
K-dd (me/100)
3.69
Sangat Tinggi AAS
12
KB
(%)
186.32
Sangat Tinggi AAS
13
KTK (me/100g)
28.22
Tinggi
AAS
14
Cu
(ppm)
0.55
15
B
(ppm)
7.00
16
Fe
(ppm)
152.00
17
SO42- (ppm)
14988.00
Keterangan: Dianalisis di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian USU
137
138
A0
5.80
5.00
6.34
0.17
37.20
8.10
0.0040
0.07
0.55
2.14
2.90
20.35
25.70
0.13
7.00
A1
7.02
2.00
6.49
0.19
34.16
79.65
0.005
1.12
0.12
19.17
30.94
40.43
110.59
0.08
9.00
A2
3.45
8.00
10.94
0.19
57.58
4.05
0.003
0.11
46.41
11.16
24.88
23.81
183.62
0.23
6.00
A3
5.70
7.50
12.48
0.24
52.04
55.08
0.038
0.14
1.07
19.14
6.09
24.07
530.79
0.28
6.00
138
139
NilaI
s. rendah
rendah
sedang
tinggi
s.tinggi
pH (pH H2O)
< 4.5
4.5-5.5
5.6-6.5
6.6-7.5
> 7.5
C (%)
< 1.0
1.0-2.0
2.1-3.0
3.1-5.0
> 5.5
N (%)
< 0.10
0.1-2.0
2.1-3.0
0.31-0.50
> 0.5
C/N
< 5.0
5.0-7.9
8.0-12.0
12.1-17.0
> 17.0
16-30
31-35
> 35
< 8.0
8.0-15.0
K-dd (me/100 g)
< 0.2
0.2-0.3
0.4-0.7
0.8-1.0
> 1.0
Na-dd (me/100 g)
< 0.1
0.1-0.3
0.4-0.7
0.8-1.0
> 1.0
Ca-dd (me/100 g)
< 2.0
2.0-5.0
6.0-10.0
11-20
> 20
Mg-dd (me/100 g)
< 0.2
0.2-0.3
0.4-0.5
0.6-1.0
> 1.0
KTK (me/100 g)
< 5.0
5.0-12
1.-25
26-40
> 40
KB (%)
< 20
41-60
61-80
> 80
20-40
139
140
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.08
0.16
4.00
4.82
5.53
6.24
6.00
6.80
7.45
140
141
= Y%
141
142
: 22 Oktober 2001
SK Mentan
: 573/Kpts/Tp. 240/10/2001
Nomor galur
: Mansuria 395-49-4
Asal
Daya hasil
: 2,03-2,25 ton/ha
Warna hipokotil
: ungu
Warna epikotil
: ungu
Warna daun
: hijau
Warna bulu
: putih
Warna bunga
: ungu
: kuning
: coklat muda
Tinggi Tanaman
: 64-68 cm
Percabangan
: 2,9-5,6 batang
: 12,9-14,8
: 14,8-15,3 g
Kandungan protein
: 41,8- 42,1 %
Kandungan lemak
: 17,2-18,6%
Kerebahan
: tahan rebah
Pemulia
142
143
BLOK
I
4.26
5.30
3.24
4.42
4.12
4.12
4.02
4.03
4.00
4.48
4.03
4.75
4.27
55.04
4.23
II
4.02
5.73
3.89
4.69
4.47
4.10
4.54
4.08
4.18
4.01
4.08
5.42
4.04
57.25
4.40
Total
8.28
11.03
7.13
9.11
8.59
8.22
8.56
8.11
8.18
8.49
8.11
10.17
8.31
112.29
Rataan
4.14
5.52
3.57
4.56
4.30
4.11
4.28
4.06
4.09
4.25
4.06
5.09
4.16
4.32
F.hit
3.17 tn
8.17 **
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 5.67 %
143
144
BLOK
I
6.00
3.00
8.50
5.00
4.50
5.50
4.50
5.00
7.00
5.50
5.00
3.50
3.00
66.00
5.08
II
5.00
3.50
8.50
9.00
6.00
5.50
4.50
5.00
6.50
3.00
7.00
4.00
5.00
72.50
5.58
Total
11.00
6.50
17.00
14.00
10.50
11.00
9.00
10.00
13.50
8.50
12.00
7.50
8.00
138.50
Rataan
5.50
3.25
8.50
7.00
5.25
5.50
4.50
5.00
6.75
4.25
6.00
3.75
4.00
5.33
F.hit
1.26 tn
3.35 *
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 21.31 %
* = Berbeda Nyata
144
145
BLOK
I
6.73
4.13
5.69
4.13
5.01
4.41
6.73
9.15
5.34
6.55
3.98
4.66
8.29
74.80
5.75
II
6.22
5.87
5.69
5.87
5.27
4.84
7.16
3.10
5.10
6.55
3.53
5.69
3.80
68.69
5.28
Total
12.95
10.00
11.38
10.00
10.28
9.25
13.89
12.25
10.44
13.10
7.51
10.35
12.09
143.49
Rataan
6.48
5.00
5.69
5.14
5.63
4.63
6.95
6.13
5.22
6.55
3.76
3.76
5.18
6.05
5.52
F.hit
0.56 tn
0.61 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 29.09
145
146
BLOK
I
21.97
11.95
30.59
22.76
25.12
17.28
31.55
30.59
15.71
18.77
20.47
13.27
18.38
278.41
21.42
II
16.26
21.70
32.74
20.32
13.57
21.96
12.92
22.38
20.04
17.79
18.71
14.71
15.13
248.23
19.09
Total
38.23
33.65
63.33
43.08
38.69
39.24
44.47
52.97
35.75
36.56
39.18
27.98
33.51
526.64
Rataan
19.12
16.83
31.67
21.54
19.35
19.62
22.24
26.49
17.88
18.28
19.59
13.99
16.76
20.26
F.hit
1.25 tn
1.49 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 26.15 %
146
147
BLOK
I
A0
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
Total
Rataan
II
4.13
7.25
5.69
6.73
5.01
4.41
6.73
9.15
5.34
6.55
3.98
4.66
8.29
77.92
5.99
5.87
5.69
5.69
6.22
5.27
4.84
7.16
3.10
5.10
6.55
3.53
5.69
3.80
68.51
5.27
Total
10.00
12.94
11.38
12.95
10.28
9.25
13.89
12.25
10.44
13.10
7.51
10.35
12.09
146.43
Rataan
5.00
6.47
5.69
6.48
5.14
4.63
6.95
6.13
5.22
6.55
3.76
5.18
6.05
5.63
DB
1
12
12
JK
3.41
19.91
KT
3.41
19.91
28.72
28.72
Total
25
52.03
52.03
Keterangan : tn = Berbeda Tidak Nyata
F.hit
1.42 tn
0.69 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 27.47 %
147
148
148
149
BLOK
I
129.00
143.00
101.00
128.00
115.00
106.00
128.00
109.00
163.00
157.00
164.00
155.00
137.00
1.735.00
133.46
II
146.00
163.00
85.00
166.00
33.00
162.00
166.00
53.00
144.00
69.00
193.00
167.00
167.00
1.713.00
131.77
Total
275.00
306.00
186.00
294.00
148.00
268.00
294.00
162.00
307.00
226.00
357.00
322.00
304.00
3.449.00
Rataan
137.50
153.00
93.00
147.00
74.00
134.00
147.00
81.00
153.00
113.00
178.50
161.00
152.00
132.65
F.hit
0.01 tn
0.90 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 30.98
149
150
BLOK
I
415.10
826.60
142.80
379.40
578.60
578.60
491.00
620.10
749.40
348.50
282.10
348.50
706.30
6.118.70
497.46
II
570.40
719.80
256.90
267.70
577.90
414.20
678.80
494.00
650.80
384.30
808.50
819.70
748.40
7.391.40
568.57
Total
985.50
1.546.40
399.70
647.10
1.156.50
992.80
1.169.80
1.114.10
1.400.20
732.80
1.090.60
1.168.20
1.454.70
13.858.40
Rataan
492.75
773.20
199.85
323.55
578.25
496.40
584.90
557.05
700.10
366.40
545.30
584.10
727.35
577.49
F.hit
2.22 tn
0.19 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 28.99 %
150
151
BLOK
I
42.50
35.00
9.50
33.70
45.90
42.20
41.20
35.00
32.90
52.50
64.10
133.00
66.00
665.60
50.97
II
48.40
73.50
17.60
24.20
51.00
55.10
67.20
73.50
69.30
73.70
50.70
40.70
82.60
720.20
55.40
Total
90.90
130.30
27.10
57.90
96.90
97.30
108.40
108.50
102.20
126.20
114.80
173.70
148.60
1.382.80
Rataan
45.45
65.15
13.55
28.95
48.45
48.65
54.20
54.25
51.10
63.10
57.40
86.85
74.30
53.18
F.hit
0.23 tn
1.26 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 43.83 %
151
152
Lampiran 28. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 2 Minggu Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
A0
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
Total
Rataan
BLOK
I
25.00
26.50
29.00
25.50
28.50
27.70
32.50
31.50
27.50
30.50
30.50
29.00
27.00
370.70
28.52
II
26.50
34.00
25.50
27.50
30.50
26.40
37.00
33.00
23.00
27.90
28.00
32.50
32.00
383.80
29.52
Total
51.50
60.50
54.50
53.00
59.00
54.10
69.50
64.50
50.50
58.40
58.50
61.50
59.00
754.50
Rataan
25.75
30.25
27.25
26.50
29.50
27.05
34.75
32.25
25.25
29.20
29.25
30.75
29.50
29.02
Lampiran 29. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 2 Minggu Setelah Tanam
SK
DB
JK
KT
Blok
1
6.60
6.60
Perlakuan
12
173.18
14.43
Galad
12
80.12
6.68
Total
25
259.90
Keterangan : tn = Berbeda Tidak Nyata
F.hit
0.99 tn
2.16 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 8.91 %
152
153
Lampiran 30. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 3 Minggu Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
A0
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
Total
Rataan
BLOK
I
31.50
47.50
33.50
41.00
48.50
57.50
61.50
62.50
48.00
51.00
49.50
38.50
50.50
621.00
47.77
II
59.00
51.00
67.50
39.00
58.50
57.00
56.00
55.00
46.00
43.00
63.50
50.50
57.50
703.50
54.12
Total
90.50
98.50
101.00
80.00
107.00
114.50
117.50
117.50
94.00
94.00
113.00
89.00
108.00
1207.00
Rataan
45.25
49.25
50.50
40.00
53.50
57.25
58.75
58.75
47.00
47.00
56.50
44.50
54.00
50.94
Lampiran 31. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 3 Minggu Setelah Tanam
SK
DB
JK
KT
Blok
1
261.78
261.78
Perlakuan
12
872.54
72.71
Galad
12
1024.35
85.36
Total
25
2158.66
Keterangan : tn = Berbeda Nyata Nyata
F.hit
3.07 tn
0.85 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 18.14 %
153
154
Lampiran 32. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 4 Minggu Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
A0
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
Total
Rataan
BLOK
I
37.00
65.50
83.00
57.50
73.00
85.50
85.50
78.00
95.50
77.00
93.00
65.00
73.00
968.50
74.50
II
64.00
94.00
76.00
52.50
88.50
85.50
92.00
92.50
68.50
59.00
95.50
77.50
72.00
1.017.50
78.27
Total
101.00
159.50
159.00
110.00
161.50
171.00
177.50
170.50
164.00
136.00
188.50
142.50
145.00
1.986.00
Rataan
50.50
79.75
79.50
55.00
80.75
85.50
88.75
85.25
82.00
68.00
94.25
71.25
72.50
76.38
Lampiran 33. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 4 Minggu Setelah Tanam
SK
DB
JK
KT
Blok
1
92.35
92.35
Perlakuan
12
3888.90 324.08
Galad
12
1569.90 130.83
Total
25
5551.15
Keterangan : tn = Berbeda Tidak Nyata
F.hit
0.71 tn
2.48 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 14.97 %
154
155
Lampiran 34. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 5 Minggu Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
A0
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
Total
Rataan
BLOK
I
76.50
136.50
72.00
89.00
96.50
110.00
114.00
II
86.00
120.00
71.00
83.00
118.00
113.00
124.00
Total
162.50
256.60
143.00
172.00
214.50
223.00
238.00
Rataan
81.25
128.25
71.50
86.00
107.25
111.50
119.00
109.50
127.50
127.00
107.00
114.00
109.50
1.389.00
106.85
128.00
99.50
105.50
80.00
124.00
128.00
1.380.00
106.15
237.50
227.00
232.50
187.00
238.00
237.50
2.769.00
118.75
113.50
116.25
93.50
119.00
119.00
106.50
Lampiran 35. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 5 Minggu Setelah Tanam
SK
DB
JK
KT
Blok
1
3.12
3.12
Perlakuan
12
7414.25
617.85
Galad
12
1862.13
Total
9279.50
Keterangan : tn = Berbeda Tidak Nyata
F.hit
0.02 tn
3.98 *
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 11. 95 %
* = Berbeda Nyata
155
156
Lampiran 36. Data Pengamatan Diameter Batang 5 Minggu Setelah Tanam (mm)
Perlakuan
A0
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
Total
Rataan
I
0.26
0.46
0.18
0.22
0.19
0.29
0.23
0.26
0.27
0.24
0.19
0.28
0.35
3.42
0.26
BLOK
II
0.19
0.26
0.19
0.20
0.29
0.23
0.24
0.25
0.27
0.32
0.29
0.36
0.27
3.36
0.26
Total
0.45
0.72
0.37
0.42
0.48
0.52
0.47
0.51
0.54
0.56
0.48
0.64
0.62
6.78
Rataan
0.23
0.36
0.19
0.21
0.24
0.26
0.24
0.26
0.27
0.28
0.24
0.32
0.31
0.26
F.hit
0.04 tn
1.24 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 23.31 %
156
157
BLOK
I
7.00
17.70
3.40
10.20
13.30
15.90
12.40
14.80
17.80
14.30
8.80
14.60
14.90
165.10
12.70
II
14.70
16.60
5.50
6.90
16.80
9.70
16.20
10.40
13.70
8.30
16.20
16.50
15.40
166.90
12.84
Total
21.70
34.30
8.90
17.10
30.10
25.60
28.60
25.20
31.50
22.60
25.00
31.10
30.30
332.00
Rataan
10.85
17.15
4.45
8.55
15.05
12.80
14.30
12.60
15.75
11.30
12.50
15.55
15.15
12.77
F.hit
0.01 tn
2.09 tn
F.05
4.75
2.60
F.01
9.33
4.15
KK = 26.34 %
157
158
BLOK
I
0.20
2.30
0.40
0.40
1.50
1.30
2.80
1.80
1.00
1.40
2.30
2.10
3.00
20.50
1.58
II
1.70
3.40
0.20
1.00
1.20
1.50
0.60
1.50
1.80
1.70
0.60
1.90
0.60
23.33
1.79
Total
1.90
5.70
0.60
1.40
2.70
2.80
3.40
3.30
2.80
3.10
2.90
4.00
3.60
38.20
Rataan
0.95
2.85
0.30
0.70
1.35
1.40
1.70
1.65
1.40
1.55
1.45
2.00
1.80
1.47
KT
0.30
0.77
0.74
F.hit
0.41 tn
1.05 tn
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 58.51
158
159
BLOK
I
23.00
39.00
10.00
21.00
38.00
40.00
43.00
40.00
23.00
37.00
29.00
40.00
48.00
434.00
33.38
II
27.00
61.00
21.00
24.00
30.00
33.00
34.00
34.00
29.00
28.00
29.00
41.00
30.00
421.00
32.38
Total
50.00
100.00
31.00
45.00
68.00
73.00
77.00
74.00
52.00
65.00
58.00
81.00
59.00
855.00
Rataan
25.00
50.00
15.50
22.50
34.00
36.50
38.50
37.00
26.00
32.50
29.00
30.50
39.00
32.88
F.hit
tn
3.64 *
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 19.94 %
* = Berbeda Nyata
159
160
BLOK
I
13.00
17.60
3.60
8.20
10.80
18.30
15.40
16.40
14.80
10.90
13.20
15.80
15.93
186.17
14.32
II
12.00
24.70
9.50
13.30
13.30
15.00
15.60
10.70
13.40
12.20
19.90
19.10
17.37
292.37
22.49
Total
25.00
42.30
13.10
23.10
33.10
31.00
27.10
21.50
24.10
28.20
33.10
34.90
33.30
875.60
Rataan
12.50
21.15
6.55
11.55
16.55
15.55
13.55
10.75
12.05
14.10
16.55
17.45
16.65
33.68
F.hit
4.64 tn
9.35 **
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK=7.22%
160
161
BLOK
I
8.10
13.00
2.00
5.50
13.40
10.40
11.60
7.70
6.80
11.20
7.90
8.90
11.00
117.50
9.04
II
8.70
19.80
7.20
4.10
10.50
11.60
7.00
10.80
9.30
8.60
10.30
15.60
13.10
136.60
10.51
Total
16.80
32.80
9.20
9.60
23.90
22.00
18.60
18.50
16.10
19.80
18.20
24.50
24.10
254.10
Rataan
8.40
16.40
4.60
4.80
11.95
11.00
9.30
9.25
8.05
9.90
9.10
12.25
12.05
9.77
F.hit
2.16 tn
3.04 *
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
KK = 26.12 %
161
162
BLOK
I
55.00
185.00
1.00
1.00
89.00
40.00
90.00
61.00
152.00
96.00
55.00
160.00
132.00
1.117.00
85.92
II
31.00
77.00
2.00
3.00
108.00
70.00
39.00
58.00
60.00
64.00
31.00
149.00
92.00
784.00
60.31
Total
86.00
262.00
3.00
4.00
197.00
110.00
129.00
119.00
212.00
160.00
86.00
309.00
224.00
1.901.00
Rataan
43.00
131.00
1.50
2.00
98.50
55.00
64.50
59.50
106.00
80.00
43.00
154.50
112.00
73.12
F.hit
5.28 *
5.34 **
F.05
4.75
2.60
F.01
9.33
4.15
KK = 38.85 %
* = Berbeda Nyata
** = Berbeda Sangat Nyata
162
163
BLOK
I
25.00
98.00
9.00
19.00
21.00
28.00
90.00
80.00
22.00
88.00
95.00
99.00
99.00
773.00
59.23
II
35.00
94.00
11.00
15.00
19.00
26.00
70.00
90.00
28.00
84.00
75.00
99.00
95.00
741.00
57.00
Total
60.00
192.00
20.00
34.00
40.00
54.00
160.00
170.00
50.00
169.00
172.50
198.00
194.00
1.514.00
Rataan
30.00
96.00
10.00
17.00
20.00
27.00
80.00
85.00
25.00
84.50
86.00
99.00
97.00
58.23
F.05
4.75
2.69
F.01
9.33
4.15
19.90 %
163
164
1.00
-0.58
-0.44
0.18
0.68
-0.14
0.57
0.58
0.69
0.82
0.72
0.73
0.56
0.64
0.71
0.59
0.61
DHL C/N
1.00
-0.66
0.22
-0.75
-0.22
-0.79
-0.81
-0.82
0.83
-0.62
0.76
0.56
0.82
0.66
0.75
0.80
1.00
0.20
0.58
0.17
0.63
0.70
0.54
0.70
0.70
0.62
0.76
0.56
0.82
0.66
0.41
1.00
0.33
0.67
0.09
0.05
0.12
0.05
0.05
0.10
0.02
0.30
0.10
0.01
0.14
1.00
0.20
0.39
0.17
0.14
0.35
0.33
0.33
0.20
0.41
0.17
0.22
0.82
1.00
0.28
0.01
0.32
0.17
0.17
0.02
0.24
0.07
0.02
0.14
0.22
1.00
0.68
0.73
0.73
0.79
0.91
0.72
0.69
0.73
0.96
0.49
1.00
0.80
0.81
0.72
0.73
0.79
0.69
0.73
0.82
0.85
1.00
0.82
0.88
0.85
0.89
0.66
0.77
0.80
0.68
1.00
0.92
0.78
0.85
0.81
0.83
0.88
0.71
Berat
Akar
Kering
Berat
Tajuk
Kering
1.00
0.85
0.95
0.84
0.83
0.82
0.78
1.00
0.82
0.81
0.82
0.87
0.53
Jumlah
Polong
1.00
0.84
0.92
0.75
0.73
Berat
Polong
Kering
Berat
Biji
Kering
Jumlah
Bintil
Akar
1.00
0.92
0.75
0.73
1.00
0.82
0.61
1.00
0.57
164
pH Tanah
**
DHL Tanah
C Organik Tanah
tn
C/N Tanah
tn
N Total Tanah
tn
P Tersedia Tanah
tn
Serapan N Tanaman
tn
Serapan P Tanaman
tn
tn
tn
Jumlah Polong/pot
**
**
**
165
166
167
167
168
168